Lapsus KSI Fix
Lapsus KSI Fix
PENDAHULUAN
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan
hampir transparan sempurna. Lensa memiliki ukuran tebal sekitar 4 mm dan
diameter 9 mm. Lensa terdiri dari tiga bagian, yaitu nucleus, kortek dan kapsul.
Kapsul lensa adalah membran semipermeabel yang menyebabkan air dan
elektrolit dapat masuk. Nucleus lensa lebih tebal dari korteksnya. Semakin
bertambahnya usia, laminar epitel supkapsuler terus diproduksi sehingga lensa
semakin besar dan kehilangan elastisitasnya. Fungsi utama lensa adalah
memfokuskan berkas cahaya ke retina melalui kemampuan akomodasinya. Lewat
kemampuan ini, kita mampu melihat benda yang jauh ataupun yang dekat. Namun
seiring dengan bertambahnya usia, lensa dapat mengalami berbagai gangguan
seperti kekeruhan, gangguan akomodasi, distorsi dan dislokasi.1,2
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat
keduanya.1 Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat
disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan proses degenatif.
2,3
Kekeruhan lensa pada katarak dapat mengenai kedua mata dan berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil akan
berwarna putih atau abu-abu. Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti
berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif.1
Suatu studi yang dilakukan oleh Walmer Eye Institute pada tahun 2004
mencatat sekitar 20,5 juta penduduk usia lebih dari 40 tahun di Amerika
menderita katarak pada kedua matanya dan sekitar 6,1 juta diantaranya merupakan
pseudofaki atau afaki. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 30,1 juta
kasus katarak dan 9,1 juta kasus dengan pseudofaki atau afaki pada tahun 2020.4
Berdasarkan usia penderitanya, katarak dapat diklasifikasikan menjadi
katarak kongenital yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun, katarak juvenile
1
yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan katarak senilis yang mengenai orang-orang
berusia diatas 50 tahun. Diantara ketiganya, katarak senilis merupakan jenis
katarak yang paling sering terjadi.1
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak senilis dapat dibagi kedalam 4 stadium, yaitu
katarak insipien, katak imatur, katarak matur dan katarak hipermatur. Katarak
insipient merupakan stadium katarak yang paling awal dan belum menimbulkan
gangguan visus. Pada katarak imatur, kekeruhan belum mengenai seluruh bagian
lensa sedangkan pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh bagian
lensa. Sementara katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses
degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Katarak merupakan suatu keadaan kekeruhan lensa sehingga menghalangi
sinar masuk ke dalam mata. Katarak senilis merupakan kekeruhan lensa mata
yang terjadi pada pasien berusia diatas 50 tahun. Katarak senilis imatur
merupakan salah satu stadium katarak senilis, dimana pada stadium ini
kekeruhan lensa belum terjadi disemua bagian lensa.1,2
2.2 Etiologi
Penyebab katarak senilis sampai saat ini masih belum diketahui secara
pasti dan diduga multifaktorial. Beberapa penyebab katarak diantaranya
adalah:5
-
2.3 Patofisiologi
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa.
Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat
sementara daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan
konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan
pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula
proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi
protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein
secara tiba tiba ini mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga
menyebabkan cahaya menyebar dan penurunan pandangan. Modifiaksi kimia
dari protein nukleus lensa juga menghasilkan pigmentasi progresif yang akan
3
menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubaha lain pada katarak terkait
usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta
meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.2
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi
lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses
degeneratif sehingga
siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.
Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai
akibatnya,
pasien
presbiopi
melaporkan
peningkatan
2.5 Diagnosis
Diagnosis katarak senilis imatur dapat diperoleh dari gejala-gejala klinis
yang dialami serta pemeriksaan oftalmologi. Pasien pada katarak senilis
imatur biasanya datang dengan keluhan mata kabur serta silau. Sementara
pemeriksaan oftalmologi dapat dilakukan dengan menggunakan senter, slit
lamp dan funduskopi. Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan
oftalmologi pada katarak senilis dan katarak stadium lainnya.
