Anda di halaman 1dari 29

LEMBAR PENGESAHAN

1.

Judul RPTP

: Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Pascapanen


Jagung Mendukung PTT di Sulawesi Selatan dan
Kalimantan Selatan

2.

Judul Kegiatan

3.
4.

Nama Unit Kerja


Diusulkan Melalui DIPA

5.
6.

Sifat Usulan Penelitian


Jenis Kegiatan Penelitian

7.

Nama Penanggung jawab

: Ir. Imam Uddin Firmansyah

8.
9.

Lokasi
Jangka waktu penelitian

: Kalsel, Sulsel, Bogor (Jabar), Tangerang


: 1 (satu) tahun

1. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Modifikasi Mesin


Pemipil Jagung
2. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Modifikasi Alat
Pemisah Bobot Biji Jagung Skala Penangkar Benih

: Balai Penelitian Tanaman Serealia (BALITSEREAL)


: Balai Penelitian Tanaman Serealia/
On Top Mekanisasi Pertanian
: Baru
: Instalasi Rekayasa dan Laboratorium Uji, Lapangan
(sawah tadah hujan dan lahan kering)

10. Tahun dimulai kegiatan

: 2007

11. Total biaya

: Rp 174.140.000,-

Penanggung Jawab Program Perbaikan Sistem


Perbenihan, Budidaya dan Pascapanen Serealia
Unggul yang Stabil dan Berkelanjutan

Penanggung Jawab RPTP

Dr. Sania Saenong


NIP. 080 021 188

Ir. Imam Uddin Firmansyah


NIP. 080 071 806

Mengetahui,
Kepala Puslitbang Tanaman Pangan

Kepala Balai Penelitian


Tanaman Serealia

Prof. Dr. Ir. Suyamto


NIP. 080 037 650

Dr. Mappaganggang S. Pabbage


NIP. 080 056 926

RINGKASAN USULAN PENELITIAN


1. Judul RPTP
2. Judul Kegiatan

3.
4.
5.
6
7.

Nama unit kerja


Alamat
Sifat usulan kegiatan
Nama penanggung jawab
Justifikasi

8. Tujuan
a. Jangka pendek

b. Jangka panjang

9 Luaran yang diharapkan

: Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Pascapanen


Jagung Mendukung PTT di Sulawesi Selatan dan
Kalimantan Selatan
: 1. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Modifikasi
Mesin Pemipil Jagung
2. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Modifikasi Alat
Pemisah Bobot Biji Jagung Skala Penangkar Benih
: Balai Penelitian Tanaman Serealia
: Jl Dr. Ratulangi no. 273, Maros 90514, Sulawesi Selatan
: Baru, tahun 2007
: Ir. Imam Uddin Firmansyah
: a. Varietas unggul nasional dan swasta mempunyai
karakteristik tongkol jagung yang berbeda, yaitu
bentuk, demensi tongkol, kekerasan biji maupun struktur
tongkol (janggel). Sejumlah mesin pemipil (corn sheller)
yang ada di pasaran untuk memipil jagung, kadar
kotoran hasil pipilannya tinggi, yaitu 40% 50 % Hal
ini akan mempengaruhi proses penanganan pascapanen
dan harga jual jagung pipilan kering.Berdasarkan hal
tersebut diatas, perlu penyesuaian rancangan mesin
pemipil yang ada agar sesuai dengan sejumlah varietas.
b. Jagung unggul nasional bersari bebas mempunyai
karakter biji (demensi dan bobot) yang lebih beragam
dibandingkan hibrida. Agar dalam proses seleksi benih,
bobot biji lebih seragam dan viabilitas lebih dari 80 %,
maka diperlukan alat pemisah bobot biji untuk benih
Rekayasa alat pemisah benih ini diharapkan dapat
membantu penangkar benih dalam melakukan seleksi
keragaman biji tersebut.
:
: 1.Untuk modifikasi mesin pemipil jagung agar bersih
dengan kadar kotoran maksimum 2 % dan persentase
butir pecah maksimum 2 % serta kapasitas 3 ton
tongkol jagung/jam .
2.Untuk modifikasi alat pemisah bjii agar bobot biji untuk
benih seragam dan viabilitasnya >80 %
: 1.Untuk memperbaiki mutu biji jagung produk petani/
pedagang agar memenuhi SNI mendukung PTT di
Provinsi Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan
2.Untuk memperbaiki mutu benih jagung produk penangkar
benih berbasis komunitas
: 1. Prototipe mesin pemipil khusus jagung dengan
kapasitas 3 ton tongkol jagung /jam , kadar kotoran 2
% dan persentase butir pecah 2 % persentase butir
pecah 2 % pada sejumlah laju pengumpanan , putaran
selinder perontok dan kadar air biji .

10. Lokasi kegiatan


11. Jangka waktu
12. Sumber dana

2. Prototipe alat pemisah bobot biji jagung untuk benih


dengan minimal 2 klas bobot biji terpisah dan kapasitas
maksimum 120 kg/jam
: Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Bogor, Tangerang
: Satu (1) Tahun (2007)
: APBN/(On Top Mekanisasi Pertanian/Puslit/Balit)

SUMMARY

1. Title

2. Implementation Unit
3. Location
4. Objectives
a. Short term

b. End of the project

5. Description of the project

6. Expected output of the year

7. Duration
8. Budget proposed

: Designing of Agricultural Engineering Model for


Improving Post-harvest proccessed to Support
Integrated Resources and Crop Management (ICM)Maize Component in South Sulawesi and South
Kalimantan
: Indonesian Cereal Research Institute
: South Sulawesi, South Kalimantan, Bogor, Banten
1.To modify performance of corn sheller in order to
:
reduce the matters maxsimum 2 % and
percentage of broken grain 2 % with the capacity
3 tones ear/hour
2. To modify the spiral separator of grain for corn
seed in order to produce uniform weight of seed
with the quality seed (viability > 80 %)
1 To increase quality of maize grain produced by
farmers the required to Indonesian National
Standard that of South Sulawesi and South
Kalimantan Provinces
: 2. To increase quality of seed produced by seed
growers base on community base seed production
: The modification of corn sheller and spiral separator
for seed maize in ICERI, South Sulawesi. The first
activity will be identify is the dimension of ear corn
and weight of grain of several varieties at farmers
field, in South Sulawesi and South Kalimantan
Provinces and or others provinces.Base on
dimension of ear corn and weight of grain to use the
disiger of parameter. The second activities will be
developing and tested prototype of corn sheller and
spiral separator in Laboratoriumof ICRI. The third
activites were seed quality will be tested seed maize
in green house ICRI.
: 1.1 unit of prototype corn sheler for several varieties
with specification : capacity 3 ton ear corn/hour,
engine 12 Hp, 3-4 operators, with content of
others waste maxsimum 2 %, percentage of
broken grain maxsimum 2 %. The prototype that
can be introduced to owner workshop and farmer
in South Sulawesi and South Kalimantan Province
2.1 unit of prototype spiral separator for maize
seed with specification : capacity maxsimum
120 kg
seed / hour, two classes weight of seed ,
1 2 operators. The prototype that can be
introduced to
owner workshop and seed grower.
: One year ( 2007)
: Rp 175.000.000,-

