Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
Siti Nurohmah
(7211413009)
Ari Haryati
(7211413054)
Tia Eka Yosa
(7211413000)
Rohana
(7211413046)
Nurchikmah
(7211413021)
Akuntansi A
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
A. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data yang relevan, serta dilakukan
dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar, akan terlihat kondisi keuangan yang
sesungguhnya. Kondisi keuangan yang dimaksud adalah diketahuinya berapa jumlah harta
(kekayaan), kewajiban (utang), serta modal (ekuitas) dalam neraca yang dimiliki.
Kemudian juga akan diketahui jumlah pendapatan yang diterima dan jumlah biaya yang
dikeluarkan selama periode tertentu. Dengan demikian, dapat diketahui bagaimana hasil
usaha (laba/rugi) yang diperoleh selama periode tertentu dari laporan laba rugi yang
disajikan.
Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti
oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan
manajemen tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi
keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, setelah dilakukan
analisis laporan keuangan secara mendalam, akan terlihat apakah perusahaan telah
mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak.
Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan
dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan ini manajemen
akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Kemudian kekuatan yang
dimiliki oleh perusahaan harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Kekuatan ini
dapat dijadikan modal selanjutnya ke depan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan
yang dimiliki, akan tergambar kinerja manajemen selama ini.
Pada akhirnya bagi pihak pemilik dan manajemen, dengan mengetahui posisi
keuangan dapat merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat tentang apa yang
harus dilakukan ke depan. Perencanaan ke depan dengan cara menutupi kelemahan yang
ada, mempertahankan posisi yang sudah sesuai dengan yang diinginkan dan berupaya
untuk meningkatkan lagi kekuatan yang sudah diperolehnya selama ini.
Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode
dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar-benar tepat pula.
Kesalahan dalam memasukan angka atau rumus, akan berakibat pada tidak akuratnya hasil
yang hendak dicapai. Kemudian hasil perhitungan tersebut, dianalisis dan diinterpretasikan
sehingga diketahui posisi keuangan yang sesungguhnya. Kesemuanya ini harus dilakukan
secara teliti, mendalam dan jujur.
B. Tujuan dan Manfaat Analisis
Kegiatan dalam analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara menentukan
dan mengukur antara pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan. Kemudian analisis
laporan keuangan juga dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang
dimiliki dalam satu periode (misalnya tiga tahun).
Analisis laporan keuangan yang dilakukan untuk beberapa periode adalah
menganalisis antara pos-pos yang ada dalam satu laporan. Atau dapat pula dilakukan
anatara satu laporan dengan laporan yang lainnya. Hal ini dilakukan agar lebih tepat dalam
menilai kemajuan atau kinerja manajemen dari periode ke periode selanjutnya.
Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan
keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan
adalah :
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaandalam satu periode tertentu, baik
harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa
periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke
depan yang berkaitan dengan posisi keunagan perusahaan saat ini.
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran
atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil
yang mereka capai.
C. Bentuk-bentuk dan Teknik Analisis
Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan teknik analisis
yang tepat. Tujuan penentuan metode dan teknik analisis yang tepat adalah agar laporan
keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, para pengguna hasil
analisis tersebutdapat dengan mudah untuk menginterpretasikannya.
Sebelum melakukan analisis laporan keuangan, diperlukan langkah-langkah atau prosedur
tertentu. Langkah atau prosedur ini diperlukan agar urutan proses analisis mudah untuk
dilakukan.
Adapun langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan dalam analisis keuangan adalah :
1. Mengumpulkan data keuangan dan data pendukung yang diperlukan selengkap
mungkin, baik untuk satu periode atau beberapa periode.
2. Melakukan pengukuran-pengukuran atau perhitungan-perhitungan dengan rumusrumus tertentu, sesuai dengan standar yang biasa digunakan secara cermat dan teliti,
sehingga hasil yang diperoleh benar-benar tepat.
3. Melakukan perhitungan dengan memasukan angka-angka yang ada dalam laporan
keuangan secara cermat
Periode
Tahu
Tahun
n
2007
2006
Naik/Turun
Rupia
h
Rasio
250
175
140
350
125
1040
350
200
50
250
150
1000
100
25
-90
100
25
40
40,0
14,3
(64,3)
(28,6)
20,0
3,9
1,4
1,14
0,35
0,71
1,2
0,96
3000
2500
1500
-400
6600
4200
3500
1000
-450
8250
1200
1000
-500
50
1650
40,0
40,0
(33,3)
12,5
25,5
1,4
1,4
0,66
1,125
1,25
360
8000
250
9500
-90
1500
(25,0)
18,8
0,69
1,18
550
100
100
50
800
250
200
0
100
550
-300
100
-100
50
-250
54,6
100
-100
100
(31,3)
0,45
2,0
0
2,0
0,68
2750
2000
0
4750
1950
1450
1550
4950
800
550
1550
-200
(29,0)
(27,5)
100
(0,4)
0,71
0,72
1,04
2000
450
2450
2500
1500
4000
500
1050
1550
25,0
23,3
63,3
1,25
3,33
1,63
Total Passiva
8000
9500
1500
18,8
1,18
Terjadi peningkatan pada tanah sebesar Rp1.200,00 atau sekitar 40% dari tahun 2006
sebesar Rp3.000,00 menjadi Rp4.200,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena
Total aktiva tetap meningkat sebesar Rp1.650,00 atau sekitar 25,5% dari tahun 2006
sebesar Rp6.600,00 menjadi Rp8.250,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena
Utang bank menurun sebesar Rp300,00 atau sekitar 54,6% dari tahun 2006 sebesar
Rp550,00 menjadi Rp250,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya
Utang bank tiga tahun menurun sebesar Rp800,00 atau sekitar 29% dari tahun 2006
sebesar Rp2750,00 menjadi Rp1.950,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena
karena adanya penambahan utang hipotek dengan jaminan aktiva tetap perusahaan
4
Sisi Ekuitas:
1
Modal setor meningkat sebesar Rp500,00 atau sekitar 25% dari tahun 2006 sebesar
Rp2.000,00 menjadi Rp2.500,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya
semua komponen ekuitas seperti modal setor dan cadangan laba meningkat.
Total passiva meningkat sebesar Rp1.500,00 atau sekitar 18,8% dari tahun 2006
sebesar Rp8.000,00 menjadi Rp9.500,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena
sebagian utang berkurang jumlahnya ketimbang bertambahnya ekuitas.
Tahun
Tahun
Naik
Dala
Total penjualan
2006
8.500.00
2007
9.900.00
( Turun)
1.400.00
m%
16,5
17,6
Laba kotor
6.250.00
7.350.00
1.100.00
13,3
Biaya Operasi
2.250.00
2.550.00
300.000
10,0
Biaya Penjualan
50,0
Biaya lainnya
Total biaya operasi
1.000.00
1.100.00
100.000
33,3
25.000
12,2
5.000
14,4
Penyusutan
50.000
75.000
130.000
12,5
15.000
20.000
170.000
15,3
Pendapatan lainnya
1.065.00
1.195.00
50.000
6,0
EBIT
120.000
24,2
1.185.00
1.355.00
10.000
Biaya bunga
230.000
Bunga bank
400.000
450.000
(25,0)
Bunga obligasi
785.000
905.000
(40,0)
165.000
175.000
(50.000)
(28,0)
EBT
950.000
1.080.00
(20.000)
42,9
(70.000)
50
300.000
50
Pajak 20%
EAIT
Earning per share
200.000
60.000
50.000
150.000
250.000
30.000
700.000
180.000
120.000
900.000
580.000
180.000
240.000
720.000
Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam pos-pos laporan laba rugi:
1
Penjualan meningkat Rp1.400.000,00 atau sebesar 16,5% dari tahun 2006 sebesar
Rp8.500.00,00 menjadi Rp9.900.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena
penjualan meningkat.
Total biaya operasi meningkat Rp130.000,00 atau sebesar 12,2% dari tahun 2006
sebesar Rp1.065.000,00 menjadi Ep1.195.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan
karena adanya penambahan biaya seperti biaya administrasi dan umum, biaya
5
Data keuanganyang akan digunakan untuk mengadakan analisis trend dengan persentase
adalah data yang paling awal. Kemudian, data tersebut dibandingkan dengan data
selanjutnya. Artinya data paling awal dianggap sebagai tahun dasar sebagai tahun dasar
sebagai awal perhitungan. Data awal tahun yang akan dianalisis kita anggap data normal
di antara tahun yang akan dianalisis. Sebagai contoh kita memiliki data dari tahun 2000
sampai tahun 2006. Maka tahun dasar analisis yang kita gunakan adalah tahun 2000.
