2.1.
2.2.
radiasi
masyarakat merupakan
perlindungan
individu,
anggota
1.
2.
telah
membuktikan
bahwa
dengan
menggunakan
system
b.
c.
Para penguasa instalasi nuklir sesuai dengan segala keturunan yang berlaku
wajib menyusun program proteksi radiasi sejak proses perencanaan, tahap
pembangunan instalasi, dan pada tahap operasi. Program proteksi radiasi ini
dimaksudkan
untuk
menekan
serendah
mungkin
kemungkinan
terjadinya
sesuai
dengan
rekomendasikan
oleh
Komisi
Internasional
untuk
2.
3.
2.4.
Nilai batas dasar untuk tujuan proteksi radiasi tidak dapat diukur secara
langsung. Sedang dalam pelaksanaan program proteksi, rancangan program
pemantauan radiasi memerlukan metode interpretasi untuk secara langsung
dapat menunjukan bahwa hasil pemantauan itu sesuai dengan nilai batas dosis.
Nilai batas turunan adalah besaran terukur yang dapat dihubungkan dengan
nilai batas dasar dengan menggunakan suatu model. Dengan demikian hasil
pengukuran yang sesuai dengan nilai batas turunan secara otomatis akan sesuai
dengan nilai batas dasar. Sedang nilai batas ditetapkan adalah besaran terukur
yang ditetapkan oleh pemerintah maupun peraturan lokal pada suatu instalasi.
Nilai batas ditetapkan umumnya lebih rendah dari nilai batas turunan, namun ada
kemungkinan nilai keduanya adalah sama.
Tingkat acuan bukan merupakan nilai batas, tetapi dapat digunakan untuk
menentukan suatu tindakan dalam suatu nilai besaran melampaui atau diramalkan
dapat melampaui tingkat acuan. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan program
pemantauan radiasi perlu menggunakan tingkat acuan. Pelaksanaan program
proteksi radiasi memerlukan perencanaan yang hati-hati dalam menentukan
tingkat acuan dan tindakan nyata yang perlu diambil jika nilai suatu besaran
mencapai nilai acuan. Tingkat acuan ini secara operasional akan sangat membantu
penguasa instalasi atom dalam upaya mencapai tujuan proteksi radiasi. Ada tiga
tingkat acuan, yaitu :
1.
Tingkat Pencatatan, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka suatu hasil
pengukuran harus dicatat. Nilai dari tingkat pencatatan harus kurang dari 1/10
dari nilai batas dosis ekuivalen tahunan. Hasil pengukuran yang berada di bawah
nilai tingkat pencatatan tidak perlu proses lebih lanjut.
2.
1.
Asas Optimalisasi
Penerapan asas ini dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar paparan
radiasi yang berasal dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin dengan
mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Asas ini dikenal dengan sebutan
ALARA (As Low As Reasonably Achievable). Dalam kaitannya dengan penyusunan
program proteksi radiasi, asas optimalisasi mengandung pengertian bahwa setiap
komponen dalam program telah dipertimbangkan secara saksama, termasuk
besarnya biaya yang dapat dijangkau. Suatu program proteksi dikatakan
memenuhi asas optimalisasi apabila semua komponen dalam program tersebut
disusun dan direncanakan sebaik mungkin dengan memperhitungkan biaya yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi.
Tujuan
dari
asas
optimalisasi
dalam
proteksi
radiasi
adalah
untuk
dikenal dengan konsep ALARA (As Low As Reasonably Achievable). Baik asas
optimalisasi maupun ALARA keduanya sangat menekankan pada pertimbangan
faktor-faktor ekonomi dan sosial, dan tidak semata-mata menekankan pada
rendahnya penerimaan dosis oleh pekerja maupun masyarakat. Berikut adalah
contoh penerapan asas optimalisasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
Pada saat mengisi kaset radiografer harus memperhatikan kaset yang akan
digunakan, ukuran film yang sesuai dan jumlah film yang dimasukkan ke dalam
kaset.
Pada pemeriksaan Thorax untuk bayi sebaiknya menggunakan film 18x24 cm atau
24x30 cm. Hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima pasien dapat
diminimalkan dan tidak merugikan pasien dalam hal ekonomi.
Sebelum dilakukan pemeriksaan radiografer terlebih dahulu harus memberikan
instruksi yang jelas kepada pasien agar pengulangan foto dapat dihindari
sehingga pasien tidak mendapat dosis radiasi yang sia-sia.
3.
Asas Limitasi
Penerapan asas ini dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar dosis
radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak
boleh melebihi nilai batas yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
Yang dimaksud Nilai Batas Dosis (NBD) ini adalah dosis radiasi yang diterima
dari penyinaran eksterna dan interna selama 1 (satu) tahun dan tidak tergantung
pada laju dosis. Penetapan NBD ini tidak memperhitungkan penerimaan dosis
untuk tujuan medik dan yang berasal dari radiasi alam. NBD yang berlaku saat ini
adalah 50 mSv (5000 mrem) pertahun untuk pekerja radiasi dan 5 mSv (500
mrem) per tahun untuk anggota masyarakat. Sehubungan dengan rekomendasi
IAEA agar NBD untuk pekerja radiasi diturunkan menjadi 20 mSv (2000 mrem)
per tahun untuk jangka waktu 5 tahun (dengan catatan per tahun tidak boleh
melebihi 50 mSv) dan untuk anggota masyarakat diturunkan menjadi 1 mSv (100
mrem) per tahun, maka tentunya kita harus berhati-hati dalam mengadopsinya.
Dengan menggunakan program proteksi radiasi yang disusun secara baik, maka
semua kegiatan yang mengandung resiko paparan radiasi cukup tinggi dapat
ditangani sedemikian rupa sehingga nilai batas dosis yang ditetapkan tidak akan
terlampaui. Berikut adalah contoh penerapan asas limitasi dalam kehidupan
sehari-hari yaitu :
Pada saat ingin mengekspose pasien yang perlu diperhatikan adalah jumlah
radiasi yang akan digunakan. Misalnya seorang pasien dewasa ingin memeriksakan
ekstremitas atas (antebrachi), kV yang digunakan sebesar 45. Apabila ada