Anda di halaman 1dari 3

REFORMASI HAK ATAS PEMBANGUNAN DI TAHUN 2008

(Catatan dari diskusi dengan Prof. DR. Eyup Ganic, mantan Presiden Bosnia Herzegovina)
Oleh
M. Habib Chirzin
(President, Islamic Forum for Peace, Human Rights and Development)
1-

Wacana Baru Pembangunan Manusia.

Memasuki tahun 2008, wacana pembangunan manusia (human development) semakin memperoleh
perspektif holistik, dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan hidup, harmoni sosial, pemajuan
budaya, perdamaian dan penghormatan hak asasi manusia. Tuntutan reformasi pembangunan yang
berbasis HAM semakin disuarakan oleh penduduk dunia. Pendekatan yang berbasis HAM pada
prinsipnya adalah realiasasi yang secara eksplisit menghubungkan kebijakan pembangunan, tujuan,
proyek dan hasilnya kepada standar HAM internasional (international human rights standards),yang
menuntut bahwa pembangunan harus diarahkan kepada pemenuhan HAM. Demikian pula, pendekatan
pembangunan yang berbasis HAM ini merupakan strategi proaktif untuk mengubah hak-hak asasi
manusia menjadi tujuan pembangunan dan standar-standarnya. Misalnya, proyek-proyek pendidikan,
kesehatan, air bersih dan reformasi agraria, harus dirancang dan dikerangkakan dengan, dan secara
substansial diarahkan kepada pemenuhan aspek prosedural dan substantif dari hak-hak asasi manusia
yang berkaitan. Pada intinya, pendekatan pembangunan berbasis HAM ini merupakan upaya
untuk mengubah tujuan dan sasaran pembangunan kepada hak, pemenuhan, perlindungan, tanggung
jawab dan akuntabilitas. Pendekatan ini sudah barang tentu juga mendasarkan diri pada Deklarasi PBB
tentang Hak atas Pembangunan yang telah diadopsi oleh Sidang Umum PBB, pada bulan Desember
1986. Namun sampai dengan berakhirnya tahun 2007 yang lalu, setelah 21, realiasinya belum
sebagaimana yang dimanatkan di dalam deklarasi tersebut.
Universal Peace Federation (UPF) yang berpusat di New York, telah beberapa kali menyelenggarakan
konperensi yang bertema Pembangunan dan Perdamaian ini di beberapa kota besar, seperti, Tokyo,
Seoul dan Washington DC, dengan menghadirkan para pakar pembangunan dari lembaga-lembaga di
lingkungan PBB, para pejabat dan mantan pejabat tinggi negara, seperti mantan Presiden, Perdana
Menteri, Ketua Parlemen dan Menteri-menteri; maupun dari kalangan Universitas dan lembaga studi
lainnya. Pada kesempatan tersebut di antara mantan-mantan kepala negara, hadir juga Prof. DR. Eyup
Ganic, mantan Presiden Bosnia Herzegovina, bersama isterinya DR. Farijah Ganic, yang seorang dokter
ahli bedah plastik yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran di Universitas Bosnia.
Dari diskusi yang berkembang di dalam konperensi UPF di Tokyo dan Seoul, pada bulan Maret dan Juni
2007 yang lalu, maupun kajian-kajian lainnya, ditemukan bukti-bukti bahwa alam kenyataannya, lebih dari
negara-negara lainnya, bangsa-bangsa di Afrika telah menggunakan the United Nations Declaration on
the Right to Development sebagai basis pemikiran bagi pembangunan yang berbasis HAM. Secara
konseptual. Hak atas Pembangunan PBB ini terkait dnganAfrican Charter on Human and Peoples
Rights yang telah diadopsi pada tahun 1981 dan ini sesuai dengan kebutuhan bagi upaya
pemberantasan kemiskinan yang terjadi di beberapa negara Afrika. Di dalam dua dokumen tersebut,
pembanguan dikonseptualisasikan sebagai proses untuk secara terus menerus meningkatkan kualitas
manusia yang diinkorposarikan dengan dimensi ekonomi, social dan budaya dalam kerangka hak asasi
manusia.
Presiden Bosnia DR. Eyup Ganic (sekarang mantan) dan penulis sendiri mengingatkan bahwa Deklarasi
Hak atas Pembangunan merupakan produk pada akahir 1970-an dan awal 1980-an, pada saat ini hak
atas pembangunan ini telah mengambil bentuk yang baru pada decade akhir 1980-an dan 1990-an. Hal
ini merefleksikan upaya bersama dunia untuk menghubungkan antara pembangunan, hak asasi manusia,
dan lingkungan. Laporan tentang Integrating Human Rights with Sustainable Human Development,
yang dikeluarkan oleh UNDP pada tahun 1998, menjadi salah satu contoh dari orientasi ini. Sama halnya
dengan Hak atas Pembangunan, teks ini meyakinkan dalam menunjukkan bahwa hak asasi manusia itu

