: Etika Bisnis
Nama Anggota
Kelas
: 4EA18
Judul
: Bab 3 (Model Etika Dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan FaktorFaktor yang Mempengaruhi Etika Manajerial)
Bab 4 (Norma dan Etika dalam Pemasaran, Produksi, Manajemen
Sumber Daya Manusia dan Finansial)
Bab 5 (Jenis Pasar, Latar Belakang Monopoli, Etika dalam Pasar
Kompetitif)
Sumber
BAB 3
MODEL ETIKA DALAM BISNIS, SUMBER NILAI ETIKA DAN FAKYOR YANG
MEMPENGARUHI ETIKA MANAJERIAL
A. IMMORAL MANAJEMEN
Immoral manajemen merupakan tingkatan terendah dari model manajemen dalam
menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis. Manajer yang memiliki manajemen tipe ini pada
umumnya sama sekali tidak mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas, baik dalam
internal organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya. Para pelaku
bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan
kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, baik
secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini selalu menghindari diri dari
yang disebut etika. Bahkan hukum dianggap sebagai batu sandungan dalam menjalankan
bisnisnya.
B. AMMORAL MANAJEMEN
Tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam manajemen adalah amoral
manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan tipe manajemen seperti ini
sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika atau moralitas. Ada dua jenis lain manajemen tipe
amoral ini, yaitu Pertama, manajer yang tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral
manager). Tipe ini adalah para manajer yang dianggap kurang peka, bahwa dalam segala
keputusan bisnis yang diperbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan efek
pada pihak lain. Oleh karena itu, mereka akan menjalankan bisnisnya tanpa memikirkan apakah
aktivitas bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum. Manajer tipe ini mungkin saja
punya niat baik, namun mereka tidak bisa melihat bahwa keputusan dan aktivitas bisnis mereka
apakah merugikan pihak lain atau tidak. Tipikal manajer seperti ini biasanya lebih berorientasi
hanya pada hukum yang berlaku, dan menjadikan hukum sebagai pedoman dalam
beraktivitas. Kedua, tipe manajer yang sengaja berbuat amoral. Manajemen dengan pola ini
sebenarnya memahami ada aturan dan etika yang harus dijalankan, namun terkadang secara
agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham dalam ekonomi Barat menunjuk pada kitab
Injil (Bibble), dan etika ekonomi yahudi banyak menunjuk pada Taurat. Demikian pula etika
ekonomi Islam termuat dalam lebih dari seperlima ayat-ayat yang muat dalam Al-Quran.
Filosofi, Salah satu sumber nilai-nilai etika yang juga menjadi acuan dalam pengambilan
keputusan oleh manusaia adalah ajaran-ajaran Filosofi. Ajaran filosofi tersebut bersumber dari
ajaran-ajaran yang diwariskan dari ajaran-ajaran yang sudah diajarkan dan berkembang lebih
dari 2000 tahun yang lalu. Ajaran ini sangat komplek yang menjadi tradisi klasik yang bersumber
dari berbagai pemikiran para fisuf-filsuf saat ini. Ajaran ini terus berkembanga dari tahun ke
tahun Di Negara barat, ajaran filosofi yang paling berkembang dimulai ketika zaman Yunani
kuno pada abd ke 7 diantaranya Socrates (470 Sm-399 SM) Socrate percaya bahwa manusia ada
untu suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan peranan yang penting dalam
mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya sebagai seorang
pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya.
Socretes percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada
dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan
yang membebani kondisi seseorang. Pepatah yang terkenal mengatakan. : Kenalilah
dirimu dia yang memperkanalkan ide-ide bahwa hukum moral lebih inggi daripada hukum
manusia.
Budaya, Referensi penting lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan etika bisnis
adalah pengalaman dan perkembangan budaya, baik budaya dari suatu bangsa maupun budaya
yang bersumber dari berbagai negara (Cracken, 1986). Budaya yang mengalami transisi akan
melahirkan nilai, aturan-aturan dan standar-standar yang diterima oleh suatu komunitas tertentu
dan selanjutnya diwujudkan dalam perilaku seseorang, suatu kelompok atau suatu komunitas
yang lebih besar. Budaya adalah suatu sistem nilai dan norma yang diberikan pada suatu
kelompok atau komunitas manusia dan ketika itu disepakati atau disahkan bersama-sama sebagai
landasan dalam kehidupan (Rusdin, 2002).
