Anda di halaman 1dari 11

49

Epidemiologi retinopati diabetik di Bagian Ilmu Penyakit Mata

ARTIKEL
PENELITIAN

EPIDEMIOLOGI RETINOPATI DIABETIKA


DI BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND/PERJAN RS
DR. M. DJAMIL PADANG
Khalilul Rahman
Bagian Ilmu Peny. Mata FK Unand/Perjan RS DR. M. Djamil Padang

Abstrak
Retinopati diabetika merupakan salah satu penyebab kebutaan. Beberapa
keadaan di anggap merupakan faktor penunjang terjadinya retinopati ini. Penelitian
mengenai kondisi retinopati diabetika dan keadaan-keadaan yang menyertainya
belum banyak dilakukan di Indonesia. Dalam penelitian ini di nilai gambaran
retinopati diabetika pada sekelompok penderita diabetes mellitus yang merupakan
penderita di Poliklinik Khusus Diabetes di bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unand /
Perjan RS Dr. M. Djamil. Telah di periksa 377 orang penderita diabetes selama 4
bulan. Dari semua penderita ini didapatkan Retinopati diabetika on proliferatifa dan
proliferatifa pada 191 orang dan yang tidak menderita retinopati pada 186 orang
penderita IDDM lebih besar kemungkinan menderita retinopati ini, dibandingkan
dengan NIDDM.
Keadaan gula darah yang terkontrol merupakan faktor yang ikut menentukan
terjadinya retinopati ini. Hipertensi juga memungkinkan penderita diabetes
mendapatkan retinopati diabetika lebih berat, dibandingkan dengan yang bukan
hipertensi. Selanjutnya akan di bahas beberapa keadaan yang terkait dengan kejadian
retinopati diabetika ini.
Kata kunci : Retinopati diabetika, diabetes mellitus, kadar gula darah, hipertensi,
katarak

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.26. Juli Desember 2002

Epidemiologi retinopati diabetik di Bagian Ilmu Penyakit Mata

50

ABSTRACT
Diabetic Retinopathy (DR) is gone of the complications of Diabetess
Mellitus in the eye, witch is one of the leading cause of blindness. A few condition
were thought to be the factor witch is predisposing to have DR. There were no
research was published about DR in Indonesia. We looked for the retinopathy in
377 diabetic patients and found that DR was positive in 191 and negative in
another 186 person. Type of Diabetes Mellitus were one of the factor which
progressed the DR. The good controlled of the blood sugar made the incidents of
DR decreased. Hypertension was the condition witch will increased the DR. It will
discuss the possibility of other diseases in accordance with the DR.
key word;
PENDAHULUAN
Komplikasi diabetes mellitus pada mata merupakan penyebab kebutaan yang
serius dan di beberapa Negara maju keadaan ini merupakan penyebab utama dari
kebutaan Indonesia. menurut data WHO, merupakan Negara yang menduduki
peringkat ke enam dalam jumlah penderita diabetes mellitus sesudah India, Cina,
Rusia, Jepang dan Brazil. Data ini menyebutkan bahwa jumlah penderita diabetes
mellitus mencapai angka 4,6%. Tahun 1995, penderita diabetes mellitus di Indonesia
diperkirakan berjumlah sekitar 5 juta. Dengan makin meningkatnya populasi
penduduk usia lanjut di masa yang akan datang maka diperkirakan jumlah penderita
diabetes mellitus pada tahun 2025 akan menjadi 12 juta orang. (1) Dengan demikian
penderita yang mendapat komplikasi pun akan bertambah dan akan menjadi lebih
serius. Gangguan pada jantung, ginjal, stroke dan kebutaan adalah komplikasi yang
perlu mendapat perhatian. Dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes
maka penderita diabetes mellitus mempunyai resiko 25 kali untuk menjadi buta. Di
Amerika Serikat, 12% dari penderita yang mengalami kebutaan disebabkan oleh
diabetes mellitus.
Penelitian mengenai angka kejadian retinopati diabetika (komplikasi pada
mata yang dapat menimbulkan kebutaan). Di beberapa Negara maju sudah banyak
dilakukan. Namun penelitian tentang ini di Indonesia secara nasional belum pernah
dilakukan. Dalam penelitian ini di coba untuk melihat seberapa banyak angka
kejadian retinopati diabetika pada sekelompok penderita yang datang berobat ke sub
bagian Endokrin bagian Ilmu Penyakit Dalam Perjan RS. Dr. M. Djamil Padang.
Bahan dan Cara Kerja
Penderita diabetes mellitus yang datang berobat ke poliklinik sub bagian
Endokrin Bagian Ilmu Penyakit Dalam Perjan RS Dr. M. Djamil / FK Unand Padang,
di kirim ke poli klinik Ilmu Penyakit Mata. Semua penderita yang datang di periksa
sesuai dengan kwesener yang disediakan. Dalam kuisener di catat beberapa faktor
yang berkaitan dengan diabetes mellitus dan retinopati diabetika. Jenis kelamin,
umur, pekerjaan, tipe diabetes dan lama menderita diabetes. Serta faktor resiko

