Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia adalah merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomenisi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo apeneurotik dinding perut ( R. Sjamsuhidayat,
2004).
Hernia adalah proporsi abdnormal organ jaringan atau bagian organ melalui stuktur yang
secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat
dari kelemahan muskular abdomen konginental atau didapat (Monika Ester, 2004).
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal
melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat ( Barbara C Long, Hal 246).
Hernia Inguinalis adalah visera menonjol ke dalam kanal inguinal pada titik di mana tali
spermatik muncul pada pria,dan di sekitar ligamen wanita (Monika E.2002). 8
Hernia Inguinalis Indirek disebut hernia Inguinalis Lateralis yaitu hernia yang keluar dari
rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrik inferior, kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis ( Jong 2004:527).
Hernia Skrotalis adalah hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia
masuk dari anulus ke dalam kanalis dan jika panjang menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternum dan sampai ke skrotum ( R. Sjamsuhidayat, 2004).
1

Hernia Umbilikalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah pusat (Monika Ester,
2000).
Jadi dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan dari isi perut dalam rongga
abnormal melalui lubang yang kongenital ataupun didapat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 HERNIA INGUINALIS


Definisi
Hernia merupakan protrusi abnormal dari jaringan atau organ melalui defek
dari dinding sekelilingnya. Hernia paling sering terjadi pada dinding abdomen,
terutama pada daerah inguinal. Diperkirakan bahwa 5% populasi akan mengalami
hernia Hernia pada dinding abdomen terjadi pada lokasi dengan aponeurosis dan fasia
yang tidak dilapisi otot. Lokasi ini antara lain daerah inguinal, femoral, umbilikal, linea
alba, bagian bawah garis semilunar, dan tempat yang pernah dilakukan insisi. Hernia
terdiri atas komponen kantung, isi, dan leher. Ukuran leher atau orifisium hernia tidak
berhubungan konsisten dengan ukuran kantung hernia.

Gambar 1. Lokasi Hernia Abdominalis


Suatu hernia dikatakan reponibel bila isinya dapat dikembalikan ke dalam rongga
abdomen. Bila isi hernia tidak dapat kembali ke dalam rongga abdomen, hernia
dikatakan ireponibel atau inkarserata. Hernia strangulata biasa terjadi pada hernia dengan
orifisium yang kecil dan kantung yang besar. Pada hernia strangulata terjadi gangguan
aliran darah, dapat berupa gangguan aliran arteri, vena, atau keduanya, pada komponen
isi hernia akibat obstruksi pada bagian orifisium. Salah satu predisposisi terjadinya
obstruksi intestina dan strangulasi adalah terjadinya adhesi antara komponen isi hernia
dengan lapisan peritoneum dari kantung.1 Hernia Richter merupakan hernia yang berisi
sebagian diameter sirkumferensial dari dinding usus sehingga dapat terjadi keadaan
strangulasi tanpa disertai obstruksi usus. Hernia juga dibedakan menjadi hernia
4

interna, hernia eksterna, dan hernia interparietal. Pada hernia eksterna, isi hernia
melewati seluruh lapisan dinding abdomen, sementara pada hernia interna, defek
terjadi

pada

dinding

peritoneal

sehingga

terjadi

protrusi

usus.

Pada

hernia

interparietal, isi hernia berada di dalam lapisan muskuloaponeurotik dinding abdomen.1


Epidemiologi
Hernia pada daerah groin mencakup 75% dari seluruh hernia. Hernia inguinalis
dibedakan menjadi hernia inguinalis indirek dan direk. Pada hernia inguinalis indirek,
kantung hernia memasuki annulus inguinalis interna dan melalui annulus inguinalis
eksterna menuju skrotum. Sementara pada hernia inguinalis direk, kantung hernia terletak
medial dari annulus inguinalis interna. Dua pertiga kasus hernia inguinalis adalah jenis
indirek. Hernia inguinalis indirek dan direk juga dapat terjadi bersamaan.