ABSTRAK
Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Pascapanen Jagung Mendukung
PTT di sentra produksi jagung terdiri atas 2 kegiatan dengan judul masing masing
adalah : 1 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Modifikas iMesin Pemipil Jagung ; 2.
Rekayasa Model Mekanisasi untuk Modifikasi Alat Pemisah Bobot Biji Jagung Skala
Penangkar Benih. Masing masing kegiatan terdapat aktivitas 1. perekayasaan,
perancangan, pembuatan dan uji mekanisme, fungsional dan kinerja ; 2. penelitian untuk
mengetahui demensi tongkol jagung dan bobot biji untuk benih sejumlah varietas jagung
yang telah, sedang berkembang di petani, yang sesuai dengan mesin pemipil yang ada.
Peningkatan teknologi produksi jagung melalui Pengelolaan Sumberdaya
Tanaman Terpadu (PTT) jagung telah diketahui paketnya di lahan kering, Kalimantan
Selatan pada tahun 2003 dan 2004 dan sedang berlangsung di lahan sawah tadah hujan dan
irigasi terbatas, Sulawesi Selatan.pada tahun 2005 dan tahun 2006.
Peningkatan teknologi budidaya perlu diiringi oleh teknologi pascapanennya agar
hasil yang tinggi tidak susut mutu dan kehilangan karena tercecer. Umumnya petani jagung
di lahan kering memipil jagung hasil panennya dengan cara menyewa mesin pemipil
khusus jagung milik pedagang perantara atau pengusaha jasa pemipilan jagung di
Kalimantan Selatan Hasil survei menunjukkan bahwa 4,3 % petani di Kalimantan Selatan.
menghasilkan produk biji jagung dengan rata-rata kadar kotoran adalah 3,3 % pada
kisaran kadar air biji 25,1 % - 31,5 % dan mutunya tidak sesuai SNI, sehingga masih perlu
ditingkatkan sistem pembersihan biji jagung. Sedangkan petani di lokasi PTT jagung di
Sulawesi Selatan umumnya belum tersendiri pengusaha jasa pemipilan jagung.
Hasil penelitian di lain tempat menunjukkan bahwa mesin perontok khusus
jagung kinerjanya lebih baik dibandingkan dengan mesin perontok untuk padi yang
digunakan merontok kedelai dan jagung . Oleh karena itu diperlukan mesin pemipil khusus
jagung dengan kapasitas 3 ton tongkol jagung/ jam dengan kadar kotoran maksimum 2 %
dan persentase biji pecah maksimum 2 % dari hasil jagung pipilanya.
Perkembangan penggunaan benih varietas hibrida dan bersari bebas yang bermutu
cukup pesat seiring dengan permintaan jagung pipilan. Namun demikian penggunaan benih
hibrida oleh petani tidak selalu F1 nya, karena petani tidak mau ambil resiko kekeringan ,
sehingga petani tanam jagung F2 varietas hibrida yang murah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa varietas bersari bebas produksinya lebih tinggi dibandingkan F2
hibrida dan harganya lebih terjangkau petani. Namun demikian benih bermutu bersari
bebas tidak tersedia di lokasi petani, sehingga pemberdayaan penangkar benih dengan
teknologi produksi benih sedang dikembangkan. Selain itu penangkar benih diharapkan
mampu memproduksi benih juga perlu dukungan sarana peralatan untuk mempertahankan
mutu benihnya antara lain spiral seperator untuk benih jagung. Alat ini belum ada
dipasaran dan hanya ada terbatas skala laboratorium saja. Oleh karena itu diperlukan alat
pemisah biji untuk benih jagung dengan kapasitas maksimum 120 kg benih dan mampu
memisahkan biji berat dan sedang dengan masing masing keseragam benih > 90 % dan
viabilitasnya > 80 %.

PENDAHULUAN

7.1. Latar Belakang


Di Indonesia jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Hasil studi 18
tahun yang lalu (Mink et al., 1987) menunjukkan bahwa sekitar 79% areal pertanaman
jagung terdapat dilahan kering, sisanya terdapat di sawah irigasi 11% dan sawah tadah
hujan 10%. Dewasa ini data lingkungan budidaya jagung tersebut telah mengalami
pergeseran dan diestimasi bahwa areal pertanaman jagung pada lahan sawah irigasi dan
sawah tadah hujan meningkat berturut-turut menjadi 10-15% dan 20-30%, terutama pada
areal produksi jagung komersial (Kasryno, 2002). Luas tanaman jagung pada beragam
lahan dan iklim di Indonesia pada tahun 2001 dan 2005 adalah 3.285.321 ha dan 3.504 .234
ha dengan laju pertumbuhan 4,39 % dan produksi 9.347.192 ton dan 12.013.707 ton
dengan laju pertumbuhan produksi 7,02 % serta produktivitas 28,45 ku/ ha dan 34,28
ku/ha dengan laju pertumbuhan 2,51 % (BPS dan Direktorat Jendral Bina Produksi
Tanaman Pangan, 2005). Kehadiran varietas introduksi baik bersari bebas ataupun hibrida
telah berkontribusi secara nyata terhadap produktivitas ataupun produksi. Namun demikian,
distribusi dari varietas-varietas introduksi berjalan lambat, terbukti bahwa pada periode
1986 1987 pangsa varietas introduksi terhadap penyebaran benih, mencapai 26,66 %
( Subandi et. al., 1988 dalam Saenong, 2006), pada tahun 1997 meningkat menjadi 44 %
(CIMMYT, 1994 dalam Saenong, 2006) dan pada tahun 2002 , jumlah varietas unggul
yang digunakan petani baru mencapai 75 % , yang terdiri atas 48 % bersari bebas dan 27 %
hibrida serta sisanya varietas local (Nugraha dan Subandi, 2002 dalam Saenong, 2006).
Menurut Kasryno (2002),. relative lambannya peningkatan areal pertanaman jagung di
Indonesia, antara lain disebabkan oleh sistem perbenihannya berjalan lambat dibandingkan
sistem perbenihan pada komoditas padi. Walaupun dilaporkan bahwa penggunaan varietas
jagung introduksi cukup tinggi tetapi sebagian petani masih meregenerasi benih bertahun
tahun dari jagung bersari bebas yang digunakan tanpa pemurnian benih, manajemen
produksi serta pascapanen yang tepat, sehingga dikhawatirkan terjadi degenerasi mutu
genetisnya terutama jika ditanam berdampingan dengan varietas lokal

yang tingkat

produksinya rendah. Sebagian petani ada yang menanam jagung hibrida sampai generasi ke
dua (F2) karena sulit memperoleh benih secara tepat waktu, selain harganya yang masih
dianggap mahal, terutama jagung hibrida yang pada tahun 2005 mencapai Rp 32.000/kg
(Saenong, 2006).
Petani umumnya tanam jagung pada awal musim hujan dan panen pada saat curah
hujan masih tinggi, sehingga produk biji petani berpeluang terinfeksi jamur antara lain
Aspergillus flavus dan mengeluarkan racun aflatoksin. Jamur tersebut optimum
pertumbuhannya pada suhu 26 C 32 C pada kadar air biji diatas 17,55 % dan
kelembaban nisbi 83 % - 85 % ( Truckess et.al., 1987 ; Darmaputra et.al.,1998) Dalam
rangka untuk mempercepat proses pengeringan, petani melakukan pengeringan di lahannya
selama 14 hari setelah umur panen di lahan kering, Provinsi Gorontalo dan Propinsi
Kalimantan Selatan. Pemipilan jagung segera dilakukan pada saat kadar air biji masih
diatas 17 % dan analisa sample biji yang dilakukan pada tahun 2005 menunjukkan 17,29 %
petani produk biji jagung pipilannya pecah lebih 3 % (Butir pecah maksimum 3 % menurut
SNI 2006 ) di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo (Firmansyah et. al., 2005). Begitu
pula 6 % petani produk biji jagung pipilannya pecah lebih 3 % dan kadar kotoran lebih dari
2 % ( Butir pecah maksimum 3 % dan kadar kotoran maksimum 2 % menurut SNI,2006) di
Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Selain itu hasil wawancara dengan
petani di Desa Bumi Asih , Kecamatan Panyipatan, dan petani di Desa Sumber Mulya,
Kecamatan Pleihari,

Kabupaten Tanah Laut , yang mengembangkan benih varietas

Sukmaraga (varietas bersaribebas, khusus lahan masam) bahwa kadar kotoran produk biji
jagung Sukmaraga mencapai 40 % - 50 %, sehingga petani harus membersihkan lagi
dengan ayakan. Dengan demikian ada tambahan curahan tenaga dan waktu kerja
pembersihan biji jagung selain biaya pemipilan sejumlah Rp 30 /kg

Rp 40 /kg.

Sedangkan varietas Sukmaraga telah tersebar antara lain Kabupaten Tanah Laut di Kalsel,
Kuala Kapuas di Kalteng, Natar di Lampung, Kabupaten Pacitan di Jatim.(informasi UKT
Balitsereal 2005-2006). Hal ini menunjukkan sejumlah mesin pemipil yang ada di ke dua
provinsi tersebut masih diperlukan perbaikan khususnya dengan adanya beberapa varietas
hibrida dan bersari bebas baru dengan kemungkinan demensi tongkol jagungnya sangat
berbeda dengan varietas yang sudah berkembang.

7.2. Tujuan
7.2.1. Untuk modifikasi mesin pemipil jagung agar bersih dengan kadar kotoran
maksimum 2 % dan persentase butir pecah maksimum 2 % dari hasil
pipilannya serta kapasitas 3 ton tongkol jagung / jam
7.2.2. Untuk modifikasi alat pemisah biji jagung agar bobot biji untuk benih
seragam dan viabilitasnya > 80 %

7.3. Luaran
7.3.1 Prototipe mesin pemipil khusus jagung dengan kapasitas 3 ton tongkol
jagung /jam dan persentase butir rusak maksimum 8 %, pecah 2 % serta
kotoran 2 % pada tingkatan laju pengumpanan , putaran selinder perontok
dan kadar air biji .
7.3.2 Prototipe alat pemisah bobot biji jagung untuk benih dengan minimal 2
kriteria bobot biji terpisah dan kapasitas 60 kg benih/jam 120
kg benih /jam
7.4. Lingkup dan rencana kegiatan
7.4.1. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Mesin Pemipil Khusus Jagung
Kegiatan perekayasaan prototipe mesin pemipil khusus jagung ini
meliputi kegiatan

pendahuluan , yaitu identifikasi dimensitongkol jagung

sejumlah varietas yang telah dan sedang berkembang dan mewakili demensi
tongkol jagumg di lokasi PTT jagung di Kalsel, Sulsel dan lokasi petani lain
propinsi.
Bahan uji berupa tongkol jagung akan diadakan dari sejumlah lokasi
dan apabila tidak ada akan di tanam di Kebun Percobaan, Balitsereal,
Sulawesi Selatan. .Hasil pengukuran demensi

tongkol jagung sejumlah

varietas akan digunakan sebagai parameter rancangan untuk pembuatan


prototipe mesin pemipil khusus, jagung

dan kemudian dilakukan uji

mekanisme dan uji fungsional untuk mengetahui mekanisme

komponen

sudah bekerja sesuai tujuan dan berfungsi memipil biji dari empulurnya (
janggel ) dan memisahkan kotoran. Apabila pengujian fungsional
dinyatakan lulus, uji kinerja dilanjutkan untuk mengetahui mutu biji jagung
dari sejumlah varietas yang mewakili kriteria demensi tongkol jagung.
Pengujian akan dilakukan di Instalasi Rekayasa dan Pascapanen, Balitsereal,
Maros, Sulawesi Selatan.
7.4.2. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Alat Pemisah Bobot Biji
Jagung Skala Penangkar Benih
Alat

pemisah

biji

untuk

benih

berdasarkan

bobot

yang

dimaksudkanadalah spiral seperator. Kegiatan perekayasaan ini meliputi


kegiatan penelitian pendahuluan, yaitu identifikasi karakter demensi biji
( tinggi, lebar, bobot) dari sejumlah varietas yang telah dan sedang
dikembangkan oleh Balitsereal di Sulsel dan Kalsel serta ke sejumlah lokasi
petani di luar kedua propinsi tersebut Apabila pada sejumlah lokasi tersebut
tidak ada varietas varietas yang dikehendaki maka akan di tanam jagung di
Instalasi Kebun Percobaan lingkup Balitsereal, di Sulsel.
Karakter demensi dan bobot biji akan digunakan sebagai parameter
rancangan alat pemisah biji berdasarkan bobot.biji. Kemudiaan akan dibuat
prototipe alat pemisah bobot biji jagung untuk benih dan dilakukan uji
mekanisme, fungsional, kinerja di Instalasi Rekayasa dan Pascapanen di
Balitsereal, Maros, Sulawesi Selatan. Pengujian benih di Laboratorium
Perbenihan dan di Rumah Kaca, Kelti Fishas, serta Laboratorium Tanah dan
Kimia, Balitsereal, Maros, Sulawesi Selatan.

