Pendahuluan
Gagal jantung merupakan salah satu masalah yang cukup sering kita dengar, Gagal
jantung menggambarkan ketidakmampuan atau kegagalan jantung untuk secara memadai
memenuhi kebutuhan organ dan jaringan oksigen dan nutrisi. Penurunan curah jantung,
jumlah darah yang memompa jantung, tidak cukup untuk mengedarkan darah kembali ke
jantung dari tubuh dan paru-paru, menyebabkan cairan (terutama air) bocor dari pembuluh
darah kapiler. Hal ini menyebabkan gejala-gejala yang dapat mencakup sesak napas,
kelemahan, dan pembengkakan. Karena itu kita akan membahas melalui tinjauan pustaka ini
mengenai gagal jantung dengan melihat perjalanan penyakitnya, penyebabnya, gejala, dan
penatalaksanaannya
Skenario
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang diantar anaknya berobat ke poliklinik RS
dengan keluhan sering sesak bila beraktivitas, hal ini dirasakan sejak 6 bulan yang lalu.
Selain itu pasien juga mengeluh batuk kering, tidak disertai demam dan nyeri dada. Pasien
sering merasa nafasnya tersengal-sengal, terutama bila berjalan agak jauh sehingga sangat
mengganggu kesehariannya. Keluhan dirasakan berkurang bila pasien beristirahat. Saat
malam hari pasien merasa lebih nyaman bila tidur dengan bantal agak tinggi, selain itu 2
bulan terakhir ini ia merasa kakinya sering bengkak. Pasien didiagnosis menderita darah
tinggi sejak berusia 36 tahun dan diabetes mellitus pada usia 40 tahun. 2 tahun yang lalu ia
didiagnosis dokter menderita penyakit jantung koroner dan menjalani operasi Coronary
Artery Bypass Graft (CABG).
Anamnesis
Keluhan utama. Keluhan yang paling umum pada penyakit kardiovaskular adalah sesak
napas, nyeri dada, palpitasi, dan pusing atau sinkop.1
Sesak napas (dipnea) gejala penyakit jantung yang paling umum. Tentukan apakah
sesak timbul saat istirahat, saat aktivitas (berjalan menaiki tangga), saat berbaring,
(ortopnea; membaik bila tidur dengan bantal tambahan), atau saat malam hari.
Tentukan kecepatan onset (mendadak, bertahap). Apakah baru saja terjadi? Dispnea
akibat edema pulmonal (gagal jantung) dapat menyebabkan keluhan terbangun dari
Radiation
menghilang.
Rasa pusing/nyeri kepala Hipotensi postural, aritmia paroksismal dan penyakit
tungkai saat berjalan dapat disebabkan oleh klaudikasio dan penyakit vascular.
Riwayat medis di masa lalu kondisi sebelumnya (termasuk masa kanak-kanak) dan
terkini, seperti infark miokard (MI), hipertensi, diabetes, demam reumatik. Informasi
resep dan obat lainnya, serta kepatuhan pasien. Tinjau kembali tekanan darah, kadar
Pemeriksaan Fisik
Nadi
Laju nadi saat istirahat adalah 60-90 kali/menit, melambat seiring usia dan pada atlet.
Bandingkan nadi pada radialis dengan denyutan apeks dan ekstremitas bawah. Perubahan
frekuensi nadi saat bernapas adalah normal (aritmia sinus).
Denyut irregular regulary irregular: misalnya pada ekstrasistol (menghilang saat
aktivitas), blockade jantung derajat 2. Irregularly irregular: misalnya fibrilasi atrium
menunjukan adanya operasi jantung sebelumnya (operasi grafting katup atau pintas koroner)
atau aorta asenden (aneurisma, diseksi aorta). Aneurisma ventrikel atau aorta yang besar
dapat menyebabkan pulsasi yang terlihat, dan obstruksi v.kava superior atau inferior dapat
menghasilkan saluran kolateral vena dinding dada yang terlihat jelas.2
#Palpasi
Dengan menggunakan radiografi toraks dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang
pada jantung yang lebih khusus, perkusi prekordium menjadi jarang dilakukan. Pertama,
carilah posisi denyut apeks dengan ujung jari, kemudian rabalah dengan telapak tangan untuk
menentukan sifat denyut. Denyut apeks biasanya terdiri atas impuls ventrikel kiri, umumnya
terletak sedikit di medial dan di atas ruang interkostal ke lima di garis midklavikular. Sering
kali denyutnya tidak teraba pada posisi telentang, terutama pada manula, tapi lebih mudah
dirasakan jika pasien dimiringkan ke kiri. Denyut apeks terdiri atas gerakan ke depan sesaat,
diikuti gerakan ke dalam yang lebih lama. Pada hipertrofi ventrikel kiri sedang atau berat,
dorongan keluar ini menetap selama ejeksi (heave atau lift ventrikel/ kiri), meskipun ini akan
lebih nyata jika ventrikel kiri mengalami dilatasi ayau aneurisma, dimana lift ini meluas di
atas daerah yang lebihlebar dan menggeser ke lateral. Impuls apikal akan berkurang jika
volume sekuncup menurun. Pada stenosis mitral (MS) bermakna, denyut apeks tersebut
berbentuk sebagai ketukan (ketukan atau tapping disebabkan aksentuasi penutupan katup
mitral), atau dapat berupa impuls ganda pada kardiomiopati obstruktif hipertrofik. Palpasilah
pada sisi prekordial lainnya dengan menggunakan bagian ulnar telapak tangan dimaksudkan
untuk mengetahui antara lain heave parasternal kiri, hiperdinamika prekordial umum, atau
pulsasi abnormal pada daerah tertentu. Katup prostetik mekanis jantung dapat menimbulkan
bunyi, sering dapat dirasakan dengan palpasi pada didnding dada.2
#Auskultasi
Ketika melakukan auskultasi keadaan lingkungan sekitar harus tenang dan mulailah
dengan mendengarkan dengan cepat di atas prekordium dengan menggunakan diafragma dan
corong, pasien dengan sikap setengah duduk (40o); hal ini akan memberikan kesan awal.
Untuk memperkeras bunyi dan murmur dari katup aorta dan pulmonal, dan mungkin katup
trikuspid, pasien sebaiknya miring ke depan dan untuk katup mitral agar badan miring ke kiri.
Pada setiap posisi, fase pernapasan (inspirasi atau ekspirasi) perlu dimanfaatkan untuk
mendapatkan data yang maksimal. Setelah murmur ditemukan, perlu ditetapkan
penyebarannya. Regurgitasi mitral dapat menyebar ke belakang ke arah ketiak atau ke depan
ke arah sternum bergantung pada daun katup yang rusak, dan stenosis aorta umumnya
menyebar ke arah sisi sternum kanan atas dan karotis. Kaitan waktu ke jadian dengan siklus
jantung dapat dibantu dengan mengetahui SI yang kira-kira bertepatan dengan denyut karotis
(SI menunjukan mulainya sistol ventrikel dan S2 menunjukan mulainya diastol ventrikel).2
Pemeriksaan penunjang
Dilakukan untuk menemukan penyebab, menilai beratnya penyakit dan memantau
pengobatan:3
-
Ekokardiografi: teknik esensial yang sederhana dan non invasif dalam menegakkan
diagnosis etiologi, keparahan dan menyingkirkan penyakit katup jantung yang
penting.
EKG: MI lama, hipertrofi ventrikel kiri (LVH, misalnya pada hipertensi, stenosis
aorta), gambaran EKG yang normal sangat jarang dijumpai pada CHF, aritmia,
Diferential Diagnosis
1. Gagal jantung akut
#Pengertian
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat dari gejala-gejala atau tandatanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi dengan atau tanpa adanya
sakit jantung sebelumnya. Disfungsi jantung bisa berupa disfungsi sistolik atau
disfungsi diastolik . Gagal jantung akut dapat berupa serangan pertama gagal jantung,
atau perburukan dari gagal jantung kronik sebelumnya. Pasien yang mengalami gagal
untuk
mempertahankan
tekanan
darah
yang
adekuat.
Respon neurohumoral ini akan membawa keuntungan untuk sementara waktu, namun
setelah beberapa saat, kelainan sistem neurohumoral ini akan memacu perburukan
gagal jantung, tidak hanya karena vasokontriksi serta retensi air dan garam yang
terjadi, akan tetapi juga karena adanya efek toksik langsung dari noradrenalin dan
angiotensin terhadap miokard.
#manifestasi klinis dan diagnosis
Gejala gagal jantung akut terutama disebabkan oleh kongesti paru yang berat sebagai
akibat peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri yang meningkat, dapat disertai
penurunan curah jantung ataupun tidak.
Manifestasi klinis GJA meliputi:
1. Gagal jantung dekompensasi (de novo atau sebagai gagal jantung kronik yang
mengalami dekompensasi).
2. Gagal jantung akut hipertensi yaitu terdapat gagal jantung yang disertai tekanan
darah tinggi dan gangguan fungsi jantung relatif dan pada foto toraks terdapat tandatanda edema paru akut.
3. Edema paru yang diperjelas dengan foto toraks, respiratory distress, ronki yang
luas, dan ortopnea. Saturasi oksigen biasanya kurang dari 90% pada udara ruangan.
4. Syok kardiogenik ditandai dengan penurunan tekanan darah sistolik kurang dari 90
mmHg atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg dan atau
penurunan pengeluaran urin kurang dari 0,5 ml/kgBB/jam, frekuensi nadi lebih dari
60 kali per menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ.
5. High output failure, ditandai dengan curah jantung yang tinggi, biasanya dengan
frekuensi denyut jantung yang tinggi, misalnya pada mitral regurgitasi, tirotoksikosis,
anemia, dan penyakit Pagets. Keadaan ini ditandai dengan jaringan perifer yang
hangat dan kongesti paru, kadang disertai tekanan darah yang rendah seperti pada
syok septik.
6. Gagal jantung kanan yang ditandai dengan sindrom low output, peninggian tekanan
vena jugularis, serta pembesaran hati dan limpa.
2. Gagal ginjal kronik
Gagal ginjal kronis adalah destruksi ginjal yang progresif dan terus menerus.
Selain itu, pada individu yang rentan, nefrotik analgesik, destruksi papila ginjal yang
terkait dengan pemakaian harian obat-obat analgesik selama bertahun-tahun dapat
menyebabkan gagal ginjal kronis. Apapun sebabnya, terjadi perburukan fungsi ginjal
secara progresif yang ditandai dengan penurunan GFR yang progresif.4
Pada awal perjalanannya, keseimbangan cairan, penanganan garam, dan
penimbunan produk sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang
sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal
ginjal kronis mungkin minimal karena nefron-nefron lain yang sehat mengambil alih
fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan laju filtrasi, reabsorpsi,
dan sekresinya serta mengalami hipertrofi dalam proses tersebut. Seiring dengan
makin banyaknya nefron yang mati, nefron yang tersisa menghadapi tugas yang
semakin berat, sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati, sebagian
dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron
yang ada untuk meningkatkan reabsorbsi protein. Seiring dengan penyusutan
progresif nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan penurunan aliran darah
ginjal. Pelepasan renin dapat meningkat, dan bersama dengan kelebihan beban cairan,
dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi mempercepat gagal ginjal, mungkin dengan
meningkatkan filtrasi (karena tuntutan untuk reabsorbsi) protein plasma dan
menimbulkan stres oksidatif.
Working Diagnosis
Meliputi:2
a) Tahap A
Mempunyai risiko tinggi terhadap perkembangan gagal jantung tetapi tidak
menunjukkan struktur abnormal dari jantung
b) Tahap B
Adanya stuktur yang abnormal pada jantung pasien tetapi tidak bergejala
c) Tahap C
Adanya struktural yang abnormal dari pasien dengan gejala awal gagal jantung.
d) Tahap D
Pasien dengan gejala tahap akhir gagal jantung sulit diterapi denganpengobatan
standar
Epidemiologi
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama dari banyak kematian di dunia,
sekitar 13 juta jiwa melayang tiap tahunnya, dan angka tersebut terus meningkat (Marcum,
2008). CHF (Congestive Heart Failure) atau gagal jantung kongestif, menyerang lebih dari 6
juta jiwa di Amerika utara dan penyakit ini menjadi penyebab umum hospitalisasi dari pasien
di atas 65 tahun (C-Health, 2008). Pria lebih rentan terkena gagal jantung kongestif bila
dibandingkan dengan wanita. Ras juga mempengaruhi, orang afrika juga berisiko memiliki
angka kematian lebih tinggi terhadap CHF jika dibandingkan dengan orang Eropa.
Data di Amerika menunjukkan lebih dari 45% penderita CHF meninggal secara
mendadak. Pada tahun 1992-1993, 4606 penderita CHF yang dirawat di rumah sakit, angka
kematian akibat gagal jantung mencapai 19%, sedangkan 30% lainnya disebabkan selain
penyakit jantung.
Etiologi
Penting untuk menemukan penyebab yang mendasari penyakit:
-
Anemia
Retansi cairan (obat nonsteroid, penyakit ginjal)
Infeksi (khususnya pada paru disertai penurunan Po2; endokarditis);
Emboli paru; dan
Obat inotropik negatif (bloker , sebagian besar obat antiaritmia kecuali digoksin).
Patofisiologi
Ukuran jantung membesar akibat dilatasi atau hipertrofi serabut-serabut otot. Sebagai
respons terhadap meningkatnya beban volume, terjadi pertambahan volume ventrikel
(jantung membesar). Ini pada awalnya bermanfaat menambah kekuatan kontraksi saat otot
jantung teregang (hukum Starling). Akan tetapi, kontraksi semakin menurun dengan
terjadinya peregangan berlebihan. Curah jantung menurun secara harfiah, menyebabkan
penurunan perfusi pada organ vital.5
Aktivitas saraf simpatis dan kadar noradrenalin (norepinefrin) plasma meningkat,
menyebabkan meningkatnya denyut jantung, kontraktilitas miokard, serta tonus arteri dan
vena. Aliran darah ginjal berkurang, menyebabkan aktivitas sistem renin-angiotensin
gagal jantung kiri: sesak napas, diperberat bila berbaring (ortopnea), terutama saat
tengah malam (dispnea nokturnal paroksimal). Tanda-tanda yang muncul di antaranya
adalah takipnea, takikardia, terdengar bunyi jantung ketiga dan ronki paru bibasilar
saat inspirasi. Kenaikan tekanan vena jugularis (JVP) dan edema perifer bisa tidak
ada.
Gagal jantung kanan: retensi cairan pada tungkai, pada kasus yang berat dapat terjadi
asites. Tanda-tanda yang ditemukan adalah kenaikan JVP dan edema perifer.
Gagal jantung kronis: pada CHF yang berlangsung lama terjadi pembesaran jantung
(kardiomegali dan regurgitasi mitral/trikuspid sekunder). Penurunan otot skelet
(kaheksia jantung) bisasubstansial dan menyebabkan fatique, kelelahan, dan
kelemahan. Tingkat berat penyakit ditentukan oleh kalsifikasi dari New York Heart
Association.
Terapi
#non medika mentosa
-
Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab dan bagaimana mengenal serta upaya bila
# medika mentosa
-
afterload
dan
memungkinkan
remodeling
otot
ventrikel
kiri.
diganti).
Bloker dengan karvedinol atau bisoprolol, yang dititrasi mulai dari dosis yang
sangat rendah di bawah pengawasan kardiolog di rumah sakit, bisa ditambahkan
untuk menurunkan aktivitas simpatis yang berlebihan dan mendorong remodeling otot
-
jantung.
Spironolakton 25 mg/hari memiliki risiko hiperkalemia dan disfungsi ginjal.
Digoksin diindikasikan untuk mengendalikan fibrilasi atrium yang terjadi bersamaan.
Penelitian terbaru juga menunjukan manfaatnya pada pasien dengan gagal jantung
pada irama sinus.
Komplikasi
-
Tromboemboli: risiko terjadinya bekuan vena (trombosis vena dalam atau DVT (deep
venous thrombosis) dan emboli paru atau EP) dan emboli sistemik tinggi, terutama
Pencegahan
Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi objektif primer terutama pada
kelompok dengan resiko tinggi.6
-
Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard, faktor resiko jantung koroner.
Pengobatan infark jantung segera ditriase, serta pencegahan infark ulangan.
Pengobatan hipertensi ang agresif.
Koreksi kelainan kongenital serta penyakit jantung katup.
Memerlukan pembahasan khusus.
Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang mendasari,
selain modulasi progresif dari disfungsi asimptomatik menjadi gagal jantung.
Prognosis
Pasien mungkin hidup lama dan berbuah dengan gagal jantung kongestif terkendali
dan stabil. Namun, ketika gagal jantung dekompensasi dan pasien membutuhkan rawat inap,
ada risiko kematian yang signifikan lebih dari 20% pada 1 tahun. Pasien dengan NYHA
kegagalan stadium IV memiliki tingkat kematian hingga 50%.
Penutup
Gagal jantung adalah serangan cepat dari gejala-gejala atau tanda-tanda akibat fungsi
jantung yang abnormal. Gagal Jantung merupakan sindrom klinis yang kompleks dengan
gejala-gejala yang tipikal dari sesak napas (dispneu) dari mudah lelah (fatigue) yang
dihubungkan dengan kerusakan fungsi maupun struktur dari jantung yang menggangu
kemampuan ventrikel untuk mengisi dan mengeluarkan darah ke sirkulasi. Gagal jantung
umumnya didapatkan pada populasi usia tua, serta pada orang-orang yang selamat dari infrak
miokard dengan kerusakan otot jantung persisten. Gagal jantung merupakan penyakit yang
sangat ditakutkan karena tingkat kematian akibat penyakit ini sangat tinggi. Terdapat
beberapa factor penyebab dan factor pencetus terjadinya penyakit ini. Prognosa penyakit ini
biasanya buruk jika tidak segera diobati dengan benar.
Daftar Pustaka
1. Aaronson PI, Ward JPT. At a glance system kardiovaskular. Jakarta: Erlangga. 2008.
Hal:68-73
2. Gray HH, Dawkins KD, Simpson A, Morgan JM. Lecture Notes: Kardiologi. Ed.4.
Jakarta: Erlangga,2005.Halaman 16-20.
3. Davey, Patrick. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga, 2005.Halaman 151
4. Corwin, Elizabeth J. Patofisiologi: buku saku. Ed.3. Jakarta: EGC,2009.Halaman 72930.
5. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture Notes: Kedokteran klinis. Ed.6. jakarta:
Erlangga, 2007.Halaman 312-4.
6. Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Ed.5. jakarta: internal publishing, 2009.Halaman 1597.