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.26. Juli Desember 2002

Epidemiologi retinopati diabetik di Bagian Ilmu Penyakit Mata

51

seperti, hipertensi, anemia, merokok dan hamil. Pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan mata rutin, visus, segmen anterior dan tekanan intra okuler dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan funduskopi sesudah diberikan midriatika. Semua
data dikumpulkan kemudian di analisa secara statistik dan ditabulasikan.
HASIL
Selama empat bulan, dari awal bulan Januari - akhir April, telah di periksa
sebanyak 377 penderita diabetes mellitus. Terdiri dari 191 orang laki-laki (50,7%)
dan 186 orang perempuan (49,3%). Umur termuda yang ditemukan dalam penelitian
ini adalah 22 tahun dan yang paling tua berumur 81 tahun. Rata-rata penderita ini
adalah 56,69 tahun (SD + 9,37).
Kelompok terbanyak dari pendidikan ini adalah yang sudah melewati pendidikan
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Ini mungkin berkaitan dengan kepatuhan mereka
untuk datang kontrol, walaupun gula darahnya kadang tidak terkontrol dengan baik.
Pekerjaan penderita sebagian besar adalah Pegawai Negeri Sipil (55.2%). Dan
Ibu Rumah Tangga yang juga mungkin isteri dari Pegawai Sipil. Sedangkan yang
swasta hanya 10.9%.
Diabetes Tipe I (IDDM) yang ditemukan pada kelompok yang di teliti ini hanya
berjumlah 9 orang (2,4%) dibandingkan dengan tipe II (NIDDM), yang berjumlah
368 orang (97,6%) (tabel I).

Tipe
DM
IDDM
NIDDM
Total

Tabel 1. Umur dan jumlah penderita IDDM dan NIDDM


Umur
SD
N
%
49,00
56,88
56,69

11,69
9,25
9,37

9
368
377

2,4
97,6
100

Umur penderita diabetes tipe 1 lebih rendah di bandingkan dengan diabetes


tipe II. Retinopati diabetika pada penderita Diabetes tipe I muncul lebih awal
dibandingkan dengan diabetes tipe II. Pada penelitian ini didapatkan umur terendah
penderita diabetes tipe 1 dn 22 tahun dan umur terendah diabetes tipe II adalah 37
tahun (tabel 2).

