Anda di halaman 1dari 19

Mata Kuliah

: Etika Bisnis

Nama Anggota

: 1. Aji Brilliant Dewantara


2. Indra Oktavianto
3. Reza Andhika Putra

Kelas

: 4EA18

Judul

: Bab 3 (Model Etika Dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan FaktorFaktor yang Mempengaruhi Etika Manajerial)
Bab 4 (Norma dan Etika dalam Pemasaran, Produksi, Manajemen
Sumber Daya Manusia dan Finansial)
Bab 5 (Jenis Pasar, Latar Belakang Monopoli, Etika dalam Pasar
Kompetitif)

Sumber

1. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan oleh Drs.H.Moh.Pabundu Tika,


2.
3.
4.
5.

M.M tahun 2010. PT. Bumi Aksara. Jakarta.


Budi Untung, 2012. Hukum dan Etika Bisnis. Yang Menerbitkan CV Andi Offset
Manajemen Pemasaran (Jilid 2) (Edisi 13), Philip Kotler, Kevin Lane.
Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi), Malayu S.P. Hasibuan.
Rosyidi, Suherman, Pengantar Teori Ekonomi, (Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro

DanMakro),Cetakan ke empat, Penerbit: Duta Jasa, Surabaya, 1991.


6. Endang S, Dkk, Ekonomi Mikro Pengantar, Penerbit: Bagian Penerbitan STIE YKPN,Yogyakarta,
2003.

BAB 3
MODEL ETIKA DALAM BISNIS, SUMBER NILAI ETIKA DAN FAKYOR YANG
MEMPENGARUHI ETIKA MANAJERIAL
A. IMMORAL MANAJEMEN
Immoral manajemen merupakan tingkatan terendah dari model manajemen dalam
menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis. Manajer yang memiliki manajemen tipe ini pada
umumnya sama sekali tidak mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas, baik dalam
internal organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya. Para pelaku
bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan
kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, baik
secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini selalu menghindari diri dari
yang disebut etika. Bahkan hukum dianggap sebagai batu sandungan dalam menjalankan
bisnisnya.
B. AMMORAL MANAJEMEN
Tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam manajemen adalah amoral
manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan tipe manajemen seperti ini
sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika atau moralitas. Ada dua jenis lain manajemen tipe
amoral ini, yaitu Pertama, manajer yang tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral
manager). Tipe ini adalah para manajer yang dianggap kurang peka, bahwa dalam segala
keputusan bisnis yang diperbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan efek
pada pihak lain. Oleh karena itu, mereka akan menjalankan bisnisnya tanpa memikirkan apakah
aktivitas bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum. Manajer tipe ini mungkin saja
punya niat baik, namun mereka tidak bisa melihat bahwa keputusan dan aktivitas bisnis mereka
apakah merugikan pihak lain atau tidak. Tipikal manajer seperti ini biasanya lebih berorientasi
hanya pada hukum yang berlaku, dan menjadikan hukum sebagai pedoman dalam
beraktivitas. Kedua, tipe manajer yang sengaja berbuat amoral. Manajemen dengan pola ini
sebenarnya memahami ada aturan dan etika yang harus dijalankan, namun terkadang secara

sengaja melanggar etika tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis mereka,


misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain. Namun manajer tipe ini terkadang
berpandangan bahwa etika hanya berlaku bagi kehidupan pribadi kita, tidak untuk bisnis. Mereka
percaya bahwa aktivitas bisnis berada di luar dari pertimbangan-pertimbangan etika dan
moralitas.
C. MORAL MANAJEMEN
Tingkatan tertinggi dari penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah
moral manajemen. Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas diletakkan pada level
standar tertinggi dari segala bentuk prilaku dan aktivitas bisnisnya. Manajer yang termasuk
dalam tipe ini hanya menerima dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku namun juga terbiasa
meletakkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya. Seorang manajer yang termasuk
dalam tipe ini menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi hanya jika bisnis yang
dijalankannya secara legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam komunitas, seperti
keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang berlaku. Hukum bagi mereka
dilihat sebagai minimum etika yang harus mereka patuhi, sehingga aktifitas dan tujuan bisnisnya
akan diarahkan untuk melebihi dari apa yang disebut sebagai tuntutan hukum. Manajer yang
bermoral selalu melihat dan menggunakan prinsip-prinsip etika seperti, keadilan, kebenaran, dan
aturan-aturan emas (golden rule) sebagai pedoman dalam segala keputusan bisnis yang
diambilnya.
D. AGAMA, FILOSOFI, BUDAYA DAN HUKUM
Agama, sumber dari segala moral dalam etika apapun dengan kebenarannya yang
absolut. Tiada keraguan dan tidak boleh diragukan nilai-nilai etika yang bersumber dari agama.
Agama berkorelasi kuat dengan moral. Setiap agama mengandung ajaran moral atau etika yang
di jadikan pegangan bagi para penganutnya. Pada umumnya, kehidupan beragama yang baik
akan menghasilkan kehidupan moral yang baik pula. Bermula dari buku Max Weber The
Protestant Ethic and Spirit of Capitalism (1904-5) menjadi tegak awal keyakinan orang adanya
hubungan erat antara ajaran agama dan etika kerja, atau anatara penerapan ajaran agama dengan
pembangunan ekonomi. Etika sebagai ajaran baik-buruk, slah-benar, atau ajaran tentang moral
khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi, bersumber terutama dari ajaran

agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham dalam ekonomi Barat menunjuk pada kitab
Injil (Bibble), dan etika ekonomi yahudi banyak menunjuk pada Taurat. Demikian pula etika
ekonomi Islam termuat dalam lebih dari seperlima ayat-ayat yang muat dalam Al-Quran.
Filosofi, Salah satu sumber nilai-nilai etika yang juga menjadi acuan dalam pengambilan
keputusan oleh manusaia adalah ajaran-ajaran Filosofi. Ajaran filosofi tersebut bersumber dari
ajaran-ajaran yang diwariskan dari ajaran-ajaran yang sudah diajarkan dan berkembang lebih
dari 2000 tahun yang lalu. Ajaran ini sangat komplek yang menjadi tradisi klasik yang bersumber
dari berbagai pemikiran para fisuf-filsuf saat ini. Ajaran ini terus berkembanga dari tahun ke
tahun Di Negara barat, ajaran filosofi yang paling berkembang dimulai ketika zaman Yunani
kuno pada abd ke 7 diantaranya Socrates (470 Sm-399 SM) Socrate percaya bahwa manusia ada
untu suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan peranan yang penting dalam
mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya sebagai seorang
pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya.
Socretes percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada
dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan
yang membebani kondisi seseorang. Pepatah yang terkenal mengatakan. : Kenalilah
dirimu dia yang memperkanalkan ide-ide bahwa hukum moral lebih inggi daripada hukum
manusia.
Budaya, Referensi penting lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan etika bisnis
adalah pengalaman dan perkembangan budaya, baik budaya dari suatu bangsa maupun budaya
yang bersumber dari berbagai negara (Cracken, 1986). Budaya yang mengalami transisi akan
melahirkan nilai, aturan-aturan dan standar-standar yang diterima oleh suatu komunitas tertentu
dan selanjutnya diwujudkan dalam perilaku seseorang, suatu kelompok atau suatu komunitas
yang lebih besar. Budaya adalah suatu sistem nilai dan norma yang diberikan pada suatu
kelompok atau komunitas manusia dan ketika itu disepakati atau disahkan bersama-sama sebagai
landasan dalam kehidupan (Rusdin, 2002).
Hukum, dalah perangkat aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka untuk
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum menentukan ekspektasiekspektasi etika yang diharapkan dalam komunitas dan mencoba mengatur serta mendorong para
perbaikan-perbaikan masalah-masalah yang dipandang buruk atau tidak baik dalam komunitas.
Sebenarnya bila kita berharap bahwa dengan hukum dapat mengantisipasi semua tindakan

pelanggaran sudah pasti ini menjadi suatu yang mustahil. Karena biasanya hukum dibuat setelah
pelanggaran yang terjadi dalam komunitas.

