Anda di halaman 1dari 4

REVIEW JURNAL: A STRUCTURAL THEORY OF IMPERIALISM

Journal OF Piece Research, J-STOR


Oleh: Johan Galtung

Galtung berusaha menjelaskan teorinya mengenai sentrum-periferi yang kemudian


ia sempurnakan dalam teori struktural tentang imperialisme. Imperialisme dilihat
sebagai pola relasi antarnegara, dimana negara-negara periferi didominasi oleh
negara-negara yang merupakan sentrum. Dominasi itu dapat terjadi, karena pusatpusat dari negara-negara sentrum itu mengadakan hubungan dengan pusat-pusat
darinegara-negara periferi. Ciri dari hubungan ini ialah harmoni kepentingan.
Akan tetapi untuk daerah periferi dari negara-negara periferi relasi yang sama itu
berarti disharmoni atau pertentangan kepentingan.
Dalam hubungan ini harmoni kepentingan itu didefinisikan sebagai suatu
situasi, dimana karena adanya relasi itu, perbedaan di antara sesama anggota
dalam hal syarat kehidupan ( living conditionLC ) menjadi lebih kecil.
Pertentangan kepentingan itu ada, apabila karena adanya relasi itu perbedaan
dalam hal syarat kehidupan menjadi semakin besar. Pola hubungan dalam
imperialisme itu digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.
Struktur imperialisme

Maka dalam teori ini imperialisme didefinisikan sebagai suatu pola relasi antar
negara-negara sentrum dan negara-negara periferi, dimana:
1. Ada harmoni kepentingan di antara pusat negara sentrum (cC) dan pusat
negata periferi (cP);
2. Disharmoni kepentingan di dalam negara periferi lebih besar daripada di
dalam negara sentrum;
3. Ada disharmoni kepentingan antara periferi negara sentrum (pC) dan
periferi negara periferi (pP).
Dengan bertolak dari pangkal, bahwa disharmoni kepentingan di negara sentrum
itu tidak sebesar di negara periferi, dapat diterangkan, bahwa relasi diantara kedua
negara itu juga sangat menguntungkan periferi negara sentrum. Dengan demikian
terhindarlah pembentukan aliansi antara periferi kedua negara itu. Memang ada
pertentangan antara negara sentrum sebagai keseluruhan dan negara periferi
sebagai keseluruhan, akan tetapi harmoni kepentingan di antara kedua pusatlah
yang menentukan relasi itu.
Galtung menekankan, bahwa imperialisme itu tidak mengenai relasi dan
pertentangan antarnegara sebagai satuan (seperti dalam teori tentang pembentukan
kelas dan perjuangan kelas secara internasional) akan tetapi mengenai kombinasi
antara relasi-relasi intranasional dan internasional. Apabila tidak ada pertentangan
intern di dalam kedua negara itu dan dengan demikian itu tidak ada tempat
berpijak di dalam negara periferi bagi negara sentrum, maka menurut definisinya
tidak ada imperialisme. Mungkin saja relasi penghisapan itu ada, akan tetapi
dengan jalan lain, misalnya dengan menggunakan paksaan.
Ada mekanisme yang menciptakan dan memelihara imperialisme, yakni:
1. Prinsip relasi interaksi vertikal;
2. Prinsip struktur interaksi feodal.

Dengan prinsip pertama tentang relasi interaksi vertical tersebut, yang


dimaksud adalah ketidaksamaan relasi, yang ternyata dalam ketidaksamaan nilai
barang-barang yang dipertukarkan. Pertukaran barang-barang yang tidak sama
nilainya itu terjadi di berbagai bidang. Menurut Galtung terbikti, bahwa perbedaan
nilai barang-barang yang dipertukarkan itu terutama berdasarkan perbedaan
pengetahuan dan berkaitan dengan perihal teknologi. Dengan demikian maka
dapat pula dibedakan tipe-tipe imperialisme, yakni dibidang ekonomi, politik,
militer, komunikasi, dan kedubayaan.
Prinsip yang kedua tentang interaksi feodal, yang dimaksud yaitu tata
relasi diantara negara-negara sentrum dan negara-negara periferi, yang begitu
rupa, sehingga diantara negara-negara periferi itu tidak ada relasi satu sama lain
dan relasi dari satu atau beberapa negaa periferi dimonopoli oleh negara sentrum.
Pola relasi feodal itu selanjutnya dapat diringkas seperti melalui bagan berikut.
Struktur feodal sentrum-periferi

Menurut teori ini, mekanisme itu juga bekerja di dalam negara, khususnya di
dalam negara-negara periferi. Akhirnya masih diadakan pembagian sejarah
imperialisme menjadi tiga fase seperti tertera pada tabel berikut.

Dari fase II itu, organisasi Internasional dapat bergerak di bidang


kehidupan yang berbeda-beda seperti di atas, misalnya di bidang ekonomi, militer,
dan politik. Dalam fase yang akan datang, kerjasama di antara sentrum-sentrum
itu, menurut Galtung terutama terjadi melalui bermacam-macam teknik
komunikasi modern, yang tidak menyolok akan tetapi dapat efektif sekali.
Dapat ditentukan juga melalui penggunaan teori ini, dengan cara
bagaimana imperialisme dapat dilawan, yaitu dengan mengarahkan kebijaksanaan
untuk menetralisir mekanisme-mekanisme itu. Ini harus meliputi usaha ke arah
horizontalisasi dan defeodalisasi dari relasi-relasi itu. Dalam hal ini,
misalnya, kerjasama yang leibh erat di antara negara-negara sedang berkembang
dapat menjadi sarana, dalam bentuk ekstrimnya berupa perkembangan ke arah
pembentukan suatu kelas.
Galtung juga memberi peringatan, bahwa ini tidak berarti perkembangan
periferi yang sebenarnya dapat begitu saja dilancarkan. Akan tetapi hal itu mmang
suatu syarat yang mutlak. Segera apabila syarat itu dipenuhi, menurut
pendapatnya, banyak rumus-rumus teori perkembangan liberal akan lebih
berlaku dalam hal itu.

Anda mungkin juga menyukai