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.26. Juli Desember 2002

Epidemiologi retinopati diabetik di Bagian Ilmu Penyakit Mata

52

Tabel 2. Gambaran retinopati diabetika


Retinopa
iti

Umu
r
Min

Umu
r
Max

Mea
n

SD

Positif

191

37

81

57,55

8,3
4

Negatif

186

22

62

55,69

10,
27

Total

377

22

81

56,69

9,3
7

Perjalanan penyakit pada penderita diabetes melitus ini sangat menentukan


komplikasi yang akan terjadi. Jumlah penderita yang datang secara teratur dan
terkontrol dengan kadar gula darah yang relatif stabil hanya 181 orang (48%)
dibandingkan dengan 196 orang (52%) yang tidak terkontrol dengan kadar gula darah
yang tidak stabil. Dari kelompok penderita yang terkontrol baik, di dapatkan 70 orang
menderita retinopati diabetika dan dari yang tidak terkontrol, didapatkan 121 orang
dengan retinopati diabetika. (tabel 3). Secara statistik perbedaan ini sangat bermakna
(p<0.05).
Tabel 3. Kontrol baik dan tidak baik
Kadar
gula
darah

Retinopati

Total

Positif

Negatif

Tinggi

70

111

181

48

Rendah

121

75

196

52

Total

191

186

377

100

Dalam penelitian ini ditemukan 25 orang (6,6%), penderita diabetes melius


yang baru di kenal. pada 9 orang (36%) di antaranya, telah ditemukan adanya
retinopati diabetika non proliferatif. Kontrol yang terlama pada penelitian ini adalah
210 bulan.
Hipertensi yang sering di anggap berkaitan dengan diabetes mellitus,
ditemukan pada 91 orang (24,1%). 55 orang di antaranya menderita retinopati
diabetika (60,4%) dibandingkan dengan 136 orang yang menderita retinopati
diabetika yang tidak hipertensi. Secara statistik perbedaan ini sangat bermakna (tabel
4).

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.26. Juli Desember 2002

Epidemiologi retinopati diabetik di Bagian Ilmu Penyakit Mata

53

Tabel 4. Hipertensi dan retinopati diabetika


Hipertens
i

Retinopati

Total

Positif Negatif

Ya

55

36

91

24.1

Tidak

136

150

286

75.9

Total

191

186

377

100

Merokok pada penelitian ini hanya ditemukan pada 46 orang (13%) dan 22 di
antaranya menderita retinopati diabetika (47,8%). Dibandingkan dengan 75 orang
(51,7%) pada kelompok yang tidak merokok, perbedaan ini tidak bermakna secara
statistik.
Secara keseluruhan penderita retinopati diabetika, stadium non proliferatif
dari yang ringan sampai yang berat, ditemukan pada 176 orang (46,7%) dan yang
berada pada stadium proliferatif termasuk perdarahan badan kaca berjumlah 15 orang
(4%).
Dari keseluruhan penderita dengan retinopati diabetika ini penderita diabetes
tipe I didapatkan menderita retinopati sebanyak 5 orang (55,6%). Dibandingkan
dengan tipe II yang didapatkan sebanyak 186 orang (50,5%). tipe I didapatkan
menderita retinopati sebanyak 5 orang (55,6%). Dibandingkan dengan tipe II yang
didapatkan sebanyak 186 orang (50,5%). Perbedaan ini secara statistik sangat
bermakna (p<0.05) (tabel 5).
Tabel 5. Retinopati dan tipe DM penderita
Katarak
IDDM
NIDDM
Total

Retinopati
Positif
Negatif
5
4
186
182
191
186

Total
9
368
377

Katarak tingkatan yang immature (dari katarak sub kapsularas sampai katarak
nuklearis) ditemukan pada 95 orang (25,2%). 62 orang di antaranya menderita
retinopati diabetika (65,3%). Dibandingkan dengan yang tidak menderita katarak, di
mana didapatkan retinopati pada 129 orang (45,7%), perbedaan ini secara statistik
sangat bermakna (p<0.05) (tabel 6).
Katarak

