Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS

A. Definisi
Tuberkulosis
infeksi

kuman

(TB)

adalah

Mycobacterium

penyakit

tuberculosis

akibat
systemis

sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh,


dengan

lokasi

terbanyak

merupakan lokasi infeksi


Tuberkulosis

adalah

di

paru

yang

biasanya

primer (Soeparman,1999).
penyakit

infeksi

menular

yang disebabkan oleh Mycobacterium tubeculosis.

B. Etiologi
Penyebab terjadinya Tuberkulosis adalah:
1.

Mycobacterium tuberculosa

2.

Mycobacterium bovis

3.

Faktor faktor yang menyebabkan seseorang


terinfeksi oleh mycobacterium tuberculosis
a. Herediter

resistensi

terhadap

infeksi

kemungkinan diturunkan secara genetik


b. Jenis kelamin : pada akhir masa kanak kanak
dan remja, angka kematian dan kesakitan lebih
banyak terjadi pada anak perempuan
c. Usia : pada masa bayi kemungkinan terinnfeksi
sangat tinggi
d. Keadaan stres

situasi

yang

pennuh

stress

(injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress


emosional, kelelahan yang kronik)
e. Nutrisi: status nutrisi yang kurang
f. Infeksi berulang: HIV, measles, pertusis
g. Tidak mematuhi aturan pengobatan

C. TANDA DAN GEJALA


Gambaran
muncul

pada

klinis
infeksi

tuberculosis
awal

dan

mungkin

mungkin

belum

tidak

akan

pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif.bila


timbul infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan
gejala :batuk purulen produktif disertai nyeri dada,
demam (biasanya pagi hari), malaise, keringat malam,
gejala

flu,

batuk

darah,

kelelahan,

hilang

nafsu

makan dan penurunan berat badan. (Corwin,2001

D. PATOFISIOLOGI
Individu
tuberculosis

rentan
dan

yang

terinfeksi.

menghirup
Bakteri

basil

dipindahkan

melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak


diri, basil juga dipindahkan melalui system limfe
dan

pembuluh

darah

ke

area

paru

lain

dan

bagian

tubuh lainnya.

System
reaksi

imun

inflamasi.

tubuh

berespon

Fagosit

menelan

dengan
banyak

melakukan
bakteri,

limfosit

specific

tuberculosis

melisis

basil

dan

jaringan normal, sehingga mengakibatkan penumpukkan


eksudat

dalam

alveoli

dan

menyebabkan

bronkopnemonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil
yang masih hidup dan yang sudah mati) dikelilingi
makrofag

membentuk

dinding

protektif.

Granuloma

diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian


sentralnya disebut komplek Ghon. Bahan (bakteri dan
makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti
keju.

Massa

ini

dapat

mengalami

kalsifikasi,

memebentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman,


tanpa

perkembangan

penyakit

aktif.

Individu

dapat

mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon


inadekuat system imun, maupun karena infeksi ulang
dan

aktivasi

bakteri

dorman.

Dalam

kasus

ini

tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju


ke

bronki.

Bakteri

mengakibatkan
terinfeksi

kemudian

penyebaran

menjadi

lebih

lebih

menyebar
lanjut.

membengkak

di

udara,

Paru

yang

mengakibatkan

bronkopnemonia lebih lanjut. (Smeltzer & Bare,2001)

E. NURSING PATHWAY

Udara tercemar

dihirup individu rentan

kurang informasi

Mycobacterium
tuberculosis

masuk paru

Kurang pengetahuan

menempel alveoli
reaksi inflamasi/peradangan

Hipertermia

penumpukkan eksudat dalam alveoli


tuberkel
meluas

produksi secret berlebih

mengalami perkejuan secret sukar dikeluarkan

penyebaran

Tidak efektif

kalsifikasi

dibatukkan/bersin
terhirup orang lain

pembersihan jalan nafas

hematogen
limfogen

mengganggu perfusi

Resti penyebaran infeksi

& difusi O2

pada orang lain

peritoneum
Kerusakan

asam lambung

pertukaran gas

mual, anoreksia
Resti penyebaran infeksi
pada diri sendiri
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan

F. Manifestasi klinis
Demam, malaise, anoreksia, berat badan menurun,

kadang-kadang batuk (batuk tidak selalu ada, menurun


sejalan

dengan

lamanya

penyakit),

nyeri

dada,

hemoptysis.
Gejala lanjut, jaringan paru-paru sudah banyak
yang

rusak,

menurun.

pucat

anemia

Permulaan

lemah,

tuberkolosis

sukar diketahui

karena mulainya

perlahan.

tuberculosis

tanpa
dengan

Kadang

gejala
uju

atau

keluhan.

tuberculin

tersebut. Gejala

dapat

tuberculosis

dan

berat

primer

badan

biasanya

penyakit secara

ditemukan
Tetapi

pada

secara

ditemuakan

anak
rutin

penyakit

primer dapat berupa

demam yang naik turun selama 2 minggu dengan atau


tanpa batuk dan pilek. Gambaran klinisnya : demam,
batuk anoreksia dan berat badan menurun.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah : lekosit sedikit meninggi, LED meningkat
2. Sputum : BTA dilakukan untuk memperkuat diagnosa
TB aktif dan memperkirakan tingkat infeksinya, ini
dilakukan selama dalam 3 hari berturut-turut. Pada
BTA positif ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang
kuman dalam satu sediaan, dengan kata lain 5.000
kuman dalam 1 ml sputum.
3. Tes tuberculin : tes ini dikatakan positif jika
indurasi lebih dari 10 15 mm.