E. LEADERSHIP
Leadership dalam bisnis sangat diperlukan karena berpengaruh dalam perkembangan
bisnis yang dilakukan. Bahkan ada yang mengatakan bahwasanya leadership atau kepemimpinan
merupakan sebuah karakter utama yang diperlukan dalam bisnis. Hal ini tidak lain karena peran
kepemimpinan berpengaruh terhadap jalannya bisnis dan juga kinerja karyawan. Tidak setiap
orang memiliki leadership yang baik. Namun ada pula orang yang sejak masih kecil sudah
terlihat jiwa kepemimpinannya. Akhirnya seiring perkembangannya ia pun terbiasa mengatur
dan membuat keputusan yang berpengaruh pada sekitarnya. Hal ini sangat memiliki peran
penting dalam dunia bisnis. Dunia bisnis tidak selamanya berjalan mulus. Adakalanya bertemu
masalah yang harus diselesaikan dengan berbagai risiko. Nah, disinilah peran penting seorang
pemimpin akan membawa pengaruh.
Jiwa Leadership Berperan Menyelesaikan Masalah
Tidak sedikit permasalahan yang harus dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan
bisnis. Peran penting seorang pemimpin perusahaan diperlukan untuk menyelesaikannya. Tidak
sekedar hadirnya seorang pemimpin namun yang benar-benar memahami bagaimana
menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu juga tetap mampu mendorong para bawahan
atau anak buah untuk tetap bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan. Jiwa kepemimpinan
memang tidak selalu harus dimiliki pemimpin perusahaan tersebut. Namun setiap orang yang
memperoleh tanggung jawab membawahi orang lain maka perlu meningkatkan kemampuan
leadership-nya. Hal ini diperlukan untuk mengelola bagaimana kerjasama antar anak buah atau
rekan kerja. Selain itu juga harus menemukan formula yang tepat untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan dan hal tersebut bisa dipahami dan dilakukan oleh anak buah dengan
baik.
Kriteria Memiliki Jiwa Kepemimpinan

Ada beberapa kriteria orang-orang yang memang memiliki jiwa kepemimpinan atau
leadership. Mungkin anda memiliki salah satu diantaranya atau mungkin semuanya dari tiga
kriteria berikut ini yaitu :

Mampu memberikan inspirasi dan memberikan motivasi kepada orang lain misalnya

kepada bawahan.
Memiliki kemampuan yang membuat orang lain merasa segan sehingga ketika berada
dalam sebuah organisasi maupun perusahaan ia pun disegani baik oleh rekan kerja

maupun rekan bisnis.


Memiliki kewibawaan dan kebijaksanaan sehingga selain mampu menyelesaikan masalah
juga tetap disegani oleh para bawahan.

F. STRATEGI DAN PERFORMANCE MANAJEMEN


Compliance Management . Pemenuhan atas semua aturan atau regulasi akan memberikan
suatu tekanan baru untuk mencari metoda-metoda yang lebih baik, misalnya untuk mengakses
berbagai kebijakan dan proses, mulai dari bagian keuangan hingga operasional. Penilaian
terhadap pemenuhan regulasi itu ( compliance assessment ) akan sangat membutuhkan sistemsistem yang mengotomatisasikan review dan analisis secara manual, dan proaktif dalam
pemantauan berbagai kegiatan dan proses bisnis, yang pada akhirnya akan menurunkan biaya
audit. Hubungan yang efisien antara orang dan proses sangat perlu diterapkan dalam suatu
perusahaan, terutama untuk kepentingan pemenuhan regulasi, dan juga jika menerapkan suatu
sistem dan teknologi informasi yang baru.
Profitability Management. Dorongan untuk mengelola biaya dan mengoptimalkan pendapatan
akan lebih menajamkan fokus perhatian perusahaan terhadap peningkatan profitabilitas di
perusahaan secara keseluruhan. Pengaruh keuangan di luar prosesbudgeting akan menciptakan
suatu ketegasan baru dalam berbagai bentuk profitabilitas, termasuk di dalamnya, keuntungan
yang diperoleh dari pelanggan, produk, operasi dan bagian keuangan. Karenanya, perusahaanperusahaan perlu mengembangkan suatu fondasi BI ( business intelligence ) yang kuat untuk
mendukung

berbagai

aplikasi

dan sistem,

khususnya

untuk kepentingan profitability

management .
Process Improvement. Perusahaan-perusahaan juga semakin dituntut untuk lebih fokus dalam
menilai dan meningkatan proses-proses operasional yang telah dimiliki, sebelum Anda

mengotomatisasikannya dengan menerapkan sistem ERP ( enterprise resource planning ) atau