8. TINJAUAN PUSTAKA
Umumnya petani panen jagung di lahan kering pada saat curah hujan masih tinggi,
terutama pada wilayah beriklim tipe A, B, C, yaitu bulan basah lebih 4 bulan atau di daerah
pengembangan jagung pada musim kering II dan panen jagung bertepatan awal musim
hujan. Hal demikian dialami oleh petani di lahan kering di Kabupaten Pleihari, Kalsel,
menghadapi permasalahan panen jagung, yaitu pemipilan pada saat kadar air biji jagung
masih tinggi ( 25 % - > 35 %) berpeluang butir pecah bertambah banyak dan kadar
kotoran tinggi (> 2 %). Selain itu produk biji jagung petani berpeluang tumbuhnya
cendawan antra lain Aspergillus flavus, yang mengeluarkan racun aflatoksin pada saat
tertunda akibat antrian pengeringan jagung dengan mesin pengering pada puncak musim
panen.. Di lain tempat, petani jagung di lahan kering, Provinsi Gorontalo, menghadapi
permasalahan pengeringan pada saat hujan dan mereka mengeringkan jagung di ladangnya
dengan waktu berkisar 14 - 30 hari setelah masak fisiologis dan kadar biji jagung pipilan
umumnya masih diatas 17 %, sehingga petani mendapat potongan harga jagung pipilannya.
Dalam rangka kegiatan penelitian untuk mengetahui kinerja

mesin pipil jagung

buatan lokal milik petani pada beberapa kadar air biji di Kabupaten Gorontalo, Provinsi
Gorontalo, maka dilakukan pemipilan jagung varietas Lamuru pada beberapa tingkatan
kadar air biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agar biji pecah maksimum dan kadar
kotoran maksimum yang diijinkan menurut SNI 1991, masing masing adalah (adalah 2
% dan 2 % http//warintek.progresio.or.id/pertanian/jagung htm, 2006), maka mesin pemipil
tersebut harus dioperasikan pada kadar air biji jagung berkisar 15 % - 20 %. Kapasitas
yang terukur pada kadar air biji 15 % - 20 % adalah 997,7 kg/jam.
Hasil survey pada bulan April tahun 2005 ke sejumlah petani jagung yang panen
musim hujan 2004 /2005 di Provinsi Gorontalo dan dianalis produk biji hasil
menunjukkan bahwa 14, 29 %,

petani di Kabupaten Boalemo dan 14 % petani di

Kabupaten Pohuwato yang menghasilkan jagung pipilan dengan butir pecah lebih dari 2 %.
Hal ini menunjukkan bahwa masih ada penjual jasa pemipilan , yang mengoperasikan
mesin pipilnya pada kadar air biji jagung lebih 20 % dan hal ini juga menjadi masalah
petani untuk mengeringkan jagungnya. Namun demikian sistem pembersih pada mesin
pipil milik pengusaha jasa cukup baik, karena hasil survey menunjukkan umumnya produk
10

biji petani kadar kotoronnya < 1 % dan termasuk mutu I SNI

di Provinsi

Gorontalo(Firmansyah et al, 2005).


Hasil survey di lain tempat produk biji jagung petani varietas BISI 2 dan beberapa
varietas lain di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa,
4,3 % petani menghasilkan produk biji jagung dengan rata-rata kadar kotoran adalah 3,3 %
pada kisaran kadar air biji 25,1 % - 31,5 % dan mutunya tidak sesuai SNI, sehingga masih
perlu ditingkatkan sistem pembersihan biji. Selain itu hasil wawancara dengan petani di
Desa Bumi Asih , Kecamatan Panyipatan, dan petani di Desa Sumber Mulya, Kecamatan
Pleihari,

Kabupaten Tanah Laut , yang mengembangkan benih varietas Sukmaraga

(varietas bersaribebas, khusus lahan masam) bahwa kadar kotoran produk biji jagung
Sukmaraga mencapai 40 % - 50 %, sehingga petani harus membersihkan lagi dengan
ayakan. Dengan demikian ada tambahan curahan tenaga dan waktu kerja pembersihan biji
jagung selain biaya pemipilan sejumlah Rp 30 /kg

Rp 40 /kg. Sedangkan varietas

Sukmaraga telah tersebar antara lain Kabupaten Tanah Laut di Kalsel, Kuala Kapuas di
Kalteng, Natar di Lampung, Kabupaten Pacitan di Jatim.(informasi UKT Balitsereal 20052006).
Dengan demikian sejumlah mesin pemipil yang ada, kinerjanya kurang baik untuk
memipil varietas Sukmaraga dan sejumlah varietas yang telah berkembang di Kabupaten
Tanah Laut, Kalsel. Varietas Sukmaraga jagung ditanam di Sulsel mempunyai demensi
tongkol antara lain diameter dan panjang , yaitu adalah berkisar 3,5 cm 5,08 cm dan
panjang tongkol 19,5 cm 30,1 cm dan ini lebih besar dibandingkan BISI 2 dan varietas
lainnya yang berkembang di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Selain
itu diduga struktur empulur tongkol (janggel) varietas Sukmaraga tidak sekuat varietas
yang ada dan cara pengoperasian pemipil yang ada terutama laju pengumpanan terlampau
deras , serta kadar air biji belum sesuai dengan yang aman untuk dipipil dan putaran
selinder perontok terlampau cepat.
Menurut Tastra (1997) menunjukkan bahwa mesin pipil jagung SENAPIL
mempunyai kapasitas kerja efektif dengan enjin penggerak 7 HP apabila dipergunakan
untuk memipil tongkol jagung dengan diameter > 5 cm adalah 1,1 ton/jam.Untuk diameter
tongkol < 5,0 cm dan > 2,5 cm, masing masing adalah 1,3 ton/jam dan 0,8 ton/jam/2

11

orang dan butir rusak 3 6 %. Hasil pengujian tersebut tidak ada informasi kotoran yang
tercampur dan biji pecah. Sedangkan informasi diperlukan, karena biji pecah dapat
menyebabkan kadar aflatoksin meningkat dan hasil penelitian Echandi (1986) menyatakan
bahwa jagung dipecahkan sampai 100 %, kandungan aflatoksin mencapai 42 ppb pada
jagung hibrida kuning dan 26 ppb pada jagung bersari bebas yang disimpan selama 4 hari
pada suhu 30 C. Pada proses pemipilan jagung dengan mesin umumnya dapat diketahui
kriteria butir rusak serta kotoran, agar mutu hasil pipilannya dapat memenuhi SNI .
Berdasarkan klasifikasi dan standar mutu biji jagung , syarat khusus terdiri atas
kadar air maksimum ( mutu I = 14 %, mutu II = 14 % ; mutu III = 15 % mutu IV = 17 % ),
butir rusak maksimum ( mutu I = 2 % ; mutu II = 6 % ; mutu III = 6 % ; mutu IV = 8
% ) , butir warna lain maksimum ( mutu I = , butir pecah maksimum (mutu I = 1 % ; mutu
II = 2 % ; mutu III = 3 % ; mutu IV = 3 %).dan kotoran maksimum ( mutu I = 1 % ; mutu II
= 1 % ; mutu III = 2 % ; mutu IV = 2 % ( www.warintek.progessio.or.id.2006) Oleh
karena itu diperlukan perbaikan mesin pipil khusus jagung (corn sheller) yang ada agar
dapat memipil untuk semua jenis varietas dan kapasitas pemipilan maksimum 3 ton tongkol
jagung/jam dan hasil jagung pipilannya sesuai SNI.
Pemakaian benih jagung varietas hibrida oleh petani ada kecenderungan
menggunakan F2 pada musim kemarau di sejumlah daerah, karena resiko kekeringan dan
di kawatirkan kurang mendapatkan hasil. Selain itu juga penggunaan benih yang kurang
bermutu juga sering terjadi pada musim hujan di lahan kering, karena sarana produksi
(benih, pupuk, pestisida) dan biaya produksi naik dan harga jagung pipilan petani masih
kurang. Kondisi seperti ini, petani didorong dapat menggunakan benih jagung bersari bebas
bermutu dan dapat diproduksi oleh kelompok penangkar benih berbasis komunitas untuk
memenuhi kebutuhannya atau petani di wilayah lainnya. Harga benih jagung terjangkau
oleh petani dan produktivitasnya per satuan luas meningkat dan pendapatan petani dapat
ditingkatkan.
Dalam rangka pemberdayaaan penangkar benih telah dilakukan kegiatan
penelitian perbenihan untuk memperbaiki teknologi proses panen dan pascapanen,
penyimpanan di Sulsel, Gorontalo, NTB dan sedang berjalan di Kalsel dan NTT oleh
Balitsereal dan BPTP serta Dinas Pertanian setempat. Namun demikian masih diperlukan

12

sarana pendukung antara lain alat pemisah biji jagung untuk benih , yang saat ini teknologi
tersebut masih skala laboratorium dan kurang tersedia di pasaran.
Hasil penelitian Ramlah et. al., ( 2005 ) menujukkan bahwa benih varietas
Lamuru dengan ukuran diameter > 8 mm dengan bobot berkisar 283,87 g/ 1000 biji
298,83 g / 1000 biji mempunyai keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, bobot kering
kecambah dan panjang akar priimer lebih baik dibandingkan benih dengan diameter < 8
mm terutama setelah disimpan 12 bulan dan 18 bulan. Lebih lanjut menurut Ramlah et. al.,
(2005) beberapa peneliti menduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat
mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan benih ukuran kecil dan bobot
rendah. Begitu pula hasil penelitian Rahmawati et. al.,(2005) menyarankan bahwa benih
jagung dengan ukuran kecil ( 6 mm, tidak lolos saringan 6 mm ) tidak digunakan, karena
bobot kering kecambah hanya berkisar 0,13 0,19 g/kecambah lebih rendah dibandingkan
benih ukuran sedang ( 8 mm, tidak lolos saringan diameter 8 mm) dan benih ukuran
besar ( 10 mm, tidak lolos saringan 10 mm). Untuk menyeleksi biji untuk benih masih
dilakukan secara manual, sehingga dalam memenuhi permintaan benih dalam jumlah besar
perlu alat spiral seperator.
9. MATERI DAN METODOLOGI
Kegiatan perekayasaan ini terdiri atas 2 kegiatan , yang masing masing
berjudul : 1 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Mesin Pemipil Khusus Jagung
2 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Alat Pemisah Bobot Biji
Jagung Skala Penangkar Benih
1 Rekayasa dan Perbaikan Mesin Pemipil Khusus Jagung
Tahapan pendahuluan kegiatan perekayasaan perbaikan mesin khusus
pemipil

jagung, akan dilakukan kegiatan penelitian , yaitu identifikasi

demensi tongkol
jagung sejumlah varietas yang telah dan sedang berkembang di lokasi
PTT jagung Kalsel dan Sulsel atau lokasi petani lain propinsi . Varietas yang
akan diidentifikasi adalah :

13

(1) Lamuru
(2) Sukmaraga
(3) Srikandi Kuning 1
(4) Bisi 2
(5) C7
(6) Pioneer 21
(7) Semar 10
Pengambilan sampel tongkol jagung agar mewakili varietas tersebut diatas
diperlukan informasi sumber pembelian benih dan nama varietas kepada
petani atau petugas pertanian setempat.
Parameter yang akan diukur adalah rata rata (1) diameter ujung
tongkol jagung (cm) dan empulur (cm), (2) diameter tengah tongkol jagung
dan empulur (cm) 3) diameter pangkal tongkol dan empulur (cm), dan (4)
panjang tongkol (cm).
Rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan digunakan untuk
mengetahui pengaruh varietas terhadap demensi tongkol jagung dan empulur
hasil pengukuran. Apabila hasil analisa varian nyata ada pengaruh, maka
dilanjutkan dengan perbedaan demensi tongkol dan empulur yang nyata
antar varietas.
Hasil analisa perbedaan demensi tongkol jagung untuk penentuan
parameter rancangan khususnya jarak antara gigi (tooth)

pada selinder

(drum) dan penutup selinder pemipil ( concave) .