Tabel 6. Katarak dengan retinopati diabetika


Retinopati
Total
Positif Negatif

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.26. Juli Desember 2002

Epidemiologi retinopati diabetik di Bagian Ilmu Penyakit Mata

Ya
Tidak
Total

129
62
191

153
33
186

54

282
95
377

Glaukoma ditemukan pada 19 orang penderita (0,5%). Hubungan dengan


retinopati diabetika secara statistik tidak bermakna.
Kehamilan, pada penelitian ini hanya melibatkan 3 orang penderita dan pada
pemeriksaan fundus ketiganya tidak ditemukan adanya retinopati diabetika.
Anemia didapatkan pada 17 orang penderita dan 7 orang (41,2%) di antaranya
menderita retinopati diabetika, dibandingkan dengan 51,5% yang tidak anemia
dengan retinopati diabetika, secara statistik perbedaan ini tidak bermakna.
Kalau di ambil visum kurang dari 3/60 sebagai buta. Maka dari seluruh
penderita diabetes mellitus yang di periksa dalam penelitian ini terdapat 12 orang
yang sudah buta (3,18%) satu mata atau keduanya.
PEMBAHASAN
Jumlah penderita diabetes mellitus dalam waktu yang akan datang meningkat
dengan tajam. Hal ini adalah karena bertambahnya usia harapan hidup dan dengan
sendirinya jumlah manusia usia lanjut pun akan bertambah. Di ikuti dengan
perubahan pola hidup, urbanisasi dan "westernization". Di daerah rural ditemukan
hanya 1%-2% penderita diabetes mellitus, sedangkan di urban mencapai angka 3%. (2)
Peningkatan jumlah penderita yang mengalami komplikasi. Retinopati diabetika
adalah salah satu komplikasi yang serius dan mendapat perhatian yang banyak di
negara-negara maju. Bahkan di Amerika Serikat, retinopati diabetika ini dinyatakan
sebagai penyebab kebutaan nomor satu.
Penelitian mengenai retinopati diabetika di negara maju sudah banyak dilakukan.
Sejak dari penelitian yang relatif mudah seperti pada kelompok "diabetes clinic
attenders" atau "door to door screening".(3-8) Donio-Cardoba dalam penelitiannya
dapat mengumpulkan data dari 771 orang dan mendapatkan jumlah kasus retinopati
diabetes mellitus 113 orang dari 500 penduduk yang ditelitinya (23%). Pada
penelitian ini, dari pengunjung poliklinik Diabetes didapatkan subjek penelitian,
sebanyak 377 orang penderita.
Tidak jelas hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit ini, karena dalam
penelitian ini ditemukan penderita diabetes laki-laki sebanyak 49,3%, dan perempuan
sebanyak 50,7%. Berbeda dengan yang ditemukan Donio-Cordoba di Martinique, di
mana angka untuk penderita perempuan lebih tinggi, yaitu 78%.(6) Pada populasi 5812
orang China di San Francisco, ditemukan insiden diabetes sebesar 2.21%. (10) Tidak
dijelaskannya insiden menurut jenis kelamin.
Pekerjaan penderita dalam penelitian ini yang terbanyak adalah Pegawai
Negeri Sipil (PNS). Yaitu 55.2% sedangkan yang swasta hanya 10.9%. Hal ini
mungkin disebabkan oleh karena lokasi penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum di
mana banyak memberikan pelayanan dengan memakai kartu Askes (asuransi
kesehatan).
Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.26. Juli Desember 2002

