METODE PENELITIAN
Limbah rajungan yang berupa cangkang dan capitnya dicuci hingga bersih
lalu direbus selama 1 jam dan ditiriskan, kemudian dilakukan penyortiran untuk
memilih kualitas rajungan kepiting yang bagus digunakan untuk dijadikan sampel.
Selanjutnya memisahkan antara capit besar dan capit kecil. Kemudian, didiamkan
atau dikeringkan dibawah sinar matahari selama 2x24 jam. Setelah kering ,
kemudian digrinder sampai menjadi serbuk dan selanjutnya diayak dengan ukuran
80 mesh dan hasilnya berupa serbuk rajungan digunakan sebagai bahan baku
dalam penelitian ini (Arif, 2013).
3.4.2 Isolasi Kitin
Menurut Arif (2013) proses pembuatan kitosan dari limbah cangkang
rajungan melalui 4 tahap, yaitu deproteinase, demineralisasi, dekolorisasi dan
deasetilasi.
3.4.2.1 Demineralisasi
Ditimbang 100 gram serbuk cangkang rajungan dan dilarutkan dalam
larutan asam (HCL 1,0 M) dengan perbandingan 1:10 (sampel : pelarut),
kemudian diaduk dengan stirer selam 1 jam pada suhu 75 oC. Selanjutnya disaring
dengan penyaring buchner dan residu yang dihasilkan dicuci dengan
menggunakan akuadeshingga pH netral, kemudian dikeringkan dalam oven pada
suhu 80 oC selam 24 jam untuk dilanjutkan ketahap berikutnya.
3.4.2.2 Dekolorisasi
Hasil dari tahap (1) selanjutnya ditimbang dan dilarutkan kedalam NaOCL
0,5 % dengan perbandingan 1:10 (sampel:pelarut), kemudian dimasukkan
kedalam erlenmeyer lalu diaduk dengan stirer selama 1 jam pada suhu 70 oC
selanjutnya disaring dengan penyaring Buchner dan residu yang dihasilkan dicuci
16
hasil
tahap
(2)
dilanjutkan
proses
deasetilasi
dengan
Sampel kitin yang telah diperoleh dari hasil isolasi kitin ditimbang sebanyak 0,5
gram dan dimasukkan kedalam wadah (cawan porselin) yang telah diketahui berat
kosongnya kemudian ditimbang lagi. Setelah itu diovenkan pada suhu 105 oC
selama 2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selam 30 menit lalu
ditimbang lagi. Perlakuan ini dilakukan hingga beratnya konstan. Kadar air dapat
dihitung dengan rumus sebagai beriku:
Kadar Air =
x 100 %
x 100 %
Keterangan:
B: berat sampel (g)
B1: berat cawan kosong (g)
B2: berat (sampel + cawan) setelah dikeringkan (g)
3.3.3 Analisis N-Total ( AOAC, 1995)
Analisis kadar protein dilakukan dengan metode kjeldhal. Sampel
ditimbang sebanyak 5 gram kemudian dimasukkan kedalam labu kjeldhal.
Ditambahkan 0,5 gram selenium dan 35 mL H2SO4 (p), kemudian didestruksi
18
x 100 %
19
menghitung derajat deasetilasi dari kitin. Prosedur yang sama juga dilakukan
untuk kitosan (Arif, 2013).
3.4.4 Penyiapan Medium untuk Peremajaan Mikroba
Sebelum dilakukan peremajaan mikroba (isolat Bacillus licheniformis
HSA3-1a) terlebih dahulu dilakukan penyiapan medium LA dengan komposisi:
yeast ekstrak (0,05%), Bacto agar (1,5%), Bakto pepton (0,1%), CaCl 2 (0,01%),
(NH4)2SO4 (0,7%), K2HPO4 (0,01%), MgSO4.7H2O (0,01%), koloidal kitin (1,0%)
sebagai induser enzim. Mikroba termofilik (isolate B. licheniformis HSA3-1a)
dikulturkan dalam medium LA selama 24 jam dalam kondisi pH 7 dengan suhu 50
C. selanjutnya mikroba yang tumbuh dan berzona bening digunakan untuk proses
selanjutnya (Arif, 2013).
3.4.5 Produksi Enzim Kitin Deasetilase
Isolat-isolat murni yang diperoleh dari hasil peremajaan, dilanjutkan pada
proses fermentasi/ produksi enzim untuk mengetahui isolate yang potensial, waktu
optimum produksi enzim (aktivitas enzim tertinggi dengan waktu tercepat) dan
pengujian aktivitas enzimnya. Proses ini dimulai dengan pembuatan inokulum
kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi (produksi enzim), dimana
komposisi medium untuk proses ini adalah: (NH4)2SO4 (0,7%), K2HPO4 (0,01%),
NaCl (0,1 %), CaCl2 (0,01%), MgSO4.7H2O (0,01%), bakto pepton (0,1%), yeast
ekstrak (),05%), dan koloidal kitin (0,5%). Inokulum yang telah diinkubasi selama
16-20 jam pada suhu 50 C, 180-200 rpm. Diambil sebanyak 10 mL kemudian
diinokulasikan ke dalam 90 mL medium produksi.
3.4.6
20
Serbuk kitin yang diperoleh dari hasil isolasi kitin dari cangkang rajungan
akan dikonversi menjadi kitosan oleh enzim deasetilase dari isolat B.
licheniformis HSA3-1a. proses deasetilasi tersebut dilakukan dengan cara
mencampurkan enzim dengan berbagai konsentrasi substrat kemudian diinkubasi
pada suhu 50 C selama waktu bervariasi dengan prosedur sebagai berikut:
1. Tahap Variasi Waktu Inkubasi
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui kontak optimum antara enzim
dengan substrat, sehingga diperoleh senyawa kitosan yang memiliki derajat
deasetilasi yang maksimal. Enzim dan substrat dicampurkan dengan perbandingan
[E] : [S] = 100 (mL/ mg) yang diinkubasi pada suhu 50 C selama waktu yang
bervariasi yaitu: 2,3 dan 4 jam, lalu dikeringkan dalam oven. Selanjutnya kitosan
yang diperoleh, disimpan dalam wadah kering untuk dianalisa lebih lanjut pada
spektroskopi infra merah (FTIR).
2. Tahapan Variasi Konsentrasi Substrat
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi optimum substrat jika
direaksikan dengan enzim, sehingga diperoleh senyawa kitosan yang memiliki
derajat deasetilasi yang maksimal. Enzim dan substrat dicampurkan dengan
perbandingan [E] : [S] = 100 (mL/ mg) bervariasi yaitu: a) 1: 100 ; b) 1: 75 ; c) 1:
50 ; d) 1: 25. Kemudian diinkubasi pada suhu 50 C selama waktu yang optimum.
Selanjutnya lalu dikeringkan dalam freeze dryer. Akhir ya diperoleh kitosan dan
disimpan dalam wadah kering untuk dianalisa lebih lanjut pada spektroskopi infra
merah (FTIR).
3.4.6 Penentuan Konsentrasi Maksimum Kitosan Sebagai Pengawet Nugget
Ikan
21
22