multidimensional ( sosial, ekonomi, budaya, sipil dan politik), saling berhubungan dan tak
terpisahkan(indivisible).
Deklarasi Hak atas Pembangunan ini telah lama direncanakan dan disusun, sebelum akhirnya disahkan
oleh Sidang Umum PBB pada tanggal 4 Desember 1986. Semenjak tahun 1981 sutu kelompok kerja
yang terdiri dari para ahli tentang Hak Asasi atas Pembangunan telah dibentuk oleh Dewan Ekonomi dan
Sosial PBB (ECOSOC), untuk melakukan studi tentang wilayah dan isi dari Hak atas Pembangunan ini
dan cara-cara yang paling efektif untuk menjamin realisasinya di semua negara dalam bidang hak
ekonomi, sosial dan budaya, yang didukung oleh instrumen internsional yang beraneka ragam. Secara
khusus perhatian diberikan kepada kemungkinan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh negara-negara
yang sedang berkembang di dalam upaya mereak untuk menjamin terlindunginya hak-hak asasi manusia
dan terbangunnya perdamaian. Termasuk di kawasan yang pernah mengalami konflik seperti di Bosnia,
Balkan, Afganistan, Zimbabwe, Rwanda dsb.
Keharusan realisasi Hak atas Pembangunan ini sebenarnya telah ditekankan kembali di dalam World
Summit on Sustainable Development, yang diselenggarakan di Johannesburg, 26 Agustus 4
September 2002. Sek Jen PBB misalnya mengingatkan agar dunia menfokuskan kepada pencapaian
pembangunan yang sekaligus merupakan sebagai pemenuhan hak asasi manusia atas air dan sanitasi,
energi, produktifitas pertanian, keaneka ragaman hayati dan manajemen ecosistem serta
kesehatan. Suatu langkah-langkah yang harus diambil sebagai tindak lanjut dariMillennium
Development Goals (MDGs) yang telah dideklarasikan oleh PBB pada bulan September 2000.
2-

