Anda di halaman 1dari 7

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Nursing Caries


Nursing caries atau yang disebut juga nursing bottle caries, baby bottle
tooth decay, early childhood caries merupakan adanya satu atau lebih gigi
yang karies, hilang (karena karies) atau gigi yang telah direstorasi pada gigi
anak yang berumur 71 bulan atau lebih muda (American Academy of
Pediatric Dentistry, 2010)
Menurut Begzati (2015) nursing caries adalah karies yang berkembang
secara cepat yang awalnya mengenai sepertiga servikal gigi insisiv rahang
atas, yang kemudian akan merusak mahkota gigi secara total. Nursing caries
adalah tipe dental karies yang virulen dan dapat merusak pertumbuhan gigi
pada bayi dan anak belum sekolah
2.2 Etiologi Nursing Caries
Nursing caries merupakan bentuk agresif dari karies gigi yang dimulai
pada gigi yang biasanya bebas karies. Etiologi dari Nursing caries dapat
dibagi menjadi faktor resiko utama dan pendukung.
A. Faktor resiko utama
1. Substrat
Makanan kariogenik utama yang yang terbukti memegang
peranan penting dalam proses terjadinya karies adalah gula (termasuk
sukrosa, fruktosa, dan glukosa). Sukrosa adalah makanan kariogenik
yang paling signifikan karena sukrosa mengubah makanan nonkariogenik/ kariogenik menjadi kariogenik.
Pembersihan mulut dari karbohidrat yang paling buruk adalah
saat tidur, ketika aliran saliva berkurang dan kontak antara plak dan

substrat meningkat, sehingga meningkatkan pertumbuhan spesies


kariogenik (Ribeiro, 2004; Grauwe, 2004).
2. Host/ gigi
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan karies gigi menurut
Ribeiro (2004) adalah faktor host, di antaranya adalah penurunan
saliva, faktor immunologi, adanya enamel defect, terutama hipoplasia,
immature enamel, morfologi gigi, dan karakteristik genetik dari gigi
(ukuran, permukaan, kedalaman fissure), dan gigi berdesakan.
Saliva adalah system pertahanan utama tubuh dalam mencegah
karies. Saliva dapat menghilangkan makanan dan bakteri, dan juga
sebagai buffer untuk melawan produksi asam. Selain itu saliva juga
dapat berfungsi sebagai penampung mineral (kalsium dan fosfat) yang
berguna untuk remineralisasi enamel. Saat tidur, penurunan aliran
saliva menurunkan kapasitas buffer yang mengakibatkan gigi lebih
mudah karies.
Enamel defect pada gigi juga merupakan faktor yang dapat
meningkatkan karies gigi. Enamel defect meningkatkan retensi plak,
meningkatkan kolonisasi Streptococcus mutans, dan pada kasus yang
lebih parah kehilangan enamel menyebabkan gigi mengalami
demineralisasi
3. Mikroorganisme kariogenik
Mikroorganisme kariogenik

utama

adalah

Streptococcus

(mutans dan sobrinus) dan Lactobacillus. Bakteri ini dapat


berkolonisasi pada permukaan gigi. Ketika dikombinasi dengan
produk yang mengandung karbohidrat yang berfermentasi, proses
metabolism diawali oleh bakteri yang memproduksi asam dan produk
yang dapat menyebabkan demineralisasi enamel gigi sehingga
menyebabkan karies pada gigi (Ribeiro, 2004).
4. Plak gigi
Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta
produknya yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi
bakteri ini tidak dapat terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk
melalui serangkaian tahapan. Enamel yang bersih di rongga mulut

akan ditutupi oleh lapisan organic amorf yang disebut pelikel. Pelikel
ini terutama terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dalam saliva
dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. sifatnya sangat lengket
dan mampu membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada
permukaan gigi (Ribeiro, 2004).
Apabila tidak dibersihkan, maka bakteri-bakteri dan produknya
dapatmenyebabkan demineralisasi enamel dan dentin (disebabkan
karena asam yang diproduksi bakteri).
5. Waktu
Waktu sangat berpengaruh terhadap terjadinya karies. Substrat
yang menempel pada permukaan gigi apabila tidak dibersihkan akan
difermentasi oleh bakteri menjadi masa asam dalam waktu tertentu
(Ribeiro, 2004).
B. Faktor resiko pendukung
1. Menyusui
Menyusui memiliki banyak manfaat, yaitu menyediakan nutrisi yang
optimal bagi bayi dan proteksi immunologi. Hubungan antara
menyusui dengan Nursing caries masih belum dapat dibuktikan.
Menyusui diasumsikan berhubungan dengan nursing caries apabila
pola konsumsinya adalah ad libitum, dan apabila frekuensi menyusui
yang berkepanjangan, terutama pada malam hari.yang menyebabkan
akumulasi susu pada gigi yang dikombinasikan dengan berkurangnya
aliran saliva dan kurangnya kebersihan mulut sehingga menyebabkan
gigi berlubang (Ribeiro, 2004).
2. Minum susu dengan botol
Minum susu dengan botol merupakan faktor predisposisi Nursing
caries karena dot pada botol susu akan menghalangi akses saliva ke
insisiv rahang atas, sedangkan insisiv rahang bawah dekat dengan
kelenjar saliva terlindung dari isi cairan pada botol susu. Minum susu
dengan botol terutama saat malam hari atau ketika anak-anak tidur
dengan botol di mulutnya merupakan faktor kariogenik (Ribeiro,
2004).

