Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

STROKE HEMORAGIK

Oleh
Muhammad Wim Adhitama
I1A011065

Pembimbing
dr. Oscar Nurhadi, Sp.S

BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT SARAF


FK UNLAM RSUD PENDIDIKAN ULIN
BANJARMASIN
April, 2014

STATUS PENDERITA

I.

II.

DATA PRIBADI
Nama

: Ny. R

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 52 tahun

Alamat

: Komp.Persada Raya Permai Jalur 22, Handil Bakti

Status

: Menikah

Suku

: Banjar

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

MRS

: 7 April 2015

No RMK

: 1.14.64.54

Ruang

: Seruni (Saraf)

ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan anak pasien pada tanggal 7 April 2015.
KELUHAN UTAMA
Kelemahan ekstrimitas kiri sejak 3 jam SMRS, Nyeri kepala

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengeluh sakit kepala hebat disemua bagian kepala 3 jam
sebelum masuk rumah sakit, sakit kepala terasa seperti dipukul dengan
benda keras, namun tidak ada perasaan pusing. Beberapa saat kemudian
pasien langsung terduduk dan mendadak merasa lemah pada ekstremitas
sebelah kiri.
Pasien langsung dibawa keluarga ke IGD RSUD Ulin, saat dibawa ke
rumah sakit keluarga pasien mengaku pasien sempat tidak sadar dan
mengalami kejang terus menerus selama diperjalanan. Kejang berlangsung
selama kurang lebih 15 menit. Kejang diawali dengan badan yang tampak
kaku lalu kedua kaki pasien bergetar dan kelojotan. Pasien juga muntah saat
dibawa ke rumah sakit. Muntah tidak sampai menyembur, berisi makanan
dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya. Pasien muntah sebanyak 3-4
kali.
Saat tiba di di IGD RSUD Ulin pasien sadar, dan tidak lagi mengalami
kejang. BAB dan BAK masih seperti biasa, namun sulit karena pasien
kesulitan untuk berdiri dan berjalan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien memiliki riwayat hipertensi dari 5 tahun yang lalu, tapi pasien tidak
rutin meminum obat hipertensi. Pasien baru meminum obat tanpa obat
pengendali.
INTOKSIKASI
Tidak ada riwayat keracunan obat, zat kimia, makanan dan minuman.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada riwayat hipertensi, stroke, diabetes mellitus asma, dan penyakit
jantung.
KEADAAN PSIKOSOSIAL
Penderita tinggal di rumah bersama istri dan dua anaknya. Rumah berukuran
7 x 9 meter dengan 3 kamar dan kamar mandi sekaligus jamban yang
terletak di dalam rumah. Sumber air dari keran dan kadang dari sumur. Jarak
antar rumah saling berdekatan.

III.

STATUS INTERNA SINGKAT


Tanda Vital
Tekanan Darah

: 170/90 mmHg

Nadi

: 78 kali/menit

Respirasi

: 24 kali/menit

Suhu Badan

: 36,3 o C

Gizi

: cukup

Kepala

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Leher

: dilatasi vena (-/-), peningkatan JVP (-/-), massa (+/


+) soliter, kenyal, mobile

Toraks

: suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

: S1S2 tunggal, bising (-), thrill (-)

Abdomen

: venektasi (-), hepar/lien/massa tidak teraba, nyeri


tekan (-), BU (+) N

Ekstremitas

IV.

V.

: akral hangat, edema

, parese +

STATUS PSIKIATRI SINGKAT


Kesadaran

: jernih

Mood

: indiferen

Afek

: luas, no rmothym

Bentuk pikiran

: realistis

Isi pikiran

: normal

Arus pikiran

: koheren

Penyerapan

: baik

Kemauan

: baik

Psikomotor

: baik

STATUS NEUROLOGIS
A. KESAN UMUM:

Kesadaran

: Komposmentis

GCS

4-5-6

Pembicaraan : Disartri

: (+)

Monoton : (-)
Scanning : (-)
Afasia

: Motorik

: (-)

Sensorik

: (-)

Global

: (-)

Kepala:
Besar

: Normal

Asimetri

: (-)

Sikap paksa : (-)


Tortikolis

: (-)

Muka:
Mask/topeng

: (-)

Miopatik

: (-)

Fullmooon

: (-)

B. PEMERIKSAAN KHUSUS
1.

Rangsangan Selaput Otak


Kaku tengkuk

: (-)

Kernig

: (-/-)

Laseque

: (-/-)

Bruzinski I

: (-)

Bruzinski II

: (-/-)

2. Saraf Otak
Kanan

Kiri

N. Olfaktorius
Hiposmia

(-)

(-)

Parosmia

(-)

(-)

Halusinasi

(-)

(-)

N. Optikus

Kanan

Kiri

Visus

menurun

menurun

Yojana Penglihatan

tidak ada

tidak ada

Funduskopi

tidak dilakukan

tidak dilakukan

N. Occulomotorius, N. Trochlearis, N. Abducens


Kanan

Kiri

tengah

tengah

normal

normal

Temporal :

normal

normal

Atas

normal

normal

Bawah

normal

normal

normal

normal

Kedudukan bola mata


Pergerakan bola mata ke
Nasal

Temporal bawah :
Eksoftalmus

(-)

(-)

Celah mata (ptosis) :

(-)

(-)

Pupil
Bentuk

bulat

bulat

Lebar

3 mm

3 mm

Perbedaan lebar

isokor

isokor

Reaksi cahaya langsung

(+)

(+)

Reaksi cahaya konsensuil

(+)

(+)

Reaksi akomodasi

(+)

(+)

Reaksi konvergensi

(+)

(+)

N. Trigeminus
Kanan

Kiri

Otot maseter

normal

menurun

Otot temporal

normal

menurun

Otot pterygoideus int/ext

normal

menurun

Cabang Motorik

Cabang Sensorik
I.

R. Oftalmicus

normal

normal

II.

R. Maxillaris

normal

normal

III.

R. Mandibularis

normal

normal

Refleks kornea langsung

normal

normal

Refleks kornea konsensual

normal

normal

N. Facialis
Kanan

Kiri

Waktu Diam
Kerutan dahi

sama tinggi

Tinggi alis

sama tinggi

Sudut mata

sama tinggi

Lipatan nasolabial

kanan lebih tinggi

Waktu Gerak
Mengerutkan dahi
Menutup mata

sama tinggi
(+)

(+)

Bersiul

tidak bisa

Memperlihatkan gigi

bisa

Pengecapan 2/3 depan lidah

baik

Sekresi air mata

tidak dilakukan

Hiperakusis

sulit dievaluasi

N. Vestibulocochlearis
Vestibuler
Vertigo

: (-)

Nistagmus

: (-)

Tinnitus aureum: (-/-)


Cochlearis : tidak dilakukan
N. Glossopharyngeus dan N. Vagus
Bagian Motorik:
Suara

: normal

Menelan

: sedikit terganggu

Kedudukan arcus pharynx

: sde (tak terlihat)

Kedudukan uvula

: sde (tak terlihat)

Pergerakan arcus pharynx

: sde (tak terlihat)

Detak jantung

: normal

Bising usus

: normal

Bagian Sensorik:
Refleks muntah

: (+)

Refleks pallatum molle

: sde

N. Accesorius
Kanan

Kiri

Mengangkat bahu

normal

tak bisa

Memalingkan kepala

normal

normal

N. Hypoglossus

3.

Kedudukan lidah waktu istirahat

: normal

Kedudukan lidah waktu bergerak

: normal

Atrofi

: tidak ada

Kekuatan lidah menekan dalam pipi

: kurang

Fasikulasi lidah

: tidak ada

Sistem Motorik
Kekuatan Otot
Tubuh :

Otot perut

: normal

Otot pinggang

: normal

Kedudukan diafragma : Gerak

: normal

Istirahat

: normal

Lengan (Kanan/Kiri)
M. Deltoid

: 5/0

M. Biceps

: 5/0

M. Triceps

: 5/0

Fleksi sendi pergelangan tangan

: 5/0

Ekstensi sendi pergelangan tangan : 5/0


Membuka jari-jari tangan

: 5/0

Menutup jari-jari tangan

: 5/0

Tungkai (Kanan/Kiri)
Fleksi artikulasio coxae

: 5/0

Ekstensi artikulatio coxae

: 5/0

Fleksi sendi lutut

: 5/0

Ekstensi sendi lutut

: 5/0

Fleksi plantar kaki

: 5/0

Ekstensi dorsal kaki

: 5/0

Gerakan jari-jari kaki

: 5/0

Besar Otot :
Atrofi

:-

Pseudohipertrofi

:-

Respons terhadap perkusi

: normal

Palpasi Otot :
Nyeri

:-

10

Kontraktur

:-

Konsistensi

: normal

Tonus Otot :
Lengan
Kanan

Tungkai
Kiri

Kanan

Kiri

Hipotoni

Spastik

Rigid

Rebound

Gerakan Involunter
Tremor :

Waktu istirahat

: (-/-)

Waktu bergerak

: (-/-)

Chorea

: (-/-)

Atetosis

: (-/-)

Balismus

: (-/-)

Torsion spasme

: (-/-)

Fasikulasi

: (-/-)

Myokimia

: (-/-)

Koordinasi :
Jari tangan jari tangan

: tdl

Jari tangan hidung

: tdl

Ibu jari kaki jari tangan

: tdl

Tumit Lutut

: tdl

11

Pronasi/supinasi

: tdl

Tapping dengan jari-jari tangan : tdl


Tapping dengan jari-jari kaki

: tdl

Gait dan station : tdl


4.

Sistem Sensorik
Kanan/kiri
Rasa Eksteroseptik

Rasa nyeri superfisial

: normal/normal

Rasa suhu

: normal/normal

Rasa raba ringan

: normal/normal

Rasa Proprioseptik

Rasa getar

: normal/normal

Rasa tekan

: normal/normal

Rasa nyeri tekan

: normal/normal

Rasa gerak posisi

: normal/normal

Rasa Enteroseptik

Referred pain

: tdl

Rasa Kombinasi

Streognosis

: tdl

Barognosis

: tdl

Grapestesia

: tdl

Two point tactil discrimination

: tdl

Sensory extimination

: tdl

12

Loose of Body Image

: tdl

Fungsi luhur

Apraxia

: tidak ada

Alexia

: tidak ada

Agraphia

: tidak ada

Fingerognosis

: tidak ada

Membedakan kanan-kiri

: tidak ada

Acalculia

: tidak ada

5. Refleks-refleks
Reflek kulit
Refleks kulit dinding perut : normal
Refleks cremaster

: tdl

Refleks gluteal

: tdl

Refleks anal

: tdl

Refleks Tendon/Periosteum (Kanan/Kiri):

Refleks Biceps

: /+2

Refleks Triceps

: /+2

Refleks Patella

: /+2

Refleks Achiles

: /+2

Refleks Patologis :
Tungkai

13

Babinski

: (-/-)

Chaddock

: (+/+)

Oppenheim

: (+/+)

Rossolimo

: (-/-)

Gordon

: (-/-)

Schaffer

: (+/+)

Lengan
Hoffmann-Tromner : (-/-)
Refleks Primitif :

Grasp

: (-)

Snout

: (-)

Sucking

: (-)

Palmomental

: (-)

6. Susunan Saraf Otonom

Miksi

: inkontinensi tidak ada

Defekasi : konstipasi tidak ada

Sekresi keringat : normal

Salivasi : normal

Gangguan tropik : tidak ada (kulit, rambut, kuku)

7. Columna Vertebralis
Kelainan Lokal

Skoliosis

: tidak ada

Lordosis

: tidak ada

Kifosis

: tidak ada

Kifoskoliosis

Gibbus

Nyeri tekan/ketuk

: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada

14

Gerakan Servikal Vertebra

Fleksi

: baik

Ekstensi

Lateral deviation

: baik

Rotasi

: baik

: baik

Gerak Tubuh : tdl


8. Pemeriksaan PA
Tidak dilakukan
9. Pemeriksaan radiologik
Tengkorak

: X-ray

: tidak dilakukan

CT-scan

15

MRI

: tidak dilakukan

Cerebral Angiografi

: tidak dilakukan

Columna vertebra
Plain X Foto

Myelografi / caudografi

: tidak dilakukan

16

CT scan

: tidak dilakukan

MRI

: tidak dilakukan

10. Pemeriksaan E.E.G.


Tidak dilakukan
11. Pemeriksaan dengan Echoencefalografi
Tidak dilakukan
12. Pemeriksaan Elektrodiagnostik
Tidak dilakukan
13. Pemeriksaan Tambahan
Laboratorium Darah Rutin
Hemoglobin

: 11,8 g/dl

Leukosit

: 12,3 /ul

Eritrosit

: 4,35 juta/ul

Hematokrit

: 34,9 Vol%

Trombosit

: 330.000 /ul

RDW-CV

: 16,1%

MCV

: 80,4 fl

MCH

: 27,1 pg

MCHC

: 33,8%

LED

: tidak dilakukan

Laboratorium Kimia Darah


Protrombin Time

: tidak dilakukan

APTT

: tidak dilakukan

17

Natrium

: tidak dilakukan

Kalium

: tidak dilakukan

Chlorida

: tidak dilakukan

SGOT

: 46 U/L

SGPT

: 37 U/L

GDS

: 157 mg/dL

Ureum

: 26 mg/dL

Kreatinin

: 1,1 mg/dL

14. Diagnosis
Diagnosis klinis

: Hemiparesis sinistra

Diagnosis etiologis

: Pons serebri sesuai dengan vascuarisasi


a.cerebri posterior

Diagnosis topis

: Brainstem hemorrhage

15. Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
Inj. Citicolin 2 x 250 mg
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 amp
Inj. Antrain 3 x 1 amp
PO Amlodipin 1x 10 mg
Program Manitol

18

VI.
A.

RESUME

ANAMNESIS :
Kesemutan dan parese yang muncul mendadak di ekstremitas superior dan
inferior sinistra, headache di seluruh kepala, parese paralisis ekstremitas
superior dan inferior sinistra, vomitus non proyektil 3-4 kali berisikan
makanan dan minuman, seizure tonik-klonik selama 5 menit, selama
kejang kesadaran menurun. Sempat rawat inap di RS Marabahan dan
menunjukkan perbaikan terhadap terapi yang diberikan.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Interna
Kesadaran

: kompos mentis (GCS 4-5-6)

Tekanan darah

: 200/110 mmHg

Nadi

: 106 kali/menit

Respirasi

: 23 kali/menit

Suhu

: 36,6o C

Kepala/Leher

: massa colli diameter 4 cm, soliter, mobile,


kenyal, permukaan rata

Thorax

: tidak ada kelainan

Abdomen

: tidak ada kelainan

Ekstremitas

: paralisis tungkai dan lengan kiri

Status psikiatri

: tidak ada kelainan

19

Status Neurologis

Kesadaran : komposmentis (GCS 4-5-6)

Pupil isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+), gerak


mata normal

Rangsang meningeal (-)

Saraf kranialis: sudut mulut kiri menurun, disartria dan disfagia ringan,
bahu kiri tidak dapat diangkat

Motorik : paralisis motorik (kekuatan 0) pada ekstremitas superior dan


inferior sinistra, spastik pada ekstremitas inferior sinistra

Sensorik : tidak ada kelainan

Reflek fisiologis: sedikit menurun pada ekstremitas superior et inferior


sinistra

Refleks patologis: tidak ada

Susunan saraf otonom: tidak ada kelainan

Columna vertebralis: tidak ada kelainan

C. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis

: hemiparalisis sinistra + massa colli

Diagnosis Etiologis

: stroke hemoragik

Diagnosis Topis

: hemisfer dextra

D. PENATALAKSANAAN
IVFD NaCl 3 flask/24 jam
Inj. Brainact 2 x 250 mg

20

Inj. Gastridin 3 x 1 amp


Inj. Antrain 3 x 1 amp
Inj. Kalnex 3 x 1 amp

21

PO Forneuro 2 x 1 kapsVII.

PEMBAHASAN

Telah dilakukan pemeriksaan pada seorang pria berusia 66 tahun


dengan diagnosis klinis hemiparalisis (hemiplegi) lengan dan tungkai kiri
serta massa pada regio colli. Pada pasien ini diagnosis dapat ditegakan
berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis
didapatkan keluhan utama rasa kebas pada lengan dan tungkai kiri yang
berkembang dengan perjalanan waktu menjadi hemiplegi sinistra, nyeri di
sekujur kepala, vomitus non-proyektil, dan kejang tonik-klonik 5 menit
dengan penurunan kesadaran. Keluhan muncul saat pasien melakukan
aktivitas ringan di rumah (berjalan). Pasien memiliki riwayat hipertensi
yang tak terkendali sebelumnya.
Dari hasil pemeriksaan fisik pada pemeriksaan motorik didapatkan
adanya kelemahan total (paralisis) pada lengan dan tungkai kiri. Pada
pemeriksaan refleks fisiologis (BPR, TPR, KPR dan APR) didapatkan
refleks fisiologis menurun pada lengan dan tungkai kiri bila dibandingkan
dengan lengan dan tungkai sebelah kanan. Pada pemeriksaan sensorik tidak
didapatkan adanya kelainan. Tidak didapatkan adanya refleks patologis pada
pasien. Pemeriksaan 12 saraf kranial didapatkan sudut mulut sebelah kiri
yang asimetris pada saat diam dan bergerak, disartria dan disfagia ringan,
serta bahu kiri yang tidak dapat diangkat. Dari pemeriksaan bisa
disimpulkan terdapat gangguan pada nervus kranialis VII sentral, N. IXN.X, dan N. XI kiri.

22

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas, pada


pasien ini didapatkan defisit neurologik yang mendadak tanpa adanya
trauma kepala sebelumnya berupa kelemahan pada lengan dan tungkai kiri.
Serangan ini muncul pada saat pasien melakukan aktivitas ringan (berjalan
di dalam rumah). Hal ini diperkuat dengan riwayat hipertensi tak terkontrol,
sehingga kemungkinan besar pasien ini mengalami stroke hemoragik.
Stroke adalah kondisi sangat merusak yang terdiri atas berbagai
patofisiologi yang luas seperti trombosis, perdarahan, dan emboli. Diagnosis
terkini dari stroke bergantung pada pemeriksaan klinis dokter dan didukung
lebih jauh lagi oleh pemeriksaan neuroimaging. Pemeriksaan biomarker
darah yang dapat digunakan untuk mendiagnosis stroke pada fase akut,
membedakan tipe stroke, atau bahkan memprediksi serangan stroke inisial
atau rekuren akan sangat membantu tugas dokter.1
Faktor risiko ialah faktor yang menyebabkan seseorang lebih
rentan/mudah mengalami GPDO (baik iskemik ataupun hemoragik).
Adapun yang termasuk faktor risiko dari stroke yang tidak dapat diubah
adalah usia tua, jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga, dan riwayat stroke.
Sedangkan faktor risiko dari stroke yang dapat diubah adalah hipertensi,
diabetes mellitus, merokok, alkohol, kontrasepsi oral, hiperurisemia,
dislipidemia.2,3
Dari faktor risiko diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor risiko
yang dapat diubah pada pasien ini adalah usia riwayat hipertensi yang tak

23

terkontrol. Faktor risiko tak dapat diubah pada pasien adalah jenis kelamin
pria dan usia yang sudah tua (676 tahun).
Stroke dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu stroke akibat
perdarahan (stroke hemoragik) dan stroke akibat infark. Keduanya memiliki
gambaran klinis yang relatif mudah untuk dibedakan namun tetap harus
menggunakan pemeriksaan neuroimaging untuk memastikan diagnosis.4,5
Menurut

Chandra,

kita

dapat

mendignosis

terjadinya

stroke

perdarahan atau stroke infark dengan melihat gejala awal dan pemeriksaan
klinis:3
Tabel 1. Diagnosis banding stroke hemoragik dan non hemoragik
GEJALA

PERDARAHAN

INFARK

Sangat akut

Sub akut

Aktif

Bangun tidur

++

Nyeri kepala

++

Muntah

++

Kejang-kejang

++

Kesadaran menurun

++

+/-

+++ (dari hari 1)

Perdarahan di retina

++

Papil edema

Kaku kuduk, Kernig, Brudzinski

++

Ptosis

++

Lokasi

Subkortikal

Kortikal/subkortikal

Permulaan
Waktu serangan
Peringatan sebelumnya

Bradikardi

24

Berdasarkan tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pasien ini


memenuhi kriteria seperti yang ada pada tabel diatas yaitu awal terjadinya
yang sangat tiba-tiba dan disertai dengan nyeri kepala. Pasien mendapat
serangan saat sedang aktif, muntah-muntah, dan mengalami kejang yang
disertai dengan penurunan kesadaran. Kuat dugaan pasien ini mengalami
stroke hemoragik. Satu-satunya cara yang akurat untuk dapat mendiagnosis
stroke hemoragik dan non-hemoragik adalah dengan bantuan CT Scan.6
Pengelolaan 5B pada pasien ini telah dilakukan sebagai berikut:7
1. Pernapasan (breath); jalan napas harus bebas, berikan oksigen kalau
perlu. Pada kasus ini pasien tidak diberikan oksigen karena pernapasan
pasien masih baik.
2. Darah (blood); tekanan darah dipertahankan agak tinggi (160/100
mmHg) agar perfusi oksigen dan glukosa ke otak tetap optimal untuk
menjaga metabolisme otak.
3. Otak (brain); berikan manitol atau kortikosteroid untuk mengurangi
edema otak, bila ada kejang segera berikan diazepam atau dilantin
intravena secara perlahan. Keluhan kejang tidak ditemukan lagi saat
pasien dirawat di RSUD Ulin. Pemberian manitol tidak dilakukan
karena kadar ureum dan kretaininnya yang agak tinggi yaitu 61 mg/dL
dan 1,1 mg/dL. Pada pemberian manitol yang harus diperhatikan adalah
tekanan darah pasien dan kadar ureum kreatinin.
4. Saluran kemih (bladder); pelihara keseimbangan cairan dan pasang
kateter bila ada inkontinensia uri. Pada pasien ini telah dipasang kateter
sejak kedatangan pasien dari RS Marabahan.

25

5. Gastrointestinal (bowel); berikan nutrisi yang adekuat, bila perlu


berikan NGT. Pasien masih dapat makan sendiri tanpa nutrisi melalui
NGT.
Terapi yang diberikan pada penderita ini adalah IVFD NaCl 2 flask/24
jam untuk maintenance cairan yang adekuat dan produksi urin dipantau
dengan kateter, injeksi Brainact 2 x 250 mg sebagai neuroprotektor untuk
sel-sel neuron otak, injeksi Gastridin 2 x 1 amp untuk mencegah timbulnya
stress ulcer karena intake yang tidak adekuat dan menanggulangi efek
samping gastrointestinal dari citicolin, injeksi Antrain 3 x 1 amp sebagai
anti-nyeri dan anti-febris, injeksi Kalnex 3 x 1 amp untuk mencegah
timbulnya perdarahan lanjutan pada otak, dan kapsul Forneuro 2 x 1 sebagai
nutrisi bagi otak yang sedang mengalami stress berat akibat perdarahan.
Terapi hemostatik direkomendasikan untuk memperbaiki koagulopati
dengan protamin sulfat untuk perdarahan intraserebral yang berhubungan
dengan heparin, dan pemberian vitamin K intravena bersamaan dengan
pengganti faktor pembekuan fresh frozen plasma (FFP) untuk perdarahan
yang berhubungan dengan warfarin. Faktor rekombinan VIIa dapat dengan
cepat menurunkan ratio normal internasional namun tidak dapat
menggantikan faktor pembekuan lain yang produksinya bergantung pada
vitamin K.8
Tujuan rehabilitasi pada penderita stroke adalah:2,6
1. Memperbaiki fungsi motorik, pembicaraan dan fungsi lain yang terganggu
2. Adaptasi mental sosial dari penderita stroke
3. Sedapat mungkin penderita harus dapat melakukan aktivitas sehari-hari

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Chandra, B. Stroke. Dalam : Neurologi Klinik. Surabaya : FK UNAIR,


1994; 28-32

27

2. Mardjono, Marah dan Priguna Sidartha, Mekanisme Gangguan Vaskular


Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat, 1997;
268-301
3. Suryoatmojo, Bambang (Ed). Protokol Penatalaksanaan Gangguan
Peredaran Darah dalam Protokol Penatalaksanaan Penyakit Saraf.
Yogyakarta: RSU dr Soetomo; 133-149.
4. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Guideline Stroke 2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia: Jakarta, 2007.
5. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010.
6. Rohkamm, Reinhard. Color Atlas of Neurology. Edisi 2. BAB 3.
Neurological Syndrome. George Thieme Verlag: German, 2003.

28

Anda mungkin juga menyukai