Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pemeriksaan Palpasi Abdomen (Leopold Maneuver)
Pemeriksaan palpasi abdomen atau yang lebih dikenal dengan
Leopold maneuver merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu hamil
untuk menentukan posisi dan letak janin di dalam rahim.1,2
Palpasi abdomen lebih baik dilakukan pada usia kehamilan 36
minggu atau lebih. Dapat juga dilakukan saat atau antara terjadinya
konstraksi

uterus

selama

persalinan.

Pengalaman

yang

cukup,

memungkinkan untuk memperkirakan ukuran janin yang berada dalam


rahim. Merujuk pada penelitian Lydon-Rochelle dkk, seorang dokter
spesialis kebidanan atau tenaga kesehatan dengan pengalaman yang cukup
dapat mengidentifikasi malpresentasi janin dengan Leopold Maneuver
dengan sensitivitas sekitar 88% dan spesifisitas sekitar 94%.1
2.2 Sejarah Palpasi Abdomen (Leopold Maneuver)
Penentuan presentasi janin dan posisi janin dengan menggunakan
palpasi abdomen sudah dikenal sejak dahulu. Metode ini pertama kali
diperkenalkan oleh Roederer pada abad ke 17. Pada tahun1878, Pinard
mengembangkan teknik yang sistematik untuk menentukan presentasi dan
posisi janin. Crede dan Leopold menyempurnakan metode yang
dikembangkan Pinard dan pada tahun 1892 Crede dan Leopold
mempublikasikan artikel teknik tesebut pada buku yang berjudul TextBook of Obstetrics for Midwives. Beberapa tahun kemudian, Edgar
menterjemahkan dan mempublikasikan buku Crede dan Leopold ke dalam
bahasa Iggris. Artikel tesebut menjelaskan dekripsi secara detail teknik
dan ilustrasi empat manuver dari palpasi abdomen pada ibu hamil. Metode
tersebut lebih dikenal sebagai Leopolds maneuvers.3,4
2.3 Teknik Pemeriksaan Palpasi Abdomen (Leopold Maneuver)

Pemeriksaaan abdomen (Leopold Maneuver) dapat dilakukan secara


sistematis. Terdiri dari empat manuver. Pada saat pemeriksaan, ibu berada
dalam posisi supinasi dan posisi yang nyaman. Leopold Maneuver sulit
dilakukan pada ibu hamil yang obesitas, cairan amnion yang banyak
(polihidramnion), atau jika plasenta tertanam pada daerah anterior uterus.
Sebelum pemeriksaan sebaiknya ibu hamil mengosongkan kandung kemih
terlebih dahulu.1
1. Leopold I (Fundal Palpation), untuk menentukan tinggi fundus uteri
dan bagian janin yang berada pada fundus uteri1,2,4,5
Cara pemeriksaan :
Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, menghadap kearah
pasien. Kedua lutut ibu dalam keadaan fleksi untuk merelaksasi otot
rektus abdominis. Kedua tangan yang sebelumnya sudah dihangatkan
diletakkan pada bagian atas uterus dengan mengikuti bentuk uterus.
Lakukan palpasi secara lembut dan gentle untuk menentukan bentuk,
ukuran , dan konsistensi bagian janin. Tentukan bagian janin mana
yang terdapat pada fundus.1,2,4,5
Interpretasi :
Jika kepala janin yang teraba pada fundus, maka palpasi yang akan
teraba bulat, keras, dan melenting. Jika bokong yang terletak di fundus,
maka pemeriksa akan meraba suatu bentuk yang tidak spesifik, lebih
besar, bernodul, dan lebih lunak dari pada kepala, serta fundus terasa
penuh. Pada letak lintang, palpasi di daerah fundus akan teraba
kosong.1,2,5

Gambar 1 : Leopold I
Selain menentukan bagian dari janin yang terdapat pada fundus,
Leopold I juga dapat menentukan Tinggi Fundus Uteri (TFU). Tinggi
fundus uteri ditentukan dalam cm, yaitu jarak antara simfisis dan
puncak fundus uteri yang menunjukkan umur kehamilan. Tinggi
fundus uteri diukur dengan pita pengukur yang terbuat dari kain
(centimeter : cm) sebelumnya harus ditentukan dimana letak fundus
uteri melalui palpasi. Pengukuran tinggi fundus uteri dapat dilakukan
pada umur kehamilan 12 minggu.2
Umur Kehamilan