Hukum, dalah perangkat aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka untuk
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum menentukan ekspektasiekspektasi etika yang diharapkan dalam komunitas dan mencoba mengatur serta mendorong para
perbaikan-perbaikan masalah-masalah yang dipandang buruk atau tidak baik dalam komunitas.
Sebenarnya bila kita berharap bahwa dengan hukum dapat mengantisipasi semua tindakan
pelanggaran sudah pasti ini menjadi suatu yang mustahil. Karena biasanya hukum dibuat setelah
pelanggaran yang terjadi dalam komunitas.
E. LEADERSHIP
Leadership dalam bisnis sangat diperlukan karena berpengaruh dalam perkembangan
bisnis yang dilakukan. Bahkan ada yang mengatakan bahwasanya leadership atau kepemimpinan
merupakan sebuah karakter utama yang diperlukan dalam bisnis. Hal ini tidak lain karena peran
kepemimpinan berpengaruh terhadap jalannya bisnis dan juga kinerja karyawan. Tidak setiap
orang memiliki leadership yang baik. Namun ada pula orang yang sejak masih kecil sudah
terlihat jiwa kepemimpinannya. Akhirnya seiring perkembangannya ia pun terbiasa mengatur
dan membuat keputusan yang berpengaruh pada sekitarnya. Hal ini sangat memiliki peran
penting dalam dunia bisnis. Dunia bisnis tidak selamanya berjalan mulus. Adakalanya bertemu
masalah yang harus diselesaikan dengan berbagai risiko. Nah, disinilah peran penting seorang
pemimpin akan membawa pengaruh.
Jiwa Leadership Berperan Menyelesaikan Masalah
Tidak sedikit permasalahan yang harus dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan
bisnis. Peran penting seorang pemimpin perusahaan diperlukan untuk menyelesaikannya. Tidak
sekedar hadirnya seorang pemimpin namun yang benar-benar memahami bagaimana
menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu juga tetap mampu mendorong para bawahan
atau anak buah untuk tetap bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan. Jiwa kepemimpinan
memang tidak selalu harus dimiliki pemimpin perusahaan tersebut. Namun setiap orang yang
memperoleh tanggung jawab membawahi orang lain maka perlu meningkatkan kemampuan
leadership-nya. Hal ini diperlukan untuk mengelola bagaimana kerjasama antar anak buah atau
rekan kerja. Selain itu juga harus menemukan formula yang tepat untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan dan hal tersebut bisa dipahami dan dilakukan oleh anak buah dengan
baik.
Kriteria Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Ada beberapa kriteria orang-orang yang memang memiliki jiwa kepemimpinan atau
leadership. Mungkin anda memiliki salah satu diantaranya atau mungkin semuanya dari tiga
kriteria berikut ini yaitu :
Mampu memberikan inspirasi dan memberikan motivasi kepada orang lain misalnya
kepada bawahan.
Memiliki kemampuan yang membuat orang lain merasa segan sehingga ketika berada
dalam sebuah organisasi maupun perusahaan ia pun disegani baik oleh rekan kerja
berbagai
aplikasi
dan sistem,
khususnya
management .
Process Improvement. Perusahaan-perusahaan juga semakin dituntut untuk lebih fokus dalam
menilai dan meningkatan proses-proses operasional yang telah dimiliki, sebelum Anda
Jack Duncan dalam Organizational Culture: Getting a Fix on an Elusive Concept, Academy of
Managemenr Executive 3 1989).
Berikut 10 karakteristik Budaya Organisasi :
1. Inisiatif individual
Definisi inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab (responsibility), kebebasan
(freedom) atau independensi (independent) yang dimiliki setiap individu dalam berpendapat.
Kelompok khususnya pimpinan sebaiknya menghargai dan memang perlu dihargai inisiatif
individu dalam suatu organisasi selama ide dan inisiatif tersebut berguna dalam memajukan dan
mengembangkan organisasi atau perusahaan.
2. Toleransi Terhadap Tindakan Berisiko
Setiap pegawai dan anggota atau kader perlu ditekankan tentang batas batas dalam
bertindak agresif, inovatif dan mengambil risiko. Sebuah budaya organisasi yang baik adalah
sebuah budaya yang memberikan toleransi terhadap anggota atau para pegawai dalam bertindak
inovatif dan agresif dalam mengembangkan dan memajukan organisasi atau perusahaan serta
mendorong untuk berani dalam mengambil risiko terhadap apa yang akan dilakukannya.
3. Pengarahan
Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat membuat
dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut haruslah secara
jelas tercantum visi, misi dan tujuan organisasi (pengertian visi misi). Keadaan yang seperti ini
akan memberikan pengaruh terhadap kinerja organisasi/perusahaan.
4. Integrasi
Integrasi dalam budaya organisasi adalah kemampuan suatu organisasi atau perusahaan
dalam memberikan dorongan terhadap unit unit atau satuan dalam organisasi atau perusahaan
untuk bekerja dengan terpimpin atau terkoordinasi. Melalui kerja yang kompak dan terkoordinasi
dengan baik dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan oleh sebuah
organisasi atau perusahaan.
5. Dukungan manajamen
Dukungan manajemen dalam budaya organisasi adalah tentang kemampuan tingkat
manajer dalam sebuah organisasi atau perusahaan dalam berkomunikasi (baca pengertian
komunikasi) kepada karyawan. Komunikasi tersebut harusnya dalam bentuk dukungan, arahan
ataupun kritisi (membangun) kepada bawahan. Dengan adanya dukungan manajemen yang
komunikatif, sebuah perusahaan atau organisasi dapat berjalan dengan mulus.
6. Kontrol
Kontrol dalam budaya organisasi sangat penting. Kontrol yang dimaksud adalah
peraturan atau norma yang digunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu
diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang berfungsi sebagai
pengawas dan pengendali perilaku pegawai dan karyawan dalam suatu organisasi.
Identitas dalam budaya organisasi adalah kemampuan seluruh karyawan dalam suatu organisasi
atau perusahaan dalam mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dalam perusahaan
dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.
7. Identitas
Identitas dalam budaya organisasi adalah kemampuan seluruh karyawan dalam suatu
organisasi atau perusahaan dalam mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dalam
perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.
8. Sistem Imbalan
Sistem imbalan tidak kalah pentingnya dalam budaya organisasi. Sistem imbalan seperti
pemberian kenaikan gaji, promosi (kenaikan jabatan), bonus liburan dan lainnya haruslah
berdasarkan kemampuan atau prestasi karyawan dalam bekerja dan sangat tidak diperbolehkan
atas alasan alasan perusak lainnya seperti senioritas, pilih kasih dan hal hal lain yang berbau
korupsi (baca pengertian korupsi). Sistem imbalan dapat memberikan boost atau dorongan
terhadap prestasi kerja dan memberikan peningkatan dalam perilaku inovatif dan kerja maksimal
sesuai keahlian dan kemampuan yang dimiliki karyawan atau anggota dalam organisasi.
organisasi.
Ada
lima
pola
kinerja
komunikasi
yaitu
personal,
passion,
BAB 4
NORMA DAN ETIKA DALAM PEMASARAN, PRODUKSI, MANAJEMEN SUMBER
DAYA MANUSIA DAN FINANSIAL
adalah sebuah medan pertempuran, pertempuran pasar adalah pertempuran keunggulan yang
fair, termasuk keunggulan nilai yang menguntungkan banyak pihak termasuk konsumen.
B. Etika Iklan
Dalam periklanan, etika dan persaingan yang sehat sangat diperlukan untuk menarik
konsumen. Karena dunia periklanan yang sehat sangat berpengaruh terhadap kondisi
ekonomi suatu negara. Sudah saatnya iklan di Indonesia bermoral dan beretika.
Berkurangnya etika dalam beriklan membuat keprihatinan banyak orang. Tidak adanya etika
dalam beriklan akan sangat merugikan bagi masyarakat, selain itu juga bagi ekonomi suatu
negara. Secara tidak sadar iklan yang tidak beretika akan menghancurkan nama mereka
sendiri bahkan negaranya sendiri. Saat ini banyak kita jumpai iklan-iklan di media cetak dan
media elektronik menyindir dan menjelek-jelekkan produk lain. Memang iklan tersebut
menarik, namun sangat tidak pantas karena merendahkan produk saingannya. Di Indonesia
iklan-iklan yang dibuat seharusnya sesuai dengan kebudayaan kita dan bisa memberikan
pendidikan bagi banyak orang. Banyak sekali iklan yang tidak beretika dan tidak sepantasnya
untuk di iklankan. Makin tingginya tingkat persaingan menyebabkan produsen lupa atau
bahkan pura-pura lupa bahwa iklan itu harus beretika. Banyak sekali yang melupakan etika
dalam beriklan. Iklan sangat penting dalam menentukan posisi sebuah produk.
C. Privasi Konsumen
Privasi Konsumen merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki
seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. tingkatan privasi yang diinginkan itu
menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi
dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh
orang lain. adapun definisi lain dari privasi yaitu sebagai suatu kemampuan untuk
mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan pilihan atau kemampuan untuk
mencapai interaksi seperti yang diinginkan. privasi jangan dipandang hanya sebagai
penarikan diri seseorang secara fisik terhadap pihak pihak lain dalam rangka menyepi saja.
D. Multimedia Etika Bisnis
Salah satu cara pemasaran yang efektif adalah melalui multimedia. Bisnis multimedia
berperan penting dalam menyebarkan informasi, karena multimedia is the using of media
variety to fulfill communications goals. Elemen dari multimedia terdiri dari teks, graph,
audio, video, and animation.Bicara mengenai bisnis multimedia, tidak bisa lepas dari stasiun
TV, koran, majalah, buku, radio,internet provider, event organizer, advertising agency, dll.
Multimedia memegang peranan penting dalam penyebaran informasi produk salah satunya
dapat terlihat dari iklan-iklan yang menjual satu kebiasaan/produk yang nantinya akan
menjadi satu kebiasaan populer. Sebagai saluran komunikasi, media berperan efektif sebagai
pembentuk sifat konsumerisme
Etika berbisnis dalam multimedia didasarkan pada pertimbangan:
multimedia, dalam hal ini perlu merumuskan kode etik yang harus disepakati oleh
stakeholder, termasuk di dalamnya production house, stasiun TV, radio, penerbit buku, media
masa, internet provider, event organizer, advertising agency, dll.
E. Etika Produksi
Dalam proses produksi, subuah produsen pada hakikatnya tentu akan selalu berusaha
untuk menekan biaya produksi dan berusaha untuk mendapatkan laba sebanyak banyaknya.
Dalam upaya produsen untuk memperoleh keuntungan, pasti mereka akan melakukan banyak
hal untuk memperolehnya. Termasuk mereka bisa melakukan hal hal yang mengancam
keselamataan konsumen. Padahal konsumen dan produsen bekerjasama. Tanpa konsumen,
produsen tidak akan berdaya. Seharunyalah produsen memeberi perhatian dan menjaga
konsumen sebagai tanda terima kasih telah membeli barang atau menggunakan jasa yang
mereka tawarkan. Namun banyak produsen yang tidak menjalankan hal ini. Produsen lebih
mementingkan laba. Seperti banyaknya kasus kasus yang akhirnya mengancam keselamatan
konsumen karena dalam memproduksi, produsen tidak memperhatikan hal hal buruk yang
mungkin terjadi pada konsumen. Bahkan, konsumen ditipu, konsumen ditawarkan hal-hal
yang mereka butuhkan, tapi pada kenyataannya, mereka tidak mendapat apa yang mereka
butuhkan mereka tidak memperoleh sesuai dengan apa yang ditawarkan.
Sumber :
1. Manajemen Pemasaran (Jilid 2) (Edisi 13), Philip Kotler, Kevin Lane.
2. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi), Malayu S.P. Hasibuan.
BAB 5
JENIS PASAR, LATAR BELAKANG MONOPOLI, ETIKA DALAM PASAR
KOMPETITIF
A. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
Pengertian pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara
permintaan dengan penawaran di mana jumlah pembeli dan penjual sedemikian rupa
banyaknya/ tidak terbatas.
Ciri-ciri pasar sempurna:
1.
2.
3.
2.
3.
4.
5.
6.
B. PASAR MONOPOLI
Pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran di
mana hanya ada satu penjual/produsen yang berhadapan dengan banyak pembeli atau
konsumen.
Pasar monopoli memiliki ciri-ciri:
1.
2.
3.
4.
Tidak ada pengusaha lain yang bisa memasuki pasar tersebut karena ada
pada pasar persaingan sempurna relatif sama dengan para pesaing usaha lainnya.
Konsumen tentu akan memilih produsen yang dinilai mampu memberikan kepuasan.
Adapun hal yang menjadi faktor kepuasan itu adalah tingkat pelayanan dan fasilitasfasilitas penunjang.