LAPORAN KASUS
IDENTITAS PRIBADI
NAMA
: Ny. Djuriah
JENIS KELAMIN
: Perempuan
USIA
: 31-12-1947
SUKU BANGSA
: Jawa
AGAMA
: Islam
ALAMAT
STATUS
: Menikah
PEKERJAAN
: Pensiunan PNS
TANGGAL MASUK
: 11 Maret 2015
TANGGAL KELUAR
ANAMNESE
Keluhan Utama
: Penurunan kesadaran
Telaah
ANAMNESE TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius
: hipertensi, DM
Traktus Respiratorius
Traktus Digestivus
Traktus Urogenitalis
: Tidak dijumpai
ANAMNESE KELUARGA
Faktor Herediter
: Tidak dijumpai
Faktor Familler
: Tidak dijumpai
Lain-Lain
: Tidak dijumpai
ANAMNESE SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan
: Baik (Normal)
Imunisasi
: Os tidak tahu
Pendidikan
: D-III
Pekerjaan
: Pensiunan PNS
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah
: 120/90 mmHg
Nadi
: 70 x/menit
Frekuensi Nafas
: 26 x/menit
Temperatur
: 36,30 C
Persendian
Pergerakan
Kelenjar parotis
Desah
: (-)
Dan lain-lain
: (-)
:
:
:
:
Rongga Dada
Simetris Fusiformis
SF: Kanan=Kiri
Sonor
Vesikuler
Rongga Abdomen
simetris
Soepel
Timpani
Peristaltik 4x/menit
GENITALIA
Toucher
STATUS NEUROLOGI
SENSORIUM
KRANIUM
Bentuk
: Bulat (Normal)
Fontanella
: Tertutup sempurna
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Transiluminasi
PERANGSANGAN MENINGEAL
Kaku kuduk
: (-)
Tanda kernig
: (-)
Tanda Laseque
: (-)
Tanda Brudzinki 1
: (-)
Tanda Brudzinki II
: (-)
Muntah
: (-)
Sakit kepala
: (-)
Kejang
: (-)
:
:
:
:
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Kakosmia
NERVUS II
Visus
Oculi Dextra
Tidak diperiksa
Oculi Sinistra
Tidak diperiksa
Normal
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Menyempit
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Hemianopsia
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Scotoma
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
:
:
:
:
:
tidak diperiksa
tidak diperiksa
tidak diperiksa
tidak diperiksa
tidak diperiksa
tidak diperiksa
tidak diperiksa
tidak diperiksa
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Lapangan pandang
Refleks ancaman
Fundus Oculi
Batas
Warna
Excavatio
Arteri
Vena
NERVUS III
Gerakan bola mata
m. Rectus superior
m. Rectus Inferior
m. Rectus medial
m. Obliquus inferior
Nistagmus
:
:
:
:
:
Oculi Dextra
Oculi Sinistra
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
4
Pupil
Lebar
Bentuk
RC. Langsung
RC. Tidak langsung
Rima palpebral
Deviasi conjugate
Fenomena dolls eye
Strabismus
NERVUS IV
Gerakan bola mata
m.Obliqus superior
:
:
:
:
:
:
:
:
3mm
Bulat
(+)
(+)
dalam batas normal
(-)
(-)
(-)
Sulit dinilai
Bulat
(+)
(+)
dalam batas normal
(-)
(-)
(-)
Oculi Dextra
Oculi Sinistra
(+)
(+)
NERVUS V
Kanan
Motorik
Membuka & menutup mulut
:
(+)
Palpasi
m.masseater
&
:
(+)
m.temporalis
Kekuatan gigitan
:
Tidak diperiksa
Sensorik
Kulit
:
dalam batas normal
Selaput lender
:
dalam batas normal
Refleks kornea
Langsung
:
(+)
Tidak langsung
:
(+)
Refleks masseater
: (+)
Refleks bersin
: Tidak diperiksa
NERVUS VI
Gerakan bola mata
m. Rectus lateral
NERVUS VII
Motorik
Mimik
Kerut kening
Menutup mata
Meniup sekuatnya
Memperlihatkan gigi
Tertawa
Sensorik
Pengecapan 2/3 depan lidah
Produksi kelenjar ludah
Hiperakusis
Refleks stapedial
:
:
:
:
:
:
Kiri
