bantenpos-online.com
I.
PENDAHULUAN
Peran partai politik dewasa ini sangat signifikan dalam sistem politik di Indonesia karena
menjadi poros penting dalam proses demokrasi. 1 Partai politik tidak hanya menjadi saluran
partisipasi politik warga negara, tetapi juga untuk mengintegrasikan para individu dan kelompok
dalam masyarakat ke dalam sistem politik. Partai politik tidak hanya berperan dalam
mempersiapkan para kader calon pemimpin bangsa untuk dicalonkan melalui pemilihan umum
(pemilu) untuk menduduki berbagai jabatan dalam lembaga legislatif atau eksekutif, tetapi juga
memperjuangkan kebijakan publik berdasarkan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Untuk itu
partai politik memerlukan sumberdaya agar dapat bertahan dan mengoperasikan struktur dasar
partai untuk merepresentasi rakyat, mengembangkan kapasitas bersaing dalam pemilu, dan
berkontribusi secara kreatif dalam perdebatan kebijakan publik. 2
Proses politik demokratis tidak akan dapat berlangsung tanpa sumber keuangan. Tanpa
dana yang memadai, partai politik tidak akan dapat mengorganisasi dirinya, para politikus tidak
akan dapat berkomunikasi dengan publik, dan kampanye pemilu tidak akan dapat dilaksanakan.
Singkat kata, partai politik memerlukan dana yang cukup besar untuk dapat melaksanakan
1
Siaran Pers BPK, Penguatan Akuntabilitas Keuangan Negara Terkait Dana Politik, 28 November 2011,
http://www.bpk.go.id/web/?p=10544
2
Sidik Pramono, Pengendalian Keuangan Partai Politik, Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman
3.
fungsinya, baik sebagai jembatan antara masyarakat dengan negara maupun sebagai peserta
pemilu. 3
Berdasarkan pengalaman negara demokrasi di dunia, terdapat tiga alternatif sumber dana
partai politik. 4 Pertama, dari internal partai, seperti iuran anggota, sumbangan dari kader partai
yang duduk dalam lembaga legislatif atau eksekutif, dan badan usaha yang didirikan oleh partai.
Pada mulanya semua kebutuhan keuangan partai politik dipenuhi oleh iuran anggota. Hubungan
ideologis kuat antara partai politik dengan anggota menyebabkan partai politik tidak sulit
menggalang dana dari anggota. Namun sejalan dengan perubahan struktur sosial masyarakat dan
penataan sistem pemerintahan demokrasi yang semakin kompleks, kini nyaris tidak ada partai
politik yang hidup sepenuhnya dari iuran anggota. 5
Kedua, dari kalangan swasta (private funding), seperti sumbangan dari individu
(termasuk dari orang kaya, keluarga kaya), badan usaha swasta, organisasi (seperti organisasi
lobi), dan kelompok masyarakat. Dan ketiga, dari negara (public funding), yaitu dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
baik yang dialokasikan secara langsung maupun secara tidak langsung kepada partai politik.
Bantuan negara kepada partai politik ini merupakan hal wajar, karena hampir semua negara
memberikan subsidi kepada partai politik. Misalnya Jerman, Amerika Serikat, Portugal, Ceko,
Inggris, Afrika Selatan, dan Filipina. 6
Atas berbagai sumber dana yang diterima, sebagian besar partai politik hanya memiliki
laporan keuangan yang berasal dari APBN dan APBD. Partai politik cukup taat membuat laporan
tersebut karena jika laporan itu tidak dibuat maka dana bantuan keuangan berikutnya akan
berkurang. Sayangnya, partai politik sering terlambat dalam memberikan laporan tersebut.
Walaupun terlambat, pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tetap
mengucurkan anggaran untuk partai politik pada tahun berikutnya. 7
Sidik Pramono, Pengendalian Keuangan Partai Politik, Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 3
Sidik Pramono, Pengendalian Keuangan Partai Politik, Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman
49
5
Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan
Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3
Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 154.
6
Emmy Hafild, Laporan Studi: Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik, Jakarta: Transparency International
Indonesia dan IFES, cetakan kedua, 2008, halaman 14.
7
www.hukumonline.com, ICW: Banyak Parpol Tak Punya Laporan Keuangan, 13 September 2012
4
Dalam rangka penguatan akuntabilitas keuangan negara terkait dengan kegiatan bidang
politik, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan
keuangan partai politik, yang penerimaannya berasal dari APBN/APBD. Sementara itu, untuk
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Tahunan yang tidak bersumber dari APBN/APBD, serta
atas Laporan Dana Kampanye dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP).
Sesuai Pasal 34A Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 2011 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, dinyatakan bahwa partai politik
wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran yang bersumber
dari bantuan APBN dan APBD kepada BPK secara berkala 1 (satu) tahun sekali untuk diaudit
paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir. 8
Wewenang yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 ini sejalan
dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, dimana dalam Undang-Undang tersebut BPK mempunyai
wewenang untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Peran BPK dalam memeriksa pengelolaan keuangan partai politik dirasa penting karena
pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel diawali dari partai politik yang juga bersih,
transparan dan akuntabel. 9
Saat ini administrasi keuangan partai politik tampak belum tertib. Hampir semua partai
politik melaporkan penggunaan dana bantuan keuangan tidak sesuai dengan peruntukan. Laporan
pertanggungjawaban pun, terkadang dalam format yang sangat sederhana dalam selembar
kertas. 10 Selain itu, banyak pula partai politik yang tidak menyampaikan laporan
pertanggungjawaban. Padahal, format laporan pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan
keuangan itu sangat sederhana sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik yang diperjelas lagi oleh Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,
Siaran Pers BPK, Penguatan Akuntabilitas Keuangan Negara Terkait Dana Politik, 28 November 2011,
http://www.bpk.go.id/web/?p=10544
9
Siaran Pers BPK, Penguatan Akuntabilitas Keuangan Negara Terkait Dana Politik, 28 November 2011,
http://www.bpk.go.id/web/?p=10544
10
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=241030:-dari-mana-sumber-danapartai&catid=77:fokusutama&Itemid=131, 5 April 2012
II.
PERMASALAHAN
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka terdapat masalah hukum, yaitu:
A. Bagaimanakah mekanisme bantuan keuangan untuk partai politik?
B. Bagaimanakah pemeriksaan atas bantuan keuangan untuk partai politik?
III.
PEMBAHASAN
A. Mekanisme Bantuan Keuangan untuk Partai Politik
Bantuan keuangan dari negara kepada partai politik merupakan hal yang wajar dalam
era demokrasi modern. Beberapa contoh negara yang memberi bantuan keuangan kepada
partai politik dapat dilihat pada tabel berikut.
Pengaturan
a. Kandidat Partai Republik dan Partai Demokrat yang memenangkan nominasi untuk pemilihan presiden mendapatkan dana untuk kebutuhan
kampanye pemilu. Dana tersebut diberikan mulai dari $20 juta dan disesuaikan dengan tingkat inflasi pada setiap tahun pemilihan. Pada 2008,
dananya mencapai $84.1 juta. Mereka yang menerima dana negara harus
setuju untuk tidak menerima dana kontribusi dari swasta (individu atau
komite partai) dan membatasi pengeluaran kampanye sejumlah dana publik
yang mereka terima. Dana tersebut hanya digunakan untuk pengeluaran
kampanye.
11
Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan
Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3
Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 183-184.
Nama
Pengaturan
b. Partai politik yang teregistrasi harus memberikan laporan audit aset dan
akuntabilitas keuangan dalam waktu 6 bulan setelah registrasi; audit
tahunan pajak/fiskal, laporan setiap tiga bulan pendapatan partai; dan
laporan audit pengeluaran partai dalam waktu 6 bulan setelah hari
pemilihan
c. Asosiasi pemilu distrik yang teregistrasi harus melaporkan aset dan
akuntabilitas dalam 6 bulan setelah registrasi; dan laporan pajak/fiskal
tahunan (dengan laporan audit bila menerima dana atau mengeluarkan dana
di atas $5,000 dalam satu periode pajak)
d. Kandidat harus melaporkan pengeluaran selama kampanye, nama-nama
penyumbang, pinjaman dan transfer dalam kurun waktu 4 bulan setelah
hari pemilihan.
e. Nominasi kontestan harus memberikan laporan keuangan dalam waktu 4
bulan setelah tanggal penominasian bila menerima dana atau mengeluarkan
dana lebih dari $1,000 (dengan laporan audit)
f. Kontestan kepala daerah memberikan laporan dana yang diterima sebelum
mendaftar sebagai kontestan, laporan keuangan mingguan sejak 4 minggu
kampanye sebelum hari pemilihan dan 3 minggu setelahnya. Laporan
sumbangan dana dan pengeluaran selama masa kampanye (dengan laporan
auditor jika lebih dari $1,000).
g. Pengeluaran tidak sesuai atau laporan yang tidak sesuai: denda maksimal
$10.000, atau hukuman penjara maksimal 5 tahun.
