Anda di halaman 1dari 7

Pada hari ini, Kementerian Keuangan mengadakan "Kick Off" Implementasi Akuntansi

Pemerintahan Berbasis Akrual untuk menciptakan momentum awal penerapan akutansi berbasis
akrual.
"Kick off akuntansi berbasis akrual ini mengingatkan terutama kepada para sekjen di semua
bidang untuk melaksanakan akuntansi berbasis akrual," kata Wakil Menteri Keuangan
Mardiasmo di Jakarta, Rabu (4/3/2015).
Ia menyampaikan momentum implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual menjadi
langkah penting bagi pemerintah dalam menyediakan informasi yang lebih baik terutama dalam
menyajikan indromasi terkait pengukuran kinerja pemerintah.
Akutansi berbasis akrual tidak hanya dapat menghasilkan nilai beban yang telah dibayarkan oleh
pemerintah namun seluruh beban yang diperlukan sehingga biaya pelayanan publik dapat
dihitung secara wajar. Dengan demikian pengelolaan keuangan negara dapat dikelola secara
tertib, taat pada pertaturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif dan transparan.
Akuntansi pemerintahan berbasis akrual ini telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17
tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan serta Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan bahwa tahun 2015 merupakan awal penyusunan laporan keuangan berbasis akrual
oleh pemerintah.
Mardiasmo mengatakan implementasi ini harus sudah dijalankan agar tidak lupa dengan amanat
Undang-Undang tersebut. Ia mengatakan pemerintah telah melakukan persiapan untuk
menerapkan akuntansi pemerintahan berbasis akrual seperti penyesuaian regulasi di bidang
akuntansi dan pelaporan keuangan, pembangunan sistem aplikasi, peningkatan kapasitas SDM
serta penguatan komitmen penyelenggaraan pemerintah.
"Kompetensi standar untuk SDM sudah ada, sistem akuntannya sudah ada dan sudah di
luncurkan, sosialisasi juga sudah dilakukan," kata dia.
Masing-masing kementertian dan lembaga juga ditunjuk Duta Akrual yang diharapkan dapat
menciptakan komunikasi dan koordinasi serta menjadi fasilitator atas perubahan penerapan basis
akuntansi akrual di pemerintah pusat. Nantinya akuntansi berbasis akrual ini juga akan
diterapkan ke pemerintah daerah. - See more at:
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2183904/akuntansi-keuangan-pemerintah-kini-berbasisakrual#sthash.dA3Z90ql.dpuf

Pemerintah menerapkan akuntansi berbasis akrual untuk meningkatkan kualitas pelaporan


keuangan dan menciptakan laporan keuangan yang lebih transparan.
Pada hari ini (Rabu (4/3/2015)), Kementerian Keuangan mengadakan Kick Off Implementasi
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual untuk menciptakan momentum awal penerapan
akutansi berbasis akrual. Kick off akuntansi berbasis akrual ini mengingatkan terutama kepada
para sekjen di semua bidang untuk melaksanakan akuntansi berbasis akrual, kata Wakil Menteri
Keuangan Mardiasmo di Jakarta.
Ia menyampaikan momentum implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual menjadi
langkah penting bagi pemerintah dalam menyediakan informasi yang lebih baik terutama dalam
menyajikan indromasi terkait pengukuran kinerja pemerintah.

Akuntansi Berbasis Akrual, Komitmen Bersama untuk Wujudkan Opini WTP


Akutansi berbasis akrual tidak hanya dapat menghasilkan nilai beban yang telah dibayarkan oleh
pemerintah namun seluruh beban yang diperlukan sehingga biaya pelayanan publik dapat
dihitung secara wajar. Dengan demikian pengelolaan keuangan negara dapat dikelola secara
tertib, taat pada pertaturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif dan transparan.
Akuntansi pemerintahan berbasis akrual ini telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17
tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan serta Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan bahwa tahun 2015 merupakan awal penyusunan laporan keuangan berbasis akrual
oleh pemerintah.
Mardiasmo mengatakan implementasi ini harus sudah dijalankan agar tidak lupa dengan amanat
Undang-Undang tersebut. Ia mengatakan pemerintah telah melakukan persiapan untuk
menerapkan akuntansi pemerintahan berbasis akrual seperti penyesuaian regulasi di bidang
akuntansi dan pelaporan keuangan, pembangunan sistem aplikasi, peningkatan kapasitas SDM
serta penguatan komitmen penyelenggaraan pemerintah. Kompetensi standar untuk SDM sudah
ada, sistem akuntannya sudah ada dan sudah di luncurkan, sosialisasi juga sudah dilakukan, kata
dia.
Selain itu, menurutnya, tentu saja diharapkan opini BPK atas laporan keuangan pemerintah
pusat, daerah atau K/L mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Hal ini dilakukan demi
mewujudkan good governance dan clean governance, pungkasnya.
Masing-masing kementerian dan lembaga juga ditunjuk Duta Akrual yang diharapkan dapat
menciptakan komunikasi dan koordinasi serta menjadi fasilitator atas perubahan penerapan basis
akuntansi akrual di pemerintah pusat. Nantinya akuntansi berbasis akrual ini juga akan
diterapkan ke pemerintah daerah.