Laki-laki

memiliki risiko 25 kali dibanding perempuan untuk mengalami hernia inguinalis. Hernia
inguinalis indirek lebih sering terjadi di sebelah kanan karena penurunan testis sebelah
kanan yang terjadi lebih lambat diikuti gangguan atrofi prosesus vaginalis.
Embriologi

Gambar 2. Penutupan Prosesus Vaginalis


5

Prosesus vaginalis adalah suatu struktur yang terbentuk pada bulan ketiga kehamilan,
berupa divertikulum

peritoneal

yang

terdiri

dari

bagian

transversal

fasia

endoabdominal. Pembentukan gonad terjadi pada minggu kelima gestasi di sebelah


anteromedial nephrogenic ridges. Pada janin laki-laki, gonad dan skrotum dihubungkan
oleh gubernakulum, sementara pada janin perempuan, gonad dan labia dihubungkan oleh
ligamentum rotundum. Pada bulan ketiga kehamilan mulai terjadi penurunan gonad. Pada
bulan ketujuh gestasi, testis mencapai annulus inguinalis eksterna. Penurunan testis pada
janin dipengaruhi oleh calcitonin generelated peptide (CGRP) yang dihasilkan
melalui androgen fetal oleh saraf genitofemoral. CGRP juga mempengaruhi penutupan
prosesus vaginalis paten (PPV). Akan tetapi, proses penutupan ini belum dipahami
sepenuhnya. Pada bulan ketujuh kehamilan, testis mulai turun dari kanal dengan dipandu
oleh prosesus vaginalis.2
Anatomi

Gambar 3. Penampang Parasagital Klasik Nyhus: Regio Midinguinal Kanan


6

Lapisan terluar dari daerah groin adalah kulit dan jaringan subkutan, Di bawahnya
terdapat arteri dan vena iliaka sirkumflexa superfisialis, epigastrika superfisialis, dan
pudenda eksterna. M. obliquus eksternus berada di bawah lapisan subkutan. Otot ini
mengarah ke inferior dan medial. Aponeurosis m. obliquus eksternus terdiri dari
lapisan superfisial dan lapisan dalam. Aponeurosis m. obliquus eksternus, bersama dengan
aponeurosis m. obliquus internus dan m. transversus abdominis membentuk anterior
rectus sheath dan linea alba. Aponeurosis m. obliquus eksternus juga merupakan batas
superfisial dari kanalis inguinalis.1
Ligamentum inguinal (Poupart) merupakan bagian inferior dari aponeurosis m.
obliquus eksternus. Ligamen ini berjalan dari spina iliaka anterior superior menuju
tuberkulum pubikum. Ligamentum lakunar yang merupakan batas sebelah medial dari
femoral space terbentuk dari insersi ligamen inguinal ke pubis. Annulus inguinalis
eksterna,

tempat keluarnya korda spermatikus dari kanalis inguinalis, merupakan

pembukaan dari aponeurosis m. obliquus eksternus yang terletak superior dan sedikit
lateral dari tuberkulum pubikum.1

Gambar 4. Anatomi Struktur Preperitoneal


M. obliquus internus mengarah ke superior dan lateral pada abdomen bagian
atas dan mengarah transversal pada bagian inguinal. Otot ini merupakan batas
superior

dari

kanalis inguinalis.

Aponeurosis m. obliquus internus sebelah medial

bergabung dengan aponeurosis m. transversus abdominis membentuk conjoined tendon.


M. transversus abdomis berjalan transversal pada hampir seluruh bagiannya. Kekuaran
dan keutuhan otot ini dan aponeurosisnya berperan penting dalam terjadinya hernia
inguinalis.

Batas

bawah

m. transversus abdominis bergabung dengan m. obliquus

internus membentuk arkus aponeurosis transversus abdominis. Fasia transversalis adalah


suatu

lapisan jaringan

ikat

yang

melapisi otot dinding abdomen dan merupakan

komponen dari inguinal floor.(Malangoni, 2007)

Aponeurosis m. transversus abdominis dan fasia pada batas atas femoral sheath
berlanjut menjadi traktus iliopubik. Krus inferior annulus inguinalis interna dibentuk oleh
traktus ini, sementara krus superiornya dibentuk oleh arkus aponeurosis m. transversus
abdominis. Kanalis inguinalis bermula dari annulus inguinalis interna dan berakhir
pada annulus inguinalis eksterna. Struktur ini berisi funikulus spermatikus pada laki-laki
dan ligamentum rotundum pada perempuan. Panjang kanalis inguinalis sekitar 4 cm
dan terletak 2-4 cm kranial dari ligamentum inguinale. (Malangoni, 2007)
Funikulus spermatikus terdiri dari otot kremaster, pembuluh darah testikularis dan
kremaster, cabang genital n. genitofemoral, vas deferens, pembuluh limfe, dan
prosesus vaginalis. Aponeurosis m. obliquus eksternus melapisi kanalis inguinalis
secara superfisial. Dinding kanalis inguinalis sebelah kranial dibentuk oleh otot dan
aponeurosis m. obliquus internus serta m. transversus abdominis. Dinding inferior kanalis
inguinalis dibentuk oleh ligamentum inguinale dan ligamentum lakunare. Dinding posterior
atau lantai kanalis inguinalis terdiri atas fasia transversalis dan aponeurosis m.
transversus abdominis. (Malangoni, 2007)
Hernia direk terbentuk melalui segitiga Hesselbach, yaitu daerah yang dibatasi
oleh pembuluh darah epigastrika inferior di superolateral, rectus sheath di sebelah
medial, danligamentum inguinale di inferior. Hernia femoralis terjadi melalui kanalis
femoralis.
Kanalis femoralis adalah daerah yang dibatasi oleh traktus iliopubik di sebelah
anterior, ligamentum Cooper di sebelah posterior, dan vena femoralis di sebelah lateral.
(Malangoni, 2007)