Angka indeks yang digunakan untuk tiap pos tahun dasar dalam laporan keuangan diberi
angka 100%. Kemudian, pos yang sama dalam periode dihubungkan dengan pos yang
sama pula pada tahun berikutnya. Caranya adalah dengan membagikan jumlah rupiah pos
yang sama tahun yang akan dianalisis dengan pos yang sama dengan tahun dasar.
Berikut ini contoh sederhana.
PT RAY IBRAHIM, Tbk
NERACA PERBANDINGAN
Per 31 Desember 2003 dan 2006
Pos-pos dalam neraca
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Trend% Trend
Trend%
2003
2004
2005
2006
2004
2006
%
2005
Aktiva lancar
Kas
100
140 150
80
140
Piutang
540
680 500
540
126
93 100
Persediaan
420
560 800
1.000
133
191 240
1.060
1.380 1.450
1.620
130
137 153
1.940
2.020 2.200
2.580
104
113 133
Total Aktiva
3.000
4.200
113
122 140
500
530 570
600
106
114 120
250
250 250
250
100
100 100
Total Utang
750
780 820
850
104
109 113
2.250 2.250
2.250
113
113 113
370 580
1.100
148
232 440
2.620 2.830
3.350
116
126 149
3.400
3.650
150 80
Ekuitas
Modal Setor
2.000
Cadangan Laba
250
Total Ekuitas
2.250
Total Passiva
3.000
3.400 3.650
4.200
113
122 140
Dalam analisis trend harus ditentukan tahun dasar sebagai pembanding. Baru kemudian
dicarikan angka indeksnya. Rumus untuk mencari angka Indeks adalah sebagai berikut.
Angka Indeks=
Ta h un Pembanding
X 100 =
Ta h un Dasar
Sebagai contoh dari neraca di atas, yaitu tahun dasar adalah kas tahun 2003 sebesar
Rp100,00 dan kas tahun 2004 adalah Rp140,00 maka, Angka Indeks adalah.
Angka Indeks=
Rp140,00
X 100 =140
Rp100,00
Uang kas yang ada pada akhir tahun 2004 sebesar 140% dari kas yang ada pada tahun
2003.
Uang kas akhir tahun 2004 naik sebesar 40% jika dibandingkan dengan uang kas
Rp150,00
X 100 =150
Rp100,00
1
2
Uang kas yang ada pada akhir tahun 2005 sebesar 150% dari kas akhir tahun 2003.
Uang kas akhir tahun 2005 naik sebesar 50% jika dibandingkan dengan uang kas
tahun 2003.
Uang kas akhir tahun 2005 berjumlah 50% lebih besar dari uang kas akhir tahun
2003.
Rp80,00
X 100 =80
Rp100,00
Uang kas yang ada pada akhir tahun 2006 hanya sebesar 80% dari kas akhir tahun
2
3
2003.
Uang kas akhir tahun 2005 turun 20% jika dibandingkan dengan uang kas tahun 2003.
Uang kas akhir tahun 2005 berjumlah 20% lebih kecil dari uang kas akhir tahun 2003.
Demikian pula dengan piutang, dimana piutang pada akhir tahun 2004 sebesar Rp680,00
maka:
Angka Indeks=
Rp680,00
X 100 =126
Rp540,00
1
2
Piutang akhir tahun 2004 hanya sebesar 126% dari piutang akhir tahun 2003.
Piutang akhir tahun 2004 naik sebesar 26% jika dibandingkan dengan piutang
Angka Indeks=
Rp500,00
X 100 =93 ( dibulatkan)
Rp540,00
1
2
Piutang akhir tahun 2005 hanya sebesar 93% dari piutang akhir tahun 2003.
Piutang akhir tahun 2005 turun sebesar 7% jika dibandingkan dengan piutang akhir
tahun 2003.