3. Kebersihan rongga mulut


Beberapa penelitian telah dilaporkan bahwa kebiasaan menyikat gigi,
frekuensi menyikat gigi dan atau penggunaan pasta gigi dengan
fluoride dihubungkan dengan peningkatan karies gigi. Anak yang
tidak menyikat gigi sebelum tidur memiliki resiko karies yang lebih
tinggi dibandingkan dengan yang menyikat gigi sebelum tidur (Zafar,
2011).
4. Faktor genetic
Tingkat karies tinggi telah dilaporkan pada suatu keluarga dari
generasi ke generasi, dan anak-anak yang memiliki orang tua atau dan
saudara dengan lesi karies memiliki resiko karies yang lebih tinggi
daripada yang tidak (Ribeiro, 2004).
5. Tingkat pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya karies gigi pada anak dan tingkat
keparahannya. Pengetahuan orang tua terutama ibu tentang gigi,
merupakan faktor yang ikut berperan dalam resiko karies pada anak.
Misalnya tentang makanan yang tidak baik untuk kesehatan gigi,
frekuensi menyikat gigi (Zafar, 2011).
6. Faktor social-ekomomi
Anak-anak yang terlahir di keluarga kurang mampu lebih sering
terlahir dengan berat badan yang rendah sehingga dapat berpengaruh
pada kesehatan rongga mulut. Selain itu, anak-anak yang kurang
mampu juga cenderung ke dokter gigi di usia yang lebih tua, jarang ke
dokter gigi dan hanya ke dokter gigi apabila memiliki masalah pada
giginya (Zafar, 2011).
2.3 Klasifikasi Nursing Caries
Menurut Borutta (2010), nursing caries dapat dibagi menjadi 3 tipe
berdasarkan gambaran klinisnya, yaitu:
a. Tipe 1 (mild to moderate)
Gambaran klinis karies tipe 1 ini adalah adanya lesi karies yang terisolasi
yang mengenai gigi molar dan/atau insisiv. Penyebabnya biasanya
kombinasi dari makanan kariogenik dan kurangnya oral hygine. Jumlah

gigi yang terkena biasanya meningkat apabila factor kariogenik tetap ada.
Tipe karies ini biasanya ditemukan pada anak-anak berumur 2-5 tahun

Gambar
1.

Tipe 1
(mild)

b.

Tipe

(moderate to severe)
Gambaran klinis karies tipe 2 adalah adanya lesi karies pada labiolingual
yang mengenai gigi insisiv rahang atas, dengan atau tanpa karies pada
gigi molar tergantung umur anak, tingkat keparahan penyakit, dan
biasanya

insisiv

rahang

bawah

belum

terinfeksi.

Penyebabnya

berhubungan dengan penggunaan botol susu yang tidak tepat, menyusui,


atau kombinasi dari keduanya, dengan atau tanpa oral hygine yang buruk.
Karies tipe ini dapat ditemukan beberapa saat setelah gigi pertama
tumbuh dan jika tidak dikontrol dapat menjadi karies tipe 3

Gambar 2. Tipe 2 (moderate)


c. Tipe 3 (severe)
Lesi karies pada tipe ini mengenai hampir seluruh gigi termasuk insisiv
rahang bawah. Konsidinya rampant dan mengenai permukaan gigi yang
biasanya tidak terkena karies, misalnya insisiv rahang bawah

Gambar

3.

Tipe 3
(severe)
Tabel 1.

Tipe

Nursing
caries

2.4 Akibat Nursing caries pada anak-anak


Apabila perawatan dari nursing caries ditunda, kondisi anak akan
memburuk dan menjadi lebih sulit untuk diobati, selain itu juga akan
meningkatkan biaya perawatan. Akibat yang paling sering dari karies gigi
yang tidak diobati adalah rasa sakit pada gigi, yang akan berpengaruh pada
aktivitas sehari-hari anak, seperti makan, berbicara, tidur, dan bermain. Anakanak yang memiliki karies gigi akan memiliki resiko karies yang lebih besar
pada gigi permanennya (Zafar, 2011).
Nursing caries yang parah dapat menyebabkan anak tersebut kehilangan
gigi depan sebelum waktunya. Anak tersebut akan mengalami gangguan
artikulasi pada saat berbicara, padahal masa anak-anak adalah masa yang
penting dalam kemampuan berbicara. Anak dengan nursing caries juga dapat

terlambat dalam perkembangan fisiknya, terutama pada tinggi dan berat


badan (Zafar, 2011).
Rasa sakit yang disebabkan oleh karies akan menyebabkan penurunan
nafsu makan yang akan menyebabkan malnutrisi pada anak. Kehilangan gigi
atau pencabutan sebelum waktunya dapat menyebabkan anak menderita
trauma psikologis dari prosedur perawatan gigi yang dibutuhkan untuk
merestorasi giginya. Cemoohan dari teman sebaya, saudara, dan bahkan
anggota keluarga dapat membuat anak menjadi kehilangan kepercayaan
dirinya (Zafar, 2011).

Anda mungkin juga menyukai