Kekeruhan lensa
Cairan Lensa
Insipien
Ringan
Normal
Imatur
Matur
Sebagian
Komplit
Bertambah (air Normal
Hipermatur
Masif
Berkurang (air+masa
Normal
Normal
lensa keluar)
Tremulans
Dalam
Iris
Bilik
Normal
Mata Normal
masuk)
Terdorong
Dangkal
Depan
Sudut
Bilik Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Positif
<
Glaukoma
Negatif
<<
-
Pseudopos
<<<
Uveitis+glaucoma
Mata
Shadow Test
Visus
Penyulit
Negatif
(+)
-
Pada katarak senilis imatur, terdapat kekeruhan pada sebagaian lensa yang
dapat menimbulkan gangguan visus. Dengan koreksi, visus masih dapat
mencapai 1/60-6/6. Pada stadium ini, kekeruhan belum mengenai seluruh
5
lapisan lensa. Pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat
masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan
dibagian posterior lensa, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh
ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada
daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang
keruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang
keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
2.6 Diagnosis Banding
Diagnosis Banding Katarak Senillis Imatur:
2.7 Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang
kala cukup dengan mengganti kacamata sehingga didapatkan penglihatan
maksimal. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa
yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat
konversi glukosa menjadi sorbitol dan sudah memperlihatkan hasil yang
menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak
lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar
sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Terdapat 2 tipe ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE)
dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). ECCE sendiri terdiri dari dua
teknik yaitu Small Incision Cataract Surgery (SICS) dan Phakoemulsifikasi.7
-
pembedahan
pada
lensa katarak
dimana
dilakukan
Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan
memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan
irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik
akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin
phako akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih.
Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui
7
irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan
dan irisan akan pulih dengan sendirinya sehingga memungkinkan
pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak
senilis padat.
-
2.8 Komplikasi
-
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
Ablasio retina
2.9 Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi
sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah
katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis
dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1
Identitas Pasien
Nama
: AUR
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal Lahir
: 10 Juni 1945
9
Umur
: 70 tahun
Alamat
Agama
: Katolik
Kewarganegaraan
: Indonesia
Pekerjaan
: Pensiunan
Status
: Menikah
Anamnesis
Keluhan Utama
Pandangan kabur
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik Mata RSUP Sanglah dengan
keluhan
pandangan kedua mata kabur sejak 4 bulan sebelum masuk Rumah Sakit.
Pandangan kabur dirasakan muncul dan memberat secara perlahan. Gangguan
tersebut sama beratnya pada kedua mata. Pandangan kabur dirasakan ketika
melihat benda jauh maupun dekat, seperti tertutup awan putih. Keluhan ini
mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Pasien belum pernah memberi obat atau
memeriksakan keluhannya ke dokter. Pasien juga mengatakan merasa silau pada
kedua mata jika terkena cahaya.
Pasien menyangkal memiliki keluhan mata merah, berair, mengeluarkan
kotoran, sakit kepala, dan mual muntah. Pasien juga menyangkal adanya keluhan
bintik/bayangan hitam yang terlihat melayang-layang pada pandangannya.
Pasien menyangkal pernah memiliki keluhan yang sama sebelumnya.
Pasien memiliki hipertensi yang diketahui pasien sejak 1 minggu sebelum masuk
Rumah Sakit. Tekanan darah tertinggi yang pernah diketahui adalah 160/100
mmHg. Pasien rutin kontrol di dokter umum dan mendapatkan obat amlodipine
yang diminum 10 mg per hari. Riwayat penyakit sistemik lainnya seperti diabetes
melitus disangkal oleh pasien. Pasien tidak menggunakan kaca mata. Pasien tidak
10
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Kesan umum
Kesadaran
GCS
Tekanan darah
Nadi
Laju respirasi
Suhu aksila
:
:
:
:
:
:
:
Baik
Compos mentis
E4V5M6
130/80 mmHg
80 x/menit, regular
20 x/menit, regular
36,5 0C
Status Generalis
Mata
THT
Leher
Thoraks
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
Status Oftalmologi
Visus
Okuli Dekstra
Okuli Sinistra
(OD)
6/60
(OS)
6/30
Tidak ada
Tidak ada
Supra cilia
Madarosis
11
Sikatriks
Palpebra Superior
Tidak ada
Tidak ada
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Hiperemi
Tidak ada
Tidak ada
Enteropion
Tidak ada
Tidak ada
Ekteropion
Tidak ada
Tidak ada
Benjolan
Palpebra inferior
Tidak ada
Tidak ada
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Hiperemi
Tidak ada
Tidak ada
Enteropion
Tidak ada
Tidak ada
Ekteropion
Tidak ada
Tidak ada
Benjolan
Pungtum lakrimalis
Tidak ada
Tidak ada
Pungsi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Benjolan
Konjuntiva tarsal
Tidak ada
Tidak ada
Hiperemi
Tidak ada
Tidak ada
Folikel
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Benjolan
Tidak ada
Tidak ada
Sekret
Tidak ada
Tidak ada
Papil
Tidak ada
Tidak ada
Hiperemi
Tidak ada
Tidak ada
Folikel
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Benjolan
Konjungtiva bulbi
Tidak ada
Tidak ada
Kemosis
Tidak ada
Tidak ada
superior
Konjungtiva tarsal
inferior
Hiperemi
12
Konjungtiva
Silier
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Warna
Tenang
Tenang
Pigmentasi
Kornea
Tidak ada
Tidak ada
Odem
Tidak ada
Tidak ada
Infiltrat
Tidak ada
Tidak ada
Ulkus
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Keratik presipitat
Tidak ada
Tidak ada
Arcus senilis
Bilik Mata Depan
Ada
Ada
Kejernihan
Jernih
Jernih
Kedalaman
Iris
Dangkal
Dangkal
Warna
Coklat
Coklat
Koloboma
Tidak ada
Tidak ada
Sinekia anterior
Tidak ada
Tidak ada
Sinekia posterior
Pupil
Tidak ada
Tidak ada
Bentuk
Bulat
Bulat
Regularitas
Reguler
Reguler
Ada
Ada
Ada
Ada
Iris Shadow
Lensa
Ada
Ada
Kejernihan
keruh (+)
keruh (+)
Dislokasi / Subluksasi
Funduskopi
Tidak ada
Reflek Fundus (+)
Tidak ada
Reflek Fundus (+)
Perdarahan subkonjungtiva
Pterigium
Pingueculae
Sklera
13
Tekanan intraocular
NCT
Tes Konfrontasi
pergerakan bola mata
14,5
normal
14,3
normal
Resume
Pasien laki-laki, 70 tahun, mengeluh penglihatan kabur perlahan dan silau pada
kedua mata sejak 4 bulan lalu. Pasian memiliki riwayat hipertensi dengan
pengobatan amlodipine saat ini. Pasien sudah tidak bekerja dan hanya melakukan
aktifitas ringan sehari-hari.