Piutang akhir tahun 2005 berjumlah 7% lebih kecil dari piutang akhir tahun 2003.
Sementara itu, untuk piutang pada akhir tahun 2006 sebesar Rp540,00 maka:
Angka Indeks=
1
2
Rp540,00
X 100 =100
Rp540,00
Piutang akhir tahun 2006 sama dengan piutang akhir tahun 2003
Piutang akhir tahun 2006 tidak mengalami perubahan terhadap piutang akhir tahun
2003.
Pembahasan selanjutnya adalah perhitungan angka indeks untuk laporan laba rugi.
Pada dasarnya perhitungan angka indeks untuk laporan laba rugi tidak berbeda
dengan perhitungan di neraca. Untuk melakukan analisis, berikut ini laporan laba rugi
yang dimiliki oleh PT Ray Ibrahim Tbk.
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Trend %
Trend %
Trend
2003
2004
2005
2006
2004
2005
% 2006
Penjualan
2.600
2.850
3.000
3.400
110
115
131
HPP
1.200
1.350
1.400
1.600
113
117
133
Laba kotor
1.400
1.500
1.600
1.800
107
114
129
Biaya penjualan
500
530
550
570
106
110
114
Biaya umum
260
270
270
280
104
104
108
760
800
820
850
105
108
112
440
700
780
950
159
177
216
Biaya operasi
Penjualan pada akhir tahun 2004 sebesar Rp 2.850,00, sedangkan penjualan tahun
2003 adalah Rp 2.600,00, maka:
1. P
e
n
j
u
alan akhir tahun 2004 sebesar 110% dari penjualan tahun 2003
2. Penjualan akhir tahun 2004 naik sebesar 10% jika dibandingkan dengan penjualan
akhir tahun 2003
3. Penjualan akhir tahun 2004 berjumlah 10% lebih besar dari penjualan akhir tahun
2003
Kemudian, untuk penjualan pada akhir tahun 2005 sebesar Rp 3.000,00, sedangkan
penjualan tahun 2003 adalah Rp 2.600,00, maka:
1. Penjualan akhir tahun 2005 sebesar 115% dari penjualan tahun 2003
2. Penjualan akhir tahun 2005 naik sebesar 15% jika dibandingkan dengan
penjualan akhir tahun 2003
3. Penjualan akhir tahun 2005 berjumlah 15% lebih besar dari penjualan akhir
tahun 2003
selanjutnya, untuk penjualan pada akhir tahun 2006 sebesar Rp 3.400,00, sedangkan
penjualan tahun 2003 adalah Rp 2.600,00, maka:
1. Penjualan akhir tahun 2006 sebesar 131% dari penjualan tahun 2003
2. Penjualan akhir tahun 2006 naik sebesar 31% jika dibandingkan dengan
penjualan akhir tahun 2003
3. Penjualan akhir tahun 2006 berjumlah 31% lebih besar dari penjualan akhir
tahun 2003
Biaya penjualan pada akhir tahun 2004 sebesar Rp 530,00, sedangkan biaya penjualan
tahun 2003 adalah Rp 500,00 maka:
1. Biaya penjualan akhir tahun 2004 sebesar 106% dari biaya penjualan tahun
2003
2. Biaya penjualan akhir tahun 2004 naik sebesar 6% jika dibandingkan dengan
biaya penjualan akhir tahun 2003
3. Biaya penjualan akhir tahun 2004 berjumlah 6% lebih besar dari biaya
penjualan akhir tahun 2003
Kemudian biaya penjualan pada akhir tahun 2005 sebesar Rp 550,00, sedangkan
biaya penjualan tahun 2003 adalah Rp 500,00, maka:
1. Biaya penjualan akhir tahun 2005 sebesar 110% dari biaya penjualan tahun
2003
2. Biaya penjualan akhir tahun 2005 naik sebesar 10% jika dibandingkan dengan
biaya penjualan akhir tahun 2003
3. Biaya penjualan akhir tahun 2005 berjumlah 10% lebih besar dari biaya
penjualan akhir tahun 2003
Untuk laba bersih pada akhir tahun 2004 sebesar Rp 700,00, sedangkan penjualan
tahun 2003 adalah Rp 440,00, maka:
1. Laba bersih akhir tahun 2004 sebesar 160% dari biaya penjualan tahun 2003
2. Laba bersih akhir tahun 2004 naik sebesar 60% jika dibandingkan dengan laba
bersih akhir tahun 2003
3. Laba bersih akhir tahun 2004 berjumlah 60% lebih besar dari laba bersih akhir
tahun 2003
Sementara itu, laba bersih pada akhir tahun 2005 sebesar Rp 780,00, sedangkan
penjualan tahun 2003 adalah Rp 440,00, maka:
1. Laba bersih akhir tahun 2005 sebesar 177% dari biaya penjualan tahun 2003
2. Laba bersih akhir tahun 2005 naik sebesar 77% jika dibandingkan dengan laba
bersih akhir tahun 2003
3. Laba bersih akhir tahun 2005 berjumlah 77% lebih besar dari laba bersih akhir
tahun 2003.