Inggris
Nama
Pengaturan
b. Partai politik harus memberikan laporan atas sumbangan dan pinjaman
yang mereka terima dan dikirimkan ke nomor rekening mereka untuk
dipublikasikan oleh komisi pemilihan.
c. Semua partai yang teregistrasi pada komisi pemilihan harus menyerahkan
laporan tahunan atas rekening mereka untuk dipublikasikan. Partai yang
pendapatan kotor dan total pengeluarannya di bawah 250,000 harus
menyerahkan laporan keuangan. Unit keuangan partai yang pendapatannya
di atas 25,000 juga harus memberikan laporan kepada komisi pemilihan.
Partai dan unit keuangan partai yang pendapatan atau pengeluarannya di
atas 250,000 harus menyertakan bukti audit keuangan. Partai politik yang
melanggar deadline untuk menyerahkan laporan keuangan denda 500, dan
untuk unit keuangan yang melanggar deadline dikenakan denda 100.
d. Batas waktu 30 hari untuk menyatakan bahwa penyumbang atau pemberi
pinjaman itu diperbolehkan sesuai dengan peraturan dari hari sumbangan
diterima. Tapi bila tidak sesuai, maka uang yang diterima tersebut harus
dikembalikan dalam waktu 30 hari dari tanggal penerimaan. Apabila
sumbangan tersebut sudah diterima, dan kemudian baru diketahui berasal
dari donor yang tidak diperbolehkan maka sumbangan tersebut disita oleh
the Consolidated Fund. Apabila pinjaman atau kredit diketahui berasal dari
sumber yang tidak diperbolehkan, maka transaksi tersebut dibatalkan.
e. Partai yang telah terdaftar harus melaporkan sumbangan dan pinjaman
setiap 3 bulan sekali dalam 30 hari setelah akhir kalender. Laporan keuangan juga dilakukan setiap minggu selama pemilu untuk parlemen. Komisi pemilihan mempublikasikan laporan keuangan partai politik dalam
Registrasi Sumbangan dan Pinjaman untuk Partai Politik.
f. Untuk England and Wales atau Scotland, sanksi denda 20,000 atau
penjara 12 bulan. Untuk Northern Ireland, denda 20,000 atau 6 bulan.
Nama
Korea
Pengaturan
a. The National Election Commission (NEC) memberikan subsidi nasional
Selatan
Jepang
Diolah dari Didik Supriyanto, Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan
Tata Pemerintahan, 2011, halaman 131-138.
Dalam konteks Indonesia, bantuan keuangan dari negara kepada partai politik bukan
hal baru dalam penataan sistem kepartaian Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975
tentang Partai Politik, yang merupakan Undang-Undang pertama mengatur partai politik di
Indonesia, menyebutkan bahwa sumber keuangan partai politik dan golongan karya adalah
iuran anggota, sumbangan yang tidak mengikat, usaha lain yang sah, dan bantuan dari
negara/pemerintah.
Meskipun Undang-Undang produk rezim Orde Baru itu tidak mengatur lebih lanjut
bagaimana penyaluran dana bantuan partai politik, namun Partai Persatuan Pembangunan
(PPP), Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), secara rutin
menerima dana bantuan setiap tahun. Penyaluran disampaikan melalui Direktorat Jenderal
Sosial dan Politik, Departemen Dalam Negeri, yang diatur oleh Peraturan Menteri Dalam
Negeri. 12
Untuk memberi gambaran mengenai nominal bantuan keuangan, berikut data jumlah
bantuan keuangan dari APBN/APBD kepada partai politik hasil pemilu 2009 untuk tingkat
Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan Pimpinan Daerah (DPD), dan Dewan Pimpinan
Cabang (DPC). Untuk dapat digunakan sebagai pembanding, data yang diambil adalah data di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kota Yogyakarta, yang merupakan provinsi dan
kota yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Tabel 2. Jumlah Bantuan Keuangan APBN
kepada Partai Politik DPR Hasil Pemilu 2009 (Rp 108 Per Suara)
Partai Politik
Jumlah Kursi
Jumlah Suara
Jumlah Subsidi
Partai Demokrat
148
21.655.295
Rp 2.338.771.860,-
Partai Golkar
106
14.576.388
Rp 1.574.249.904,-
PDIP
94
15.031.497
Rp 1.623.401.676,-
PKS
57
8.204.946
Rp 886.134.168,-
PAN
46
6.273.462
Rp 677.533.896,-
PPP
38
5.544.332
Rp 598.787.856,-
PKB
28
5.146.302
Rp 555.800.616,-
Partai Gerindra
26
4.642.795
Rp 501.421.860,-
Partai Hanura
17
3.925.620
Rp 423.966.960,-
Sumber: Didik Supriyanto (ed), Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi
Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 101.
12
Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan
Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3
Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 157.