Etiologi
Hernia inguinalis indirek disebabkan oleh obliterasi prosesus vaginalis yang
inkomplit. Pembentukan hernia inguinalis indirek juga dipengaruhi oleh peningkatan
tekanan intra-abdomen dan pembesaran annulus inguinalis interna. Bila hernia
inguinalis indirek tidak ditatalaksana, akan terjadi dilatasi annulus inguinalis interna
lebih lanjut dan kelemahan inguinal floor. Hernia inguinalis indirek tahap lanjut
dapat mencapai skrotum. Hernia inguinalis direk disebabkan oleh kelemahan fasia
transversalis di daerah Trigonum Hesselbach. Beberapa bukti menunjukkan bahwa
hernia inguinal direk dapat berkaitan dengan gangguan sintesis atau metabolisme kolagen,
baik yang bersifat kongenital maupun didapat. (Doherty, 2006)
Keadaan peningkatan tekanan intra-abdomen yang terjadi secara kronik dapat
menyebabkan progresi hernia. Kondisi-kondisi tersebut antara lain obesitas, kebiasaan
mengangkat barang berat, batuk, konstipasi (mengedan pada saat buang air besar),
dan

gangguan

prostat (mengedan

saat

buang

air

kecil).

Keadaan

lain

yang

berhubungan dengan progresi hernia antara lain sirosis dengan asites, kehamilan,
penggunaan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), dan pembesaran atau
keganasan organ pelvis. Kelemahan fasia transversalis yang

disebabkan

oleh

bertambahnya usia dan penyakit kronik mengakibatkan penurunan turgor jaringan pada
daerah Hesselbach. (Doherty, 2006)

10

Klasifikasi
Klasifikasi hernia pada lipat paha menurut Nyhus adalah sebagai berikut

Gambar 4. Klasifikasi Hernia Lipat Paha Menurut Nyhus


Manifestasi Klinis
Gejala utama dari hernia inguinalis adalah benjolan atau pembengkakan pada
daerah lipat paha. Beberapa pasien mengeluhkan rasa nyeri yang muncul tiba-tiba dan
penonjolan yang timbul saat mengangkat benda berat atau mengedan. Rasa nyeri
dapat menjalar hingga skrotum. Hernia sering ditemukan pada pemeriksaan medis
rutin. Gejala yang ditimbulkan oleh hernia inguinalis direk lebih ringan dan
kemungkinan terjadinya hernia inkarseta atau strangulata lebih kecil. Gejala semakin
memberat seiring membesarnya hernia. (Doherty, 2006)
11

Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan yang dapat direposisi atau tidak dapat
direposisi. Pasien perlu diperiksa pada posisi berdiri dan berbaring. Identifikasi
annulus inguinalis eksterna dapat dilakukan dengan melakukan palpasi pada skrotum
dengan jari pada superolateral tuberkulum pubikum. Untuk menegakkan diagnosis
hernia, pemeriksa harus merasakan adanya protrusi jaringan pada annulus inguinalis
eksterna saat pasien batuk.
Hernia yang turun ke skrotum hampir pasti merupakan suatu hernia inguinalis
indirek. Pada pemeriksaan inspeksi saat pasien berdiri dan mengedan, hernia direk tampak
sebagai benjolan sirkular yang simetris dan benjolan menghilang saat pasien berbaring.
Sementara pada hernia indirek, benjolan tampak berbentuk elips dan lebih sulit mengalami
reposisi. (Doherty, 2006)
Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan dinding posterior kanalis inguinalis yang
keras dan tegang pada hernia indirek dan dinding yang relaks atau tidak teraba pada hernia
direk. Bila jari pemeriksa diletakkan pada annulus inguinalis eksterna dan terjadi
protrusi saat pasien batuk, pada hernia direk protrusi terjadi pada bagian samping
jari sementara pada hernia indirek protrusi dirasakan pada ujung jari. Pemeriksaan
auskultasi

dilakukan

untuk menentukan ada tidaknya komponen usus pada hernia.