(+)
(+)
Oculi Dextra
Oculi Sinistra
(+)
(+)
Kanan
Kiri
: Tidak diperiksa
: (-)
:
(-)
:
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
NERVUS VIII
Auditorius
Pendengaran
Test rinne
Test webber
test schwabach
Tinitus
Kanan
:
:
:
:
Vestibularis
Nistagmus
Reaksi kalori
Vertigo
:
:
:
NERVUS IX
Disfagia
Refleks muntah
Pengecapan 1/3 belakang lidah
: (-)
: (+)
: Tidak diperiksa
NERVUS X
Palatum molle
Uvulae
Disartria
Disfonia
:
:
:
:
NERVUS XI
Mengangkat bahu
Fungsi sternocleidomastoideus
(-)
tidak diperiksa
(-)
Kiri
dalam batas normal
tidak diperiksa
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Tidak diperiksa
(-)
(-)
(-)
Kanan
Tidak diperiksa
Kiri
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
NERVUS XII
Lidah
Tremor
Atrofi
Fasikulasi
Ujung lidah sewaktu istirahat
Ujung lidah sewaktu dijulurkan
:
:
:
:
:
(-)
(-)
(-)
medial
medial
SISTEM MOTORIK
Trofi
: Normotrofi
Tonus Otot
: Normotonus
Kekuatan Otot
: Lateralisasi kekiri
ESD:
ESS:
EID:
EIS:
6
Sikap (duduk-berdiri-berbaring)
: Berbaring
Tremor
: (-)
Khorea
: (-)
Ballismus
: (-)
Mioklonus
: (-)
Atetosis
: (-)
Distonia
: (-)
Spasme
: (-)
Tic
: (-)
Dan Lain-Lain
: (-)
TES SENSIBILITAS
Eksteroseptif
: Tidak diperiksa
Propioseptif
: Tidak diperiksa
Stereognosis
Grafestesia
REFLEKS
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa
Kanan
Kiri
Refleks Fisiologis
-
Biceps
(++)
(++)
Triceps
(++)
(++)
Radioperiost
(++)
(++)
APR
(++)
(++)
KPR
(++)
(++)
Strumple
(++)
(++)
Refleks Patologis
7
Babinski
(-)
(-)
Oppenheim
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Schaefer
(-)
(-)
Hoffman-Tromner
(-)
(-)
Klonus Lutut
(-)
(-)
Klonus Kaki
(-)
(-)
Refleks PrimitIf
(-)
(-)
KOORDINASI
-
Lenggang
: Tidak diperiksa
Bicara
: Tidak diperiksa
Menulis
: Tidak diperiksa
Percobaan apraksia
: Tidak diperiksa
Test telunjuk-telunjuk
: Tidak diperiksa
Test telunjuk-hidung
: Tidak diperiksa
Diadokhokinesia
: Tidak diperiksa
Test tumit-lutut
: Tidak diperiksa
Test romberg
: Tidak diperiksa
VEGETATIF
-
Vasomotorik
: (+)
Sudomotorik
: (+)
Pilo-Erektor
Miksi
Defekasi
: Tidak diperiksa
VERTEBRA
Bentuk
-
Normal
: Normal
Scoliosis
: (-)
Hiperlordosis
: (-)
Kifosis
: (-)
8
Pergerakan
-
Leher
Pinggang
: (-)
Cross Laseque
: (-)
Test Lhemitte
: (-)
Test Naffziger
: (-)
GEJALA-GEJALA SEREBRAL
Ataksia
: (-)
Disatria
: (-)
Tremor
: (-)
Nistagmus
: (-)
Fenomena Rebound
: (-)
Vertigo
Dan Lain-lain
: (-)
: (-)
GEJALA-GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL
Tremor
: (-)
Rigiditas
: (-)
Bradikinesia
: (-)
FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif
: (+)
Ingatan Baru
: Tidak diperiksa
Ingatan Lama
: Tidak diperiksa
Orientasi
-
Diri
Tempat
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa
Waktu
: Tidak diperiksa
Situasi
: Tidak diperiksa
Intelegensia
: Tidak diperiksa
Daya Pertimbangan
: Tidak diperiksa
Reaksi Emosi
: Tidak diperiksa
Afasia
-
Ekspresif
: Tidak diperiksa
Represif
: Tidak diperiksa
Apraksia
: Tidak diperiksa
Agnosia
-
Agnosisa Visual
: Tidak diperiksa
Agnosia Jari-Jari
: Tidak diperiksa
Akalkulia
: Tidak diperiksa
Disorientasi Kanan-Kiri
: Tidak diperiksa
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Keluhan Utama
Telaah
Nervus Kranialis
N.I
: Sulit dinilai
N.II
N.III, IV, VI
N. V
N. VII
N. VIII
: Sulit dinilai
N. IX, X
N. XI
: Sulit dinilai
N. XII
10
DIAGNOSA
DIAGNOSA FUNGSIONAL
DIAGNOSA ETIOLOGIK
: Trombus
DIAGNOSA ANATOMIK
DIAGNOSA KERJA
PENATALAKSANAAN
-
Bed rest
IVFD RL
Aspilet 1x 80mg
20 gtt/i
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
Definisi
Stroke adalah tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler (Sjahrir, 2003).
Stroke iskemik merupakan tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak
yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan
darah dan oksigen di jaringan otak (Sjahrir,2003).
Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Amerika
Serikat dan meskipun rata-rata kejadian stroke menurun, tetapi jumlah penderita
stroke tetap meningkat yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah populasi
tua/meningkatnya harapan hidup. Terdapat beberapa variasi terhadap insidensi dan
outcome stroke di berbagai negara (Ali dkk, 2009; Morris dkk, 2000) Sampai dengan
tahun 2005 dijumpai prevalensi stroke pada laki-laki 2,7% dan 2,5% pada perempuan
dengan usia 18 tahun. Diantara orang kulit hitam, prevalensi stroke adalah 3,7% dan
2,2% pada orang kulit putih serta 2,6 % pada orang Asia. (Ali dkk, 2009; carnethon
dkk, 2009).
Diantara Warga Amerika Indian yang berusia 65-74 tahun, insiden ratarata/1000 populasi dengan kejadian stroke yang baru dan berulang pertahunnya adalah
6,1% pada laki-laki dan 6,6% pada perempuan. Rata-rata mortalitas stroke mengalami
perubahan dari tahun 1980 hingga 2005. Penurunan mortalitas stroke pada laki-laki
lebih besar daripada perempuan dengan rasio laki-laki dibandingkan dengan
perempuan menurun dari 1,11 menjadi 1,03. Juga dijumpai penurunan mortalitas
stroke pada usia 65 tahun pada laki-laki dibandingkan perempuan (National Center
for Health Statistics, 2008).
Dari Survey ASNA di 28 RS seluruh Indoneisia, diperoleh gambaran bahwa
penderita laki-laki lebih banyak dari pada perempuan dan profil usia 45 tahun yaitu
11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,2% dan diatas usia 65 tahun 33,5%. Data-data
12
lain dari ASNA Stroke Collaborative Study diperoleh angka kematian sebesar 24,5%
(Misbach dkk, 2007).
3
Klasifikasi Stroke
Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan atas patologi anatomi (lesi), stadium
dan lokasi (sistem pumbuluh darah) (Misbach, 1999).
I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:
1. Stroke iskemik
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis Serebri
c. Emboli Serebri
2. Stroke hemoragik
a. Perdarahan Intraserebral
b. Perdarahan Subarakhnoid
II. Berdasarkan stadium
1. TIA
2. Stroke in evolution
3. Completed Stroke
III. Berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah)
1. Tipe Karotis
2. Tipe Vetebrobasiler
2.4
Patofisiologi
Infark
Stroke infark terjadi karena kurangnya aliran darah ke otak. Aliran darah
ke otak normalnya adalah 58 ml/100 gram jaringan otak per menit; jika turun
hingga 18 ml/100 gram jaringan otak permenit, aktivitas listrik neuron akan
terhenti meskipun struktur sel masih baik, sehingga gejala klinis masih reversibel.