Seterusnya dapat digunakan dengan model analisis di atas.
F. Analisis Persentase Per Komponen
Analisis persentase per komponen merupakan teknik analisis laporan keuangan
dengan menganalisis komponen-komponen yang ada dalam laporan keuangan, baik
yang ada di neraca maupun laporan laba rugi. Sebagai contoh adalah perbandingan
antara aktiva dengan persediaan, atau penjualan dengan komposisi biaya. Hasil
analisis dibuatkan dalam bentuk persentase. Artinya mengubah jumlah rupiah dalam
rupiah dalam laporan keuangan menjadi persentase.
Tujuan analisis persentase per komponen adalah untuk mengetahui hal-hal antara lain:
1. Persentase investasi terhadap masing-masing aktiva atau terhadap passiva
2. Struktur permodalan
3. Komposisi biaya terhadap penjulan
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan setiap perubahan dalam pos-pos
dengan total aktiva atau total passiva atau total penjualan. Dengan demikian, akan
terlihat suatu kenaikan atau penurunan apakah akan menjadi berarti atau memiliki
makna tertentu.
Berikut ini adalah analisis persentase per komponen yang diambil dari kedua laporan
keuangan PT Ray Ibrahim Tbk di atas sebagai berikut.
1. Antara Komponen Piutang dengan Total aktiva
Analisis persentase per komponnen (APP) adalah :
Untuk tahun 2003:
Artinya piutang tahun 2003 berjumlah 18% dari jumlah aktiva. Dengan kata lain
bahwa setiap Rp1,00, aktiva diinvestasikan ke piutang sebesar Rp0,18,00.
Untuk tahun 2004:
Artinya piutang tahun 2004 berjumlah 20% dari jumlah aktiva. Dengan kata lain
bahwa setiap Rp1,00, aktiva diinvestasikan ke piutang sebesar Rp0,20,00.
Untuk tahun 2005:
Artinya piutang tahun 2005 berjumlah 14% dari jumlah aktiva. Dengan kata lain
bahwa setiap Rp1,00, aktiva diinvestasikan ke piutang sebesar Rp0,14,00.
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa investasi aktiva di piutang terjadi kenaikan 2%
tahun 2004, kemudian turun 4% tahun 2005 jika dibandingkan dengan tahun 2004.
2. Antara Komponen Utang Jangka Pendek dengan Total Aktiva
Untuk tahun 2003 adalah:
Artinya utang jangka pendek tahun 2003 berjumlah 17% dari jumlah passiva. Atau
dengan kata lain, setiap Rp1,00 aktiva dibiayai dengan utang jangka pendek sebesar
Rp17,00 atau Rp1,00 passiva. Maka Rp0,17,00 merupakan utang jangka pendek.
Untuk tahun 2004 adalah:
Artinya utang jangka pendek tahun 2004 berjumlah 16% dari jumlah passiva. Atau
dengan kata lain, setiap Rp1,00 aktiva dibiayai dengan utang jangka pendek sebesar
Rp16,00 atau Rp1,00 passiva. Maka Rp0,16,00 merupakan utang jangka pendek.