(Doherty, 2006)

12

Gambar 5. Pemeriksaan Hernia


Diagnosa Banding

13

Gambar 6. Diagnosis Banding Hernia pada Daerah Lipat Paha


TATALAKSANA
Tatalaksana

definitif

hernia

inguinalis

adalah

tindakan

pembedahan.

Ditegakkannya diagnosis merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan. Prinsip


pembedahan pada hernia adalah herniotomi dan herniorafi. Herniotomi adalah
tindakan membuka dan melepaskan kantung hernia, sedangkan herniorafi adalah
tindakan memperbaiki dinding posterior kanalis inguinalis. Pendekatan yang dapat
digunakan dalam herniorafi antara lain open, preperitoneal, dan laparoskopik. (Cheek,
2002)
II.2 HIDROKEL
Batasan
14

Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan diantara lapisan parietalis


dan viseralis tunika vaginalis, yang dalam keadaan normal cairan ini berada dalam
keseimbangan antara produksi dan resorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. (Purnomo,
2007)
Patofisiologi dan Etiologi
Hidrokel pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh belum sempurnanya
penutupan prosesus vaginalis dan belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum
dalam melakukan resorbsi cairan hidrokel. Hidrokel pada orang dewasa dapat terjadi secara
idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena kelainan pada testis
atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau resorbsi cairan
di kantong hidrokel. (Purnomo, 2007)

Gejala Klinis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi
kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan transluminasi.
Pemeriksaan dan Diagnosis
Tampak benjolan di skrotum dengan konsistensi kistus dan pada penerawangan
menunjukkan adanya transiluminasi.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa
macam hidrokel :
15

1. Hidrokel testis
2. Hidrokel funikulus
3. Hidrokel comunikan
Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis
tak dapat diraba. Pada anamnesa, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di
sebelah kranial dari testis sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar
kantong hidrokel. Pada anamnesa kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari
Pada hidrokel komunikan, terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan
rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada
anamnesa, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah . pada palpasi, kantong hidrokel
terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.

Gambar 7. Jenis-Jenis Hematokel


Penatalaksanaan
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun
dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri,
tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar maka perlu untuk dilakukan
16

koreksi. Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali


disertai hernia inguinalis sehingga pada saat koreksi sekaligus melakukan herniorafi.
Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan skrotal dengan melakukan eksisi
dan marsupialisasi, sedang pada hidrokel funikuli dilakukan ekstirpasi hidrokel secara
intoto. (Purnomo, 2007)
Komplikasi
Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan
hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga
menimbulkan atrofi testis.
II.3 VARIKOKEL
Batasan
Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. (Purnomo, 2007)
Pathogenesis
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi
dari pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai
daripada sebelah kanan. Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel
bilateral patut dicurigai adanya: kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat
obstruksi vena karena tumor), muara vena spermatika kanan pada vena renails kanan,
atau adanya situs inversus. Varikokel

dapat

menimbulkan

gangguan

proses

spermatogenesis melalui beberapa cara, antara lain: (Purnomo, 2007)


17

1. Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami hipoksia
karena kekurangan oksigen.
2. Refluks hasil metabolit ginjal

dan

adrenal

(antara

lain

katekolamin

dan

prostaglandin) melalui vena spermatika interna ke testis.


3. Peningkatan suhu testis.
4. Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan, memungkinkan
zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke testis kanan sehingga
menyebabkan gangguan spermatogenesis testis kanan dan pada akhirnya terjadi
infertilitas.

Gambar 8. Varicocele
Gejala Klinis
Keluhan yang sering muncul adalah belum mempunyai anak setelah beberapa tahun
menikah, adanya benjolan di atas testis, dan nyeri pada testis.
Pemeriksaan dan Diagnosis

18

Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berdiri, dengan memperhatikan keadaan skrotum


kemudian dilakukan palpasi.
Secara klinis varikokel dibedakan dalam 3 tingkatan/derajat:
1. Derajat

kecil

adalah

varikokel

yang

dapat

dipalpasi

setelah

pasien

melakukan manuver valsava


2. Derajat sedang adalah varikokel yang dapat dipalpasi tanpa melakukan
manuver valsava
3. Derajat besar adalah varikokel yang sudah dapat

dilihat

bentuknya tanpa

melakukan manuver valsava. Untuk menilai seberapa jauh varikokel telah


menyebabkan kerusakan pada tubuli seminiferi dilakukan pemeriksaan analisis
semen.
Terapi
Varikokel

yang

telah

menimbulkan

gangguan

fertilitas

atau

gangguan

spermatogenesis merupakan indikasi untuk mendapatkan suatu terapi. Tindakan yang


dikerjakan adalah ligasi tinggi vena spermatika interna secara Palomo melalui operasi
terbuka atau bedah laparoskopi.
Evaluasi
Pasca tindakan dilakukan evaluasi keberhasilan terapi, dengan melihat beberapa
indicator antara lain berupa bertambahnya volume testis, perbaikan hasil analisis semen
(yang dikerjakan setiap 3 bulan), atau pasangan itu menjadi hamil.

19

Pada kerusakan testis yang belum parah, evaluasi pasca bedah vasoligasi tinggi
dari Palomo didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60-80% terjadi
perbaikan analisis semen, dan 50% pasangan menjadi hamil.

II.4 TORSIO TESTIS


Batasan
Terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan aliran
darah pada testis. (Purnomo, 2007)
Penyebab
1. Trauma
2. Kelainan sistem penyangga testis (anomali bell-clapper)
Patofisiologi
Secara fisiologis otot kremaster berfungsi menggerakkan testis mendekati dan
menjauhi rongga abdomen guna mempertahankan suhu ideal untuk testis. Adanya
kelainan sistem penyanggah testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio

jika

bergerak secara berlebihan. Beberapa keadaan yang menyebabkan pergerakan yang


berlebihan itu, antara lain perubahan suhu yang mendadak, celana dalam yang terlalu
ketat dan trauma yang mengenai skrotum.

20

Gambar 9. Torsio Testis


Gejala Klinis
Keluhan berupa nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan
diikuti pembengkakan pada testis. Keadaan ini dikenal sebagai akut skrotum. Nyeri
dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah, sehingga jika tidak diwaspadai
sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Pada bayi gejalanya tidak khas yakni gelisah,
rewel, atau tidak mau menyusui. (Purnomo, 2007)
Pemeriksaan dan Diagnosa
1. Anamnesis yang lengkap mengenai proses kejadian
2. Inspeksi : testis membengkak, letaknya lebih tinggi dan lebih horisontal daripada
testis sisi kontralateral.
3. Palpasi : kadang-kadang pada torsio testis yang baru saja terjadi dapat diraba adanya
lilitan atau penebalan funikulus spermatikus.
4. Pemeriksaan sedimen urine tidak menunjukkan adanya lekosit dalam urine dan
pemeriksaan darah tidak menunjukkan tanda inflamasi, kecuali pada torsio testis
yang sudah lama dan telah mengalami keradangan steril.
Diagnose Banding
1. Epididimitis akut.
Secara klinis sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri skrotum akut biasanya
disertai dengan kenaikan suhu tubuh, keluarnya nanah dari uretra. Jika dilakukan
21

elevasi atau pengangkatan testis terkadang nyeri akan berkurang, sedangkan pada
torsio testis nyeri tetap ada. Pada pemeriksaan sedimen urine didapatkan adanya
leukosituria atau bakteriuria
2. Hernia skrotalis inkarserata
3. Hidrokel terinfeksi
Penatalaksanaan
1. Detorsi manual
Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya dengan jalan
memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Karena biasanya ke medial
maka dianjurkan memutar kearah lateral dulu dan jika tidak terjadi perubahan dicoba
ke arah medial. Jika detorsi berhasil operasi harus tetap dilaksanakan.
2. Operasi
Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan posisi testis pada arah
yang benar dan setelah itu dinilai apakah testis yang mengalami torsio masih
voable atau sudah nekrosis.Jika testis masih hidup, dikaukan orkidopeksi (fiksasi
testis) pada tunika dartos kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral.
Orkidopeksi dilakukan dengan mempergunakan benang yang tidak diserap pada
tiga tempat, sedangkan pada testis yang sudah nekrosis dilakukan orkidektomi.
II.5 KEGANASAN TESTIS
Batasan
Semua pembesaran dan perubahan konsistensi dari testis harus dianggap suatu
keganasan, sampai terbukti sebaliknya. (Purnomo, 2007)
Epidemiologi
Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria yang berusia 15-35 tahun,
dan merupakan 1-2% semua neoplasma pada pria. Lebih dari 5% kasus adalah tumor testis
bilateral.
22

Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian
tumor testis, antara lain:
1.
2.
3.
4.