Partai Politik
Jumlah Kursi
Partai Demokrat
Jumlah Suara
Jumlah Subsidi
327.799
Rp 202.579.782
11
274.679
Rp 169.751.622
258.800
Rp 159.938.400
PAN
10
243.416
Rp 150.431.088
PKS
159.132
Rp 98.343.576
Partai Gerindra
78.254
Rp 48.360.972
PDIP
Partai Golkar
Sumber: Didik Supriyanto (ed), Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi
Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 102.
Partai Politik
Jumlah Kursi
Jumlah Suara
Jumlah Subsidi
PDIP
11
47.414
Rp 29.301.852
Partai Demokrat
10
45.620
Rp 28.193.160
PAN
26.828
Rp 16.579.704
PKS
21.546
Rp 13.315.428
Partai Golkar
15.868
Rp 9.806.424
Partai Gerindra
8.788
Rp 5.430.984
Sumber: Didik Supriyanto (ed), Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi
Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, halaman 103.
13
Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan
Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3
Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 152.
oleh Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah setiap tahun secara proporsional kepada Partai Politik yang
mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang penghitungannya berdasarkan jumlah
perolehan suara. 15
Partai politik mendapat bantuan keuangan sesuai tingkatannya. Untuk partai politik di
tingkat pusat yang mendapatkan kursi di DPR diberi bantuan keuangan dari APBN, 16 untuk
partai politik di tingkat provinsi yang mendapatkan kursi di DPRD provinsi, diberi bantuan
keuangan yang bersumber dari APBD provinsi, 17 dan untuk partai politik di kabupaten/kota
yang mendapatkan kursi di DPRD kabupaten/kota, diberi bantuan keuangan yang bersumber
dari APBD kabupaten/kota. 18
Besarnya bantuan keuangan yang diberikan kepada partai politik berdasarkan pada
jumlah perolehan suara hasil Pemilu DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/ kota 19 yang
ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). 20
Penentuan besarnya nilai bantuan per suara hasil Pemilu DPR didasarkan pada hasil
penghitungan jumlah bantuan keuangan APBN tahun anggaran sebelumnya dibagi dengan
jumlah perolehan suara hasil Pemilu DPR bagi Partai Politik yang mendapatkan kursi periode
14
Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
Tentang Partai Politik
15
Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
Tentang Partai Politik jo. Pasal 1 angka 2, Pasal 2 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009
tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 2 ayat (1), (2) dan (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun
2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik.
16
Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik
17
Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik
18
Pasal 3 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik
19
Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 4 ayat
(1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD,
Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik
20
Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 4 ayat
(2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD,
Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik
10
sebelumnya. 21 Ketentuan yang sama juga berlaku untuk besarnya nilai bantuan per suara hasil
Pemilu pada DPRD provinsi/kabupaten/kota. 22
Jumlah bantuan keuangan kepada Partai Politik dari APBN/APBD dalam tahun
anggaran berkenaan sama dengan nilai bantuan per suara hasil Pemilu DPR, DPRD provinsi,
dan DPRD kabupaten/kota tersebut di atas dikalikan dengan jumlah perolehan suara hasil
Pemilu DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota periode berkenaan. 23 Untuk bantuan
yang berasal dari APBD, bantuan tersebut dialokasikan setiap tahunnya dalam APBD
provinsi/kabupaten/kota sesuai kemampuan keuangan daerah dan dianggarkan dalam jenis
belanja bantuan keuangan dengan objek belanja bantuan keuangan kepada partai politik. 24
Untuk mendapat bantuan keuangan, pengurus partai politik mengajukan permohonan
tertulis kepada Pemerintah/Pemerintah Daerah untuk menyalurkan dana bantuan keuangan ke
rekening kas umum partai politik. 25 Permohonan bantuan keuangan diajukan oleh:
1. Pengurus pusat partai politik kepada Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri;
2. Pengurus daerah partai politik tingkat provinsi kepada gubernur; dan
3. Pengurus daerah partai politik tingkat kabupaten/kota kepada bupati/walikota. 26
Permohonan tersebut ditandatangani oleh:
1. ketua umum dan sekretaris jenderal atau sebutan lain yang terdaftar di Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia (sekarang Kementerian Hukum dan HAM) bagi DPP
partai politik;
2. ketua dan sekretaris atau sebutan lain bagi DPD partai politik tingkat provinsi; dan
3. ketua dan sekretaris atau sebutan lain bagi DPC partai politik tingkat kabupaten/kota. 27
21
Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 3 ayat
(1) dan Pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran
dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik
22
Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo.