Jika aliran darah ke otak turun sampai <10 ml/100 gram jaringan otak per menit,
akan terjadi rangkaian perubahan biokimiawi sel dan membran yang ireversibel
membntuk daerah infark.
Perdarahan intraserebral
Kira-kira 10% stroke disebabkan oleh perdarahan intraserebral.Hipertensi,
khususnya yang tidak terkontrol, merupakan penyebab utama.Penyebab lain
adalah pecahnya aneurisma, malformasi arteri vena, angioma kavernosa,
alkoholisme, diskrasia darah, terapi antikoagulan, dan angiopati amiloid.
13
Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah salah satu kedaduratan neurologis yang
disebabkan pecahnya pembuluh darah di ruang subarakhnoid.Penyebab paling
sering perdarahan subarakhnoid adalah aneurisma serebral, dan malformasi
arteriovenosa.
2.5
Faktor Resiko
Faktor resiko untuk terjadinya stroke yang pertama dapat diklasifikasikan berdasarkan pada
2.6
Gangguan daya ingat (kemungkinan trjadi kerusakan pada aspek medial lobus
temporalis)
Gejala dan tanda sama seperti pada oklusi arteri cerebri media, termasuk
hemiparesis dan hemianastesia kontralateral
Terdapat buta parsial atau total pada sisi yang sama, tetapi jarang terjadi buta
permanen (emboli yang terlepas dari arteria carotis interna, mencapai retina
melalui arteri ophtalmica)
Hilangnya sensasi suhu dan nyeri pada wajah ipsilateral serta hilangnya
sensasi suhu dan nyeri pada tubuh kontralateral
Hilangnya refleks muntah ipsilateral, disfagia, serta suara serak akibat lesi
pada nukleus nervus glossopharyngeus dan nucleus nervus vagus
Koma
Diagnosis
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil
pemeriksaan fisik.Pemeriksaan fisik membantu menentukan lokasi kerusakan otak.
Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan atau
MRI.Kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari
stroke, apakah perdarahan atau tumor otak.Kadang dilakukan angiografi.
16
Penatalaksanaan
1
Stadium hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di instalasi rawat darurat dan
merupakan tindakan resusitasi tindakan serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar
kerusakan jaringan otak tidak meluas.Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2
L/menit dan cairan kristaloid/koloid, hindari pemberian vcairan dextrose atau
salin dalam H2O.
Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, EKG, foto thorax, darah perifer
lengkap dan jumlah trombosit, PT, APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk
elektrolit), jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah.
Stadium akut
Terapi umum:
Letakkan kepala pasien pada posisi 30o, kepala dan dada pada satu
bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dilakukan bertahap bila
hemodinamik telah selesai.
Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 L/menit sampai
didapat hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi
dengan kompres dan anti piretik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung
kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter intermiten)
Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau kolid 15002000 ml dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa
atau salin isotonik.Pemberian nutrisi peroral hanya fungsi peroralnya baik; jika
didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui
slang nasogastrik.
Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batasgula darah
sewaktu 150mg% dengan insulin drip intravena kontinue selama 2-3 hari
pertama. Hipoglikemia diatasi segera dengan dextrose 40% iv sampai kembali
normal dan harus dicari penyebabnya.
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obatobatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila
tekanan sistolik 220 mmHg, diastolik 120 mmHg, MAP 130 mmHg (pada
2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark
miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan
17
darah maksimal adalah 20%, dan obat yang direkomendasikan adalah natrium
nitroprusid, penyekat reseptoralfa-beta, ACE inhibitor, atau antagonis kalsium.
Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik 90 mmHg, diastolik 70
mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 ml selama 1 jam, dilanjutkan 500 ml selama 4
jam dan 500ml selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat teratasi. Jika belum
terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih <90 mmHg, dapat diberi
dopamin 2-20 g/kg/menit sampai tekanan sistolik 110 mmHg.