CRM ( customer relationship management ). Meski disadari, bahkan mengukur, memantau dan
meningkatkan kinerja berbagai proses bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi
hal itu sangat penting dalam penerapan performance management .
Cost Management. Menghindari dan mengurangi biaya agar dapat memenuhi persyaratan
keuangan dan perusahaan seharusnya menjadi bagian dari proses operasional standar. Bisnis
harus selaras dengan proses-proses operasional dan mendukung peningkatan efisiensi. Untuk itu,
TI harus terus-menerus melakukan konsolidasi terhadap tawaran vendor agar dapat memenuhi
tujuan-tujuan pengelolaan biaya yang telah ditetapkan. Meningkatkan pemanfaatan investasi
yang telah dilakukan dalam CRM dan ERP dan juga melakukan penilaian dan pengintegrasian
semua aset data menjadi suatu informasi yang kontekstual, relevan dan tepat. Hal ini, tentu,
sangat penting dalam menjalankan performance management .
Performance Improvement. Tujuan utama performance management adalah meningkatkan
hasil-hasil bisnis, namun kenyataannya tak banyak perusahaan yang benar-benar telah
menerapkan performance management proces s sebagai suatu bagian penting dalam semua
kegiatan bisnis mereka sehari-hari. Melakukan penilaian dan memperbaiki berbagai proses
bisnis, sehingga dapat lebih efisien dan efektif, sangat membutuhkan penyelarasan antara
informasi dan sistem. Kurangnya dukungan dalam menghubungkan antara strategi, perencanaan
dan eksekusinya di hampir semua perusahaan masih menjadi suatu kendala utama untuk
merealisasikan peningkatan performansi secara optimal.
Business Innovation. Mentransformasikan atau menerapkan berbagai proses bisnis yang
inovatif, agar dapat lebih kompetitif, seharusnya lebih diprioritaskan. Sayangnya, umumnya aset
dan ide-ide di perusahaan tak dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai (value ) perusahaan.
Karenanya, pengelolaan berbagai proses bisnis harus dioptimalkan untuk bagaimana
memanfaatkan TI dan sistem informasi untuk memunculkan berbagai inovasi bisnis yang baru,
dan harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari setiap perusahaan. Salah satu peluang
terbesar yang belum banyak dimanfaatkan adalah bagaimana meningkatkan ide-ide dan
pengetahuan untuk mentransformasikan berbagai proses bisnis ke dalam suatu inovasi yang terus
menerus dilakukan.
G. KARAKTER INDIVIDU

Setiap individu mempunyai karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang


dipengaruhi oleh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang
dibawa sejak ia lahir baik yang berhubungan dengan faktor biologis maupun sosial psikologis.
Keyakinan masa lalu mengatakan bahwa kepribadian terbawa pembawaan dan lingkungan;
merupakan dua faktor yang terbentuk karena dua faktor yang terpisah, masing-masing
mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya
masing-masing. Namun setelah disadari bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan oleh
seseorang atau apa yang dirasakan oleh siapapun merupakan hasil dari perpaduan dari apa yang
ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
Seorang anak memulai pendidikan formalnya di tingkat TK kira-kira pada usia 4-6 tahun. Tanpa
memperdulikan berapa umur anak, karakteristik pribadi dan kebiasaan-kebiasaan yang dibawa ke
sekolah akhirnya terbentuk oleh pengaruh lingkungan dan hal itu tampak sebagai pengaruh
penting terhadap keberhasilannya di sekolah dan masa perkembangan hidupnya di kemudian
hari.
Nature dan nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik
individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Karakteristik
yang berhubungan dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang
karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan.
Seorang bayi merupakan pertemuan antara dua garis keluarga, yaitu keluarga ayah dan ibu. Saat
terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru itu secara berkesinambungan
dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan yang membantu mengembangkan potensi-potensi
biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir. Hal tersebut bisa
membentuk pola karakteristik tingkah laku yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu
yang berkarakteristik bebrbeda dengan individu-individu yang lainnya.
H. BUDAYA PERUSAHAAN
Pengetian Budaya Perusahaan
Budaya adalah satu set nilai, penuntun kepercayaan akan suatu hal, pengetian dan cara berpikir
yang dipertemukan oleh para anggota orgaanisasi dan diterima oleh anggota baru seutuhnya. (W.

Jack Duncan dalam Organizational Culture: Getting a Fix on an Elusive Concept, Academy of
Managemenr Executive 3 1989).
Berikut 10 karakteristik Budaya Organisasi :
1. Inisiatif individual
Definisi inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab (responsibility), kebebasan
(freedom) atau independensi (independent) yang dimiliki setiap individu dalam berpendapat.
Kelompok khususnya pimpinan sebaiknya menghargai dan memang perlu dihargai inisiatif
individu dalam suatu organisasi selama ide dan inisiatif tersebut berguna dalam memajukan dan
mengembangkan organisasi atau perusahaan.
2. Toleransi Terhadap Tindakan Berisiko
Setiap pegawai dan anggota atau kader perlu ditekankan tentang batas batas dalam
bertindak agresif, inovatif dan mengambil risiko. Sebuah budaya organisasi yang baik adalah
sebuah budaya yang memberikan toleransi terhadap anggota atau para pegawai dalam bertindak
inovatif dan agresif dalam mengembangkan dan memajukan organisasi atau perusahaan serta
mendorong untuk berani dalam mengambil risiko terhadap apa yang akan dilakukannya.
3. Pengarahan
Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat membuat
dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut haruslah secara
jelas tercantum visi, misi dan tujuan organisasi (pengertian visi misi). Keadaan yang seperti ini
akan memberikan pengaruh terhadap kinerja organisasi/perusahaan.
4. Integrasi
Integrasi dalam budaya organisasi adalah kemampuan suatu organisasi atau perusahaan
dalam memberikan dorongan terhadap unit unit atau satuan dalam organisasi atau perusahaan
untuk bekerja dengan terpimpin atau terkoordinasi. Melalui kerja yang kompak dan terkoordinasi
dengan baik dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan oleh sebuah
organisasi atau perusahaan.

5. Dukungan manajamen
Dukungan manajemen dalam budaya organisasi adalah tentang kemampuan tingkat
manajer dalam sebuah organisasi atau perusahaan dalam berkomunikasi (baca pengertian
komunikasi) kepada karyawan. Komunikasi tersebut harusnya dalam bentuk dukungan, arahan
ataupun kritisi (membangun) kepada bawahan. Dengan adanya dukungan manajemen yang
komunikatif, sebuah perusahaan atau organisasi dapat berjalan dengan mulus.

6. Kontrol
Kontrol dalam budaya organisasi sangat penting. Kontrol yang dimaksud adalah
peraturan atau norma yang digunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu
diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang berfungsi sebagai
pengawas dan pengendali perilaku pegawai dan karyawan dalam suatu organisasi.
Identitas dalam budaya organisasi adalah kemampuan seluruh karyawan dalam suatu organisasi
atau perusahaan dalam mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dalam perusahaan
dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.
7. Identitas
Identitas dalam budaya organisasi adalah kemampuan seluruh karyawan dalam suatu
organisasi atau perusahaan dalam mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dalam
perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.
8. Sistem Imbalan
Sistem imbalan tidak kalah pentingnya dalam budaya organisasi. Sistem imbalan seperti
pemberian kenaikan gaji, promosi (kenaikan jabatan), bonus liburan dan lainnya haruslah
berdasarkan kemampuan atau prestasi karyawan dalam bekerja dan sangat tidak diperbolehkan
atas alasan alasan perusak lainnya seperti senioritas, pilih kasih dan hal hal lain yang berbau
korupsi (baca pengertian korupsi). Sistem imbalan dapat memberikan boost atau dorongan
terhadap prestasi kerja dan memberikan peningkatan dalam perilaku inovatif dan kerja maksimal
sesuai keahlian dan kemampuan yang dimiliki karyawan atau anggota dalam organisasi.

9. Toleransi terhadap Publik


Dalam budaya organisasi, perbedaan pendapat yang memunculkan konflik sering terjadi
dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Hal inilah yang harus dilakukan sebagai upper
manajement untuk mengarahkan konflik yang terbangun untuk melakukan perbaikan serta
perubahan strategi untuk mencapai tujuan organisasi. Toleransi terhadap konflik harus dimediasi
oleh pimpinan atau karyawan superior sehingga terjadi kritis membangun dan tidak saling
menyerang.

10. Pola komunikasi


Pola komunikasi dalam perusahaan atau organisasi sering dibatasi oleh hierarki
kewenangan yang formal. Akan tetapi, pola yang terlalu ketat akan menghambat perkembangan
organisasi karena tidakadanya hubungan emosional yang kental terhadap bawahan dan atasan
dalam

organisasi.

Ada

lima

pola

kinerja

komunikasi

yaitu

personal,

passion,

sosial, organizational politics, dan enkulturasi.


SUMBER:
1. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan oleh Drs.H.Moh.Pabundu Tika,
M.M tahun 2010. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
2. Budi Untung, 2012. Hukum dan Etika Bisnis. Yang Menerbitkan CV Andi Offset

BAB 4
NORMA DAN ETIKA DALAM PEMASARAN, PRODUKSI, MANAJEMEN SUMBER
DAYA MANUSIA DAN FINANSIAL

A. Pasar dan Perlindungan Konsumen


Dengan adanya pasar bebas dan kompetitif, banyak orang meyakini bahwa konsumen
secaraotomatis terlindungi dari kerugian sehingga pemerintah dan pelaku bisnis tidak
perlumengambil langkah-langkah untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Pasar
bebasmendukung alokasi, penggunaan, dan distribusi barang-barang yang dalam artian
tertentu,adil, menghargai hak, dan memiliki nilai kegunaan maksimum bagi orang-orang
yang berpartisipasi dalam pasar, berdasarkan kenyataan yang tidak dibantahkan bahwa bisnis
merasuki seluruh kehidupan semua manusia, maka dari perspektif etis, bisnis diharapkan
bahwa dituntut untuk menawarkan sesuatu yang berguna bagi manusia dan tidak sekadar
menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi memperoleh keuntungan. Termasuk
didalamnya para pelaku bisnis dilarang untuk menawarkan sesuatu yang dianggap merugikan
manusia.
Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian untuk
memberikan perlindungan hukum kepada konsumen. Pengertian konsumen sendiri adalah
setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
Itu berarti pada akhirnya etika bisnis semakin dianggap serius oleh para pelaku bisnis
modern yang kompetitif. Dengan kata lain, kenyataan bahwa dalam pasar yang bebas dan
terbuka hanya mereka yang unggul, termasuk unggul dalam melayani konsumen secara baik
dan memuaskan, akan benar-benar keluar sebagai pemenang. Maka kalau pasar benar-benar

adalah sebuah medan pertempuran, pertempuran pasar adalah pertempuran keunggulan yang
fair, termasuk keunggulan nilai yang menguntungkan banyak pihak termasuk konsumen.
B. Etika Iklan
Dalam periklanan, etika dan persaingan yang sehat sangat diperlukan untuk menarik
konsumen. Karena dunia periklanan yang sehat sangat berpengaruh terhadap kondisi
ekonomi suatu negara. Sudah saatnya iklan di Indonesia bermoral dan beretika.
Berkurangnya etika dalam beriklan membuat keprihatinan banyak orang. Tidak adanya etika
dalam beriklan akan sangat merugikan bagi masyarakat, selain itu juga bagi ekonomi suatu
negara. Secara tidak sadar iklan yang tidak beretika akan menghancurkan nama mereka
sendiri bahkan negaranya sendiri. Saat ini banyak kita jumpai iklan-iklan di media cetak dan
media elektronik menyindir dan menjelek-jelekkan produk lain. Memang iklan tersebut
menarik, namun sangat tidak pantas karena merendahkan produk saingannya. Di Indonesia
iklan-iklan yang dibuat seharusnya sesuai dengan kebudayaan kita dan bisa memberikan
pendidikan bagi banyak orang. Banyak sekali iklan yang tidak beretika dan tidak sepantasnya
untuk di iklankan. Makin tingginya tingkat persaingan menyebabkan produsen lupa atau
bahkan pura-pura lupa bahwa iklan itu harus beretika. Banyak sekali yang melupakan etika
dalam beriklan. Iklan sangat penting dalam menentukan posisi sebuah produk.
C. Privasi Konsumen
Privasi Konsumen merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki
seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. tingkatan privasi yang diinginkan itu
menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi
dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh
orang lain. adapun definisi lain dari privasi yaitu sebagai suatu kemampuan untuk
mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan pilihan atau kemampuan untuk
mencapai interaksi seperti yang diinginkan. privasi jangan dipandang hanya sebagai
penarikan diri seseorang secara fisik terhadap pihak pihak lain dalam rangka menyepi saja.
D. Multimedia Etika Bisnis

Salah satu cara pemasaran yang efektif adalah melalui multimedia. Bisnis multimedia
berperan penting dalam menyebarkan informasi, karena multimedia is the using of media
variety to fulfill communications goals. Elemen dari multimedia terdiri dari teks, graph,
audio, video, and animation.Bicara mengenai bisnis multimedia, tidak bisa lepas dari stasiun
TV, koran, majalah, buku, radio,internet provider, event organizer, advertising agency, dll.
Multimedia memegang peranan penting dalam penyebaran informasi produk salah satunya
dapat terlihat dari iklan-iklan yang menjual satu kebiasaan/produk yang nantinya akan
menjadi satu kebiasaan populer. Sebagai saluran komunikasi, media berperan efektif sebagai
pembentuk sifat konsumerisme
Etika berbisnis dalam multimedia didasarkan pada pertimbangan:

Akuntabilitas perusahaan, di dalamnya termasuk corporate governance, kebijakan

keputusan, manajemen keuangan, produk dan pemasaran serta kode etik.