Sistem pembersihan kotoran akan digunakan penghisap udara
(exhaust) dengan kecepatan angin berkisar 10 m/dt sehingga diperlukan
kecepatan poros kipas berkisar 2000 RPM dan diharapkan serpihan empulur
tongkol (janggel) dan kulit tipis pangkal biji dapat keluar melalui
pengeluaran. Kecepatan efektif enjin penggerak diperkirakan 1800 RPM
sehingga perbandingan pulley poros kipas 3 inch dan enjin penggerak 4
inch. Putaran selinder perontok adalah 600 RPM dengan pulley berdiameter
12 inch.

14

Jarak pusat (c ) antara pulley penghisap udara dengan pulley enjin penggerak
dan antara pulley selinder pemipil jagung dan enjin penggerak, dihitung
dengan
persamaan (1) dan (2) (M. F.SPOTT S, 1981 )
c = [ H + H2 8 (r2 r1)2 ] .................................................. 1.
H = l (r2 + r1)........................................................................... 2.

r1

r2

Gambar 1. Lay out untuk menentukan jarak antar 2 unit pulley


dimana : c = jarak pusat antara 2 unit pulley
r1 = jari jari pulley 1
r2 = jari jari pulley 2
= sudut kontak dengan sabuk - v (half angle of contact for
belt)
l = panjang sabuk v

15

3
2

7
4

10

12

11

Gambar 2: Sket Prototipe Mesin Pemipil Khusus Jagung


Keterangan :
1.pemasukan (hopper)
2.penutup selinder pemipil (cover)
3. pengeluaran empulur (janggel)
4. pengeluaran biji
5. rumah kipas ( blower)
6. pengeluaran serpihan empulur dan kotoran
7. enjin penggerak (engine)
8. pulley selinder pemipil
9. pulley kipas
10.pulley sumber daya
11. roda transport
12. penarik

Untuk uji kinerja prototipe mesin khusus jagung akan digunakan bahan
uji berupa tongkol jagung dari varietas yang mempunyai perbedaan nyata
demensinya. Agar bahan uji berupa tongkol jagung mempunyai kadar air
sama, maka akan ditanam sejumlah varietas jagung hasil uji statistik.

16

Peubah uji kinerja adalah ; Kadar air biji jagung meliputi ( 15 % - 20


% ; 21 % - 2 6% ; dan 27 % - 31 % ) dan kecepatan putaran selinder ( 500
RPM : 600 RPM ; 700 RPM ). Operator prototipe mesin pemipil khusus
jagung pada saat uji kinerja sejumlah 3 4 orang dan laju pengumpanan pada
saat pengujian berkisar 40 kg tongkol jagung/ menit 55 kg tongkol jagung/
menit.
Pengukuran dan pengamatan hasil kinerja prototipe mesin khusus
jagung adalah ; 1. persentase biji pecah ( % ); 2. persentase biji belah ; 3
kadar kotoran (%) ; 3 pemakaian bahan bakar ( cc / menit ) ; kapasitas ( kg /
menit ).
2. Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Alat Pemisah Bobot Biji
Jagung Skala Penangkar
Tahapan pendahuluan kegiatan perekayasaan alat pemisah benih
berdasarkan bobot biji (spiral separator)

( Gambar 3) adalah akan

dilakukan dengan kegiatan penelitian pendahuluan dengan pengukuran


diameter biji sejumlah varietas dengan ayakan diameter lubang ayakan
terdiri atas 10 mm; 8 mm; dan 6 mm. Kegiatan ini akan mengetahui
diameter biji dan persentasenya sejumlah varietas bersari bebas produk
Balitsereal atau varietas bersari bebas yang telah dikembangkan oleh petani
dan mempunyai potensi besar dan pasar luas. Setelah itu kemudian akan
dilakukan penimbangan bobot biji masing-masing diameter sejumlah
varietas.
Sudut antara tempat meluncurnya biji dengan rata rata permukaan
tanah (rata- rata air ) adalah 20 derajat, 30 derajat dan 40 derajat .Lebar
spiral tempat meluncurnya biji

adalah 40 cm. Sudut dan lebar spiral

tersebut akan dirancang ulang apabila dalam uji mekanisme dan fungsional,
keseragaman

biji masing-masing diameter lebih kecil 90% dari cara

manual.

17

Pembuatan prototipe alat pemisah bobot biji jagung akan dibuat di


Instalasi Rekayasa dan Pascapanen Balitsereal. Kemudian setelah prototipe
tersebut jadi dilakukan uji mekanisme, dengan maksud untuk mengetahui
komponen prototipe yang sudah bekerja sebagaimana seharusnya antara lain
biji jagung yang di masukkan ke dalam tempat pemasukan (Gambar 3) dapat
meluncur ke wadah dan terbagi menjadi 3 kelas bobot biji. Setelah itu
dilakukan pengujian fungsional prototipe dengan maksud untuk mengetahui
pemisahanan benih jagung berdasarkan 3 kelas bobot biji minimal 90 %
sama dengan cara manual., yang terbagi menjadi 3 kelas bobot biji.
1

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
2
.
.
.

.
.
5
.
.
.
.
.
.

. 3

.
4
.
.
.
Gambar 3. Sket Prototipe Alat Pemisah Benih (Spiral Seperator)
.
.
Keterangan :
1. pemasukan benih jagung
2. biji ringan
3. biji sedang
4. biji berat
5. prototipe alat pemisah benih (spiral separator)

18

Uji kinerja prototipe alat pemisah biji jagung untuk benih , yaitu
peubah adalah beberapa laju pengumpanan jagung pipilan (feeding rate) : 1
kg/ menit ; 1,5 g /menit ; dan 2,0 kg/menit pada kadar air biji simpan ( 9 % 11 %). Masing masing diulang 3 kali. Pengamatan/ pengukuran, yang akan
dilakukan terhadaprata rata bobot biji ringan, sedang dan berat. Kemudian
akan dibandingkan dengan cara manual dan apabila rata rata biji minimal
90 % sama dengan cara manual maka alat tersebut cukup baik.
Uji selanjutnya akan mengetahui pengaruh 2 bobot biji berat dan
sedang terhadap viabilitas benih pada periode simpan 0 bulan, 6 bulan dan
12 bulan.