Tinggi Fundus Uteri

12 minggu

1/3 diatas simfisis

16 minggu

Pertengahan simfisis-pusat

20 minggu

2/3 diatas simfisis

24 minggu

Setinggi pusat

28 minggu

1/3 diatas pusat

32 minggu

1/2 pusat-proc. Xyphoideus

36 minggu

Setinggi proc. Xiphoideus

40 minggu

2 jari di bawah proc. Xyphoideus

/
Tabel 1 : Tinggi Fundus Uteri sesuai umur kehamilan
2. Leopold II (Lateral Palpation), untuk menentukan bagian janin yang
berada pada kedua sisi uterus1,2,4,5
Pemeriksaan :
Pemeriksa berdiri sebelah kanan pasien menghadap ke pasien.
Kedua telapak tangan diletakkan pada kedua sisi perut, dan lakukan
tekanan yang lembut tetapi cukup dalam, untuk meraba kedua sisi
perut. Secara perlahan-lahan geser jari-jari dari satu sisi ke sisi lain
untuk menentukan pada sisi mana terletak punggung, lengan dan
kaki.1,2,4,5
Interpretasi :
Bagian punggung janin akan teraba sebagai suatu benda yang
keras, seperti papan. Bila teraba beberapa bagian kecil yang lunak dan
memiliki

banyak

tonjolan-tonjolan

serta

dapat

bergerak

dan

menendang, maka bagian tersebut adalah ekstremitas dari janin dapat


berupa kaki, tangan, atau lutut. Bila punggung janin tidak teraba di
kedua sisi, kemungkin punggung janin berada pada sisi yang sama
dengan punggung ibu (posisi posterior).1,2,5

Gambar 2 : Leopold II
3. Leopold III (Pelvic Palpation), untuk menentukan bagian janin apa
yang berada pada bagian bawah1,2,4,5
Pemeriksaan :
Raba dengan hati-hati bagian bawah abdomen pasien tepat diatas
simfisi pubis. Coba untuk menilai bagian janin apa yang berada disana.
Bandingkan dengan hasil pemeriksaan sebelumnya.1,2,5
Interpretasi:
Bila bagian janin dapat digerakkan kearah cranial ibu, maka bagian
terbawah dari janin belum melewati pintu atas panggul. Bila kepala
yang yang berada pada bagian terbawah tidak dapat digerakkan lagi,
maka kepala sudah engaged, dan bila tidak dapat diraba adanya
kepala atau bokong, maka letak janin adalah melintang.1,2,5

Gambar 3 : Leopold III


4. Leopold IV (Pawlicks Grip), untuk menentukan presentasi dan
engagement1,2,4,5
Pemeriksaan :
Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu. Kedua lutut ibu masih
dalam keadaan fleksi. Letakkan kedua telapak tangan pada bagian
bawah abdomen dan coba untuk menekan ke arah pintu atas
panggul.1,2,4,5
Interpretasi:
Pada dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III, menilai
bagian janin terbawah yang berada didalam panggul dan menilai
seberapa jauh bagian tersebut masuk melalui pintu atas panggul. Ada 3
keadaan : konvergen, yaitu jika bagian yang masuk baru sebagian
kecil. Sejajar jika bagian yang masuk baru sebagian. dan divergen,
yaitu jika hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk ke daerah
pelvis.2

Gambar 4 : Leopold IV

BAB III
KESIMPULAN
Pemeriksaan palpasi abdomen ibu hamil yang dikenal dengan Leopold
Manuever merupakan pemeriksaan yang tidak terlalu rumit. Komunikasi dan
hubungan yang baik sebelum pemeriksaan antara tenaga kesehatan dengan ibu
hamil dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa percaya dan nyaman pada ibu hamil

sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan baik. Terdapat empat manuver


yang dilakukan, dimana setiap manuver sangat berhubungan satu sama lainnya
untuk menentukan posisi dan presentasi janin yang berada dalam rahim.
Beberapa pemeriksaan lain seperti : X-Ray, Sonography (USG), ataupun
pemeriksaan pelvis dapat dilakuan juga pada ibu hamil. Antara satu pemeriksaan
dengan

pemeriksaan lainnya memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan.

Leopold Manuever ini merupakan pilihan pemeriksaan yang sering dilakukan di


berbagai pusat kesehatan karena bisa dilakukan kapan saja, mudah dilakukan,
murah, dan tidak invasive sehingga tidak akan mempengaruhi janin didalam
rahim. Pada praktik sehari-hari penggunaan lebih dari satu pemeriksaan juga
sering dilakukan tergantung dari tenaga ahli dan ketersediaan alat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Williams Obstetrics, 23 Edition. The McGraw-Hill Companies.2010. Hal
377-378
2. Obstetri Fisiologi. Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi UNPAD.1983

3. Barbara L. McFarlin, Janet L. Engstrom, Milo B. Sampson, Frances


Cattledge. Concurrent Validity of Leopolds Maneuvers in Determining
Fetal Presentation and Position. Journal of Nurse-Midwifery.1985
4. Sara Samantha Webb. Abdominal palpation To Determine Fetal Position
At The Onset of Labour : An Accuracy Study. The University of
Birmingham.2009
5. Michelle L Murray, Gayle Huklsmann, Patricia Romo. Essential of Fetal
Monitoring. Springer Publishing Company New York. 2007

Anda mungkin juga menyukai