Tanggung jawab sosial, yang merujuk pada peranan bisnis dalam lingkungannya,

pemerintah lokal dan nasional, dan kondisi bagi pekerja


Hak dan kepentingan stakeholder, yang ditujukan pada mereka yang memiliki andil
dalam perusahaan, termasuk pemegang saham, owners, para eksekutif, pelanggan,
supplier dan pesaing.
Etika dalam berbisnis tidak dapat diabaikan, sehingga pelaku bisnis khususnya

multimedia, dalam hal ini perlu merumuskan kode etik yang harus disepakati oleh
stakeholder, termasuk di dalamnya production house, stasiun TV, radio, penerbit buku, media
masa, internet provider, event organizer, advertising agency, dll.
E. Etika Produksi
Dalam proses produksi, subuah produsen pada hakikatnya tentu akan selalu berusaha
untuk menekan biaya produksi dan berusaha untuk mendapatkan laba sebanyak banyaknya.
Dalam upaya produsen untuk memperoleh keuntungan, pasti mereka akan melakukan banyak
hal untuk memperolehnya. Termasuk mereka bisa melakukan hal hal yang mengancam
keselamataan konsumen. Padahal konsumen dan produsen bekerjasama. Tanpa konsumen,

produsen tidak akan berdaya. Seharunyalah produsen memeberi perhatian dan menjaga
konsumen sebagai tanda terima kasih telah membeli barang atau menggunakan jasa yang
mereka tawarkan. Namun banyak produsen yang tidak menjalankan hal ini. Produsen lebih
mementingkan laba. Seperti banyaknya kasus kasus yang akhirnya mengancam keselamatan
konsumen karena dalam memproduksi, produsen tidak memperhatikan hal hal buruk yang
mungkin terjadi pada konsumen. Bahkan, konsumen ditipu, konsumen ditawarkan hal-hal
yang mereka butuhkan, tapi pada kenyataannya, mereka tidak mendapat apa yang mereka
butuhkan mereka tidak memperoleh sesuai dengan apa yang ditawarkan.
Sumber :
1. Manajemen Pemasaran (Jilid 2) (Edisi 13), Philip Kotler, Kevin Lane.
2. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi), Malayu S.P. Hasibuan.

BAB 5
JENIS PASAR, LATAR BELAKANG MONOPOLI, ETIKA DALAM PASAR
KOMPETITIF
A. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
Pengertian pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara
permintaan dengan penawaran di mana jumlah pembeli dan penjual sedemikian rupa
banyaknya/ tidak terbatas.
Ciri-ciri pasar sempurna:
1.

Jumlah penjual dan pembeli yang banyak

2.

Produk yang di perdagangkan sama atau bisa di bilang homogen

3.

Pemerintah tidak ikut campur tangan dalam proses pembentukan harga

Jenis-jenis pasar sempurna:


1.

Jumlah penjual dan pembeli banyak

2.

Barang yang di jual sama/homogen

3.

Harga di tentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran

4.

Posisi tawar konsumen kuat

5.

Sensitif pada perubahan harga

6.

Sulit mendapatkan keuntungan lebih / diatas rata-rata.

B. PASAR MONOPOLI
Pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran di
mana hanya ada satu penjual/produsen yang berhadapan dengan banyak pembeli atau
konsumen.
Pasar monopoli memiliki ciri-ciri:
1.

Hanya ada satu produsen yang menguasai penawaran

2.

Tidak ada barang substitusi/pengganti yang mirip

3.

Produsen memiliki kekuatan menentukan harga

4.

