SPM Lengkap
SPM Lengkap
JUN
16
UKURAN KINERJA
Ukuran kinerja ini membahas mengenai sistem ukuran kinerja, yang menggabungkan informasi
keuangan dengan informasi non keuangan. Tujuan dari sistem ukuran kinerja adalah untuk
membantu menerapkan strategi.
1.
Sistem Ukuran Kinerja
Cita-cita dari sistem ukuran kinerja adalah untuk mengimplementasikan strategi. Dalam
menetapkan sistem tersebut, manajemen memilih ukuran-ukuran yang paling mewakili strategi
perusahaan. Ukuran ini dapat dilihat sebagai factor keberhasilan penting masa kini dan masa
depan.
Balanced Scorecard
Balanced scorecard adalah suatu contoh dari sistem ukuran kinerja. Menurut para pendukung
pendekatan ini, unit bisnis harus diberikan cita-cita dan diukur dari empat perspektif berikut ini:
1.
Keuangan (contohnya: margin laba, tingkat pengembalian atas aktiva, arus kas)
2.
Pelanggan (contohnya: pangsa pasar, indeks kepuasan pelanggan)
3.
Bisnis internal (contohnya: retensi karyawan, pengurangan waktu siklus)
4.
Inovasi dan pembelajaran (contohnya persentase penjualan dari produk baru).
Balanced scorecard memlihara keseimbangan antara ukuran-ukuran strategis yang berbeda dalam
suatu usaha mencapai keselarasan cita-sita, sehingga dengan demikian mendorong karyawan
untuk bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik organisasi. Dalam menciptakan balanced
scorecard, eksekutif harus memilih bauran dari ukuran yang: (1) scara akurat mencerminkan factor
kunci yang akan menentukan keberhasilan strategi perusahaan;(2) menunjukkan hubungan antara
ukuran-ukuran individual dalam hubungan sebab-akibat, mengindikasikan bagaimana ukuranukuran nonkeuangan memengaruhi hasil keuangan jangka panjang; dan (3) memberikan
pandangan luas mengenai kondisi perusahaan saat ini.
Sistem Penilain Kinerja : Pertimbangan Tambahan
Suatu sistem penilaian kinerja berusaha untuk memenuhi kebutuhan dari pihak pemangku
kepentingan (stakeholders) yang berbeda dari organisasi perusahaan dengan menciptakan
campuran dari ukuran-ukuran strategis, ukuran hasil dan pemicu, ukuran keuangan dan
nonkeuangan, serta ukuran internal dan eksternal.
a.
Ukuran Hasil dan Pemicu
Ukuran hasil mengindikasikan hasil dari suatu strategi (misalnya meningkatnya pendapatan).
Ukuran ini biasanya merupakan indicator yang terlambat yang memberitahu manajemen
mengenai apa yang telah terjadi. Sebaliknya, ukuran pemicu merupakan indicator yang
mendahului
yang
menunjukkan
kemajuan
dari
bidang-bidang
kunci
dalam
mengimplementasikan suatu strategi, contohnya adalah waktu siklus.
Ukuran hasil dan pemicu adalah sangat terkait. Jika ukuran hasil mengindikasikan bahwa ada
suatu masalah namun ukuran pemicu menunjukkan bahwa strategi tersebut diimplementasikan
dengan baik, maka kemungkinan besar bahwa strategi tersebut perlu di ubah.
b.
Ukuran Keuangan dan Nonkeuangan
Organisasi telah mengembangkan sistem yang sangat canggih untuk mengukur kinerja keuangan.
Namun tahun 1980-an di AS banyak industry yang dipicu oleh perubahan dlam bidang
nonkeuangan, seperti kualitas dan kepuasan pelanggan, yang pada akhirnya memengaruhi kinerja
keuangan perusahaan. Banyak organisasi yang gagal untuk memasukkannya dalam tinjauan
kinerja tingkat ksekutif karena ukuran-ukuran ini cenderung kurang canggih dibandingkan dengan
ukuran keuangan dan manajer senior kurang terampil dalam menggunakannya.
c.
Ukuran Internal dan Eksternal
Perusahaan harus mencapai keseimbangan antara ukuran-ukuran eksternal, seperti kepuasan
pelanggan, dengan ukuran-ukuran dari proses bisnis internal, seperti hasil produksi. Terlalu sering
perusahaan mengorbankan pengembangan internal untuk memperoleh hasil eksternal, karena
secara salah meyakini bahwa ukuran internal yang bagus sudah mencukupi.
Pemesanan. Dikebanyakan unit bisnis, beberapa aspek dari volume penjualan adalah
variable kunci. Idealnya, ini adalah pesanan penjualan yang tercatat, karena perubahan yang tidak
terduga dalam variable ini dapat berakibat pada masa depan seluruh bisnis tersebut. Karena
pesanan mendahului pendapatan penjualan, maka pesanan merupakan indicator yang lebih baik
dibandingkan dengan pendapatan penjualan itu sendiri.
Pesanan tertunda. Sebagai suatu indikasi mengenai ketidakseimbangan antara penjualan dan
produksi, pesanan tertunda dapat menandakan ketidakpuasan pelanggan.
Pangsa pasar. Kecuali jika pangsa pasar diamati secara ketat, penurunan dalam posisi
kompetitif suatu unit bisnis dapat dikaburkan oleh peningkatan yang dilaporkan dalam volume
penjualan yang disebabkan oleh pertumbuhan industry secara keseluruhan.
