Pembahasan
Etik Profesi Kedokteran
Etik (Ethics) berasar dari kata Yunani ethos, yang berarti akhlak, adat
kebiasaan, watak, perasaan, sikap, yang baik, yang layak. Menurut KBBI, etika adalah
ilmu pengethuan tentang azas akhlak. Menurut Kamus Kedokteran, etika aalah
pengethuan tentang perilaku yang benar dalam satu prodesi. Dalam arti lebih sempit,
pengertian etika adalah pedoman atau aturan moral untuk menjalankan profesi. Istilah
etika dan etik sering dipertukarkan pemakaiannya dan tidak jelas pebedaan antara
keduanya, namun etik dapat diartikan sebagai seperangkat asas atau nilai yang
berkaitan dengan akhlak seperti dalam Kode Etik, semntara etika adalah ilmu yang
mempelajari azas akhlak.2
Profesi sendiri berasar dari bahasa latin professio, yang berarti pengakuan atau
pernyataan publik. Menurut Posner, profesi merupakan suatu pekerjaan yang tidak
hanya membutuhkan pengetahuan, pengalamn, dan kecerdasan umum, tetapi juga
penguasaan khusus yang merupakan abstraksi dari ilmu pengetahuan atau beberapa
bidang lain yang diyaki memiliki struktur intelektual. Dalam bidang kesehatan,
profesi kedokteran sudah dikenal sejak ada manusia yang merasa sakit.1
Praktik kedokteran dari dahulu sapai sekarang dipandu berdasarkan prinsip
etik yaitu nil nocere (do no harm) dan bonum facere (do good for the patients).
Prinsip etik tersebut telah diterapkan sebagai norma etik kedokterann, yang
sebenarnya telah dipergunakan sejak adanya orang dalam masyarakat yang
mempunyai tugas mengobati orang sakit. Walaupun tidak tertuis, norma ini
menggariskan kelakukan orang yang mengobati terhadap orang yang diobatinya. 1
Diantara norma tersebut, norma tertua dan telah digariskan adalah sumpah
dokter Hindu yang ditulis pada tahun 1500 sebelum Masehi. Inti dari sumpah tersebut
adalah: jangan merugikan penderita yang sedang diobati. Setelah itu dikenal sumpah
Hippocrates yang memuat azas-azas etika medis yaitu kewajiban berbuat baik,
kewajiban untuk tidak menimbulkan cedera atau menimbulkan kerugian pada pasien,
kewajiban berbudi dan berprilaku luhur, kewajiban menghormati hidup insani sejak
masih dalam kandungan, azas tidak serakah dan menyadari keterbatasan diri sendiri,
dan azas menjaga kerahasiaan pasien.1
Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan
profesional secara independen, dan mempertahankan perilaku profesional
dalam ukuran yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
Pasal 4
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat
memuji diri .
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun _sik, wajib memperoleh persetujuan pasien/
keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien
tersebut.
Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau
menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum
diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan
keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat
yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan
atas martabat manusia.
Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien
dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada
saat menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter
atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.
4
Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya,
dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi
hidup makhluk insani.
Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan
keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif ), baik _sik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.
Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di
bidang kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling
menghormati.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh
keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia
tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas
persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter
yang mempunyai keahlian untuk itu.
Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa
dapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam
beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.
Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud
tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan
mampu memberikannya.
5
Informed Consent6
Informed consent merupakan alat paling penting dalam hubungan dokterpasien pada masa kini. Informed consent
komunikasi baik antara dokter dan pasien. Keterangan yang dapat diberikan kepada
pasien sebelum mendapatkan informed consent termasuklah menerangkan diagnosis
penyakit, prognosis dan pilihan pengobatan penyakit. Perlu juga kebaikan dan
keburukan masing-masing tindakan yang bakal dilakukan.
Informed consent harus memuatkan pilihan untuk pasien menerima atau
menolak tindakan medic yang bakal dilakukan dokter selain mencantumkan pilihan
terapi lain. Pasien yang kompeten boleh memilih untuk menolak tindakan medik
walaupun tanpa tindakan ini dapat mengancam nyawa pasien. Terdapat dua kondisi di
mana informed consent dikecualikan yaitu yang pertama adalah apabila pasien
menyerahkan sepenuhnya keputusan tindakan medik terhadap dirinya kepada dokter.
Apabila pasien menyerahkan semua keputusan kepada dokter yang merawatnya,
dokter tetap harus menerangkan secara lengkap tindakan yang akan dilakukan.
Kedua, adalah keadaan apabila pemberitahuan tentang kondisi penyakit pasien
dapat berdampak besar terhadap pasien secara fisik, psikologis dan emosional.
Contohnya adalah apabila pasien cenderung untuk membunuh diri apabila mengetahui
tentang penyakitnya. Namun, dokter pada awalnya harus menganggap bahwa semua
pasien dapat menerima berita tentang penyakitnya dan memberikan informasi
selengkapnya sesuai dengan hak pasien.
Pasien inkompeten adalah mereka yang tidak mampu membuat keputusan
untuk diri mereka sendiri seperti anak, individu dengan gangguan psikologi atau
neurologi berat dan pasien yang tidak sadar. Mengikut WMA Declaration on the
Rights of the Patients, apabila pasien tidak mampu membuat keputusan untuk dirinya
sendiri, perlulah mendapat kebenaran dari wakilnya. Apabila tidak dapat ditemukan
wakil dan pasien memerlukan tindak medis segera, dokter perlulah memikirkan
bahwa pasien sudah bersetuju dengan tindakan yang bakal dilakukan melainkan telah
tercatat bahwa pasien tidak bersetuju dengan tindakan tersebut sebelumnya. Apabila
pasien adalah anak, hak diberikan kepada mereka yang bertanggungjawab
terhadapnya. Namun, pasien harus ikut serta dalam pembuatan keputusan dan
memahami tindakan yang bakal dilakukan.
Hak dan Kewajiban Pasien2
8
Hak yang dimiliki pasien antaralain adalah: hak untuk hidup, hak atas
tubuhnya sendiri, hak untuk mati secara wajar, memperoleh pelayaan kedokteran yang
manusiawi sesuai standart profesi kedokteran, memperoleh penjelasan tentang
diagnosis dan terapi dari dokter yang mengobatinya, menolak prosedur diagnosis dan
terapi yang direncakan, bahkan dapat menarik diri dari kontrak terapeutik,
memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan diikutinya, menolak atau
menerima keikutsertaannya dalam riset kedokteran,
Selain hal-hal diatas, pasien juga berehak dirujuk kepada dokter spesialis
kalau diperlukan dan dikembalikan kepada dokter yang merujuknya setelah selesai
konsultasi atau pengobatan untuk memperoleh perawatan atau tindak lanjut. Pasien
berhak atas kerahasiaan rekam mediknya, memperoleh penjelasan tentang peraturan
rumah sakit, berhubungan dengan keluarga, penasihat atau rohaniwan yang diperlukan
selama perawatan di rumah sakit, dan memperoleh penjelasan tenang perincian biaya.
Kewajiban pasien antaralain: memeriksakan diri sendini mungkin pada dokter,
memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya, mematuhi
nasihat dan petunjuk dokter, menandatangani surat-surat persetujuan tindakan medik
maupun surat lainnya, yakin pada dokternya, dan terakhir melunasi biaya perawatan.
Hak dan Kewajiban Dokter
Berdasarkan UU no 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran pasal 51,
dikatakan bahwa kewajiban dokter antara lain: memberikan pelayanan medis sesuai
dengan standart operasional serta kebutuhan medis pasien, merujuk pasien ke dokter
atau dokter gigi lain yang mempunyai kehalian atau kemmapuan yang lebih baik
apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, merahasiakan
segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia, melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan kecuali
bila ia yakin pada orang lain yang bertugas yang mampu melakukannya, dan
menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi. Selain itu, jangan lupa bahwa dokter juga mempunyai kewajiban
umum, kewajiban dokter terhadap penderita, kewajiban dokter terhadap teman
sejawat, dan kewajiban terhadap dirinya sendiri.2
Selain memiliki kewajiban dan tanggung jawab, dokter juga memiliki hak-hak
yang dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan, hukum, dan personal individu
sebagai manusia. adapun hak-haknya telah diatur antara lain dalam Undang-Undang
Praktik Kedokteran, yaitu: memperoleh perlidungan hukum sepanjang melaksanakan
9
tugas sesuai dengan standart profesi dan standar prosedur, memberikan pelayanan
medis menurut standar prosedur, memperoleh informasi lengkap dan jujur dari pasien
atau keluarganya, dan menerima imbalan jasa.1
Hak dokter sebagai pengemban profesi adalah: gak memperoleh informasi
yang selengkap-lengkapnya dan sejujur-jujurnya dari pasien yang akan digunakan
bagi kepentingan diagnosis maupun terapeutik, hak atas imbalan jasa atau honorarium
terhadap pelayanan yang diberikannya kepada pasien, hak atas itikad baik dari pasien
atau keluarganya dalam melaksanakan transaksi terapeutik, hak membela diri
terhadap tuntutan atau guguata pasien atas pelayanan kesehatan yang diberikannya,
dan hak untuk memperoleh persetujuan tindakan medik dari pasien atau keluarganya.1
Pelanggaran Etika Kedokteran1
Kode Etik Kedokteran Indonesia disusun dengan mempertimbangkan
International Code of Medical Ethics dengan landasan idiologi Pancasila dan
landasan sturkturil Undang-Undang Dasar 1945. Kode Etik Kedokteran Indonesia
mengatur hubungan antara manusia yang mencangkaup kewajiban umum seorang
dokter, hubungan dokter dengan pasiennya, kewajiban dokter terhadap sejawatnya
dan kewajiban dokter terhadap diri sendiri. Pelanggaran terhadap butir-butir Kode
Etik Kedokteran Indonesia ada yang merupakan pelanggaran etik semata-mata dan
ada pula yang merupakan pelanggaran etik dan sekaligus pelanggaran hukum.
Pelanggaran etik tidak selalu berarti pelanggaran hukum, sebaliknya pelanggaran
hukum tidak selalu merupakan pelanggaran etik kedokteran.
Istilah pelanggaran etik kedokteran dipergunakan untuk menyebut kelakuan
yang tidak sesuai dengan mutu profesional yang tinggi, kebiasaan dan cara-cara atau
kebijakan yang lazim digunakan. Melanggar etik kedokteran berarti juga melanggar
prinsip-prinsip moral, nilai dan kewajiban-kewajiban sehingga perlu diambil
tindakan-tindakan yang bersifat pembinaan. Penilaian pelanggaran etik dilakukan oleh
Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK).
MKEK adalah satu unsur dalam struktur kepengurusan Ikatan Dokter
Indonesia (IDI) yang bertugas untuk melakukan pembinaan, pengawasan, penilaian
dan pelaksanaan etik kedokteran termasuk perbuatan anggota yang melanggar
kehormatan dan tradisi luhur kedokteran. Penetapan kategori berat ringannya
pelanggaran etik yang dilakukan dokter sebagai anggota IDI, didasarkan atas kriteria
sebagai berikut: akibat yang ditumbulkan terhadap keselamatan pasien, akibat yang
ditumbulkan terjadap kehormatan profesi, akibat yang ditumbulkan terhadap
10
kepentingan umum, itikad baik terkadu dalam turut menyelesaikan masalah, motivasi
yang mendasarkan timbulnya masalah atau kasus, situasi lingkungan yang mendasari
timbulnya kasus, dan pendapat Biro Hokum dan Pembelaan Anggota (BHP2A).
Sanksi terhadap pelanggaran etik tergantung pada berat dan ringannya pelanggaran
yaitu berupa: penasehatan, peringatan lisan, peringatan tertulis, pembinaan perilaku,
reschooling, sampai pemecatan sementara.
Disiplin Kedokteran
Dalam menjalankan tugas profesionalnya, seorang dokter selain terkait pada
norma etika dan norma hukum, juga terikat oleh norma disiplin keodkteran, yang bila
ditegakan akan menjamin mutu pelayanan sehingga terjaga martabat dan keluhuran
profesinya. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Pasal 5 ayat 1), disiplin kedokteran adalah aturan-aturan dan atau
ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh
dokter. Sebagian dari aturan-aturan dan ketentuan tersebut, terdapat daam UndangUndang Praktik Kedokteran dan sebagian lagi tersebar dalam pelaturan perundangundangan, pedoman, dan ketentuan lainnya. Disamping itu beberapa aturan lain yang
juga harus dipatuhi oleh dokter terdapat dalam berbagai Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Menteri Kesehatan, Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia,
Ketentuan Pedoman Organisasi Profesi, Kode Etik Profesi dan juga dalam kebiasaan
umum di bidang kedokteran.1
Pelanggara disiplin kedokteran ditangani oleh Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesa (MKDKI). Keberadaan MKDKI berdasrkan undang-undang dan
merupakan lembaga otonom sesuai Pasal 55 Ayat (2) Undang-Undang No. 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran, yang berbunyi: Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia merupakan lembaga otonom dari Konsil Kedokteran Indonesia.
MKDI sendiri merupakan peradilan profesi yang independen bagi tenaga profesi
kesehatan yang beridi berdasarkan undang-undang, yang bertugas dan berfungsi
menerima pengaduan, memeriksa, mengadali dan memutus kasus yang berkaitan
dengan sengketa medik.7
Berdasarkan wewenang yang ada, maka sesuai dengan Pasal 68 UndangUndang N0. 29 Tahun 2009, keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia mengikat dokter, dokter gigi, dan Konsil Kedokteran Indonesia. Keputusan
dapat berupa dinyatakan tidak persalah atau pemberian sanksi disiplin. Adapun sanksi
disiplin dapat berupa pemberian peringatan tertulis, rekomendasi pencabutan surat
11
tanda registrasi atau surat izin praktik dan/atau kewajiban mengikuti pendikan atau
pelatihan di institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.7
Hukum Kedokteran2
Etik dan hukum memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengatur tertib dan
tenteramnya pergaulan hidup dalam masyarakat. Namun pengertian keduanya
beberbeda. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, etik lebih kepada normanorma, nilai-niai atau pola tingkah laku kelompok profesi tertentu. Sementara itu,
hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan
dalam mengatur pergaulan hidup masyarakat. Hukum perdata mengatur subjek dan
antar subjek dalam hubungan interelasi.
Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan
Indonesia (PERHUKI) adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini
menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat
sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan
keseahatan.
Persamaan etik dan hukum antara lain, sama-sama merupakan alat untuk
mengatur tertibnya hidup bermasyarakat, sebagai objeknya adalah tingkah laku
manusia, mengandung hak dan kewajiban anggota-anggota masyarakat agar tidak
saling merugikan, menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi, dan sumbernya
adalah hasil pemikiran para pakar serta pengalaman para anggota senior. Sementara
itu, perbedaan antara etik dan hukum adalah, etik berlaku untuk lingkungan profesi
sementara hukum berlaku untuk umum, etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota
profesi sementara hukum disusun oleh pemerintah, etik tidak seluruhnya tertulis
sementara hukum tercantum secara terinci dalam kitab undang-undang da lembaran
berita negara, sanki terhadap pelanggaran etik berupa tuntunan sementara sanksi
terhadap pelanggaran hukum berupa tuntutan, pelanggaran etik diselesaikan oleh
MKEK yang dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ataupun oleh Panitia
Pertimbangan dan Pembinaan Etika Kedokteran (P2EK) yang dibentuk oleh DEPKES
sementara itu pelanggaran hukum diselesaikan melalui pengadilan. Terakhir,
penyelesaian pelanggaran etik tidak sellau disertai bukti fisik, sementara
penyelesaikan pelanggarann hukum memerlukan bukti fisik.
Aspek Hukum Malpraktek
1. Definisi Malpraktek
12
Malpraktek atau malpraktik terdiri dari suku kata mal dan praktik atau praktek.
Mal berasal dari kata Yunani, yang berarti buruk. Praktik, berdasarkan kamus umum
bahasa indonesia berarti menjalankan perbuatan yang tersebut dalam teori atau
menjalankan pekerjaan (profesi).2 Jadi, malpraktik berarti menjalankan pekerjaan
yang buruk kualitasnya, tidak lege artis, tidak tepat. Malpraktik tidak hanya terdapat
dalam bidang kedokteran, tetapi juga dalam profesi lain seperti perbankan, pengacara,
akuntan publik dan wartawan.
Blacks Law dictionary mendefinisikan malpraktik sebagai malpractice is a
professional misconduct or unreasonable lack of skill or failure of one rendering
professional services to exercise that degree of skill and learning commonly applied
under all circumstances in the community by the average prudent reputable member
of the profession with the result of injury, loss, or damage to the recipient of those
services or to those entitled to rely upon them.8
Menurut WHO (1992), medical malpractice involves the physicians failure
to conform to the standard of care for treatment of the patients condition, or lack of
skill, or negligence ini providing care to the patient, which is the direct cause of an
injury to the patient. Sedangkan Longman dictionary of contempory English
mendefinisikannya sebagai failure to carry out ones professional duty properly or
honestly, often resulting ini injury, loss, or damage to someone. Dengan demikian,
malpraktik medik dapat diartikan sebagai kelalaian atau kegagalan seorang dokter
untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim
dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang cedera menurut ukuran
dilingkungan yang sama.2
Apapun definisi malpraktik medik pada intinya mengandung salah satu unsur
berikut: dokter kurang menguasai ilmu pengetahuan kedokteran dan keterampilan
yang sudah berlaku umum dikalangan profesi kedokteran, dokter memberikan
pelayanan medik di bawah standar (tidak lege artis), dokter melakukan kelalaian berat
atau kurang hati-hati (tidak melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya dilakukan
atau melakukan suatu tindakan yang seharusnya tidak dilakukan), atau melakukan
tindakan medik yang bertentangan dengan hukum.2
Dalam praktiknya banyak sekali hal yang dapat diajukan sebagai malpraktik,
seperti salah diagnosis atau terlambat diagnosis karena kurang lengkapnya
pemeriksaan, pemberian terapi yang sudah ketinggalan zaman, kesalahan teknis
waktu melakukan pembedahan, salah dosis obat, salah metode tes atau pengobatan,
13
18