Tidak ada pengusaha lain yang bisa memasuki pasar tersebut karena ada

hambatan berupa keunggulan perusahaan


C. PASAR OLIGOPOLI
Pasar oligopoli adalah suatu bentuk interaksi permintaan dan penawaran, di mana
terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai seluruh permintaan pasar.
Pasar oligopoli memiliki cirri-ciri:
1. Terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai pasar.
2. Barang yang diperjual-belikan dapat homogen dan dapat pula berbeda corak
3. Terdapat hambatan masuk yang cukup kuat bagi perusahaan di luar pasar untuk masuk ke
dalam pasar
D. MONOPOLI DAN DIMENSI ETIKA BISNIS
Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat menaikan atau
mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi;
semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut, begitu
pula sebaliknya. Ciri utama pasar ini adalah adanya seorang penjual yang menguasai
pasar dengan jumlah pembeli yang sangat banyak. Ciri lainnya adalah tidak terdapatnya
barang pengganti yang memiliki persamaan dengan produk monopolis; dan adanya
hambatan yang besar untuk dapat masuk ke dalam pasar.
Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan
manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan
bisnis yang etik. Pasar monopoli harus memiliki etika dalam berbisnis yang baik kepada
para pembeli untuk menjual barang tersebut dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat yang berekonomi rendah dan pengusaha pendatang baru diberikan
kesempatan untuk masuk kedalam pasar.
E. ETIKA DI DALAM PASAR KOMPETITIF (PASAR PERSAINGAN SEMPURNA)
Pasar persaingan sempurna terjadi ketika jumlah produsen sangat banyak sekali
dengan memproduksi produk yang sejenis dan mirip dengan jumlah konsumen yang
banyak.
Pada pasar persaingan sempurna terdapat persaingan yang ketat karena setiap
penjual dalam satu wilayah menjual barang dagangannya yang sifatnya homogen. Harga

pada pasar persaingan sempurna relatif sama dengan para pesaing usaha lainnya.
Konsumen tentu akan memilih produsen yang dinilai mampu memberikan kepuasan.
Adapun hal yang menjadi faktor kepuasan itu adalah tingkat pelayanan dan fasilitasfasilitas penunjang.

Sifat-sifat pasar persaingan sempurna :


1. Mudah untuk masuk dan keluar dari pasar
2. Sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata
3. Barang yang dijual sejenis, serupa dan mirip satu sama lain
4. Jumlah penjual dan pembeli banyak
5. Posisi tawar konsumen kuat
6. Penjual bersifat pengambil harga
7. Harga ditentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran
Etika-etika bisnis harus dipegang dan diaplikasikan secara nyata oleh pelaku
pasar. Selain itu, setiap negara telah mempersiapkan SDM yang berkualitas yang siap
berkompetisi. Mereka bisa menjalin kemitraan guna meningkatkan jumlah produksi dan
memenuhi satu sama lain sehingga konsumen akan tertarik untuk mengkonsumsi produk
tersebut.
F. KOMPETISI PADA PASAR EKONOMI GLOBAL
Kompetisi global merupakan bertuk persaingan yang mengglobal, yang melibatkan
beberapa Negara. Dalam persaingan itu, maka dibutuhkan trik dan strategi serta teknologi
untuk bisa bersaing dengan Negara-negara lainnya. Disamping itu kekuatan modal dan
stabilitas nasional memberikan pengaruh yang tinggi dalam persaingan itu. Dalam persaingan
ini tentunya Negara-negara maju sangat berpotensi dalam dan berpeluang sangat besar untuk
selalu bisa eksis dalam persaingan itu. Hal ini disebabkan karena :
1. Teknologi yang dimiliki jauh lebih baik dari Negara-negara berkembang.
2. Kemampuan modal yang memadai dalam membiayai persaingan global sebagai wujud
investasi mereka.
3. Memiliki masyarakat yang berbudaya ilmiah atau IPTEK.

Alasan-alasan di atas cenderung akan melemahkan Negara-negara yang sedang


berkembang dimana dari sisi teknologi, modal dan pengetahuan jauh lebih rendah. Bali
sendiri kalau kita lihat masih berada diposisi yang sulit, dimana perekonomian Bali masih
didominasi oleh orang-orang asing, misalnya hotel-hotel besar, dan juga perusahaanperusahaan besar lainnya.
Kompetisi global juga menyebabkan menyempitnya lapangan pekerjaan, terutama
masyarakat lokal, karena kebanyakan pekerjaan dilakukan oleh teknologi, dan Negara-negara
maju menjadi pemasok kebutuhan-kebutuhan, sehingga kita cuma bisa menikmati hasil yang
sudah disuguhkan secara cantik yang sebenarnya merupakan ancaman yang sangat besar bagi
bangsa kita. Dilain sisi, lahan pertanian juga akan semakin menyempit.
Sumber :
1. Rosyidi, Suherman, Pengantar Teori Ekonomi, (Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro
DanMakro),Cetakan ke empat, Penerbit: Duta Jasa, Surabaya, 1991.
2. Endang S, Dkk, Ekonomi Mikro Pengantar, Penerbit: Bagian Penerbitan STIE YKPN,Yogyakarta,
2003.

Anda mungkin juga menyukai