OD
6/60 PH 6/30
Normal
Tenang
Jernih
Dangkal??
Bulat, regular
RP (+) Iris shadow (+)
Keruh (+)
Jernih
Reflex Fundus (+)
14,5
Visus
Palpebra
Konjungtiva
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil
Lensa
Vitreous
Funduskopi
TIO
OS
6/30 PH 6/20
Normal
Tenang
Jernih
Dangkal??
Bulat, regular
RP (+) Iris shadow (+)
Keruh (+)
Jernih
Reflex Fundus (+)
14,3
3.4
Diagnosis Banding
ODS Katarak Senilis Imatur
ODS Glaukoma Kronis
3.5
Diagnosis Kerja
ODS Katarak Senilis Imatur
3.6
3.7
Penatalaksanaan
Rujuk kepada dokter spesialis mata
14
3.8
Prognosis
Ad vitam
: dubius ad bonam
Ad fungsionam
: dubius ad bonam
Ad sanationam
: dubius ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
15
katarak.
Katarak
merupakan
kekeruhan
pada
lensa
sehingga
16
fundus yang (+) mengarah kepada katarak senilis imatur. Dari hasil anamnesa dan
pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosis yang sesuai adalah katarak senilis imatur.
Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan
funduskopi dan slit lamp untuk lebih memastikan kekeruhan yang terjadi pada
lensa dan segmen posterior bola mata. Pemeriksaan biometri bertujuan untuk
mengetahui kekuatan lensa IOL yang akan dipasang. Retinometri bertujuan untuk
mengetahui kondisi retina dan kemungkinan fungsi penglihatan paska operasi.
Penatalaksanaan pada katarak imatur adalah penggunaan kaca mata
sehingga pasien mampu beraktivitas dengan baik. Namun jika hal ini masih dirasa
mengganggu oleh pasien, dapat dilakukan ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa dapat
dilakukan dengan metode SICS + IOL atau Fakoemulsifikasi + IOL. Dimana
pemilihan teknik operasi ini juga diserahkan pada pasien, namun sebelumnya kita
harus memberikan edukasi mengenai kelebihan ataupun kekurangan dari masingmasing teknik tersebut. Pada SICS + IOL, pembedahan yang dilakukan lebih lebar
dibandingkan dengan teknik fakoemulsifikasi sehingga proses penyembuhan akan
berlangsung lebih lama dan kemungkinan terjadinya astigmatisma juga lebih
besar. Sementara teknik fakoemulsifikasi memiliki komplikasi astigmatisma yang
lebih kecil hanya saja biayanya lebih mahal dibandingkan dengan SICS.
Prognosis pasien ini mengarah baik, hal ini disebabkan karena katarak
merupakan suatu kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam
penglihatan pasien setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan
sebelum dioperasi.
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak
Senilis.
3. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000.
Oftalmologi Umum. 14th ed. Jakarta : Widya Medika.
4. Victor, Vicente. 2012. Senile Cataract. Available
from
www.medscape.com.
5. Faradila, Nova. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas
Kedokteran Universitas Riau
6. Zulkifli, MS. 2009. Katarak Senilis. Available from : www.blogsehat.com
7. Riordan-Eva, P, Whitcher, J P : Vaughan & Asburys General
Ophthalmology, Sixteenth edition, Mc Graw Hill Companies, Inc, Boston,
Singapore, International Edition 2004.
18