Maldesensus testis
Trauma testis
Atrofi atau infeksi testis
Pengaruh hormon
Terdapat 7-10% pasien dengan karsinoma testis menderita maldesensus testis,

proses tumorgenesis pasien dengan maldesensus 48 kali lebih besar daripada testis
normal meskipun sudah dilakukakn orkidopeksi.
Klasifikasi
Sebagian besar (95%) tumor testis berasal dari sel germinal sedangkan sisanya
berasal dari non germinal.
1. Germinal
a. Seminoma
1) Klasik
2) Anaplastik
3) Spermatositik
b. Non seminoma
1) Karsinoma sel embrional
2) Koriokarsinoma
3) Teratoma
4) Tumor yolk sac
2. Non germinal
a. Tumor sel Leydig
b. Tumor sel Sertoli
c. Gonadoblastoma
3. Sekunder (metastase) tumor
a. Limfoma
b. Leukemia infiltrative
23

Gambar 10. Keganasan Pada Testis

Penyebaran

Limfogen
Tumor

testis

menyebar melalui pembuluh

limfe menuju kelenjar

limfe

retroperitoneal (para aorta), kemudian menuju ke kelenjar limfe mediastinal dan


supraklavikula

Hematogen

Tumor menyebar secara hematogen ke paru, hepar dan otak

24

Gambaran Klinis
1. Keluhan utama : pembesaran testis tanpa nyeri
2. Keluhan akibat penyebaran (M) 10%
o Nyeri belakang (back pain)
o Kolik ureter
o Tumor abdomen
o Ginekomasti
o Batuk
Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada
palpasi, dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi. Diperhatikan adanya infiltrasi
tumor pada funikulus atau epididimis. Perlu dicari kemungkinan adanya massa di abdomen,
benjolan kelenjar supraklavikuler, ataupun ginekomasti.
Penanda tumor
Penanda tumor yang paling sering diperiksa pada tumor testis adalah:
1. FP (Alfa Feto Protein) adalah glikoprotein yang diproduksi oleh embrional,
teratokarsinoma, atau tumor yolk sac tetapi tidak diproduksi oleh koriokarsinoma
murni dan seminoma murni.
2. HCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah glikoprotein pada keadaan normal
diproduksi oleh jaringan trofoblas. Penanda ini meningkat pada semua pasien
koriokarsinoma, 40-60% pada karsinoma embrional, 5- 10% pada seminoma murni
Pencitraan
Pemeriksaan ultrasonografi dapat membedakan dengan jelas lesi intratestikuler atau
lesi ekstratestikuler dan massa padat atau kistik. Pemeriksaan CT Scan berguna
menentukan ada tidaknya metastasis pada retroperitoneum.

25

Diagnose Banding
1. Orko-epididimitis
2. Hidrokel
3. Spermatokel
Penatalaksanaan
Pada dugaan tumor testis tidak diperkenankan melakukan biopsi testis untuk
penegakan diagnosis patologi anatomi tetapi dengan cara mengambil jaringan melalui
radikal orkidektomi.
Dari hasil pemeriksaan patologi dapat dikategorikan antara seminoma dan non
seminoma. Jenis seminoma memberikan respon yang yang cukup baik terhadap
radiasi sedangkan jenis non seminoma tidak sensitif. Oleh karena itu radiasi eksterna
dipakai sebagai ajuvan terapi pada seminoma testis. Pada non seminoma yang belum
melewat stadium III dilakukan pembersihan kelenjar retroperitoneal atau retroperitoneal
lymphnode disection (RPLND). Tindakan diseksi kelenjar pada pembesaran aorta yang
sangat besar didahului dengan pemberian sitostatika terlebih dahulu dengan harapan
akan terjadi downstaging dan ukuran tumor akan mengecil. Sitostatika yang diberikan
di berbagai klinik tidak sama. Di beberapa klinik diberikan kombinasi regimen PVB
(Sisplatinum, Vinblastin, dan Bleomisin).

26

BAB III
LAPORAN KASUS

I.

II.

IDENTITAS
Nama
: Tn. R
Tanggal lahir
: 17 Agustus 1960
Usia
: 68 tahun
Agama
: Islam
RM
: 13.25.11
Alamat
: Plumpang
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan
: buruh
Status pernikahan
: Kawin
Masuk Rumah Sakit : 8 September 2015 (11.25 WIB)
Pemeriksaan
: 8 September 2015
ANAMNESA (Autoanamnesis tanggal 8/9/2015)
Keluhan utama
Benjolan di lipatan paha kanan sampai kantung kemaluan sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang

27

Pasien mengeluh muncul benjolan di lipat paha sampai kantung kemaluan sebelah
kanan sejak 2 minggu yang lalu. Benjolan dirasakan dapat hilang timbul. Benjolan timbul
pada saat pasien berdiri dan hilang pada saat pasien duduk atau berbaring dan kadang-adang
dapat dimasukkan sendiri ke dalam perut. Pasien tidak mengeluhkan gangguan buang air
besar.
Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri pada benjolan. Pasien menyangkal adanya
demam. Riwayat muntah, perut begah, demam disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat
benturan pada lipat paha dan kemaluan.
Pasien bekerja sebagai buruh sering mengangkat beban yang berat sekitar 15 kg setiap
hari. Pasien merokok sejak masih muda dan Pasien akhir-akhir ini sering batuk dan pasien
belum pernah memeriksakan batuknya tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, tidak ada diabetes melitus, alergi, asma,
penyakit jantung dan paru.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi, diabetes melitus, asma, dan alergi di keluarga disangkal.
Riwayat terdapat penyakit jantung dan paru di keluarga disangkal.
Riwayat Sosial
Pasien tinggal dengan 3 orang anak dan 1 orang istri. Pasien bekerja sebagai buruh
yang sering mengangkat beban 15 kg perkali angkat selama 10 tahun. Pasien memiliki
riwayat merokok semasih muda..

28

III.

PEMERIKSAAN FISIK (8/9/2015)


Kesadaran

: Compos Mentis

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 84 x/menit

Suhu

: 36,5 C

Pernapasan

: 20x/menit

BB

: 52 kg

TB

: 160 cm

Status Generalis
Kepala-Leher

Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterik, palpebral tidak edem
Leher : Tidak ada pembesaran KGB dan tiroid, JVP 5-2 cm

Thorax

Paru
o Inspeksi : Simteris
o Palpasi
: Fremitus fokal ka/ki sama
o Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
o Auskultasi : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/Jantung
29

o
o
o
o

Inspeksi : iktus kordis tdk tampak


Palpasi
: iktus kordis teraba di ICS IV MCL
Perkusi : tdk ada pembesaran jantung
Auskultasi : S1-S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : distensi (-), tanda trauma (-), supel, simetris, datar


Palpasi
: nyeri tekan (-), defans muscular (-), hepar dan lien tdk teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal

Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema, CRT < 2 detik


Status Lokalis

Inspeksi :
Tampak benjolan pada

lipat paha dan kantong kemaluan kanan berukuran

diameter 5 cm, warna sama dengan kulit sekitarnya.


Palpasi
o Tidak terdapat nyeri tekan
o Suhu sama dengan sekitar
o Benjolan teraba lunak, permukaan licin, dapat digerakan dan dimasukan ke
dalam perut
o Teraba annulus inguinalis eksterna dan pada saat tes valsava teraba tekanan

IV.

di ujung jari
o Batas atas tidak teraba
o Tidak ada fluktuasi
Auskultasi
o Terdengar bising usus pada benjolan
Tes transiluminasi negatif
DIAGNOSA
Hernia skrotalis dextra reponibilis

V. RENCANA TINDAKAN
30

Pemeriksaan darah lengkap


Foto polos thorax
VI. RENCANA TATALAKSANA
Pro Hernioraphy

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada anamnesis diketahui pasien mengeluhkan benjolan di lipat paha sampai


ke kantong kemaluan sejak 2 minggu yang lalu. Adanya benjolan di lipat paha dan
kemaluan membuat kita berpikir pada beberapa kemungkinan penyakit. Penyakit
tersebut antara lain hernia, hidrokel, varikokel, torsio, dan keganasan. Selanjutnya
pasien mengatakan benjolan tersebut dapat hilang timbul. Benjolan akan timbul pada
saat berdiri dan hilang apabila pasien duduk atau berbaring. Benjolan tersebut dapat
dimasukan ke atas. Pasien

tidak

mengeluhkan

nyeri

pada

benjolan.

Dari

data

anamnesis tersebut, beberapa kemungkinan penyakit dapat disingkirkan. Torsio testis

31

dapat disingkirkan karena pasien tidak merasakan nyeri yang tiba-tiba dan hebat pada
benjolan tersebut, karena pada torsio testis keluhan yang dirasakan berupa nyeri yang
hebat di daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada
testis. Kemungkinan keganasan juga dapat disingkirkan karena benjolan tersebut baru
muncul 2 minggu sebelum kunjungan dan benjolan teraba lunak, permukaan licin, dapat
digerakan dan dimasukan ke dalam perut, karena pada keganasan konsistensinya sebagian
besar padat dan melekat pada testis.
Pasien tidak memiliki riwayat benturan pada lipat paha dan kemaluan. Pasien
tidak mengeluh adanya demam. Dari sini kita dapat menyingkirkan kembali beberapa
diagnosis banding yang kita pikirkan. Varikokel dan hematokel dapat disingkirkan karena
pasien tidak memiliki riwayat trauma dan benjolan tersebut dapat hilang timbul.
Kemungkinan infeksi yaitu orchitis juga dapat disingkirkan karena pasien tidak ada gejala
sistemik seperti demam. Pasien bekerja sebagai buruh dan setiap hari mengangkat beban
kurang lebih 15 kg perkali angkat selama beberapa tahun. Oleh karena itu dipikirkan
diagnosis banding yang paling mendekati ialah hernia atau hidrokel.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran kompos

mentis.