Surabaya, SeputarMalang.Com Komitmen pengelolaan keuangan oleh kepala Satuan Kerja


Perangkat Daerah (SKPD) sangat penting. Kepala SKPD secara rutin harus memeriksa keuangan
yang masuk dan keluar. Peran leadership 50 persen sangat menentukan kesuksesan organisasi.
Jika pemimpin tersebut tidak melakukan perubahan, maka yang terjadi instansi tersebut tidak
akan berubah,
Hal tersebut disampaikan Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo pada saat memberikan
pengarahan dalam rapat evaluasi sistem akuntansi berbasis akrual dan kesiapan pelaksanaan
remunerasi Provinsi Jatim, di Lantai VII Kantor Gubernur Jl. Pahlawan No 110 Surabaya, Selasa
(3/3/15).
Akuntansi berbasis akrual, kata Soekarwo dapat memberi gambaran utuh terhadap posisi
keuangan daerah. Laporan keuangan berbasis akrual juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan secara efisiensi.
Manfaat laporan keuangan berbasis akrual adalah dapat menilai kinerja posisi keuangan dan arus
kas dari suatu entitas. Manfaat lain, yakni dapat menilai akuntabilitas pengelolaan terhadap
seluruh sumber daya entitas serta penyebaran sumber daya tersebut.
Dalam PP No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan Permendagri 64
Tahun 2013 tentang pedoman kebijakan akuntansi pemerintah daerah menjelaskan, jika SAP
berbasis Kas menuju akrual pendapatan belanja dan pembiayaan akan diakui dan dicatat pada
saat kas diterima/dikeluarkan. Sedangkan, dalam SAP berbasis akrual menjelaskan, bahwa
pendapatan belanja dan pembiayaan akan diakui dan dicatat pada saat timbulnya hak dan
kewajiban tanpa memperhatikan kas diterima/dikeluarkan.
Pakde Karwo juga menyampaikan langkah-langkah menjaga laporan keuangan daerah. Langkahlangkah tersebut meliputi penguatan komitmen pengelolaan keuangan yang professional dari
seluruh pimpinan SKPD. Pembinaan secara berkesinambungan dari PPKD terhadap semua
SKPD serta pengembangan yang berkesinambungan terhadap SDM pengelola keuangan daerah
melalui pendidikan dan pelatihan.
Namun demikian, ia mengaku masih ada permasalahan sistem akuntasi berbasis akrual ini. Staf
pengelola keuangan dan penyusunan laporan keuangan tidak memiliki latar belakang terutama
pendidikan akuntansi atau keuangan daerah.
Harus diakui pegawai yang terlibat dalam pengelolaan keuangan bukanlah orang akuntansi.
Akan tetapi, orang yang memiliki ilmu di bidang Sosial Politik (Sospol) yang dididik dan dilatih
untuk menjadi akunting, terangnya.
Permasalahan lain, sistem informasi yang digunakan masih berbasis kas menuju akrual.

Kebutuhan data atau dokumen untuk dasar pengakuan dan pencatatan yang ada belum sesuai
serta banyak pejabat dan staf yang menjalankan tugas rangkap secara fungsional.
Sementara itu, terkait remunerasi Pakde Karwo menjelaskan, bahwa remunerasi adalah semua
yang diterima atau dinikmati oleh pegawai baik berbentuk uang tunai, pelayanan dan fasilitas
lain atas tanggungan pemberi kerja sebagai imbalan untuk jasa yang dilakukan oleh pegawai
tersebut. Saya meminta Pak Sekda untuk mempercepat remunerasi ini. Karena remunerasi ini
merupakan suatu aspirasi untuk memikirkan kesejahteraan pegawai, imbuhnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Jatim Dr. H. Akhmad Sukardi MM melaporkan, bahwa penerapan
akuntansi berbasis akrual telah diamanatkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara
dan UU No. 1 tahun 2004 yang kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam PP nomor 71 tahun 2010
tentang standar akuntansi pemerintahan serta berpedoman pada Permendagri No 64 tahun 2013
tentang penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada pemda bahwa
pelaksanaan Akuntansi berbasis akrual yang dimulai pada 1 Januari 2015.
Sedangkan, penataan pemberian Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) diamanatkan dalam PP
No. 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah yang bepedoman pada Permendagri No
13 tahun 2006 tentang pengelolaan keuangan daerah. Selain itu, juga dituangkan dalam Pergub
No. 99 Tahun 2011 tentang tambahan penghasilan kepada pegawai di lingkungan Pemprov Jatim.
Adapun maksud dan tujuan di selenggarakannya rapat evaluasi Sistem Akuntansi Berbasis
Akrual dan Kesiapan pelaksanaan remunerasi Pemprov Jatim yakni terciptanya penyamaan
persepsi terhadap pelaksanaan akuntansi berbasis akrual ditingkat pengambil keputusan dan
penataan pemberian TPP.
Selain itu, dalam rapat ini akan dijelaskan pemahaman terhadap proses akuntansi dan
peningkatan kualitas SDM yang ada di SKPD agar dapat mendukung pelaksanaan akuntansi
berbasis akural sekaligus mencapai opini BPK tahun 2015 yakni Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP).