4. Rontgent : Foto thorak PA tampak gambaran bercakbercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada
kavitas

berupa

cincin;

pada

kalsifikasi

tampak

bercak padat dengan densitas tinggi.


5. Broncografi

pemeriksaan

khusus

untuk

melihat

kerusakan bronkus dan paru.


6. Pemeriksaan

serologi

ELISA,

Mycodot,

untuk

mendeteksi antibody IgG specific terhadap basil


TB.
7. Pemeriksaan PA : pemeriksaan biopsy pada kelenjar
getah

bening

superficial

leher,

yang

biasanya

didapatkan hasil limfadenitis pada klien TB.

H. PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGIS
1. Bakteriologis
2. Memastikan TB.
3. Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB.
4. Hasil +:

10 62% dengan cara lama.

5. Cara: cara lama radio metrik (Bactec); PC

I. PENGOBATAN DAN PENATALAKSANAAN


1. Penyuluhan
2. Pencegahan
3. Pemberian obat-obatan
a. OAT ( obat anti tuberkulosa )

b. Bronchodilator
c. Expectoran
d. OBH
e. Vitamin
f. Antibiotik

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien : selain nama klien, juga orang
tua, asal kota dan daerah, jumlah keluarga.
b. Keluhan : penyebab klien sampai dibawa ke rumah
sakit.
c. Riwayat penyakit sekarang:
Tanda

dan

gejala

benjolan/bisul
seperti:

klinis

pada

leher,

TB

serta

tempat-tempat

inguinal,

axilla

terdapat
kelenjar
dan

sub

mandibula.
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Lingkungan:
Lingkungan
pemukiman

kurang
yang

sehat

padat,

(polusi,

ventilasi

limbah),

rumah

yang

kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak.

f. Pola fungsi kesehatan.


g. Pemeriksaan Fisik

1)

Demam:

sub

fibril,

fibril

(40

41oC)

hilang timbul.
1. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus,

batuk

ini

membuang/mengeluarkan

produksi radang, dimulai dari batuk kering


sampai

batuk

purulen

(menghasilkan

sputum).
2. Sesak

nafas:

terjadi

bila

sudah

lanjut,

dimana infiltrasi radang sampai setengah


paru.
3. Nyeri

dada:

timbul

bila

ini

jarang

infiltrasi

ditemukan,
radang

nyeri

sampai

ke

pleura.
4. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat
badan

menurun,

sakit

kepala,

nyeri

otot

dan kering diwaktu malam hari.


5. Ronchi basah, kasar dan nyaring.
6. Hipersonor/timpani
yang

cukup

dan

bila

pada

terdapat

kavitas

auskultasi

memberi

suara limforik.
7. Atropi

dan

retraksi

interkostal

pada

keadaan lanjut dan fibrosis.

8. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura


(perkusi memberikan suara pekak)

2)

Pembesaran

kelenjar

Benjolan/pembesaran
(servikal),

biasanya

kelenjar

axilla,

multipel.

pada

leher

inguinal

dan

sub

infeksi

pada

diri

mandibula.
3)

Kadang terjadi abses.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko

tinggi

penyebaran

sendiri maupun orang lain b.d virulensi kuman,


pertahanan

primer

pengetahuan

untuk

tidak

adekuat,

menghindari

kurang
pemajanan

pathogen.
b. Tidak

efektifnya

pembersihan

jalan

nafas

b.d

secret kental, upaya batuk buruk.


c. Resiko kerusakan pertukaran gas b.d kerusakan
membrane alveolar kapiler, penurunan permukaan
efektif paru.
d. Perubahan

nurisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

b.d anoreksia.
e. Hiperthermia b.d proses peradangan.
f. Kurang

pengetahuan

tindakan

dan

mengenai

pencegahan

kondisi,
penyakit

kurang/tidak lengkap informasi yang ada.


3. Perencanaan

aturan
b.d

a.