Untuk tahun 2003 adalah:
Artinya utang jangka pendek tahun 2005 berjumlah 16% dari jumlah passiva. Atau
dengan kata lain, setiap Rp1,00 aktiva dibiayai dengan utang jangka pendek sebesar
Rp16,00 atau Rp1,00 passiva. Maka Rp0,16,00 merupakan utang jangka pendek.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa aktiva yang dibiayai utang jangka pendek
menurun tahun 2003 sebesar 1% pada tahun 2004 dan tetap pada tahun 2005.
Artinya sediaan tahun 2003 berjumlah 14% dari jumlah aktiva. Atau dengan kata lain,
setiap Rp1,00 aktiva diinvestasikanpada sediaan sebesar Rp 0,14,00
Untuk tahun 2004
Artinya sediaan tahun 2004 berjumlah 16,5% dari jumlah aktiva. Atau dengan kata
lain, setiap Rp1,00 aktiva diinvestasikan pada sediaan sebesar Rp 0,165,00
Untuk tahun 2005.
Artinya sediaan tahun 2005 berjumlah 22% dari jumlah aktiva. Atau dengan kata lain,
setiap Rp1,00 aktiva diinvestasikan pada sediaan sebesar Rp 0,22,00
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa investasi aktiva di sediaan terus meningkat
dari 14% tahun 2003 menjadi 16,5% tahun 2004 dan menjadi 22% tahun 2005.
Artinya harga pokok penjualan tahun 2003 berjumlah 46% dari jumlah penjualan
bersih. Atau dengan kata lain, setiap Rp 1,00 penjualan bersih terkandung Rp 0,46,00
harga pokok penjualan.
Untuk tahun 2004 :
Artinya harga pokok penjualan tahun 2004 berjumlah 47% dari jumlah penjualan
bersih. Atau dengan kata lain, setiap Rp 1,00 penjualan bersih terkandung Rp 0,47,00
harga pokok penjualan
Untuk tahun 2005 :
Artinya harga pokok penjualan tahun 2005 berjumlah 47% dari jumlah penjualan
bersih. Atau dengan kata lain, setiap Rp 1,00 penjualan bersih terkandung Rp 0,47,00
harga pokok penjualan.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kandungan harga pokok penjualan di penjualan
bersih meningkat 1% dari tahun 2003 ke tahun 2004. Demikian pula untuk tahun
2005 dengan jumlah yang sama.
5. Antara Komponen Laba Operasional dengan Penjualan Bersih
Untuk tahun 2003 :
Artinya laba operasional tahun 2003 berjumlah 17% dari jumlah penjualan bersih.
Atau dengan kata lain, setiap Rp 1,00 penjualan bersih terkandung Rp 0,17,00 laba
operasional.
Untuk tahun 2004:
Artinya laba operasional tahun 2004 berjumlah 25% dari jumlah penjualan bersih.
Atau dengan kata lain, setiap Rp 1,00 penjualan bersih terkandung Rp 0,25,00 laba
operasional.
Untuk tahun 2005 :
Artinya laba operasional tahun 2005 berjumlah 26% dari jumlah penjualan bersih.
Atau dengan kata lain, setiap Rp 1,00 penjualan bersih terkandung Rp 0,26,00 laba
operasional.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa laba operasional terus meningkat dari tahun
2003 sebesar 17% menjadi 25% pada tahun 2004 dan 26% pada tahun 2005.
Untuk pos-pos selanjutnya, dari kedua laporan keuangan diatas dapat dihitung dengan
cara yang sama.
Contoh menggunakan analisis ini, misalnya kenaikan sediaan tahun 2005 sejumlah Rp
800,00 menjadi sebesar Rp 1.000,00 pada tahun 2006 menjadi berarti. Hal ini perlu
dilihat dulu dengan membandingkan dengan total aktiva dimana pada tahun 2005
sebesar Rp 3.650,00 dan tahun 2006 sebesar Rp 4.200,00 dengan demikian, analisis
persentase per komponen (APP) adaah sebagai berikut:
Untuk tahun 2005:
perbandingan sediaan:
Dari data ini memang terlihat bahwa kenaikan sediaan diikuti oleh kenaikan
persentase antara sediaan dengan total aktiva sehingga dianggap memiliki arti yang
cukup baik.
G. Rangkuman
Tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah:
1.
2.
3.
4.
Rasio Neraca
Rasio neraca yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari neraca.