Reformasi Hak atas Pembangunan

Telah menjadi kesadaran bersama bahwa perdamaian internasional dan keamanan merupakan unsur
yang essensial bagi pelaksanaan pembangunan telah mengilhami perumusan Hak Asasi Pembangunan
ini. Hal ini meneguhkan kembali hubungan yang sangat erat antara perluncutan senjata untuk sangat
mempengaruhi kemajuan di bidang pembangunan. Demikian pula, sumber daya yang di belanjakan lewat
program perlucutan senjata hendaknya di sumbangkan bagi pembangunan sosial dan ekonomi serta
kesejahteraan semua rakyat, khususnya bagi masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang.
Dasar perumusan Hak atas Pembangunan ini adalah pengakuan bahwa pribadi manusia merupaka
sentral dan subyek bagi proses pembangunan. Dan kebijakan pembangunan hendaknya menjadikan
manusia sebagai partisipan dan sasaran utama baii pembangunan. Upaya pada peringkat internasional
untuk meningkatkan dan melindungi hak-hak asasi hendaknya dibarengi dengan upaya untuk menyusun
tatanan ekonomi internasional baru. Atas dasar itu maka disepakatilah Deklarasi tentang Hak atas
Pembangunan, sebagai hak asasi manusia.
Secara khusus, dalam Pasal 9, ditekankan peran dan kewajiban negara untuk mengambil langkah, pada
tingkat nasional, untuk merealisasikan Hak Atas Pembangunan dan menjamin kesamaan kesempatan
untuk semua di dalam akses terhadap sumber-sumber dasar, pendidikan, pelayanan kesehatan, pangan,
perumahan, pekerjaan dan pembagian pendapatan yang layak. Pengukuran yang efektif harus dilakukan
untuk menjamin bahwa kaum perempuan memiliki peran yang aktif di dalam proses pembangunan.
Reformasi Ekonomi dan sosial yang tepat harus pula dilakukan dengan pandangan untuk mengatasi
semua masalah ketidakadilan sosial.
Menurut Jan Martenson, pejabat Sekretariat Jenderal PBB untuk masalah Hal Asasi Manusia,
pernah mengemukakan bahwa, merefleksikan tentang apa yang dimaksudkan denganHak atas
Pembangunan sebagai Hak Asasi Manusia, perlu dicatat pertama bahwa, pembangunan yang dimaksud
oleh Deklarasi ini adalah lebih luas dari sekadar peningkatan yang terus-menerus di dalam indikator
ekonomi. Pembangunan adalah konsep yang memiliki berbagai faset yang meliputi seluruh manusia di
dalam semua aspek hak-hak dasarnya, apakah itu hak ekonomi, sosial, budaya ataupun hak sipil dan
politik. Pembangunan berarti penghargaan tehadap hak-hak asasi manusia dan hak-hak dasar
masyarakat untuk memiliki akses terhadap berbagai sumberdaya untuk mencapai kehidupan yang
bermartabat.

Isu-isu mendasar tentang pembangunan di dalam pengertiannya yang luas menyentuh berbagai kegiatan
dalam sistem PBB, dan harus ditemukan jalan untuk melaksanakan standar hak-hak asasi manusia dan
mengimplementasikan mekanisme untuk menghadapi dan mengatasi kekurangan gizi, kemiskinan,
kematian anak-anak, kekurangan pendidikan dan latihan kerja dan sederetan masalah lainnya. Semua
standar hak-hak asasi manusia, di dalam pendekatan yang terpadu, termasuk penentuan nasib sendiri,
demokratisasi dan partisipasi masyarakat, termasuk hak sipil, budaya, ekonomi, politik dan sosial, harus
ditekankan di dalam pembangunan manusia.
Masih banyak hambatan bagi pelaksanaan hak asasi atas pembangunan sampai saat ini. Kurang
dihargainya hak-hak manusia dan khususnya hak atas pembangunan ini telah menimbulkan berbagai
konflik dan ketidak stabilan. Antara lain yang berupa semakin meningkatnya ketergantungan nasional,
hutang luar negeri, perpindahan penduduk secara paksa, meningkatnya modal terbang, kejahatan
internasional dan dan kerusakan lingkungan hidup.
Masalah kegagalan untuk menjadikan prinsip-prinsip Hak atas Pembangunan dalam pembuatan
perjanjian antara negara-negara berkembang dengan Bank Dunia dan Internasional Monetary Fund, dan
bank-bank komersial lainnya tentang pembayaran kembali hutang luar negeri dan penyesuaian struktural,
telah menjadikan hambatan bagi pelaksanaan hak asasi bagi pembangunan dan hak-hak asasi manusia
lainnya. Demikian pula pola nilai tukar yang berlaku pada saat ini, kebijakan keuangan dan beberapa
persyaratan yang dihubungkan dengan bantuan bilateral dan multilateral, yang dilakukan dengn proses
pengambilan keputusan secara tidak demokratis dalam lembaga-lembaga ekonomi, keuangan dan
perdagangan internasional. Hal-hal mendasar semacam inilah yang perlu menjadi perhatian bersama di
dalam proses reformasi menuju pembangunan yang lebih adil, sejahtera, damai dan lestari, sebagai
realiasasi Paradigma Baru Gross National Happiness (GNH) , memasuki tahun 2008.

Anda mungkin juga menyukai