Epidemiologi retinopati diabetik di Bagian Ilmu Penyakit Mata

55

Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) lebih banyak


mengenai orang muda dan insidennya lebih rendah dibandingkan dengan tipe II (Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Pada penelitian ini Diabetes tipe I hanya
ditemukan 9 orang (2,4%), jauh lebih rendah dibandingkan dengan 368 orang
(97,6%) lainnya yang tipe II. Hapnes sebagaimana di kutip Keen mendapatkan angka
15,2% untuk tipe I dan 84,8% untuk tipe II. (12) Sesuai dengan ini, Sobgwi et.al
menemukan bahwa diabetes tipe II berada pada rentang 70%-90% dan sisanya adalah
tipe I.(13)
Komplikasi retinopati riabetika pada penderita Diabetes tipe I lebih berat
dibandingkan dengan tipe II. Sesudah 20 tahun menderita diabetes mellitus tipe II
didapatkan 60% yang mendapat retinopati. Gambaran retinopati diabetika secara oftal
moskopi, ternyata tidak memberikan gambaran yang sebenarnya. Didapatkan bahwa
kelainan vaskuler di retina sudah ditemukan walaupun gambaran kelainan funduskopi
belum ditemukan.(14) Dan sekitar 1,6% di antara penderita diabetes mellitus tipe II,
yang mendapatkan diabetesnya pada usia yang lebih tua, mengalami kebutaan.
Progresifitas retinopati pada kelompok penderita diabetes mellitus tipe I lebih tinggi
dibandingkan dengan tipe II.(15) Penyulit lainnya didapatkan oleh El-Asrar sebanding
dengan angka kejadian retinopati pada kedua tipe diabetes ini.(11) Pada penelitian ini
ditemukan bahwa angka kejadian retinopati diabetika pada penderita diabetes tipe I,
lebih tinggi dibandingkan dengan tipe II
Lama menderita diabetes mellitus secara langsung mempunyai kaitan dengan
meningkatnya insiden retinopati diabetika.(7,8,10,15) Pada penelitian ini, penderita yang
lebih lama menderita diabetesnya (rata-rata 11.04 tahun), lebih besar kemungkinan
untuk mendapatkan retinopati diabetika. Perbedaan ini secara statistik sangat
bermakna Waked menemukan lama menderita diabetes pada kelompok yang
ditelitinya sekitar 9.19 tahun.(16)
Katarak, sering dihubungkan dengan diabetes terutama apabila katarak itu
muncul pada usia muda. Sebuah studi yang berdasarkan kepada populasi,
mendapatkan 12% dari penderita diabetes yang ditelitinya menderita katarak. (6) Pada
penelitian ini ditemukan angka katarak yang lebih tinggi, yaitu 25,2% (95 orang) dan
terutama di derita oleh penderita diabetes mellitus tipe II. Waked, menemukan hal
yang sama pada penelitiannya, yaitu angka katarak yang lebih tinggi pada kelompok
penderita diabetes tipe II.(16)
Glaukoma yang di duga berkaitan dengan diabetes, pada penelitian ini hanya
ditemukan pada 9 orang (0,5%). Angka ini tidak menunjukkan hubungan yang jelas
antara diabetes mellitus dengan galukoma.
Mikroaneurisma merupakan gejala awal dari retinopati non proliferatifa.
Kemudian di ikuti oleh perdarahan intra retina, baik berbentuk titik (dot) atau bercak
dan lidah api (Flame shaped). Pada penelitian ini, retinopati non proliferatifa
ditemukan pada 176 orang dari 377 penderita diabetes mellitus yang di teliti (46,7%).
Retinopati diabetika proliferatifa pada 15 orang (4%). pada 186 orang (49,3%)
lainnya, tidak ditemukan gejala retinopati diabetika. Rendahnya angka retinopati
diabetika proliferatifa juga ditemukan oleh beberapa peneliti lainnya. Mottola et al
Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.26. Juli Desember 2002