Pemeriksaan

status

generalis dalam

batas

normal.

Selanjutnya dari pemeriksaan status lokalis, harus dibedakan antara hernia dan
hidrokel. dari inspeksi tampak benjolan pada skrotum kanan berukuran diameter 5 cm,
warna sama dengan kulit sekitarnya. Pada palpasi tidak terdapat nyeri tekan dan
suhu sama dengan sekitar. Hal ini menunjukan tidak terjadi radang yang berarti bukan
torsio testis atau orchitis. Benjolan teraba lunak, permukaan licin, dapat digerakan
dan dimasukan ke dalam perut. Dari data tersebut dicurigai hernia yang reponibilis. Untuk
32

membedakan hernia dengan hidrokel dilakukan palpasi batas

atas, pemeriksaan

fluktuasi, dan pemeriksaan transiluminasi. Pada pasien, batas atas tidak teraba, tidak
ada fluktuasi, tes transiluminasi negatif. Hal ini mengarahkan diagnosis ke arah
hernia, karena pada hidrokel fluktuatif positif dan tes transluminasi positif. Diagnosis ini
dikuatkan dengan pemeriksaan auskultasi yang terdengar adanya bising usus pada
skrotum. Hernia yang letaknmya sampai ke skrotum disebut hernia skrotalis. Hernia
skrotalis pada pasien dapat dimasukan sehingga jenisnya hernia skrotalis reponibilis.
Pada inguinal teraba cincin eksterna dan saat tes valsava teraba tekanan di ujung jari.
Adanya tekanan di ujung jari ini menunjukan hernia yang terdapat pada pasien adalah
hernia skrotalis lateral. Pasien saat ini tetap merokok dan sering batuk. Batuk dapat
meningkatkan

tekanan

intraabdomen.

Tekanan

intraabdomen

yang

meningkat

menyebabkan hernia. Diagnosis pada pasien ini adalah hernia skrotalis dextra reponibilis.
Komplikasi yang dapat terjadi pada hernia adalah terjadinya strangulasi. Hal ini dapat
disingkirkan karena pada pasien tidak ditemukan adanya nyeri yang mendadak. Selain
itu tidak ditemukan adanya obstruksi intestinal karena pada pasien tidak ada gangguan
buang air besar, muntah, dan perut terasa begah. Tatalaksana pada pasien ini adalah
hernioplasti dengan mesh. Operasi ini bertujuan mencegah terjadinya hernia residif di
kemudian hari.

33

BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Hernia skrotalis merupakan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis bila hernia ini
masuk ke dalam skrotum. Umumnya menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan fisik terhadap benjolannya atau hernianya tersebut. Penyebab
yang paling sering dijumpai adalah karena dari faktor pekerjaan dengan mengangkat
barang atau beban yang terlalu berat, batuk kronik, sering mengejan saat buang air besar
dan aktivitas fisik yang terlalu berlebihan ini akan menyebabkan kelemahan dinding
abdomen / peningkatan dinding abdomen sehingga lama kelamaan akan dapat
menimbulkan hernia. Tatalaksana

definitif

hernia

skrotalis

adalah

tindakan
34

pembedahan. Untuk memperoleh hasil pengobatan yang optimum perlu kerja sama antara
penderita dan dokter yang mengobatinya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Cheek c, Kingsnorth A. Inguinal and femoral hernias. Dalam: Oxford textbook of
surgery.2 nd ed. Oxford University Press; 2002.
2. Doherty GM. Current surgical diagnosis and treatment. 12 th ed. McGraw-Hill; 2006.
3. Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. Dalam: Townsend. Sabiston textbook of surgery.
18 th ed. Saunders Elsevier; 2007.
4. Richard AT, Quinn TH, Fitzgibbons RJ. Abdominal wall hernias. Dalam:
Mulholland MW, Lillemoe KD, Doherty GM, Maier RV, Upcurch GR. Greensfields
surgery: scientific principles and practice. 4 th ed. Lippincott Williams & Wilkins;
2006.
5. Snyder CL.

Inguinal hernias and hydroceles. Dalam: Comb GW, Murphy JP.

Aschraftspediatric surgery. 5 th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.p.669


6. Purnomo B B, Dasar-dasar urologi, 2nd edition, 2007, 142-145.

35

Anda mungkin juga menyukai