Pasal 3 ayat (2), (3) dan Pasal 6 dan 7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara
Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan
Keuangan Partai Politik
23
Pasal 5 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik
24
Pasal 9-11 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran
dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik
25
Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik
26
Pasal 6 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik
27
Pasal 6 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik
11
Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik
Pasal 12 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,
Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai
Politik
29
12
8. surat pernyataan partai politik yang menyatakan bersedia dituntut sesuai peraturan
perundang-undangan
apabila
memberikan
keterangan
yang
tidak
benar
yang
ditandatangani ketua umum dan sekretaris jenderal atau sebutan lainnya di atas materai
dengan menggunakan kop surat partai politik. 30
Permohonan tersebut tembusannya disampaikan kepada Menteri Keuangan, Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia, Ketua KPU, dan Direktur Jenderal Kesatuan Bangsa dan
Politik (Kesbangpol) Kemendagri. 31
Untuk pengajuan permohonan bantuan keuangan partai politik tingkat provinsi
disampaikan secara tertulis oleh DPD partai politik tingkat provinsi dengan menggunakan kop
surat dan cap stempel partai politik dengan melampirkan kelengkapan administrasi berikut
dalam dua rangkap, 32 berupa:
1. surat keputusan DPP partai politik yang menetapkan susunan kepengurusan DPD partai
politik tingkat provinsi yang dilegalisir oleh ketua umum dan sekretaris jenderal DPP
partai politik atau sebutan lainnya;
2. foto copy surat keterangan NPWP;
3. surat keterangan autentikasi hasil penetapan perolehan kursi dan suara partai politik hasil
pemilihan umum DPRD tingkat provinsi yang dilegalisir ketua atau sekretaris KPUD;
4. nomor rekening kas umum partai politik yang dibuktikan dengan pernyataan pembukaan
rekening dari bank yang bersangkutan;
5. rencana penggunaan dana bantuan keuangan partai politik;
6. laporan realisasi penerimaan dan penggunaan bantuan keuangan tahun anggaran
sebelumnya; dan
30
Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,
Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai
Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,
Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai
Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,
Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai
13
7. surat pernyataan partai politik yang menyatakan bersedia dituntut sesuai peraturan
perundangan apabila memberikan keterangan yang tidak benar yang ditandatangani ketua
dan sekretaris DPD atau sebutan lainnya di atas materai dengan menggunakan kop surat
partai politik. 33
Permohonan tersebut tembusannya disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Ketua KPU provinsi, dan kepala Badan
Kesbangpol provinsi atau sebutan lainnya. 34
Selanjutnya, untuk pengajuan permohonan bantuan keuangan partai politik tingkat
kabupaten/kota disampaikan dengan menggunakan kop surat dan cap stempel partai politik
dengan melampirkan kelengkapan administrasi berikut dalam dua rangkap, 35 berupa:
1. surat keputusan DPP partai politik yang menetapkan susunan kepengurusan DPC partai
politik tingkat kabupaten/kota yang dilegalisir oleh ketua umum dan sekretaris jenderal
DPP Partai Politik atau sebutan lainnya;
2. foto copy surat keterangan NPWP;
3. surat Keterangan autentikasi hasil penetapan perolehan kursi dan suara partai politik hasil
pemilihan umum DPRD tingkat Kabupaten/Kota yang dilegalisir Ketua atau Sekretaris
Komisi Pemilihan Umum kabupaten/kota;
4. nomor rekening kas umum partai politik yang dibuktikan dengan pernyataan pembukaan
rekening dari bank yang bersangkutan;
5. rencana penggunaan dana bantuan keuangan partai politik;
6. laporan realisasi penerimaan dan penggunaan bantuan keuangan tahun anggaran
sebelumnya;
33
Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,
Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai
Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,
Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai
Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,
Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai
14
7. surat pernyataan partai politik yang menyatakan bersedia dituntut sesuai peraturan
perundangan apabila memberikan keterangan yang tidak benar yang ditandatangani ketua
dan sekretaris DPC atau sebutan lainnya di atas materai dengan menggunakan kop surat
partai politik. 36
Permohonan tersebut tembusannya disampaikan kepada ketua KPU kabupaten/kota
dan kepala Badan/Kantor Kesbangpol kabupaten/kota atau sebutan lainnya. 37
Atas
pengajuan
permohonan
Negeri/gubernur/bupati/walikota
melakukan
bantuan
verifikasi
keuangan,
keabsahan
Menteri
dan
Dalam
kelengkapan
persyaratan administrasi, 38 yang hasilnya dituangkan dalam berita acara. 39 Untuk melakukan
kegiatan verifikasi, Menteri Dalam Negeri/gubernur/bupati/walikota membentuk tim
verifikasi. 40 Biaya verifikasi kelengkapan administrasi dibebankan pada APBN/APBD. 41
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011, bantuan keuangan dari
APBN/APBD diprioritaskan untuk melaksanakan pendidikan politik bagi anggota partai
politik dan masyarakat. 42 Pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman
tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. 43 Pendidikan politik tersebut berkaitan dengan kegiatan:
1. pendalaman mengenai empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945,
Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);
2. pemahaman mengenai hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam membangun
etika dan budaya politik;
36
Pasal 14 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,
Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai
Politik
37
Pasal 14 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,
Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai
Politik
38
Pasal 7 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik
39
Pasal 7 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik
40
Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik
41
Pasal 15 ayat (5), Pasal 16 ayat (5) dan Pasal 17 ayat (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban
Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik
42
Pasal 34 ayat (3a) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
Tentang Partai Politik
43
Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
Tentang Partai Politik
15
Pasal 10 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 23
ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam
APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik
47
Soebagio, Distorsi dalam Transisi Demokrasi di Indonesia, dalam Jurnal Makara, Sosial Humaniora vol. 13, No. 2, Desember
2009. 111-116, Depok: Universitas Indonesia, 2009, halaman 114
16
yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai (political
recruitment) dan berusaha menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader yang
dipersiapkan mengganti pimpinan lama (selection of leadership). 48
Sementara itu, kegiatan operasional sekretariat yang boleh diselenggarakan dengan
menggunakan bantuan keuangan adalah yang berkaitan dengan administrasi umum,
berlangganan daya dan jasa, pemeliharaan data dan arsip, dan pemeliharaan peralatan
kantor. 49 Termasuk dalam kategori administrasi umum antara lain belanja keperluan alat tulis
kantor, rapat internal sekretariat partai politik, dan ongkos perjalanan dalam rangka
mendukung kegiatan operasional sekretariat partai politik. Sementara itu, yang dimaksud
dengan daya dan jasa antara lain telepon, listrik, air minum, jasa pos dan giro, dan surat
menyurat. 50
Atas bantuan keuangan yang diterima dari APBN/APBD, partai politik wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban terhadap penerimaan dan pengeluaran yang
dilakukannya kepada BPK secara berkala 1 (satu) tahun sekali untuk diperiksa paling lambat 1
(satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir. 51 Laporan pertanggungjawaban terdiri dari:
1. Rekapitulasi Realiasi Penerimaan dan Belanja bantuan keuangan partai politik dan rincian
Realisasi Belanja Dana Bantuan Keuangan Partai Politik Per Kegiatan; dan
2. Barang Inventaris/Modal (Fisik), Barang Persediaan Pakai Habis dan Pengadaan/
Penggunaan Jasa. 52
Untuk membuat laporan pertanggungjawaban tersebut, partai politik wajib
melaksanakan pembukuan dan memelihara bukti penerimaan dan pengeluaran atas dana
bantuan keuangan. 53
48
Soebagio, Distorsi dalam Transisi Demokrasi di Indonesia, dalam Jurnal Makara, Sosial Humaniora vol. 13, No. 2, Desember
2009. 111-116, Depok: Universitas Indonesia, 2009, halaman 112
49
Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 24 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan,
Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik
50
Penjelasan Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik.
51
Pasal 34A ayat (1) jo. Pasal 47 ayat (3) huruf i Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik jo. Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan
Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 25 dan Pasal 26 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban
Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik
52
Pasal 26 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,
Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai
Politik
53
Pasal 12 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik
17
BPK melakukan pemeriksaan atas laporan tersebut 3 (tiga) bulan setelah tahun
anggaran berakhir. 54 Hasil pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban penerimaan dan
pengeluaran tersebut disampaikan kepada partai politik paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pemeriksaan. 55 Setelah selesai diperiksa BPK, paling lambat 1 (satu) bulan 56 partai politik
wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban tersebut kepada Pemerintah. 57 Laporan
pertanggungjawaban tersebut disampaikan kepada:
1. Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri oleh ketua umum atau sebutan lain partai
politik tingkat pusat;
2. gubernur oleh ketua atau sebutan lain partai politik tingkat provinsi; dan
3. Bupati/walikota oleh ketua atau sebutan lain partai politik tingkat kabupaten/kota. 58
Laporan pertanggungjawaban tersebut terbuka untuk diketahui masyarakat. 59 Partai
politik yang tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban dikenai sanksi administratif
berupa penghentian bantuan keuangan APBN/APBD sampai laporan diterima oleh
Pemerintah dalam tahun anggaran berkenaan. 60
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 83 tahun 2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan
kepada Partai Politik yang diundangkan dan mulai berlaku pada tanggal 17 Oktober 2012.