Epidemiologi retinopati diabetik di Bagian Ilmu Penyakit Mata

56

menemukan angka 23% untuk retinopati non proliferatifa dan angka 8,0% untuk
retinopati diabetika prolferatifa.(17) Mitchell, sebagai mana di kutip Hesse,
menemukan 32,5% dari 249 penderita diabetes tipe II yang diperiksanya dan angka
1,2% untuk retinopati proloferatifa.(7)
Olivarius, di Kopenhagen menemukan hanya 3 orang dari 1251 penderita
diabetes yang diperiksanya menderita retinopati proliferatifa. (18) Matsushashi
menemukan angka yang lebih banyak yaitu 31% untuk penderita retinopati diabetika
non proliferatifa dan 5% yang menderita diabetika proliferatifa (18). Hesse, juga
menemukan angka yang lebih rendah yaitu 11,9% untuk retinopati diabetika non
proliferatifa dan 2,6% yang menderita retinopati diabetika proliferatifa. (6) Chi
menemukan angka 42% untuk retinopati diabetika non proliferatifa dan 8,3% untuk
retinopati diabetika proliferatifa.(5)
Penelitian tentang retinopati diabetika ini lebih tepat bila dilakukan dengan
pemeriksaan foto angiografi floresensi karena hasil yang di peroleh, memberikan
gambaran yang lebih jelas.(14) Olivarus, menemukan angka 60% bila dilakukan
dengan foto angio grafi florensesi, dibandingkan dengan fundus kopi biasa, yang
hanya 31%.(18)
Apabila virus di bawah 3/60 dikatakan buta, maka Passad menemukan angka
2,84% untuk kebutaan pada penderita yang ditelitinya. (19) Pada penelitian ini
didapatkan 7,2% penderita dengan virus di bawah 3/60 pada salah satu matanya atau
keduanya.
Yang menjadi masalah di masa yang akan datang adalah bagaimana
meyakinkan Dokter Keluarga dan atau Dokter Endokrin tentang pentingnya
melakukan pemeriksaan mata secara rutin bagi penderita diabetes mellitus, baik tipe I
maupun tipe II. Begitu juga pentingnya menerangkan kepada penderita diabetes
bagaimana pentingnya melakukan pemeriksaan mata untuk mencegah komplikasi
yang lebih berat di masa yang akan datang. Pada beberapa kasus malah bisa terjadi
sebaliknya, penderita baru mengetahui bahwa dia menderita diabetes mellitus setelah
mengeluh mata kabur dan di periksa, ternyata menderita retinopati diabetika.
Pada penelitian ini, 25 orang (6,6%), penderita yang baru pertama kali di rujuk. AlKhalid mendapatkan, bahwa hanya 40% penderita diabetes yang di rujuk selama
tahun 1996 dan tahun berikutnya malah lebih rendah lagi yaitu hanya 5%. Dan
selama 2 tahun itu hanya 20% yang di rujuk sebanyak 2 kali. (3) Pada kelompok
masyarakat China di San Francisco dari 129 orang penderita diabetes, 78 orang
melakukan pemeriksaan mata setiap tahunnya (61%) ini suatu angka yang cukup
tinggi, dibandingkan dengan hanya 35%-45% pada penelitian sebelumnya.(11)
KESIMPULAN
Telah di periksa 377 orang penderita diabetes mellitus yang berobat ke sub
bagian Endokrin, bagian Penyakit Dalam Perjan RS Dr. M. Djamil FK Unand
Padang. Didapatkan 186 orang tidak menderita retinopati diabetika dan 191 orang
menderita retinopati diabetika, dengan pembagian 176 orang (46,7%) menderita

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.26. Juli Desember 2002

Epidemiologi retinopati diabetik di Bagian Ilmu Penyakit Mata

57

retinopati diabetika non proliferatifa dan 15 orang (4%) menderita retinopati


diabetika proliferatifa.
Hasil pemeriksaan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap retinopati
diabetika dan yang berkaitan dengan perjalanan penyakit retinopati diabetika ini telah
di analisa secara statistik.
KEPUSTAKAAN
1.

Sugando, S. Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Sambutan dalam


peluncuran Buku Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes tipe II. Jakarta, Mei 2002.

2.

American Academi of Ophthalomogy. Basic and clinical Science Course 2001-2002.


Section 12. pp. 89-111.

3.