19

Mulai

Gambar sket

tidak

Evaluasi kriteria alsin


ya
Gambar kerja/sket

Perbaikan/modifikasi

Uji fungsional

tidak
Evaluasi
ya
Uji kinerja

Laporan

Selesai
Gambar 4. Diagram alir perbaikan mesin pemipil khusus jagung dan alat pemisah
bobot benih jagung , 2006

20

9.1. Bahan dan peralatan


9.1.1 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Mesin Pemipil Khusus Jagung
Bahan konstruksi
Besi profil U , plat besi, besi beton , pipa besi, besi as , plat besi saringan,
elektroda, baut dan mur, cat, amplas, pulley, bantalan putar (pillow block), kuas,
roda.
Bahan uji
Tongkol jagung.
Bahan pendukung.
Bahan bakar , olie, enjin penggerak 12 HP , bahan bakar solar, benih, pupuk,
pestisida, karung plastik , kantong plastik, gerinda tangan listrik, bor tangan
listerik, gunting plat, obeng, tang, kunci pas, kunci ring, tang rivet, gunting besi
beton

9.1.2 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Alat Pemisah Biji Jgung
Skala Penangkar Benih
Bahan konstruksi
Besi plat, besi pipa, besi strip, besi beton, elektroda, baut dan mur, cat , amplas,
kuas, paku keling.
Bahan uji
Benih jagung
Bahan pendukung
Kantong plastik 100 kg, kantong plastik 5 kg dan tebal 0,09 mm, media tumbuh,
tempat tumbuh benih.

21

9.2. Parameter indikator keberhasilan (kuantitatif)


9.2.1 Satu unit prototipe mesin pemipil khusus jagung dengan kisaran kapasitas 2,43,3 ton

tongkol jagung/jam, dan 3 persentase butir rusak maksimum, 3

persentase butir pecah serta 3 kadar kotoran pada 3 laju pengumpanan, 3 putaran
selinder perontok dan 3 kisaran kadar air biji. pada tahapan uji kinerja di
Instalasi Rekayasa dan Pascapanen, Balitsereal.
9.2.2 Tiga unit prototipe alat pemisah biji jagung untuk benih, yang masing masing
sudut spiral adalah 20 derajat, 30 derajat dan 40 derajat pada kisaran kapasitas
60 kg benih/jam 120 kg benih/jam dan masing-masing mempunyai 3 ukuran
bobot benih ringan,

sedang dan berat pada sejumlah varietas. Satu paket

informasi pengaruh

bobot biji berat dan sedang untuk

benih

terhadap

viabilitas benih sejumlah varietas pada periode penyimpanan 0-12 bulan.

22

III. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

9.3. Personalia
No.
A

RPTP/Kegiatan

Penanggung jawab,
Anggota Peneliti & Gelar

NIP

Bidang Keahlian

Jenjang
Fungsional

Alokasi
Waktu
(%)

Imam Uddin Firmansyah,


Ir

080071806

Mekanisasi Pertanian

Peneliti Muda

80

Imam Uddin Firmansyah,


Ir
Bahrun Abidin,
Ir
Yamin Sinuseng
BE
Fauziah Koes
SP
A. Nadjamuddin
Drs, MS
Oom Komalasari
ST,MP
Riyadi,
STM
Abd. Kadir Badawi,
STM
M. Apriel,
AMD
Burhanuddin,
STM
Zainuddin,
SMA
M. Nasir,
SD
Hatijah,
SPMA
PM
S2/S1/SLTA
Bahrun Abidin,
Ir
Imam Uddin Firmansyah,
Ir
Sania Saenong
Dr
Rahmawati
STP
Suwardi
STP
A. Nadjamuddin
Drs, MS
Oom Komalasari
ST, MP
Riyadi,
STM
Abd. Kadir Badawi,
STM

080076711

Mekanisasi Pertanian

Peneliti Muda

30

080071806

Mekanisasi Pertanian

Peneliti Madya

20

080132752

15

080099402

BudidayaTanaman

20

Ekonomi Pertanian

15

080096658

Budidaya/Teknologi Benih

Ajun Peneliti
Madya
-

080106643

Tehnik Mesin

30

080110402

Tehnik Mesin

Teknisi
Litkayasa
-

30

Judul Proposal : REKAYASA


MODEL MEKANISASI UNTUK
PERBAIKAN PASCAPANEN
JAGUNG MENDUKUNG PTT DI
SULAWESI SELATAN DAN

A1.1

A1.2

KALIMANTAN SELATAN
Judul Kegiatan :
Rekayasa Model Mekanisasi untuk
Perbaikan Mesin Pemipil Khusus
Jagung

Judul Kegiatan :
Rekayasa Model Mekanisasi untuk
Perbaikan Alat Pemisah Bobot Biji
Jagung Skala Penangkar Benih

080133214

TeknikMesin/informatika

10

Tehnik Mesin

20

Umum

20

080128238

Umum

20

Pertanian

20

080021228

Mekanisasi Pertanian

Peneliti Madya

30

080071806

Mekanisasi Pertanian

Peneliti Muda

20

Ahli Peneliti
Utama
-

15

080124495

Tek. Benih/Fisiologi
Tanaman
Tek.Hasil Pertanian

Tek.Hasil Pertanian

20

080099402

Ekonomi Pertanian

15

080096658

BudidayaTanaman/Tekn.
Benih
Tehnik Mesin

Ajun Peneliti
Madya
-

30

080106643

Tehnik Mesin

Teknisi
Litkayasa
-

20

20

10

23

M. Apriel,
AMD
Burhanuddin,
STM
Zainuddin,
SMA
M. Nasir,
SD
Asiah Siam,
SMA

080110402

Teknik Mesin/Informatika

20

080133214

Tehnik Mesin

20

Umum

20

Umum

20

Umum

20

9.4. Jadwal palang


9.4.1 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Mesin Pemipil Khusus Jagung
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kegiatan

Persiapan

Pengolahan tanah, penanaman,


pemupukan, penyiangan,
panen.
Identifikasi dimensi tongkol
jagung
Sket gambar dan perhitungan
prototipe mesin pemipil khusus
jagung
Pembuatan komponenkomponen prototipe mesin
pemipil khusus jagung
Uji mekanisme fungsional,
kinerja protipe mesin pemipil
khusus jagung
Analisis mutu biji jagung
Analisa data dan perhitungan
Pelaporan dan seminar

10

11 12

9.4.1 Rekayasa Model Mekanisasi untuk Perbaikan Alat Pemisah Bobot Biji Jagung
Skala Penangkar Benih
No.
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1.
Persiapan

2.
Pengolahan tanah, penanaman,

pemupukan, penyiangan,
panen.
3.
Identifikasi dimensi biji jagung

4.
Sket gambar dan perhitungan

prototipe alat pemisah bobot


benih jagung
5.
Pembuatan komponen

24

6.
7.
8.
9.

komponen prototipe alat


pemisah bobot benih jagung
Uji mekanisme, fungsional,
kinerja protipe alat pemisah
bobot benih jagung
Pengujian benih jagung hasil
pemisahan dengan alat dan
cara manual
Analisa data dan perhitungan
Pelaporan dan seminar

10. Biaya
Uraian

2005

2006

2007

28.600.000
65.398.000
74.602.000
6.400.000
170.000.000

1. Gaji upah
2. Bahan
3. Perjalanan
4. Peralatan dan mesin
5. Lain-lain
JUMLAH

2008

2009

Jumlah

28.600.000
65.398.000
74.602.000
6.400.000
170.000.000

(1) Gaji Upah


Kualifikasi

1.
2.
3.
4.
5.