Rasio Laporan Laba Rugi
Rasio laporan laba rugi yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber
dari laporan rugi laba.
Rasio Antar Laporan
Rasio antar laporan yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber (data
campuran), baik yang ada di neraca maupun di laporan rugi laba.
investasi.
1 Rasio harga saham terhadap pendapatan
2 Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku
Menurut James C Van Home, bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai berikut:
a Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
1 Rasio Lancar (Current Ratio)
2 Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio Atau Acid Test Ratio)
b Rasio Pengungkit (Leverages Ratio)
1 Total Utang terhadap Ekuitas
2 Total Utang terhadap Total Aktiva
c Rasio Pencakupan (Coverage Ratio)
1 Bunga Penutup
d Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
1 Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
2 Rata-Rata Penagihan Piutang (Average Collection Period)
3 Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
4 Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over)
e Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
1 Margin Laba Bersih
2 Pengembalian Investasi
3 Pengembalian Ekuitas
Menurut Gerald, bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai berikut:
1 Activity Analysis
Activity Analysis yaitu kegiatan evaluasi pendapatan dan output secara umum dari
aset perusahaan yang terdiri dari:
perusahaan.
3 Long-Term Debt and Solvency Analysis
4 Provitability Analysis
Menurut James O Gill, bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai berikut:
a Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
1 Rasio Lancar (Current Ratio)
2 Rasio Perputaran Kas
3 Rasio Utang terhadap Kekayaan Bersih
b Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
1 Rasio Laba Bersih
2 Tingkat Laba atas Penjualan
3 Tingkat Laba atas Investasi
c Rasio Efisiensi (Activity Ratio)
1 Waktu Pengumpulan Piutang
2 Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
3 Rasio Aktiva Tetap terhadap Nilai Bersih (Total Assets Turn Over)
4 Rasio Perputaran Investasi
Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang
diukur dengan menggunakan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban
lancar. Jadi rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek baik kewajiban
kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan, artinya apabila
perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama
utang yang sudah jatuh tempo.
Rasio likuiditas atau sering disebut rasio modal kerja merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Cara mengukurnya
adalah dengan membandingkan seluruh komponen di passiva lancar (utang jangka
pendek). Hasil dari penilaian terhadap rasio ini ada 2 (dua). Hasil tersebut adalah
Rasio Leverages
Sumber-sumber dana dapat diperoleh perusahaan melalui pinjaman atau modal
sendiri. Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman
harus diperhitungkan dengan matang. Perhitungan untuk membuat keputusan dapat
dilakukan dengan rasio leverages. Rasio leverages merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya
besarnya jumlah utang perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan
usahanya dibandingkan jika dengan menggunakan modal sendiri. Keuntungan dengan
mengetahui rasio ini adalah:
a Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak
b
c
lainnya;
Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap;
Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan
modal,
d Guna mengambil keputusan penggunaan sumber dana ke depan.
Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, sediaan, penagihan piutang dan
lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas
sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan terlihat apakah perusahaan lebih
Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan (growth ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan
perekonomian dan sektor usahanya.Dalam rasio pertumbuhan yang dianalisis adalah
pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan per saham dan dividen per saham.
Rasio Penilaian
Rasio penilaian (valuation ratio) yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan
pencapaian tujuan.
Standar industry yang digunakan untuk industry yang sama, misalnya tingkat Capital
Adequacy Ratio (CAR) untuk dunia perbankan, atau persentase laba atas penjualan
tertentu.
Rasio keuangan pesaing pada usaha sejenis yang terdekat, yang digunakan sebagai
bahan acuan untuk menilai rasio keuangan yang diperoleh di samping standar industry
yang ada.
Angka-angka pembanding ini dapat diambil dari laporan keuangan yang dibuat atau
sumber lainnya.Kemudian, untuk target masing-masing rasio sudah ditentukan
sebelumnya.Sementara itu, rasio dari rata-rata industry dapat diperoleh dari lembaga
yang berwenang mengeluarkan, misalnya untuk perbankan dapat diperoleh dari Bank
Indonesia (BI).Khusus untuk rasio pesaing dapat diperoleh dari laporan keuangan
yang dibuat dan sudah dipublikasi atau dari inteljen pemasaran.