MedanBisnis - Banda Aceh. Sekretaris Daerah Aceh Drs H Dermawan MSi menjelaskan, sejak
tahun 2014 Pemerintah Aceh telah menggunakan aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan
Keuangan Daerah (SIPKD) yang terintegrasi ke seluruh SKPA. Aplikasi itu sangat cocok untuk
memperkuat penerapan keuangan berbasis akrual agar pengelolaan keuangan di jajaran
Pemerintah Aceh berjalan sesuai standar akutansi.
Sekda, kemarin menjelaskan, penerapan sistem akrual dalam pengelolaan keuangan pemerintah
sudah ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Namun secara eksplisit, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akutansi
Pemerintah menegaskan pula bahwa penerapan sistem akrual ini perlu dilakukan secara bertahap
di jajaran pemerintah daerah.
"Sehubungan dengan itu, lahirlah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013
tentang Penerapan Standar Akuntansi yang menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam
menjalankan kebijakan ini," ujarnya. (ht anwar ibr riwat )

(Berita Daerah Nasional) Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah sepakat untuk
menyukseskan implementasi akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015. Hal tersebut sejalan
dengan semangat pemerintah untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
Dalam akuntansi Pemerintah Pusat yang saat ini diterapkan sejak penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat tahun 2004, Pemerintah menggunakan basis kas menuju akrual. Basis ini pada
dasarnya adalah basis kas dengan penerapan akrual pada akhir periode pelaporan. Dengan basis
kas menuju akrual, pendapatan diakui pada saat kas diterima ke Kas Negara dan belanja diakui
pada saat kas dikeluarkan dari Kas Negara. Basis kas untuk pendapatan dan belanja tersebut akan
menghasilkan penyusunan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Arus Kas (LAK),
sedangkan dengan adanya jurnal korolari, pencatatan akrual pada akhir periode akan
menghasilkan Neraca.
Sejalan dengan amanat Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, maka Pemerintah Pusat akan
menerapkan akuntansi berbasis akrual. Pasal 12 dan 13 UU No. 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa pendapatan dan belanja dalam APBN dicatat
mengunakan basis akrual. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa basis akrual dapat
memberikan informasi keuangan yang lebih lengkap daripada basis lainnya, terutama untuk
informasi piutang dan utang pemerintah. Selain itu, laporan keuangan berbasis akrual juga
menyediakan informasi mengenai kegiatan operasional pemerintah, evaluasi efisiensi dan
efektivitas serta ketaatan terhadap peraturan.
Perubahan basis akuntansi dari kas menuju akrual menjadi akrual membawa dampak terhadap
perubahan tahapan pencatatan dan jenis laporan keuangan yang dihasilkan.
Direktur Jenderal Perbendaharaan, Marwanto Harjowiryono di sela Rapat Kerja Nasional
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Tahun 2014. di Jakarta memaparkan bahwa baik
pemerintah pusat maupun pemda sepakat perlunya peningkatan penganggaran, pelaksanaan
anggaran dan pertanggungjawaban APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel, pemerintah
akan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)

dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) menuju opini yang terbaik dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, juga telah melakukan beberapa langkah
persiapan implementasi akuntansi berbasis akrual. Beberapa langkah tersebut antara lain
penyiapan peraturan, prosedur, infrastruktur, perubahan mindset, serta sumber daya manusia.
Pemerintah perlu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapai penerapan akutansi berbasis
akrual dengan mengatisipasi beberapa kendala yang kemungkinan dihadapai dan menjadi
tantangan dimasa depan.
Langkah-langkah persiapan ini perlu untuk terus dipertajam dan dievaluasi sehingga
implementasi akuntansi berbasis akrual dapat berjalan dengan baik

Anda mungkin juga menyukai