Jika kejang diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit,
maksimal 100 mg per hari, dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral
(fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan
antikonvulsan peroral jangka panjang.
Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi bolus manitol iv
0,25 sampai 1 g/kgBB per 30 meni, dan jika dicurigai fenomena rebound atau
keadaan umum memburuk, dilanjutkan 0,25/kgBB per 30 menit setiap 6 jam
selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (320 mmol).
Terapi khusus:
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin
dan antikoagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinat
tissue plasminogen activator).Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu
citikolin atau pirasetam (jika didapatkan afasia).
Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak
lambungn diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralafat, atau inhibitor
pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan
diobati dengan antibiotik spektrum luas.
Terapi khusus:
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator.
Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada
pasien yang kondisinya kian memburuk dengan perdarah serebellum
berdiameter >3cm3, hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau
serebellum, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 ml dengan
tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi.
3
Stadium subakut
18
Tindakan medis dapat berupa terpi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi
wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik).Mengingat perjalanan
penyakit yang panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke
dirumah sakit dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan
melaksanakan program peventif dan sekunder.
6
Prognosis
Banyak penderita yang mengalami kesembuhan dan kembali menjalankan
fungsinormalnya.Penderita lainnya mengalami kelumpuhan fisik dan menatal dan
tidak mampu bergerak,berbicara atau makan secara normal.
Sekitar 50% penderita yang mengalami kelumpuhan separuh badan dan gejala
berat lainnya, bisa kembali memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.Mereka bisa
berfikir dengan jernih dan berjalan dengan baik, meskipun penggunaan lengan atau
tungkai yang terkena agak terbatas.Sekitar 20% penderita meninggal di rumah sakit,
yang berbahaya adalah stroke yang disertai dengan penurunan kesadaran dan
gangguan pernafasan atau gangguan fungsi jantung.Kelainan neurologis yang
menetap setelah 6 bulan cenderung akan terus menetap, meskipun beberapa
mengalami perbaikan.
BAB III
DISKUSI KASUS
TEORI
PASIEN
19
- PENYAKIT JANTUNG
- HIPERKOLESTEROLEMIA
- OBESITAS
- MEROKOK
- KELAINAN PEMBULUH DARAH OTAK
FAKTOR RESIKO (UNMODIFIABLE FACTOR)
- JENIS KELAMIN
- USIA
MANIFESTASI KLINIS
- ONSET
- NYERI KEPALA
- MUNTAH
- PENURUNAN KESADARAN
- KAKU KUDUK
- HEMIPARESIS
- GANGGUAN BICARA
LK >>
>40 THN
JAM/HARI
RINGAN
SERING
BAB III
KESIMPULAN
Tujuan penatalaksanaan komprehensif pada kasus stroke akut adalah:
(1) meminimalkan jumlah sel yang rusak melalui perbaikan jaringan
penumbra dan mencegah perdarahan lebih lanjut pada perdarahan intraserebral,
(2) mencegah secara dini komplikasi neurologik maupun medik, dan
(3) mempercepat perbaikan fungsi neurologis secara keseluruhan. Jika secara
keseluruhan dapat berhasil baik, prognosis pasien diharapkan akan lebih baik.
Pengenalan tanda dan gejala dini stroke dan upaya rujukan ke rumah sakit harus
segera dilakukan karena keberhasilan terapi stroke sangat ditentukan oleh kecepatan
tindakan pada stadium akut; makin lama upaya rujukan ke rumah sakit atau makin
panjang saat antara serangan dengan pemberian terapi, makin buruk prognosisnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
1
Sudoyo, AW.,et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing;
2009. p.892-890
Harsono. Buku ajar neurologis klinis. Jakarta: Gadjah mada university press. 2011.p.
59-71.
Mardjono, M., Sidharta, P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2006. p.269290.
Longo, DL. Et al.Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th ed. USA: Mc Graw
Hill. 2012.p.840
21