Pasal 12 A ayat (4) dan Pasal 18 A Peraturan Pemerintah tersebut mengamanatkan kepada
BPK RI untuk membuat Peraturan BPK mengenai Tata Cara Penyampaian Laporan oleh
Partai Politik kepada BPK dan Tata Cara Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan oleh BPK
kepada Partai Politik, paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Pemerintah tersebut
54
Pasal 34A ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
Tentang Partai Politik
55
Pasal 34A ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
Tentang Partai Politik
56
Pasal 14 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 28
ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam
APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik
57
Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 27 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan,
Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik
58
Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 28
ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam
APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik
59
Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik jo. Pasal 29 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan,
Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik
60
Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik.
18
diundangkan. Berbeda dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 yang tidak
memberikan batasan porsi penggunaan bantuan keuangan antara pendidikan politik dan
operasional sekretariat partai politik, Peraturan Pemerintah Nomor 83 tahun 2012 memberi
batasan bahwa bantuan keuangan kepada partai politik yang digunakan untuk melaksanakan
pendidikan politik bagi anggota partai politik dan masyarakat paling sedikit 60% (enam puluh
perseratus). 61
61
19
sangat tidak mencukupi karena tidak mengakomodasi karakteristik partai politik yang berbeda
dengan organisasi nirlaba yang lain. 65
Untuk di Indonesia, pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban dana bantuan
keuangan partai politik dilakukan oleh BPK. Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk
menilai kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan bantuan pemerintah
dan efektivitas dan operasi penggunaan dana bantuan. Pemeriksaan oleh BPK dilaksanakan
berdasarkan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN). SPKN adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. 66
Dalam melakukan pemeriksaan bantuan keuangan kepada partai politik yang
bersumber dari APBN/APBD, pemeriksa BPK perlu mengecek apakah realisasi penerimaan
dan penggunaan bantuan keuangan sesuai dengan rencana penggunaan dana bantuan
keuangan sebagaimana dilampirkan oleh partai politik saat mengajukan permohonan bantuan.
Bila realisasi dan rencana tidak sesuai, maka perlu dilakukan klarifikasi, karena partai politik
sebagai lembaga publik sudah sewajarnya dapat merencanakan kegiatannya dengan baik.
Pemeriksa juga perlu memastikan kewajaran pengeluaran dana bantuan keuangan dan buktibukti pendukungnya. Selain itu, pemeriksa perlu memperhatikan apakah terdapat pembebanan
ganda pada pencatatan pengeluaran atas dana APBN/APBD, dengan pencatatan pengeluaran
atas dana yang didapat dari selain dana APBN/APBD yang diperiksa oleh akuntan publik.
Dua hal utama yang sering menjadi temuan BPK dalam pemeriksaan atas laporan
pertanggungjawaban dana bantuan partai politik adalah penggunaan dana bantuan yang tidak
sesuai ketentuan dan tidak adanya bukti-bukti transaksi yang lengkap dan sah. Beberapa
contoh temuan BPK atas penggunaan dana bantuan partai politik yang tidak sesuai ketentuan
adalah sebagai berikut:
1. Pembayaran honorarium; 67
2. Pebebanan biaya kunjungan musibah anggota partai politik yang sakit pada biaya
perjalanan dinas;
3. Pembebanan biaya sewa gedung pada biaya pemeliharaan;
65
Emmy Hafild, Laporan Studi: Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik, Jakarta: Transparency International
Indonesia dan IFES, cetakan kedua, 2008, halaman viii.
66
Pasal 1 angka 1, Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
67
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 24 tahun 2009 sudah tidak ada lagi alokasi biaya untuk honorarium/gaji staf
20
4. Pembebanan biaya sewa hotel dalam rangka musyawarah cabang luar biasa pada biaya
administrasi umum;
5. Pembebanan biaya angsuran kendaraan bermotor. 68
6. Sebagian besar partai politik nasional, provinsi maupun kabupaten/kota tidak
mengalokasikan subsidi untuk kegiatan pendidikan politik.69
Dalam melakukan pemeriksaan atas bantuan keuangan partai politik, terdapat beberapa
hal yang patut mendapat perhatian, antara lain:
1. Partai politik belum memahami dengan baik peraturan mengenai bantuan keuangan
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 telah menyebutkan secara jelas
peruntukan bantuan keuangan. Demikian pula format isian laporan penggunaan dana
bantuan telah dirinci dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009. Jika
kemudian partai politik mengalokasikan dana bantuan tidak sesuai dengan kedua
peraturan tersebut, maka ada kemungkinan pengurus partai politik belum memahami
dengan baik materi kedua peraturan tersebut.