Peneliti utama
Peneliti
Teknisi
Borongan
Operasional penelitian

Jumlah
(orang)

Alokasi
Waktu
(OB)

Honorarium/
Bulan (Rp)

Jumlah
(Rp)

1
8
11
10
-

8
64
55
40
-

150.000,100.000,75.000,-

1.200.000,6.400.000,4.125.000,13.275.000,-

Jumlah

28.600.000,-

25

(2). Bahan
No
1
2
3
4

Uraian Bahan
Bahan ATK
Bahan rekayasa prototipe pemipil jagung
Bahan rekayasa alat pemisah bobot benih
jagung
Bahan uji
Jumlah

Volume/
satuan
2 paket
1 paket
1 paket
2 paket
4 paket

Harga Satuan
Jumlah
(Rp)
2.000.000,4.000.000,15.00.000,25.000.000,21.500.000,21.500.000,7.449.000,-

14.898.000,65.398.000,-

(3). Perjalanan
Ke Kalsel :
1. Peneliti gol. IV :3 OJ x 5 hari (@ Rp4.022.000),-

= Rp

12.066.000,-

2. Peneliti gol. III : 3 OJ x 5 hari (@ Rp3.822.000),-

= Rp

11.466.000,-

3. Teknisi gol. III : 3 OJ x 5 hari (@ Rp3.822.000),-

= Rp

11.466.000,-

4. Perjalanan lokal : 4 OJ x 3 hari (@ Rp525.000),-

= Rp

2.100.000,-

Rp.

37.098.000,-

1. Peneliti gol. IV : 8 OJ x 2 hari (@ Rp488.000),-

= Rp

3.904.000,-

2. Peneliti gol. III : 15 OJ x 2 hari (@ Rp440.000),-

= Rp

6.600.000,-

3. Teknisi gol. III : 5 OJ x 2 hari (@ Rp440.000,-)

= Rp

2.200.000,-

4. Teknisi gol II : 5 OJ x 3 hari (@ Rp400.000),-

= Rp

2.000.000,-

Di Sulsel :

Rp. 14.704.000.Ke pusat dan propinsi lainnya/komunikasi hasil :


1. Ke pusat gol IV 3 OJ X 5 hari (@ Rp 3.900.000),-

= Rp 11.700.000,-

2. Ke pusat gol III 3 OJ X 5 hari (@ Rp 3.700.000),-

= Rp 11.100.000,= Rp 22.800.000,Jumlah = Rp 74.602.000,-

26

(5). Lain-Lain

1. Sewa kendaraan

Jumlah
(satuan)
2 paket

Harga satuan
(Rp)
1.250.000,-

2. Foto copy dan penjilidan


3. Pengiriman bahan uji dan alat
4. Pengetikan dan penggambaran

2 paket
2 paket
2 paket

325.000,500.000,1.075.000,-

Nama/Spesifikasi Barang

Jumlah

Jumlah
2.500.000,750.000,1.000.000,2.150.000,6.400.000,-

27

DAFTAR PUSTAKA
Balitsereal, 2004. Renstra Balitsereal 2005-2009. 31 halaman (tidak dipiblikasikan)
BPS dan Ditjen Produksi Tanaman Pangan, 2003. www.deptan.go.id
Dharmaputra, O.S., Sunyata, dan W. Wakman. 1998. Penanganan Pascapanen, serangan
serangga, dan cendawan, serta kontaminasi aflatoksin pada jagung. Prosiding dan
Lokakarya Nasional Jagung. Badan Litbang Pertanian P. 594-604
Firmansyah I.U, S. Saenong, B. Abidin, Suarni, Y. Sinuseng, J. Tandiabang, W. Wakman, A.
Nadjamuddin, A.H. Talanca, F. Koes, Suwardi, O. Komalasari. 2005. Proses
Pascapanen untuk Menunjang Perbaikan Kualitas Produk Biji Jagung Berskala
Industri dan Ekspor. Badan Litbang Pertanian. Puslitbangtan, Balitsereal. Laporan
Tengah Akhir.
Kasryno, F. 2002. Perkembangan Produksi dan Komsumsi jagung dunia selama empat
dekade yang lalu dan implikasinya bagi Indonesia. Makalah disampaikan pada
Diskusi Nasional Agribisnis jagung di Bogor, 24 Juni 2002. Badan Litbang
Pertanian
Mink, S, D., P. A. Dorosh, and D. H. Pery. 1987. Corn production systems. In: Timmer
(eds). The Corn Economy of Indonesia. P. 62-87.
Rahmawati, Y Sinuseng dan S. Saenong. Pengaruh Ukuran Biji pada Berbagai Tingkat
Kadar Air Terhadap Viabilitas Benih. Makalah disampaikan pada Seminar Evaluasi
Hasil RPTP Balitsereal tanggal 11 14 Juli 2005 di Maros. (belum dipublikasikan)
Ramlah. A, dan S. Saenong. Evaluasi Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Jagung (Zea mays
L.) CV. Lamuru dari Ukuran Biji dan Umur Simpan yang Berbeda. Makalah
disampaikan pada Seminar Evaluasi Hasil RPTP Balitsereal tanggal 11 14 Juli
2005 di Maros. (belum dipublikasikan)
Saenong. S, Margaretha S., Bahtiar, Y. Sinuseng, M. Sudjak S., Rahmawati, F. Koes, O.
Komalasari, Suwardi. 2006. Pembentukan dan Pemantapan Produksi Benih
Berkualitas Mendukung Industri Benih Berbasis Komunal. Rencana Penelitian.
Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Spott, M.F. 1981. Design of machine elements. Prentice Hall of India Private Limited.
New Delhi 110001 Fifth Edition

28

Tastra, I. K., E. Ginting dan Gatot, S.A.F. 1997. Strategi penerapan teknologi pascapanen
primer jagung untuk mendukung pengembangan agribisnis jagung di Indonesia.
Makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Balitjas, 1112 September 1997.
(www.warintek.progressio.or.id 2006 jagung (zea mays l.). Klasifikasi dan standar mutu.

29

Anda mungkin juga menyukai