Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, banyak nikmat yang Allah SWT berikan, tetapi sedikit
yang kita ingat dan kita syukuri. Segala puji hanya layak untuk Allah SWT, dan
segala doa di panjatkan bagi Rasullulah beserta Ahlul baitnya. Sungguh besar
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Konsep Anak Di Bawah Umur Dalam Transaksi Jual Beli Tanah Menurut
Undang-Undang Jabatan Notaris No. 2 Tahun2014 dan Kuhperdata (Burgelijk
Wetboek) .
Dalam penyusunannya, saya memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
kedua orang tua dan adik-adik saya (Bapak Julianto Dharmawan, SH., Ibu Eni
Evalia, Rafi Daffa Dzaky, dan Nabila Tsabita Zulfa), yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Lalu kepada Ibu Notaris dan
PPAT beserta suaminya yaitu Ibu Retno Diyah Purnamasari, SH., M.Kn., dan
Bapak Taufik Mardiyanto. SE., atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan
kepada saya tanpa pamrih, kemudian terima kasih juga kepada Bapak Nur
Rachman atas segala doa-doanya, serta kepada para sahabat saya Elliya Fita
Sofiana, Cindy Anita, Yuliana Andriami, dan Eny Junaidah. Dari bantuan
merekalah semua sukses ini berawal.

Saya menyadari bahwa sangat banyak kekurangan yang mendasar pada


skripsi ini. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata saya ucapkan terima
kasih dan semoga skripsi ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.

Surabaya, 01 April 2015

Gita Permata Aulia

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi karena adanya beberapa kasus yang terjadi dan
dialami sendiri oleh penulis pada saat bekerja di Kantor Notaris di Kabupaten
Sidoarjo. Banyak klien yang memiliki latar belakang tidak mampu dan terdesak
dalam segi ekonomi sehingga harus menjual harta bendanya kepada pihak lain.
Biasanya harta benda yang menjadi obyek jual beli adalah harta yang diperoleh
dari waris, baik dari orang tua kepada anaknya, ataupun kakek atau nenek kepada
cucunya (yang mana tidak jarang para ahli waris ini masih belum dewasa menurut
ketentuan undang-undang tertentu) . Dikarenakan ketidak tahuan pihak-pihak ini
mengenai adanya perbedaan ketentuan belum dewasa, sering sekali pihak penjual
dengan pihak pembeli berseteru bahkan sampai membatalkan transaksi jual beli
tersebut. Satu pihak merasa ditipu karena melakukan transaksi dengan anak
dibawah umur, sedangkan pihak lain merasa mereka sudah menjalankan ketentuan
yang berlaku namun masih dipersulit, dan masih banyak lagi. Notaris sendiri
sering mengalami kesulitan dalam menjelaskan tentang perbedaan ketentuan
batasan umur ini kepada klien karena memang tidak semua orang dapat mengerti
tentang pemahaman undang-undang. Maka dari itu tujuan saya melakukan
penelitan dalam skripsi ini adalah untuk membantu pihak Notaris dalam
melakukan penjelasan kepada masyarakat awam mengenai perbedaan ketentuan
kedewasaan ini, agar untuk kedepannya permasalahan serupa dapat diminimalisir
dan dapat mendapatkan jalan keluar yang terbaik bagi kedua belah pihak.

Penelitian ini sendiri menggunakan metode Normatif yang mana lebih


mengutamakan kepada perbandingan antara Undang-Undang Jabatan Notaris No.
2 tahun 2014 dengan KUHPerdata (BW), khususnya dalam perbedaan dalam
menentukan kedewasaan. Pengumpulan data dari penelitian ini di dapat dari bukubuku yang berhubungan dengan transaksi jual beli tanah, jabatan Notaris,
mengenai ketentuan anak di bawah umur, Undang-Undang yang terkait, dan
masih banyak lagi. Adapun hasil penelitian ini memberikan sedikit jalan keluar
yang dapat di lakukan oleh pihak Notaris sebagai kepanjangan tangan Negara dan
juga sebagai perantara para pihak dengan Instansi Negara BPN, walaupun tidak
maksimal. Keberhasilan ini tergantung dari bagaimana Notaris menerapkannya
kepada para pihak yang menjadi kliennya. Dan tergantung pada penerimaan dari
pihak-pihak yang terkait, apakah mau menggunakan cara dari Notaris atau tidak.

ABSTRACT

This research is motivated by some cases that happened and experienced by


author itself while working at Notary Office in Sidoarjo. Many clients who have a
background of inadequacy and urgency in terms of the economy had to sell their
property to another party. Usually, property that become the object of buying and
selling is a treasure obtained from inheritance, either from parents to children or
grandparent to grandchild (which is often the heirs is still minors according to the
provisions of certain laws). Due to the ignorance of these parties concerning the
differences provisions minors, the seller and the buyer often hostile or even to
cancel the transactions. One party feels cheated because doing transactions with
minors, while others feel they have run the applicable provisions but still
complicated and many more. Notary themselves often have difficulty in
explaining the differences about the provision of minors to the client because not
everyone can understand about the comprehension law. Therefore the purpose of
my research in this essay is to help Notary in performing explanation to the public
about the differences provision of minors, in order for the future these similar
problems can be minimized and get the best solution for both parties.
This study itself using Normative Methode which prefers to compared between
Notary Act No. 2 of 2014 with the Civil Law Code (BW), especially the
differences in determining maturity. The data from this research are collected from
books that relate to land transactions, Notary office, the rules concerning minors,
Act-related and many more. The results of this research provide a way out that can

be done by the Notary as an arm of the State and also as an intermediary for the
parties with the BPN State Agency, although not optimal. This success depends on
how the Notary apply to the party who become their clients. And depends on the
acceptance of the parties concerned, whether to use the way from the Notary or
not.

Anda mungkin juga menyukai