Seringkali
partai
politik
juga
tidak
konsisten
mengelompokkan
dan
68
21
71
22
Dengan standar akuntansi yang baik, dan informasi yang bisa diakses masyarakat
luas, maka kendali masyarakat terhadap partai politik akan layak dilakukan. Kontrol
publik akan mencegah terjadinya politik uang dalam proses politik dan proses
pengambilan keputusan atau kebijakan di kalangan pemerintah. 73
3. Peraturan mengenai bantuan keuangan partai politik belum mengakomodasi belanja partai
politik.
Terdapat beberapa jenis belanja partai politik yang belum terakomodasi oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 dan Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor
24 TAhun 2009. Misalnya, banyak partai politik yang masih membutuhkan inventaris
seperti komputer dan meubelair. Bahkan, terdapat DPD yang masih membebankan
pembayaran cicilan kendaraan roda empat. 74 Namun demikian, ternyata pembelian
inventaris (aset tetap) tidak diperbolehkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
24 Tahun 2009.
Pada kenyataan di lapangan, semua partai politik (terutama di tingkat DPP dan
DPD/DPW provinsi) memiliki karyawan untuk sekretariat dan membayar honor/gaji
karyawan sekretariat. Biaya gaji/honor bagi karyawan Sekretariat Partai tidak jelas masuk
ke kegiatan yang mana, karena Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009
tidak mengakomodasi biaya tersebut. 75 Selain itu, sewa kantor (terutama untuk
DPD/DPW/DPC) juga tidak diakomodasi, padahal hampir seluruh DPC belum memiliki
gedung kantor sendiri dan masih menyewa, dan gedung kantor sangat dibutuhkan untuk
mendukung operasional sekretariat. 76
73
23
77
Didik Supriyanto (ed), Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata
Pemerintahan, 2011, halaman 127-129.
78
Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan
Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3
Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 173.
79
Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan
Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3
Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 171.
24
Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan
Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3
Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 182.
81
Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan
Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3
Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 182.
82
Didik Supriyanto, Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009 dalam Rangka Penyusunan
Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna, Jurnal Perludem vol 3
Mei 2012, Jakarta: Yayasan Perludem, 2012, halaman 181.
25
26
C. PENUTUP
Peran BPK RI dalam memeriksa pengelolaan dana partai politik dirasa penting karena
pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel diawali dari partai politik yang juga bersih,
transparan dan akuntabel. Namun, perlu disadari bahwa yang lebih mempunyai kewajiban untuk
mewujudkan pengelolaan keuangan partai politik yang bersih, transparan dan akuntabel adalah
partai politik itu sendiri. Untuk itu partai politik perlu mempunyai pemahaman yang memadai
tentang bagaimana pengelolaan dana partai politik yang baik, khususnya dalam pengelolaan dana
bantuan keuangan yang didapat dari APBN/APBD.
Perlu digarisbawahi bahwa partai politik merupakan institusi publik yang mempunyai
peran besar dalam menjaga demokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, jujur, dan
bebas korupsi. Karena itu, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan partai politik
menjadi hal yang penting untuk diwujudkan. Dukungan dari segenap pihak menjadi syarat
mutlak untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Daftar Pustaka
Buku dan Jurnal
Hafild, Emmy. Laporan Studi: Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik. Jakarta:
Transparency International Indonesia dan IFES. 2003.
Pramono, Sidik. Pengendalian Keuangan Partai Politik. Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata
Pemerintahan. 2011.
Soebagio. Distorsi dalam Transisi Demokrasi di Indonesia, dalam Jurnal Makara, Sosial
Humaniora vol. 13, No. 2, Desember 2009. 111-116. Depok: Universitas Indonesia. 2009.
Supriyanto (ed), Didik. Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek. Jakarta:
Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan. 2011.
Supriyanto, Didik. Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review terhadap PP No. 5/2009
dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No. 2/2011, dalam
Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna. Jurnal Perludem vol 3 Mei 2012. Jakarta:
Yayasan Perludem. 2012.
Internet
Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum
27
Siaran Pers BPK, Penguatan Akuntabilitas Keuangan Negara Terkait Dana Politik.
http://www.bpk.go.id/web/?p=10544. 28 November 2011.
ICW: Banyak Parpol Tak Punya Laporan Keuangan. www.hukumonline.com. 13 September
2012.
Darimana Sumber Dana Partai?
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=241030:-darimana-sumber-dana-partai&catid=77:fokusutama&Itemid=131. 5 April 2012.
Keuangan Parpol Tak Bisa Diaudit.
http://nasional.kompas.com/read/2011/10/10/19355380/Keuangan.Parpol.Tak.Bisa.Diaudit.
10 Oktober 2011.
Transparansi Akuntabilitas dan Audit Laporan Keuangan Partai Politik
http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/394transparansiakuntabilitasdanauditlaporankeuanganpartaipolitik. 22 Februari 2012.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2008 Tentang Partai Politik.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,
Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban
Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik.
28