Al-Khaldi YM, Khan MY, Khairallah BH,:Audit of referral Diabetic patients Saudi
Med.!. 2002. Feb:23 (2). 177-181.

4.

El-AshrafAM, Al-Rubean KA, Al-AmraSA: Retinopathy as a predictor of other


Diabetic complications. Int. Ophthalmol. 2001 ; 24 (1) :1-11.

5.

Chi ZS, Lee ET, Lu M, Keen H: Vascular disease prevalence in Diabetic patients in
China. Diabetologia.2001, Sept; 44 suppl 2: S82-86.

6.

Donio-Cardoba A, Ridies R, Spineli F, Merle H,: Diabetic Retinopathy in Martinique.


Result of a cross sectional survey based on 771 patients. J.Fr. Ophthalmol. 2001, June :
24 (6),: 603-609.
Hesse L, Grusser M, Hofstadt K,: Population based study of Diabetic retinopathy in
Wolfsburg. Ophthalmologie. 2001 Nov.. 98 (11): 1065-1068.

7.
8.

RegilloCD, Brow GC, Flynn HW.: Vitreotinal disease. The Essentials. Thieme 1999.
New York. Pp. 133-158.

9.

Janghorbani M, Jones BB, Murray KJ.: Incidence of and risk factor for diabetic
retinopathy in diabetic clinic attenders. Ophthalmic epidemiol. 2001 Dec.; 8 (5). 309325.

10.

Loh-Shan B., Leung AB, Edward Chow.: Incidence of diabtes mellitus, diabetic eye
examination and risk factor for diabetic retinopathy in a population of Chinese. June30 July 1,2000. San Francisco.

11.

Klein R, et. Al : Association of ocular disease and mortality rate in a diabetic


population.: Arch. Of Ophthalmol. 1999, 117, pp 1487 1495.

12.

Keen H, Lee FT, Russel D.: The appearance of retinopathy and progression to
proliferative retinopathy. The WHO multi national study of vascular disease in diabetes.
Diabetologia, 2000. Sept. 44, suppl 2: 522-530.

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.26. Juli Desember 2002

Epidemiologi retinopati diabetik di Bagian Ilmu Penyakit Mata

13.

58

Sobgwi E, Manvau-Jarvis F, : Diabetes in Africans. Epidemiology and Clinical


specifications. Diabetes. Metab. 2001 Dec.; 27 (6) : 628-634.

14.

Khalilul Rahman, : Foto Angiografi Floresensi pada penderita diabetes dengan


fundus normal. Naskah Lengkap Kongres Nasional Perdami VI. Semarang 1988.
15.
Loh-Shan B.,Leung AB, Edward Chow.: Incidence of diabetes mellitus, diabetic eye
examination and risk factor for diabetic retinopathy in a population of ChineseAmerican. Presented in 10 th conferences on health problem related to Chinese. June 30
July 1, 2000. San Francisco.
16. Motola AA, Pirie FJ. Gouwes E: Microvasculer complications in South Afsican patients
with long duration. S Afr Med Journ. 2001, Nov. 91 (11) : 987-992.
17. Matsushshi H, et.al: Epidemiology study of dibetic retinopathy in nine hospitals in the
Admiri Area. Nippon Ginka Gakkai Zasshi. 2000 Nov. 105 (11): 760-765.
18. Olivarius de F., Nulsen NV, Andreasen AU.: Diabetic retinopathy an newly diagnosed
middle age and elderly diabetic patients. Graefes Arch. Clin. Exp. Ophthalmol. 2001
Sep.; 239 (9) : 664-672.
19. Passad S, Kaneath GG, Jones K: Prevalence of blindness and visual impairment in a
population of people with diabetes. Eye 2001 Oct; 15 (5) : 640-643.

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.26. Juli Desember 2002

Epidemiologi retinopati diabetik di Bagian Ilmu Penyakit Mata

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.26. Juli Desember 2002

59

Anda mungkin juga menyukai