Resiko

tinggi

penyebaran

infeksi

pada

diri sendiri maupun orang lain b.d virulensi


kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang
pengetahuan

untuk

menghindari

pemajanan

pathogen.
Tujuan : klien dapat mengidentifikasi tindakan
untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Kriteria

hasil

klien

menunjukkan

perubahan

pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang


aman.
Intervensi :
1) Kaji

patologi

penyakit

dan

potensial

penyebaran infekasi melalui droplet


2) Identifikasi orag lain yang beresiko (anggota
keluarga/teman)
3) Anjurkan klien untuk batuk / bersin pada tisu
dan menghindari meludah
4) Lakukan tindakan isolasi sebagai pencegahan
5) Pertahankan

teknik

aseptic

saat

melakukan

tindakan perawatan
6) Kaji adanya tanda-tanda klinis proses infeksi
7) Identifikasi adanya factor resiko terjadinya
infeksi ulang
8) Beritahu

klien

dan

keluarga

pentingnya pengobatan yang tuntas

tentang

9) Kolaborasi pemberian obat anti tuberculosis

b.

Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas

b.d secret kental, upaya batuk buruk.


Tujuan : mempertahankan jalan nafas adekuat
Kriteria
secret

hasil

tanpa

klien

bantuan,

dapat

mengeluarkan

menunjukkan

perilaku

memperbaiki bersihan jalan nafas


Intervensi :
1) Kaji

fungsi

pernafasan,

bunyi

nafas,

kecepatan irama, kedalaman, penggunaan otot


aksesori
2) Kaji

kemempuan

klien

untuk

mengeluarkan

sputum/batuk efektif
3) Berikan posissi semi atau fowler tinggi
4) Bantu

klien

untuk

latihan

nafas

dalam

dan

batuk efektif
5) Bersihkan secret dari mulut/trachea, lakukan
penghisapan jika perlu
6) Pertahankan asupan cairan 2500 ml per hari
7) Kolaborasi

pemberian

obat

agen

mukolitik,

bronkodilator
c.

Resiko

kerusakan

pertukaran

gas

b.d

kerusakan membrane alveolar kapiler, penurunan


permukaan efektif paru.

Tujuan

klien

tidak

menunjukkan

gejala

distress pernafasan
Kriteria

hasil

rentang

AGD

dalam

batas

peningkatan

upaya

normal, tidak ada dispnea


Intervensi :
1) Kaji

dispnea,

bernafas,

takipnea,

terbatasnya

ekspansi

dada

dan

kelemahan
2) Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat
sianosis, perubahan warna kulit
3) Tingkatkan

tirah

baring/batasi

aktifitas,

bantu ADL
4) Kolaborasi pemberian oksigen dan pengawasan
AGD

d.

Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan

tubuh b.d anoreksia.


Tujuan : klien bebas dari tanda malnutrisi
Kriteria hasil : BB naik,
Intervensi :
1) Kaji status nutrisi, turgor kulit, integritas
mukosa oral, berat badan dan kekurangan BB,
kemampuan
diare

menelan,

riwayat

mual,

muntah,

2) Pastikan pola diet yang disukai atau tidak


disukai klien
3) Berikan diit tinggi protein dan karbohidrat
dalam porsi kecil tetapi sering
4) Awasi

masukan/pengeluaran

dan

perubahan

BB

secara periodik
5) Berikan perawatan mulut setiap hari
6) Dorong orang terdekat untuk membawa makanan
kesukaan klien, kecuali kontraindikasi
7) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
komposisi diet

e.

Hiperthermia b.d proses peradangan.

Tujuan : mempertahankan suhu tubuh normal


Intervensi :
1) Pantau

suhu

tubuh

klien,

perhatikan

menggigil/diaforesis
2) Pantau suhu lingkungan dan ventilasi
3) Batasi penggunan pakaian atau linen tebal
4) Berikan

kompres

hangat,

hindari

penggunaan

alcohol
5) Anjurkan untuk mempertahankan masukan cairan
adekuat untuk mencegah dehidrasi
6) Kolaborasi pemberian antipiretik

f.

Kurang

aturan

pengetahuan

tindakan

dan

mengenai

pencegahan

kondisi,

penyakit

b.d

kurang/tidak lengkap informasi yang ada.


Tujuan

klien

memahami

proses

penyakit

dan

kebutuhan pengobatan
Kriteria hasil : klien melakukan perubahan pola
hidup untuk memperbaiki kesehatan
Intervensi :
1) Kaji kemampuan klien untuk belajar, tingkat
partisipasi
2) Identifikasi
klien

ke

gejala

perawat

yang

harus

(hemoptisis,

dilaporkan
nyeri

dada,

demam, sulit bernafas)


3) Berikan

instruksi

dan

informasi

tertulis

khusus untuk klien (jadwal obat)


4) Jelaskan

dosis

obat,

frekuensi

pemberian,

efek samping dan alasan pengobatan lama


5) Anjurkan klien untuk tidak merokok dan minum
alcohol
6) Berikan inforamasi mengenai proses penyakit,
prognosis, cara pencegahan dan penularan

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.

2001.

Keperawatan, Edisi 8.
Doengoes, ME.

2000.

Buku Saku Diagnosa

EGC.

Jakarta.

Rencana Asuhan Keperawatan.

EGC.

Jakarta.
Soeparman.

1999.

Ilmu Penyakit Dalam; Jilid I.

FKUI.

Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Keperawatan Anak FKUI.
Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.

1985.

FKUI.

Buku

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai