1.
Judul RPTP
2.
Judul Kegiatan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Lokasi
Jangka waktu penelitian
: 2007
: Rp 174.140.000,-
Mengetahui,
Kepala Puslitbang Tanaman Pangan
3.
4.
5.
6
7.
8. Tujuan
a. Jangka pendek
b. Jangka panjang
SUMMARY
1. Title
2. Implementation Unit
3. Location
4. Objectives
a. Short term
7. Duration
8. Budget proposed
ABSTRAK
Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Pascapanen Jagung Mendukung
PTT di sentra produksi jagung terdiri atas 2 kegiatan dengan judul masing masing
adalah : 1 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Modifikas iMesin Pemipil Jagung ; 2.
Rekayasa Model Mekanisasi untuk Modifikasi Alat Pemisah Bobot Biji Jagung Skala
Penangkar Benih. Masing masing kegiatan terdapat aktivitas 1. perekayasaan,
perancangan, pembuatan dan uji mekanisme, fungsional dan kinerja ; 2. penelitian untuk
mengetahui demensi tongkol jagung dan bobot biji untuk benih sejumlah varietas jagung
yang telah, sedang berkembang di petani, yang sesuai dengan mesin pemipil yang ada.
Peningkatan teknologi produksi jagung melalui Pengelolaan Sumberdaya
Tanaman Terpadu (PTT) jagung telah diketahui paketnya di lahan kering, Kalimantan
Selatan pada tahun 2003 dan 2004 dan sedang berlangsung di lahan sawah tadah hujan dan
irigasi terbatas, Sulawesi Selatan.pada tahun 2005 dan tahun 2006.
Peningkatan teknologi budidaya perlu diiringi oleh teknologi pascapanennya agar
hasil yang tinggi tidak susut mutu dan kehilangan karena tercecer. Umumnya petani jagung
di lahan kering memipil jagung hasil panennya dengan cara menyewa mesin pemipil
khusus jagung milik pedagang perantara atau pengusaha jasa pemipilan jagung di
Kalimantan Selatan Hasil survei menunjukkan bahwa 4,3 % petani di Kalimantan Selatan.
menghasilkan produk biji jagung dengan rata-rata kadar kotoran adalah 3,3 % pada
kisaran kadar air biji 25,1 % - 31,5 % dan mutunya tidak sesuai SNI, sehingga masih perlu
ditingkatkan sistem pembersihan biji jagung. Sedangkan petani di lokasi PTT jagung di
Sulawesi Selatan umumnya belum tersendiri pengusaha jasa pemipilan jagung.
Hasil penelitian di lain tempat menunjukkan bahwa mesin perontok khusus
jagung kinerjanya lebih baik dibandingkan dengan mesin perontok untuk padi yang
digunakan merontok kedelai dan jagung . Oleh karena itu diperlukan mesin pemipil khusus
jagung dengan kapasitas 3 ton tongkol jagung/ jam dengan kadar kotoran maksimum 2 %
dan persentase biji pecah maksimum 2 % dari hasil jagung pipilanya.
Perkembangan penggunaan benih varietas hibrida dan bersari bebas yang bermutu
cukup pesat seiring dengan permintaan jagung pipilan. Namun demikian penggunaan benih
hibrida oleh petani tidak selalu F1 nya, karena petani tidak mau ambil resiko kekeringan ,
sehingga petani tanam jagung F2 varietas hibrida yang murah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa varietas bersari bebas produksinya lebih tinggi dibandingkan F2
hibrida dan harganya lebih terjangkau petani. Namun demikian benih bermutu bersari
bebas tidak tersedia di lokasi petani, sehingga pemberdayaan penangkar benih dengan
teknologi produksi benih sedang dikembangkan. Selain itu penangkar benih diharapkan
mampu memproduksi benih juga perlu dukungan sarana peralatan untuk mempertahankan
mutu benihnya antara lain spiral seperator untuk benih jagung. Alat ini belum ada
dipasaran dan hanya ada terbatas skala laboratorium saja. Oleh karena itu diperlukan alat
pemisah biji untuk benih jagung dengan kapasitas maksimum 120 kg benih dan mampu
memisahkan biji berat dan sedang dengan masing masing keseragam benih > 90 % dan
viabilitasnya > 80 %.
PENDAHULUAN
yang tingkat
produksinya rendah. Sebagian petani ada yang menanam jagung hibrida sampai generasi ke
dua (F2) karena sulit memperoleh benih secara tepat waktu, selain harganya yang masih
dianggap mahal, terutama jagung hibrida yang pada tahun 2005 mencapai Rp 32.000/kg
(Saenong, 2006).
Petani umumnya tanam jagung pada awal musim hujan dan panen pada saat curah
hujan masih tinggi, sehingga produk biji petani berpeluang terinfeksi jamur antara lain
Aspergillus flavus dan mengeluarkan racun aflatoksin. Jamur tersebut optimum
pertumbuhannya pada suhu 26 C 32 C pada kadar air biji diatas 17,55 % dan
kelembaban nisbi 83 % - 85 % ( Truckess et.al., 1987 ; Darmaputra et.al.,1998) Dalam
rangka untuk mempercepat proses pengeringan, petani melakukan pengeringan di lahannya
selama 14 hari setelah umur panen di lahan kering, Provinsi Gorontalo dan Propinsi
Kalimantan Selatan. Pemipilan jagung segera dilakukan pada saat kadar air biji masih
diatas 17 % dan analisa sample biji yang dilakukan pada tahun 2005 menunjukkan 17,29 %
petani produk biji jagung pipilannya pecah lebih 3 % (Butir pecah maksimum 3 % menurut
SNI 2006 ) di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo (Firmansyah et. al., 2005). Begitu
pula 6 % petani produk biji jagung pipilannya pecah lebih 3 % dan kadar kotoran lebih dari
2 % ( Butir pecah maksimum 3 % dan kadar kotoran maksimum 2 % menurut SNI,2006) di
Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Selain itu hasil wawancara dengan
petani di Desa Bumi Asih , Kecamatan Panyipatan, dan petani di Desa Sumber Mulya,
Kecamatan Pleihari,
Sukmaraga (varietas bersaribebas, khusus lahan masam) bahwa kadar kotoran produk biji
jagung Sukmaraga mencapai 40 % - 50 %, sehingga petani harus membersihkan lagi
dengan ayakan. Dengan demikian ada tambahan curahan tenaga dan waktu kerja
pembersihan biji jagung selain biaya pemipilan sejumlah Rp 30 /kg
Rp 40 /kg.
Sedangkan varietas Sukmaraga telah tersebar antara lain Kabupaten Tanah Laut di Kalsel,
Kuala Kapuas di Kalteng, Natar di Lampung, Kabupaten Pacitan di Jatim.(informasi UKT
Balitsereal 2005-2006). Hal ini menunjukkan sejumlah mesin pemipil yang ada di ke dua
provinsi tersebut masih diperlukan perbaikan khususnya dengan adanya beberapa varietas
hibrida dan bersari bebas baru dengan kemungkinan demensi tongkol jagungnya sangat
berbeda dengan varietas yang sudah berkembang.
7.2. Tujuan
7.2.1. Untuk modifikasi mesin pemipil jagung agar bersih dengan kadar kotoran
maksimum 2 % dan persentase butir pecah maksimum 2 % dari hasil
pipilannya serta kapasitas 3 ton tongkol jagung / jam
7.2.2. Untuk modifikasi alat pemisah biji jagung agar bobot biji untuk benih
seragam dan viabilitasnya > 80 %
7.3. Luaran
7.3.1 Prototipe mesin pemipil khusus jagung dengan kapasitas 3 ton tongkol
jagung /jam dan persentase butir rusak maksimum 8 %, pecah 2 % serta
kotoran 2 % pada tingkatan laju pengumpanan , putaran selinder perontok
dan kadar air biji .
7.3.2 Prototipe alat pemisah bobot biji jagung untuk benih dengan minimal 2
kriteria bobot biji terpisah dan kapasitas 60 kg benih/jam 120
kg benih /jam
7.4. Lingkup dan rencana kegiatan
7.4.1. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Mesin Pemipil Khusus Jagung
Kegiatan perekayasaan prototipe mesin pemipil khusus jagung ini
meliputi kegiatan
sejumlah varietas yang telah dan sedang berkembang dan mewakili demensi
tongkol jagumg di lokasi PTT jagung di Kalsel, Sulsel dan lokasi petani lain
propinsi.
Bahan uji berupa tongkol jagung akan diadakan dari sejumlah lokasi
dan apabila tidak ada akan di tanam di Kebun Percobaan, Balitsereal,
Sulawesi Selatan. .Hasil pengukuran demensi
komponen
sudah bekerja sesuai tujuan dan berfungsi memipil biji dari empulurnya (
janggel ) dan memisahkan kotoran. Apabila pengujian fungsional
dinyatakan lulus, uji kinerja dilanjutkan untuk mengetahui mutu biji jagung
dari sejumlah varietas yang mewakili kriteria demensi tongkol jagung.
Pengujian akan dilakukan di Instalasi Rekayasa dan Pascapanen, Balitsereal,
Maros, Sulawesi Selatan.
7.4.2. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Alat Pemisah Bobot Biji
Jagung Skala Penangkar Benih
Alat
pemisah
biji
untuk
benih
berdasarkan
bobot
yang
8. TINJAUAN PUSTAKA
Umumnya petani panen jagung di lahan kering pada saat curah hujan masih tinggi,
terutama pada wilayah beriklim tipe A, B, C, yaitu bulan basah lebih 4 bulan atau di daerah
pengembangan jagung pada musim kering II dan panen jagung bertepatan awal musim
hujan. Hal demikian dialami oleh petani di lahan kering di Kabupaten Pleihari, Kalsel,
menghadapi permasalahan panen jagung, yaitu pemipilan pada saat kadar air biji jagung
masih tinggi ( 25 % - > 35 %) berpeluang butir pecah bertambah banyak dan kadar
kotoran tinggi (> 2 %). Selain itu produk biji jagung petani berpeluang tumbuhnya
cendawan antra lain Aspergillus flavus, yang mengeluarkan racun aflatoksin pada saat
tertunda akibat antrian pengeringan jagung dengan mesin pengering pada puncak musim
panen.. Di lain tempat, petani jagung di lahan kering, Provinsi Gorontalo, menghadapi
permasalahan pengeringan pada saat hujan dan mereka mengeringkan jagung di ladangnya
dengan waktu berkisar 14 - 30 hari setelah masak fisiologis dan kadar biji jagung pipilan
umumnya masih diatas 17 %, sehingga petani mendapat potongan harga jagung pipilannya.
Dalam rangka kegiatan penelitian untuk mengetahui kinerja
buatan lokal milik petani pada beberapa kadar air biji di Kabupaten Gorontalo, Provinsi
Gorontalo, maka dilakukan pemipilan jagung varietas Lamuru pada beberapa tingkatan
kadar air biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agar biji pecah maksimum dan kadar
kotoran maksimum yang diijinkan menurut SNI 1991, masing masing adalah (adalah 2
% dan 2 % http//warintek.progresio.or.id/pertanian/jagung htm, 2006), maka mesin pemipil
tersebut harus dioperasikan pada kadar air biji jagung berkisar 15 % - 20 %. Kapasitas
yang terukur pada kadar air biji 15 % - 20 % adalah 997,7 kg/jam.
Hasil survey pada bulan April tahun 2005 ke sejumlah petani jagung yang panen
musim hujan 2004 /2005 di Provinsi Gorontalo dan dianalis produk biji hasil
menunjukkan bahwa 14, 29 %,
Kabupaten Pohuwato yang menghasilkan jagung pipilan dengan butir pecah lebih dari 2 %.
Hal ini menunjukkan bahwa masih ada penjual jasa pemipilan , yang mengoperasikan
mesin pipilnya pada kadar air biji jagung lebih 20 % dan hal ini juga menjadi masalah
petani untuk mengeringkan jagungnya. Namun demikian sistem pembersih pada mesin
pipil milik pengusaha jasa cukup baik, karena hasil survey menunjukkan umumnya produk
10
di Provinsi
(varietas bersaribebas, khusus lahan masam) bahwa kadar kotoran produk biji jagung
Sukmaraga mencapai 40 % - 50 %, sehingga petani harus membersihkan lagi dengan
ayakan. Dengan demikian ada tambahan curahan tenaga dan waktu kerja pembersihan biji
jagung selain biaya pemipilan sejumlah Rp 30 /kg
Sukmaraga telah tersebar antara lain Kabupaten Tanah Laut di Kalsel, Kuala Kapuas di
Kalteng, Natar di Lampung, Kabupaten Pacitan di Jatim.(informasi UKT Balitsereal 20052006).
Dengan demikian sejumlah mesin pemipil yang ada, kinerjanya kurang baik untuk
memipil varietas Sukmaraga dan sejumlah varietas yang telah berkembang di Kabupaten
Tanah Laut, Kalsel. Varietas Sukmaraga jagung ditanam di Sulsel mempunyai demensi
tongkol antara lain diameter dan panjang , yaitu adalah berkisar 3,5 cm 5,08 cm dan
panjang tongkol 19,5 cm 30,1 cm dan ini lebih besar dibandingkan BISI 2 dan varietas
lainnya yang berkembang di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Selain
itu diduga struktur empulur tongkol (janggel) varietas Sukmaraga tidak sekuat varietas
yang ada dan cara pengoperasian pemipil yang ada terutama laju pengumpanan terlampau
deras , serta kadar air biji belum sesuai dengan yang aman untuk dipipil dan putaran
selinder perontok terlampau cepat.
Menurut Tastra (1997) menunjukkan bahwa mesin pipil jagung SENAPIL
mempunyai kapasitas kerja efektif dengan enjin penggerak 7 HP apabila dipergunakan
untuk memipil tongkol jagung dengan diameter > 5 cm adalah 1,1 ton/jam.Untuk diameter
tongkol < 5,0 cm dan > 2,5 cm, masing masing adalah 1,3 ton/jam dan 0,8 ton/jam/2
11
orang dan butir rusak 3 6 %. Hasil pengujian tersebut tidak ada informasi kotoran yang
tercampur dan biji pecah. Sedangkan informasi diperlukan, karena biji pecah dapat
menyebabkan kadar aflatoksin meningkat dan hasil penelitian Echandi (1986) menyatakan
bahwa jagung dipecahkan sampai 100 %, kandungan aflatoksin mencapai 42 ppb pada
jagung hibrida kuning dan 26 ppb pada jagung bersari bebas yang disimpan selama 4 hari
pada suhu 30 C. Pada proses pemipilan jagung dengan mesin umumnya dapat diketahui
kriteria butir rusak serta kotoran, agar mutu hasil pipilannya dapat memenuhi SNI .
Berdasarkan klasifikasi dan standar mutu biji jagung , syarat khusus terdiri atas
kadar air maksimum ( mutu I = 14 %, mutu II = 14 % ; mutu III = 15 % mutu IV = 17 % ),
butir rusak maksimum ( mutu I = 2 % ; mutu II = 6 % ; mutu III = 6 % ; mutu IV = 8
% ) , butir warna lain maksimum ( mutu I = , butir pecah maksimum (mutu I = 1 % ; mutu
II = 2 % ; mutu III = 3 % ; mutu IV = 3 %).dan kotoran maksimum ( mutu I = 1 % ; mutu II
= 1 % ; mutu III = 2 % ; mutu IV = 2 % ( www.warintek.progessio.or.id.2006) Oleh
karena itu diperlukan perbaikan mesin pipil khusus jagung (corn sheller) yang ada agar
dapat memipil untuk semua jenis varietas dan kapasitas pemipilan maksimum 3 ton tongkol
jagung/jam dan hasil jagung pipilannya sesuai SNI.
Pemakaian benih jagung varietas hibrida oleh petani ada kecenderungan
menggunakan F2 pada musim kemarau di sejumlah daerah, karena resiko kekeringan dan
di kawatirkan kurang mendapatkan hasil. Selain itu juga penggunaan benih yang kurang
bermutu juga sering terjadi pada musim hujan di lahan kering, karena sarana produksi
(benih, pupuk, pestisida) dan biaya produksi naik dan harga jagung pipilan petani masih
kurang. Kondisi seperti ini, petani didorong dapat menggunakan benih jagung bersari bebas
bermutu dan dapat diproduksi oleh kelompok penangkar benih berbasis komunitas untuk
memenuhi kebutuhannya atau petani di wilayah lainnya. Harga benih jagung terjangkau
oleh petani dan produktivitasnya per satuan luas meningkat dan pendapatan petani dapat
ditingkatkan.
Dalam rangka pemberdayaaan penangkar benih telah dilakukan kegiatan
penelitian perbenihan untuk memperbaiki teknologi proses panen dan pascapanen,
penyimpanan di Sulsel, Gorontalo, NTB dan sedang berjalan di Kalsel dan NTT oleh
Balitsereal dan BPTP serta Dinas Pertanian setempat. Namun demikian masih diperlukan
12
sarana pendukung antara lain alat pemisah biji jagung untuk benih , yang saat ini teknologi
tersebut masih skala laboratorium dan kurang tersedia di pasaran.
Hasil penelitian Ramlah et. al., ( 2005 ) menujukkan bahwa benih varietas
Lamuru dengan ukuran diameter > 8 mm dengan bobot berkisar 283,87 g/ 1000 biji
298,83 g / 1000 biji mempunyai keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, bobot kering
kecambah dan panjang akar priimer lebih baik dibandingkan benih dengan diameter < 8
mm terutama setelah disimpan 12 bulan dan 18 bulan. Lebih lanjut menurut Ramlah et. al.,
(2005) beberapa peneliti menduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat
mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan benih ukuran kecil dan bobot
rendah. Begitu pula hasil penelitian Rahmawati et. al.,(2005) menyarankan bahwa benih
jagung dengan ukuran kecil ( 6 mm, tidak lolos saringan 6 mm ) tidak digunakan, karena
bobot kering kecambah hanya berkisar 0,13 0,19 g/kecambah lebih rendah dibandingkan
benih ukuran sedang ( 8 mm, tidak lolos saringan diameter 8 mm) dan benih ukuran
besar ( 10 mm, tidak lolos saringan 10 mm). Untuk menyeleksi biji untuk benih masih
dilakukan secara manual, sehingga dalam memenuhi permintaan benih dalam jumlah besar
perlu alat spiral seperator.
9. MATERI DAN METODOLOGI
Kegiatan perekayasaan ini terdiri atas 2 kegiatan , yang masing masing
berjudul : 1 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Mesin Pemipil Khusus Jagung
2 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Alat Pemisah Bobot Biji
Jagung Skala Penangkar Benih
1 Rekayasa dan Perbaikan Mesin Pemipil Khusus Jagung
Tahapan pendahuluan kegiatan perekayasaan perbaikan mesin khusus
pemipil
demensi tongkol
jagung sejumlah varietas yang telah dan sedang berkembang di lokasi
PTT jagung Kalsel dan Sulsel atau lokasi petani lain propinsi . Varietas yang
akan diidentifikasi adalah :
13
(1) Lamuru
(2) Sukmaraga
(3) Srikandi Kuning 1
(4) Bisi 2
(5) C7
(6) Pioneer 21
(7) Semar 10
Pengambilan sampel tongkol jagung agar mewakili varietas tersebut diatas
diperlukan informasi sumber pembelian benih dan nama varietas kepada
petani atau petugas pertanian setempat.
Parameter yang akan diukur adalah rata rata (1) diameter ujung
tongkol jagung (cm) dan empulur (cm), (2) diameter tengah tongkol jagung
dan empulur (cm) 3) diameter pangkal tongkol dan empulur (cm), dan (4)
panjang tongkol (cm).
Rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan digunakan untuk
mengetahui pengaruh varietas terhadap demensi tongkol jagung dan empulur
hasil pengukuran. Apabila hasil analisa varian nyata ada pengaruh, maka
dilanjutkan dengan perbedaan demensi tongkol dan empulur yang nyata
antar varietas.
Hasil analisa perbedaan demensi tongkol jagung untuk penentuan
parameter rancangan khususnya jarak antara gigi (tooth)
pada selinder
14
Jarak pusat (c ) antara pulley penghisap udara dengan pulley enjin penggerak
dan antara pulley selinder pemipil jagung dan enjin penggerak, dihitung
dengan
persamaan (1) dan (2) (M. F.SPOTT S, 1981 )
c = [ H + H2 8 (r2 r1)2 ] .................................................. 1.
H = l (r2 + r1)........................................................................... 2.
r1
r2
15
3
2
7
4
10
12
11
Untuk uji kinerja prototipe mesin khusus jagung akan digunakan bahan
uji berupa tongkol jagung dari varietas yang mempunyai perbedaan nyata
demensinya. Agar bahan uji berupa tongkol jagung mempunyai kadar air
sama, maka akan ditanam sejumlah varietas jagung hasil uji statistik.
16
tersebut akan dirancang ulang apabila dalam uji mekanisme dan fungsional,
keseragaman
manual.
17
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
2
.
.
.
.
.
5
.
.
.
.
.
.
. 3
.
4
.
.
.
Gambar 3. Sket Prototipe Alat Pemisah Benih (Spiral Seperator)
.
.
Keterangan :
1. pemasukan benih jagung
2. biji ringan
3. biji sedang
4. biji berat
5. prototipe alat pemisah benih (spiral separator)
18
Uji kinerja prototipe alat pemisah biji jagung untuk benih , yaitu
peubah adalah beberapa laju pengumpanan jagung pipilan (feeding rate) : 1
kg/ menit ; 1,5 g /menit ; dan 2,0 kg/menit pada kadar air biji simpan ( 9 % 11 %). Masing masing diulang 3 kali. Pengamatan/ pengukuran, yang akan
dilakukan terhadaprata rata bobot biji ringan, sedang dan berat. Kemudian
akan dibandingkan dengan cara manual dan apabila rata rata biji minimal
90 % sama dengan cara manual maka alat tersebut cukup baik.
Uji selanjutnya akan mengetahui pengaruh 2 bobot biji berat dan
sedang terhadap viabilitas benih pada periode simpan 0 bulan, 6 bulan dan
12 bulan.
19
Mulai
Gambar sket
tidak
Perbaikan/modifikasi
Uji fungsional
tidak
Evaluasi
ya
Uji kinerja
Laporan
Selesai
Gambar 4. Diagram alir perbaikan mesin pemipil khusus jagung dan alat pemisah
bobot benih jagung , 2006
20
9.1.2 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Alat Pemisah Biji Jgung
Skala Penangkar Benih
Bahan konstruksi
Besi plat, besi pipa, besi strip, besi beton, elektroda, baut dan mur, cat , amplas,
kuas, paku keling.
Bahan uji
Benih jagung
Bahan pendukung
Kantong plastik 100 kg, kantong plastik 5 kg dan tebal 0,09 mm, media tumbuh,
tempat tumbuh benih.
21
persentase butir pecah serta 3 kadar kotoran pada 3 laju pengumpanan, 3 putaran
selinder perontok dan 3 kisaran kadar air biji. pada tahapan uji kinerja di
Instalasi Rekayasa dan Pascapanen, Balitsereal.
9.2.2 Tiga unit prototipe alat pemisah biji jagung untuk benih, yang masing masing
sudut spiral adalah 20 derajat, 30 derajat dan 40 derajat pada kisaran kapasitas
60 kg benih/jam 120 kg benih/jam dan masing-masing mempunyai 3 ukuran
bobot benih ringan,
informasi pengaruh
benih
terhadap
22
9.3. Personalia
No.
A
RPTP/Kegiatan
Penanggung jawab,
Anggota Peneliti & Gelar
NIP
Bidang Keahlian
Jenjang
Fungsional
Alokasi
Waktu
(%)
080071806
Mekanisasi Pertanian
Peneliti Muda
80
080076711
Mekanisasi Pertanian
Peneliti Muda
30
080071806
Mekanisasi Pertanian
Peneliti Madya
20
080132752
15
080099402
BudidayaTanaman
20
Ekonomi Pertanian
15
080096658
Budidaya/Teknologi Benih
Ajun Peneliti
Madya
-
080106643
Tehnik Mesin
30
080110402
Tehnik Mesin
Teknisi
Litkayasa
-
30
A1.1
A1.2
KALIMANTAN SELATAN
Judul Kegiatan :
Rekayasa Model Mekanisasi untuk
Perbaikan Mesin Pemipil Khusus
Jagung
Judul Kegiatan :
Rekayasa Model Mekanisasi untuk
Perbaikan Alat Pemisah Bobot Biji
Jagung Skala Penangkar Benih
080133214
TeknikMesin/informatika
10
Tehnik Mesin
20
Umum
20
080128238
Umum
20
Pertanian
20
080021228
Mekanisasi Pertanian
Peneliti Madya
30
080071806
Mekanisasi Pertanian
Peneliti Muda
20
Ahli Peneliti
Utama
-
15
080124495
Tek. Benih/Fisiologi
Tanaman
Tek.Hasil Pertanian
Tek.Hasil Pertanian
20
080099402
Ekonomi Pertanian
15
080096658
BudidayaTanaman/Tekn.
Benih
Tehnik Mesin
Ajun Peneliti
Madya
-
30
080106643
Tehnik Mesin
Teknisi
Litkayasa
-
20
20
10
23
M. Apriel,
AMD
Burhanuddin,
STM
Zainuddin,
SMA
M. Nasir,
SD
Asiah Siam,
SMA
080110402
Teknik Mesin/Informatika
20
080133214
Tehnik Mesin
20
Umum
20
Umum
20
Umum
20
Kegiatan
Persiapan
10
11 12
9.4.1 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Alat Pemisah Bobot Biji Jagung
Skala Penangkar Benih
No.
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1.
Persiapan
2.
Pengolahan tanah, penanaman,
pemupukan, penyiangan,
panen.
3.
Identifikasi dimensi biji jagung
4.
Sket gambar dan perhitungan
24
6.
7.
8.
9.
10. Biaya
Uraian
2005
2006
2007
28.600.000
65.398.000
74.602.000
6.400.000
170.000.000
1. Gaji upah
2. Bahan
3. Perjalanan
4. Peralatan dan mesin
5. Lain-lain
JUMLAH
2008
2009
Jumlah
28.600.000
65.398.000
74.602.000
6.400.000
170.000.000
1.
2.
3.
4.
5.
Peneliti utama
Peneliti
Teknisi
Borongan
Operasional penelitian
Jumlah
(orang)
Alokasi
Waktu
(OB)
Honorarium/
Bulan (Rp)
Jumlah
(Rp)
1
8
11
10
-
8
64
55
40
-
150.000,100.000,75.000,-
1.200.000,6.400.000,4.125.000,13.275.000,-
Jumlah
28.600.000,-
25
(2). Bahan
No
1
2
3
4
Uraian Bahan
Bahan ATK
Bahan rekayasa prototipe pemipil jagung
Bahan rekayasa alat pemisah bobot benih
jagung
Bahan uji
Jumlah
Volume/
satuan
2 paket
1 paket
1 paket
2 paket
4 paket
Harga Satuan
Jumlah
(Rp)
2.000.000,4.000.000,15.00.000,25.000.000,21.500.000,21.500.000,7.449.000,-
14.898.000,65.398.000,-
(3). Perjalanan
Ke Kalsel :
1. Peneliti gol. IV :3 OJ x 5 hari (@ Rp4.022.000),-
= Rp
12.066.000,-
= Rp
11.466.000,-
= Rp
11.466.000,-
= Rp
2.100.000,-
Rp.
37.098.000,-
= Rp
3.904.000,-
= Rp
6.600.000,-
= Rp
2.200.000,-
= Rp
2.000.000,-
Di Sulsel :
= Rp 11.700.000,-
26
(5). Lain-Lain
1. Sewa kendaraan
Jumlah
(satuan)
2 paket
Harga satuan
(Rp)
1.250.000,-
2 paket
2 paket
2 paket
325.000,500.000,1.075.000,-
Nama/Spesifikasi Barang
Jumlah
Jumlah
2.500.000,750.000,1.000.000,2.150.000,6.400.000,-
27
DAFTAR PUSTAKA
Balitsereal, 2004. Renstra Balitsereal 2005-2009. 31 halaman (tidak dipiblikasikan)
BPS dan Ditjen Produksi Tanaman Pangan, 2003. www.deptan.go.id
Dharmaputra, O.S., Sunyata, dan W. Wakman. 1998. Penanganan Pascapanen, serangan
serangga, dan cendawan, serta kontaminasi aflatoksin pada jagung. Prosiding dan
Lokakarya Nasional Jagung. Badan Litbang Pertanian P. 594-604
Firmansyah I.U, S. Saenong, B. Abidin, Suarni, Y. Sinuseng, J. Tandiabang, W. Wakman, A.
Nadjamuddin, A.H. Talanca, F. Koes, Suwardi, O. Komalasari. 2005. Proses
Pascapanen untuk Menunjang Perbaikan Kualitas Produk Biji Jagung Berskala
Industri dan Ekspor. Badan Litbang Pertanian. Puslitbangtan, Balitsereal. Laporan
Tengah Akhir.
Kasryno, F. 2002. Perkembangan Produksi dan Komsumsi jagung dunia selama empat
dekade yang lalu dan implikasinya bagi Indonesia. Makalah disampaikan pada
Diskusi Nasional Agribisnis jagung di Bogor, 24 Juni 2002. Badan Litbang
Pertanian
Mink, S, D., P. A. Dorosh, and D. H. Pery. 1987. Corn production systems. In: Timmer
(eds). The Corn Economy of Indonesia. P. 62-87.
Rahmawati, Y Sinuseng dan S. Saenong. Pengaruh Ukuran Biji pada Berbagai Tingkat
Kadar Air Terhadap Viabilitas Benih. Makalah disampaikan pada Seminar Evaluasi
Hasil RPTP Balitsereal tanggal 11 14 Juli 2005 di Maros. (belum dipublikasikan)
Ramlah. A, dan S. Saenong. Evaluasi Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Jagung (Zea mays
L.) CV. Lamuru dari Ukuran Biji dan Umur Simpan yang Berbeda. Makalah
disampaikan pada Seminar Evaluasi Hasil RPTP Balitsereal tanggal 11 14 Juli
2005 di Maros. (belum dipublikasikan)
Saenong. S, Margaretha S., Bahtiar, Y. Sinuseng, M. Sudjak S., Rahmawati, F. Koes, O.
Komalasari, Suwardi. 2006. Pembentukan dan Pemantapan Produksi Benih
Berkualitas Mendukung Industri Benih Berbasis Komunal. Rencana Penelitian.
Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Spott, M.F. 1981. Design of machine elements. Prentice Hall of India Private Limited.
New Delhi 110001 Fifth Edition
28
Tastra, I. K., E. Ginting dan Gatot, S.A.F. 1997. Strategi penerapan teknologi pascapanen
primer jagung untuk mendukung pengembangan agribisnis jagung di Indonesia.
Makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Balitjas, 1112 September 1997.
(www.warintek.progressio.or.id 2006 jagung (zea mays l.). Klasifikasi dan standar mutu.
29