D Keterbatasan Rasio Keuangan
Dalam praktiknya, walaupun rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan
keguanaan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, buka
berarti rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100% kondisi dan posisi
keuangan yang sesungguhnya. Artinya kondisi sesungguhnya belum tentu terjadi
seperti hasil perhitungan yang dibuat.Memang dengan hasil rasio yang diperoleh,
paling tidak dapat diperoleh gambaran yang seolah-olah sesungguhnya terjadi.Namun,
belum bisa dipastikan menjamin kondisi dan posisi keuangan yang
sebenarnya.Mengapa ?Karena rasio-rasio keuangan yang digunakan memiliki banyak
kelemahan.
J. Fred Weston menyebutkan kelemahan rasio keuangan sebagai berikut:
a Data keuangan disusun dari data akuntansi. Kemudian, data tersebut ditafsirkan
dengan berbagai macam cara, misalnya masing-masing perusahaan menggunakan:
metode penyusutan yang berbeda untuk menentukan nilai penyusutan terhadap
aktivanya sehingga menghasilkan nilai penyusutan setiap periode juga
berbeda, atau
penilaian sediaan yang berbeda
Prosedur pelaporan yang berbeda, mengakibatkan laba yang dilaporkan berbeda
pula, (dapat naik atau turun), tergantung prosedur pelaporan keuangan tersebut
Adanya manipulasi data, artinya dalam penyusunan data pihak penyusun tidak
jujur dalam memasukkan angka-angka ke laporan keuangan yang mereka buat.
Akibatnya hasil perhitungan rasio keuangan tidak menunjukkan hasil yang
sesungguhnya.
Perlakuan pengeluaran untuk biaya-biaya antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya berbeda. Misalnya biaya riset dan pengembangan, biaya
perencanaan pensiun, merger, jaminan kualitas pada barang jadi dan cadangan
e
f
g
kredit macet.
Penggunaan tahun fiscal yang berbeda, juga dapat menghasilkan perbedaan.
Pengaruh musiman mengakibatkan rasio komperatif akan ikut berpengaruh.
Kesamaan rasio keuangan yang telah dibuat dengan standar industry belum
menjamin perusahaan berjalan normal dan telah dikelola dengan baik.
Oleh karena itu, untuk meminimalkan risiko kesalahan dalam membuat risiko
keuangan, diperlukan prinsip kehati-hatian.Setidaknya dengan tindakan kehatihatian ini dapat membantu dalam menutupi kelemahan dari rasio keuangan
tersebut.
5
6
dan bersifat negative atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Dalam
praktiknya rentabilitas modal sendiri, selain dipengaruhi oleh rasio utang.
Pengaruh positif memiliki arti semakin besar rasio utang, besar pula rasio
modal sendiri, dengan catatan kalau rentabilitas ekonomi (8%) lebih besar dari
tingkat bunga (7%).
Pengaruh negativenya adalah kalau rentabilitas ekonomi lebih kecil dari
tingkat Bunga, rasio utang bertambah besar dan rasio modal sendiri menjadi kecil.
F Kondisi Keuangan
Untuk memudahkan kita dalam memahami suatu laporan keuangan secara cepat,
kita dapat melihat ringkasan laporan keuangan tersebut.Caranya adalah dengan
memasukkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan ke dalam persentase
tertentu.
Menurut James O Gill, kondisi keuangan yang harus diperhatikan sebagai berikut:
1 Sebagai contoh kondisi neraca PT MARAS yang sudah dimasukkan dalam
persentase.
Aktiva
Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Aktiva Lainnya
Total Aktiva
2
%
82%
13%
5%
100%
Passiva
Kewajiban Lancar
Kewajiban Jangka Panjang
Ekuitas
Total Passiva
%
20%
22%
58%
100%
Untuk kondisi perusahaan yang aman dapat dilihat dari komposisi masingmasing aktiva, utang, dan modalnya. Untuk kondisi aman, apabila
komposisinya adalah sebagai berikut:
Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
70%
30%
Total Aktiva
100%
Kewajiban Lancar
Kewajiban Jangka Panjang
Modal
Total Passiva
25%
15%
60%
100%
30%
70%
Kewajiban Lancar
Kewajiban Jangka Panjang
Modal
20%
45%
35%