Pesanan dari pelanggan kunci. Dalam unit bisnis yang menjual produknya pada peritel,
pesanan yang diterima dari pelanggan-pelanggan penting tertentu (department store besar, rantai
toko diskon, supermarket, pesanan lewat pos) dapat mengindikasikan diawal mengenai
Kepuasan pelanggan. Hal ini dapat diukur melalui survei pelanggan, pendekatan pembeli
misterius, dan jumlah surat keluhan.
Retensi pelanggan. Hal ini dapat diukur melalui lamanya hubungan dengan pelanggan.
Loyalitas pelanggan. Hal ini dapat diukur dalam pembelian berulang, referensi yang
diberikan oleh pelanggan, dan penjualan ke pelanggan tersebut sebagai persentase dari total
kebutuhan pelanggan itu untuk produk atau jasa yang sama.
2.
Variable Kunci yang Berkaitan dengan Proses Bisnis Internal
Variable kunci berikut ini berkaitan dengan proses bisnis internal:
Utilisasi kapasitas. Tingkat utilisasi kapasitas adalah sangat penting dalam bisnis dimana
biaya tetap adalah tinggi (misalnya: produsen kertas, baja, alumunium).
Perputaran persediaan.
Kualitas. Indicator dari kualitas mencakup jumlah unit cacat yang dikirimkan oleh tiap
pemasok, jumlah dan frekuensi dari pengiriman yang terlambat, jumlah komponen dalam suatu
produk, persentase komponen yang umum vs komponen yang unik dalam suatu produk,
persentase hasil, first-pass yields (yaitu: persentase unit yang selesai tanpa pengerjaan kembali).
Waktu siklus. Persamaan ini untuk waktu siklus adalah alat yang digunakan untuk
menganalisis kebutuhan persediaan.
Waktu siklus = Waktu pemrosesan + Waktu penyimpanan + Waktu pemindahan + Waktu inspeksi
Hanya elemen pertama, waktu pemrosesan, yang menambah nilai pada produk. Tiga elemen
lainnya tidak menambah nilai apapun pada produk. Oleh karena itu, analisis tersebut berusaha
untuk mengidentifikasikan semua aktivitas yang tidak menambah nilai pada produk secara
langsung dan untuk menghilangkan, atau mengurangi biaya, dari aktivitas-aktivitas ini. Misalnya,
memindahkan barang dalam proses dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya tidaklah
menambah nilai,sehingga dilakukan suatu usaha untuk mengatur kembali lokasi dari stasiunstasiun kerja untuk meminimalkan biaya transportasi.
Suatu system just-in-time memusatkan perhatian manajemen pada waktu selain fokus tradisional
pada biaya. Salah satu cara yang efektif untuk memantau kemajuan atas just-in-time adalah
dengan menghitung rasio berikut ini:
Lama proses
Waktu siklus
Perusahaan dapat menetapkan target untuk rasio ini dan memantau kemajuannya terhadap target
untuk rasio ini dan memantau kemajuannya terhadap target. Hasil terbaik dapat dicapai dengan
menekankan pada perbaikkan secara kontinu dalam rasio ini kea rah angka ideal sebesar 1.
Implementasi Sistem Pengukuran Kinerja
Implementasi dari suatu sistem pengukuran kinerja melibatkan empat langkah umum:
1.
Mendefinisikan strategi.
2.
Mendefinisikan ukuran-ukuran dari strategi.
3.
Mengintegrasikan ukuran-ukuran ke dalam system manajemen.
4.
Meninjau ukuran dan hasilnya secara berkala.
1.
Mendefinisikan Strategi
Proses mendefinisikan scorecard dimulai dengan mendefinisikan strategi organisasi. Dalam tahap
ini adalah penting bahwa cita-cita organisasi dinyatakan secara eksplisit dan target telah
dikembangkan.
Untuk perusahaan dalam satu industry, scorecard tersebut sebaiknya dikembangkan ditingkat
korporasi dan kemudian diturunkan ke tingkat fungsional dan tingkatan di bawahnya. Tetapi untuk
perusahaan multibisnis, scorecard sebaiknya dikembangkan di tingkat unit bisnis.
2.
Mendefinisikan Ukuran dari Strategi
Langkah berikutnya adalah untuk mengembangkan ukuran-ukuran guna mendukung strategi yang
telah dinyatakan. Organisasi tersebut harus fokus pada sedikit ukuran-ukuran penting pada titik ini
atau manajemen akan dibanjiri dengan ukuran. Demikian pula, adalah penting bahwa masingmasing ukuran individual dapat dikaitkan satu sama lain dalam hubungan sebab akibat.
3.
Mengintegrasikan Ukuran ke Dalam Sistem Manajemen
Scorecard haruslah diintegrasikan baik dengan struktur formal maupun informal dari organisasi,
budaya, serta praktik sumber daya manusia. Misalnya efektifitas scorecard akan dikompromikan
jika kompensasi manajer didasarkan hanya pada kinerja keuangan.
4.
Meninjau ukuran dan hasilnya secara berkala
Ketika Scorecard dijalankan, Scorecard tersebut harus ditinjau secara konsisten dan terus-menerus
oleh manajemen senior. Organisasi tersebut sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut ini: