Anda di halaman 1dari 12

Deteksi Dini Kanker Prostat?

Pria berusia lebih dari 50 tahun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan PSA total (Prostate Specific Antigen)
dan pemeriksaan colok dubur atau DRE (Digital Rectal Examination) setiap tahun. Apabila ada anggota
keluarga yang menderita kanker prostat, dianjurkan melakukan skrining sejak usia 40 tahun.
Pemeriksaan PSA
PSA adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat dan berfungsi mengencerkan cairan ejakulasi untuk
memudahkan pergerakan sperma. Pada keadaan normal, hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah.
Namun, apabila terjadi peradangan atau kerusakan jaringan prostat maka kadar PSA dalam darah meningkat.
Lalu, bagaimana untuk membedakan peningkatan PSA karena BPH atau kanker prostat? Untuk membedakan
apakah peningkatan kadar PSA disebabkan oleh BPH atau kanker prostat, maka dianjurkan pemeriksaan rasio
free-PSAPSA total atau rasio c-PSAPSA total terutama bagi mereka yang memiliki kadar PSA totalnya
antara 2,610 ng/ ml.
Mengenal Metode AS (Active Surveillance)
Untuk menghindari over-diagnosa maupun over-treatment dari kanker prostat, maka telah dilakukan riset yang
bernama START (Surveillance Therapy Against Radical Treatment), yang dipimpin oleh Dr. Laurence Klotz
(Chief Urologist dari Sunnybrook Health Sciences Center, Toronto, Kanada).
Hasil riset internasional tersebut menemukan bahwa ketika metode AS diterapkan kepada pasien kanker prostat
jinak (slow growing prostate cancer), maka kankernya tidak menyebar dan secara keseluruhan tingkat
kematiannya kurang dari 2%. Penelitian ini sangat penting karena kebanyakan pria dengan kanker prostat sangat
berat untuk melakukan operasi pengangkatan prostat. Kebanyakan dari mereka stres memikirkan dampak dari
disfungsi ereksi maupun inkontinensia (tidak dapat menahan kencing) dalam jangka panjang.
Metode AS (active surveillance) adalah kondisi dimana pria dengan tanda-tanda pra kanker prostat dan secara
aktif melakukan pemantauan atas perkembangan kankernya. Pasien ini tidak perlu menjalani pengobatan medis
apa pun, seperti operasi atau radioterapi selama parameter masih terkendali. Namun, apabila terjadi peningkatan
PSA, baru kemudian dilakukan tindakan medis.
Ciri-ciri pasien yang dapat melakukan metode AS antara lain sebagai berikut.
1. Nilai PSA kurang atau sama dengan 10.
2. Biopsi menunjukkan low-volume cancer dengan nilai tes Gleason 6 atau kurang
* Gleason score adalah pemeringkat kanker dari 2 sampai 10 yang menunjukkan agresivitas
kankernya. Semakin tinggi angka, maka semakin agresif kankernya.
3.

Pasien divonis mengidap kanker prostat grade antara T1c dan T2a.
* T1 dan T2 adalah stadium kanker paling rendah, yaitu ketika sel-sel kanker masih terbatas hanya ada
di dalam kelenjar prostat.

Pasien yang mengikuti metode AS ini baru mendapat tindakan medis seperti operasi atau radioterapi apabila
nilai PSA meningkat drastis, hasil biopsi menunjukkan peningkatkan volume kanker, atau pun keberadaan selsel kanker yang lebih ganas.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pasien kanker prostat yang melakukan metode AS, sekitar 65%-nya akan
tetap berada pada kondisi kanker yang tidak mengganas.
Tabel Stadium Kanker Prostat

Stadium Keterangan
I

Sangat awal dan tanpa gejala; sel kanker terbatas pada prostat

II

Sel kanker terbatas pada prostat, tapi terlihat jelas (terdeteksi oleh pemeriksaan
colok dubur dan/atau hasil test PSA yang tinggi)

III

Sel-sel kanker ditemukan di luar kantung prostat (membran yang menutupi prostat);

menyebar terbatas pada jaringan sekitarnya dan/atau vesikula seminalis (kelenjar


yang memproduksi cairan mani)
Sel-sel kanker telah menyebar (metastasis) ke kelenjar getah bening regional, tulang,
ataupun organ jauh (misalnya, hati, paru-paru)

IV

Gejala Kanker Prostat?


Kanker prostat stadium dini, tidak menunjukkan gejala. Setelah kanker berkembang, baru muncul gejala tetapi
tidak khas. Gejala yang muncul menyerupai gejala BPH (Benign Prostatic Hyperplasia), yaitu penyakit
pembesaran prostat jinak yang sering dijumpai pada pria lanjut usia. Akibatnya, kedua penyakit ini sulit
dibedakan sehingga diperlukan pemeriksaan yang dapat mendeteksi dini sekaligus membedakan antara kanker
prostat dan BPH.
Berikut ini beberapa gejala yang sering ditemui pada penderita kanker prostat.
1. Sering ingin buang air kecil, terutama pada malam hari.
2. Kesulitan untuk memulai buang air kecil atau menahan air seni.
3.

Aliran air seni lemah atau terganggu.

4.

Perasaan nyeri atau terbakar saat buang air kecil.

5.

Adanya darah pada air seni atau air mani.

6.

Gangguan seksual lain, seperti sulit ereksi atau nyeri saat ejakulasi.

7.

Sering nyeri atau kaku pada punggung bawah, pinggul, atau paha atas.

Gambar: Perbedaan antara BPH dengan Kanker Prostat

Karsinoma prostat merupakan suatu tumor ganas yang tumbuh di dalam kelenjar prostat.3
Karsinoma prostat merupakan keganasan saluran kemih kedua paling sering dijumpai
sesudah keganasan kandung kemih.1 95% di antara kanker prostat adalah adenokarsinoma.5
Tumor ini menyerang pasien yang berusia di atas 50 tahun, di antaranya 30% menyerang pria
berusia 70-80 tahun dan 75% pada usia lebih dari 80 tahun. Kanker ini jarang menyerang pria
sebelum berusia 45 tahun.2 kanker prostat merupakan penyebab kematian nomor tiga akibat

kanker pada pria dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada pria di atas 74
tahun.3
Insidens karsinoma prostat akhir-akhir ini mengalami peningkatan karena meningkatnya usia
harapan hidup, penegakan diagnosis yang menjadi lebih baik, dan kewaspadaan tiap-tiap
individu mengenai adanya keganasan prostat makin meningkat karena informasi dari
majalah, media elektronik atau internet.2
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga sebagai
penyebab timbulnya adenokarsinoma prostat, yaitu predisposisi genetik, pengaruh hormonal,
diet, pengaruh lingkungan dan infeksi.2 Kemungkinan untuk menderita kanker prostat
menjadi dua kali jika saudara laki-lakinya menderita penyakit ini. Kemungkinannya naik
menjadi lima kali jika ayah dan saudaranya juga menderita. Hal ini menunjukkan adanya
faktor genetik yang melandasi terjadinya kanker prostat.2
Pria yang memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker prostat adalah pria kulit hitam
yang berusia di atas 60 tahun, petani, pelukis dan pemaparan kadmium.3 Kanker prostat
ternyata lebih banyak diderita oleh bangsa Afrika-Amerika yang berkulit hitam daripada
bangsa kulit putih. Pada penelitian lain didapatkan bahwa bangsa Asia lebih sedikit menderita
penyakit ini. Namun mereka yang pindah ke Amerika mendapatkan kemungkinan lebih besar
menderita kanker ini daripada mereka yang tetap tinggal di negara asalnya. Ini menunjukkan
bahwa pengaruh lingkungan dan kebiasaan hidup sehari-hari juga berperan dalam patogenesis
penyakit ini. Pemaparan kadmium (Cd) yang banyak terdapat pada alat listrik dan baterai
berhubungan erat dengan timulnya kanker prostat.2
Pertumbuhan dan perkembangan keganasan prostat bergantung pada hormon androgen. Hal
ini tidak berarti bahwa karsinoma prostat disebabkan oleh hormon androgen. Banyak
keganasan prostat yang sensitif terhadap hormon.1 Selain itu, perlu diketahui bahwa tidak ada
hubungan antara hiperplasia prostat jinak dengan perkembangan ke arah keganasan.5
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara diet tinggi lemak dan
peningkatan kadar hormon testosteron.3 Diet yang banyak mengandung lemak, seperti susu
yang berasal dari binatang, daging merah, dan hati diduga meningkatkan kejadian kanker
prostat.2
Kanker prostat dikelompokkan menjadi:3
Stadium A : benjolan/tumor tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisis, biasanya
ditemukan secara tidak sengaja setelah pembedahan prostat karena penyakit lain.
Stadium B : tumor terbatas pada prostat dan biasanya ditemukan pada pemeriksaan
fisik atau tes PSA.
Stadium C : tumor telah menyebar keluar dari kapsul prostat tetapi belum sampai
menyebar ke kelenjar getah bening.
Stadium D : Kanker telah menyebar (metastase) ke kelenjar getah bening regional
maupun bagian tubuh lainnya (misalnya tulang dan paru-paru).

GAMBARAN KLINIS
Pada kanker prostat stadium dini sering kali tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda
klinis. Tanda-tanda itu biasanya muncul setelah kanker berada pada stadium lanjut.1,2,3
Kebanyakan penderita baru datang pada stadium lanjut dengan keluhan obstruksi atau tandatanda metastasis ke tulang atau organ lain.1
Adapun keluhan obstruksi aliran kemih antara lain , disuri (nyeri saat miksi), dan kadang
gejalanya menyerupai BPH (Beningn Prostate Hypertrophy) yaitu berupa kesulitan dalam
berkemih dan sering berkemih di mana segera setelah berkemih, biasanya air kemih masih
menetes-netes. Gejala tersebut timbul karena kanker menyebabkan penyumbatan parsial
pada aliran kemih melalui uretra. Kanker prostat juga menyebabkan air kemih berwarna
merah (hematuri) yang menandakan bahwa kanker telah menekan uretra.2,3 Selain itu, kanker
prostat juga menyebabkan terjadinya penahanan air kemih mendadak. Gejala lainnya adalah
nyeri punggung bagian bawah, nyeri ketika buang air besar, nokturia, inkontinensia uri,
nyeri perut dan penurunan berat badan.3
Kanker prostat yang sudah mengadakan metastasis ke tulang memberikan gejala berupa nyeri
tulang, fraktur pada tempat metastasis, atau kelainan neurologis akibat lesi medulla spinalis
jika metastasis terjadi pada tulang vertebra.1,2 Namun, di dalam referensi lain dikatakan
bahwa kadang metastasis tulang pun tidak memberi keluhan yang jelas.1 Akan tetapi, pada
beberapa kasus, kanker prostat baru terdiagnosis setelah menyebar ke tulang (terutama tulang
panggul, costa dan vertebra) atau ke ginjal (menyebabkan gagal ginjal).3
Kanker prostat juga bisa menyebar ke otak dan menyebabkan kejang serta gejala mental atau
neurologis lainnya.3
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Pemeriksaan fisis yang penting adalah pemeriksaan dengan melakukan colok dubur (rectal
toucher).2 Pada karsinoma prostat, prostat teraba keras atau teraba benjolan yang
konsistensinya lebih keras dari sekitarnya atau ada prostat yang asimetri dengan bagian yang
lebih keras dan bentuknya tidak beraturan.1,3
Pada pemeriksaan darah dilakukan pengukuran kadar antigen prostat spesifik (PSA). Antigen
spesifik prostat (PSA) ini hanya diproduksi oleh prostat, baik oleh epitel kelenjar yang
normal maupun yang ganas. PSA biasanya meningkat pada kanker prostat, tetapi juga bisa
meningkat (walaupun tidak terlalu tinggi) pada penderita BPH.3,4
Pada stadium dini, seringkali sulit untuk mendeteksi kanker prostat melalui colok dubur
sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan USG transrektal (TRUS). Kemampuan TRUS
dalam mendeteksi kanker prostat dua kali leih baik daripada colok dubur di mana terdapat
area hipo-ekoik pada 60% karsinoma prostat, yang merupakan salah satu tanda adanya
kanker prostat dan sekaligus mengetahui kemungkinan ekstensi tumor ke ekstrakapsuler.
Namun, MRI lebih akurat dalam menentukan luas ekstensi tumor ke ekstrakapsuler atau ke
vesikula seminalis.2
Pemeriksaan sintigrafi (Bone scan) pada tulang dilakukan untuk mencari metastasis
hematogen pada tulang. Meskipun pemeriksaan ini cukup sensitif, tetapi beberapa kelainan

tulang juga dapat memberikan hasil positif palsu, antara lain: artritis degeneratif pada tulang
belakang, penyakit Paget, dan penyakit tulang lainnya. 2
PENATALAKSANAAN
Cara penanganan adenokarsinoma prostat ditujukan untuk meingkatkan umur harapan hidup
dan mempertahankan kualitas hidup. Metodenya berbeda-beda tergantung dari umur pasien
dan stadium penyakitnya. 5
Penderita dengan stadium A1 di mana gejala dan tanda klinis tidak ada, sebaiknya diobservasi
seumur hidup karena sebagian besar tidak akan berkembang menjadi stadium lanjut atau
invasif. Kelangsungan hidup penderita pada stadium ini tidak berbeda dari orang tanpa
karsinoma prostat.1
Pada pasien yang berada pada stadium A2 dan B, dilakukan prostatektomi radikal yaitu
berupa pengangkatan kelenjar prostat bersama dengan vesikula seminalis. Hanya saja operasi
ini dapat menimbulkan penyulit antara lain perdarahan, disfungsi ereksi, dan inkontinensia.2
Terapi radiasi ditujukan pada pasien usia tua atau pasien dengan tumor loko-invasif dan
tumor yang telah mengadakan metastasis. Pemberian radiasi eksterna biasanya didahului
dengan limfadenektomi. Diseksi kelenjar limfe saat ini dapat dikerjakan melalui bedah
laparoskopik di samping operasi terbuka.2
Terapi dengan manipulasi hormonal bertujuan untuk mengurangi kadar testosteron.
Penurunan kadar testosteron seringkali sangat efektif dalam mencegah pertumbuhan dan
penyebaran kanker. Manipulasi hormonal terutama digunakan untuk meringankan gejala
tanpa menyembuhkan kankernya, yaitu misalnya pada penderita yang kankernya telah
menyebar.3
Jika dihubungkan dengan skenario, prioritas penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah
memasang kateter. Selanjutnya melakukan pemeriksaan colok dubur dan pemeriksaan
penunjang lainnya untuk membedakan karsinoma prostat dengan hiperplasia prostat jinak
(BPH).

Prostate Cancer Symptoms


Local symptoms
In the pre-PSA era, patients with prostate cancer commonly presented with local symptoms.
Urinary retention developed in 20-25% of these patients, back or leg pain developed in 2040%, and hematuria developed in 10-15%. Currently, with PSA screening, patients report
urinary frequency (38%), decreased urine stream (23%), urinary urgency (10%), and
hematuria (1.4%). However, none of these symptoms is unique to prostate cancer and each
could arise from various other ailments. Forty-seven percent of patients are asymptomatic.

Metastatic symptoms
Metastatic symptoms include weight loss and loss of appetite; bone pain, with or without
pathologic fracture (because prostate cancer, when metastatic, has a strong predilection for

bone); and lower extremity pain and edema due to obstruction of venous and lymphatic
tributaries by nodal metastasis. Uremic symptoms can occur from ureteral obstruction caused
by local prostate growth or retroperitoneal adenopathy secondary to nodal metastasis.

Prostate-Specific Antigen Screening


Elevated prostate-specific antigen level
PSA is a single-chain glycoprotein that has chymotrypsinlike properties. The upper limit of
normal for PSA is 4 ng/mL. Some advocate age-related cutoffs, such as 2.5 ng/mL for the
fifth decade of life, 3.5 ng/mL for the sixth decade of life, and 4.5 ng/mL for the seventh
decade of life. Others advocate race-specific reference ranges. Using data from screening
studies, some have advocated upper limits of normal of 2.5 ng/mL instead of 4 ng/mL.
If the physician believes that an elevated PSA level may be due to infection, 4-6 weeks of
antibiotics are provided, and then the PSA level is rechecked.

Prostate-specific antigen velocity


PSA velocity is an important concept. A PSA velocity of lower than 0.75 ng/mL/y has
traditionally been used to prompt a prostate biopsy. However, data has suggested that, among
men younger than 50 years, a PSA velocity of 0.6 ng/mL/y may be more appropriate.

Percentage of free prostate-specific antigen


The measurement of bound and free PSA can help to differentiate mildly elevated PSA levels
caused by cancer from elevated levels resulting from benign prostatic hyperplasia. The lower
the ratio of free-to-total PSA, the higher the likelihood of cancer. Free PSA is reported as a
percentage. For example, among men with greater than 25% free PSA, only 8% are found to
have cancer at prostate biopsy.
In contrast, more than half of men with less than 10% free PSA are found to have cancer at
biopsy. While cutoffs may be used, the percentage of free PSA is usually employed as an
additional factor in making an informed recommendation for or against biopsy. Generally,
these percentages are useful in patients who have a PSA level in the range of 4-10 ng/mL.
This information is most useful in men with very large glands or in men in whom 1 biopsy
result has already been negative. In healthy men with a PSA level of 4-10 ng/mL, many
recommend biopsy without the additional free-PSA test or consider a trial of antibiotic
therapy for 4-6 weeks before repeating the PSA test. (If antibiotic therapy quickly lowers the
PSA level to within the reference range, the cause of the prior elevation is less likely to be
prostate cancer, and the PSA test should be repeated within a few months.)

Digital Rectal Examination


DREs are examiner dependent, and serial examinations are best.
Various factors are considered when a DRE is performed. A nodule is important, but findings
such as asymmetry, difference in texture, and bogginess are important clues to the patient's

condition and should be considered in conjunction with the PSA level. Change in texture over
time can offer important clues about the need for intervention.
Pay careful attention to the prostates consistency, along with the seminal vesicles and
adjacent organs. Such observation can be help to detect the diseases spread to other
structures, the results of which can be as follows:

Overdistention of the bladder due to outlet obstruction


Lower extremity lymphedema

Supraclavicular adenopathy

Lower extremity deep venous thrombosis

Cancer cachexia

Neurologic findings secondary to cord compression

With regard to the last item above, other subtle neurologic findings, such as paresthesias or
wasting, are uncommon.
Cysts and stones cannot be accurately differentiated from cancer based on DRE findings
alone; therefore, maintain a high index of suspicion if the DRE results are abnormal.
If cancer is detected, the DRE findings form the basis of clinical staging of the primary tumor
stage in the TNM staging system.
In most patients who are diagnosed with prostate cancer, however, the DRE results are
normal and the PSA readings are abnormal.

CT Scanning, MRI, and Bone Scans


Men with PSA levels of greater than 10 ng/mL, high-grade histology (Gleason score 7), or
physical findings that suggest stage T3 disease should probably undergo a staging computed
tomography (CT) scan and bone scan. CT scanning is the one modality with evidence-based
guidelines. The CT scan can be used to evaluate extension into the bladder and lymph nodes
to help stage the patient's cancer or to consider lymph node sampling prior to treatment.
Conventional endorectal magnetic resonance imaging (MRI) is helpful for localizing cancer
within the prostate and seminal vesicles and for local staging. Dynamic contrast-enhanced
MRI and MR spectroscopic imaging are also complementary in local staging, but their use is
currently limited to a research setting.
MRI is superior to bone scanning in evaluating bone metastasis but is impractical for routine
total-body surveys. Instead, it is used to determine the etiology of questionable lesions found
on bone scans. MRI is promising for local staging but is not readily accessible, and no
published guidelines are available. Bone-scan examples are seen below.

Anterior and posterior bone scans of a patient with prostate cancer, with metastasis to
the 12th rib and thoracic spine represented by the increased uptake of isotope.
Despite of the wealth of literature regarding the lack of use for imaging studies in men with
low risk disease, a SEER-Medicare analysis found almost a third of patients underwent cross
sectional imaging.[13]
Neither CT scanning nor MRI can be used to determine if lymph nodes are reactive or
contain malignant deposits, unless the nodes are significantly enlarged and a percutaneous
biopsy can be performed.

Karsinoma Prostat, Keganasan


Posted on 5 February 2011 by ArtikelBedah

Keganasan prostat merupakan keganasan yang terbanyak diantara keganasan sistem


urogenitalia pria. Biasanya ditemukan pada usia di atas 50 tahun. Belum data yang jelas
mengenai insidens di Indonesia, sedangkan di negara barat menurut hasil otopsi ditemukan
sekitar 30 % pada pria usia 70 80 tahun dan sekitar 75 % pada usia di atas 80 tahun. Tetapi
hanya 10 % dari mereka itu yang berkembang sampai stadium klinik.(1,4,5,6 )
Etiologi
Penyebab pasti karsinoma prostat belum diketahui. Beberapa faktor yang diduga sebagai
penyebab adalah : faktor genetik, pengaruh hormonal, diet, lingkungan dan infeksi. Bangsa
Afro-Amerika misalnya lebih banyak menderita penyakit ini dibandingkan dengan bangsa
kulit putih. Dalam suatu penelitian diperoleh data bahwa bangsa Asia ( China dan Jepang )
lebih sedikit menderita penyakit ini. Namun, penelitian itu juga membuktikan bahwa mereka
yang pindah ke Amerika mendapatkan kemungkinan menderita penyakit lebih besar daripada
mereka yang tetap tinggal di negara asalnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
lingkungan dan kebiasaan hidup sehari hari juga berperan dalam patogenesis penyakit ini.
(1,5,7 )
Kemungkinan untuk menderita penyakit ini bertambah jika dalam keluarga terdapat riwayat
menderita penyakit ini. Risiko ini akan meningkat menjadi dua kali jika saudara laki
lakinya menderita penyakit ini. Kemungkinannya naik menjadi lima kali jika ayah dan
saudaranya juga menderita. Hal itu menunjukkan adanya faktor yang melandasi terjadinya
karsinoma prostat. (1)
Diet diduga ada hubungannya dengan insidens karsinoma prostat. Beberapa diantaranya yang
diduga meningkatkan risiko penyakit ini adalah lemak, susu yang berasal dari binatang,
daging merah dan hati. Lain halnya dengan beberapa nutrisi lain diduga ada kaitannya dengan
penurunan insidens karsinoma prostat, diantaranya adalah vitamin A, beta karoten, isoflavon
atau fitoestrogen yang banyak terdapat pada kedelai, likofen ( antioksidan karotenoid ) yang
banyak terdapat pada tomat, selenium ( terdapat pada ikan laut, daging, biji bijian ) dan
vitamin E. Kebiasaan merokok berhubungan erat dengan timbulnya kanker prostat. (1,7 )
Patologi
Pada tabel dibawah ini di paparkan tipe-tipe histopatologis berdasarkan asal dari sel.
I. Epitelial
A. Adenokarsinoma
B. Karsinoma sel transisional

C. Karsinoma neuroendokrin
II. Stroma
A. Rhabdomiosarkoma (42 % dari sarkoma)
B. Leiomiosarkoma (26% dari sarkoma)
III. Sekunder
A. Invasi langsung dari buli-buli : karsinoma sel transisional
B. Invasi langsung dari adenokarsinoma kolon (jarang)
C. Metastasis dari organ lain (paru-paru, melanoma)
D. Limfoma (jarang)
Sebagian besar hasil pemeriksaan histopatologis karsinoma prostat adalah adenokarsinoma
yaitu lebih dari 95 %. Kurang lebih 75 % terdapat pada zona perifer prostat dan 15 20 %
terdapat pada zona sentral dan zona transisional (5-10%).(1,5,7,8)
Secara patologi gambaran karsinoma prostat meliputi hiperkromatik, pembesaran inti sel
dengan nukleolus yang jelas. Rasio sitoplasma dan inti tidak banyak membantu dalam
menegakkan diagnosis. Diagnosis karsinoma prostat terutama sekali ditentukan oleh susunan
arsitekturnya. Pada karsinoma prostat tidak lapisan sel sel basal tidak dijumpai
sebagaimana dijumpai pada kelenjar yang normal atau pada pembesaran prostat jinak. (7).
Karsinoma sel transisional pada prostat biasanya berasal dari invasi langsung buli-buli atau
uretra. Biasanya berupa suatu fokus intraduktal atau intraasiner karsinoma sel transisional
pada prostat.
Jenis patologi lain yang disebut sebagai suatu prekursor karsinoma prostat adalah Prostatic
Intraepithelial Neoplasma (PIN). Pertama kali dikemukakan tahun 1986 dengan sebutan
Intraductal Dysplacia, yang dibagi atas mild, moderate dan severe dysplacia. Yang
membedakannya dari karsinoma prostat adalah masih ditemukannya lapisan sel basal. PIN
dibagi atas 2 kategori, high grade (HGPIN) yaitu PIN1 dan PIN2 dan low grade (LGPIN)
yaitu PIN3.Gambaran histopatologi PIN1 tidak hanya menyerupai sel prostat normal.
Beberapa ahli patologik melihat PIN3 jelas seperti sel-sel ganas, sehingga beberapa penulis
menamakan PIN3 sebagai carcinoma in situ (CIS) atau intraductal carcinoma. Bila ditemukan
HGPIN pada biopsi jarum halus maka biasanya 80% berhubungan dengan invasif karsinoma
prostat. Jenis lesi lain yang dianggap sebagai suatu prekursor karsinoma prostat adalah
Atypical Adenomatuous Hyperplasia. Yang terakhir ini dibedakan dari BPH adalah karena
struktur selulernya (5,7).
Penyebaran
Sel sel tumor dapat menembus kapsul prostat dan menginfiltrasi organ sekitarnya.
Penyebaran secara limfogen melalui kelenjar limfe pada daerah pelvis menuju kelenjar limfe
retroperitoneal dan penyebaran secara hematogen melalui vena vertebralis menuju tulang
tulang pelvis, femur sebelah proksimal, vertebra lumbalis, kosta, paru, hepar dan otak.
Metastasis ke tulang pada umumnya merupakan proses osteoblastik, meskipun kadang
kadang bisa juga terjadi proses osteolitik. (1,5)
Gambaran Klinik
Seperti telah disebutkan sebelumnya, karsinoma prostat biasanya ditemukan secara kebetulan
pada pemeriksaan histopatologik setelah prostatektomi, TUR, colok dubur. Oleh karena pada
stadium permulaan karsinoma prostat biasanya tidak memberi gejala atau tanda klinik maka
kebanyakan penderita baru datang pada stadium lanjut dengan keluhan obstruksi dan gejala
iritatif yang merupakan tanda pertumbuhan lokal tumor yang mengenai uretra, bladder neck
atau trigonum buli-buli atau tanda metastasis ke tulang atau organ lain, seperti gejala lesi
medulaspinalis, nyeri pada tulang, fraktur patologik atau hematuria. Kadang metastasis ke

tulang juga tidak memberi keluhan yang jelas. Keganasan prostat sering ditemukan secara
kebetulan pada penderita yang diduga menderita hipertrofi prostat.(4)
Gangguan defekasi dapat terjadi jika tumor telah menekan rektum. Bila telah terjadi ke tulang
akan memberikan gejala nyeri tulang, fraktur pada tempat metastasis atau kelainan neurologis
jika metastasis pada tulang vertebra. Bila sudah ada gejala nyeri tulang maka harus dilakukan
foto X-ray dan bone scan. Gambaran radiologik tulang akibat metastase dari karsinoma
prostat adalah bersifat sklerotik. (1,2)
Colok dubur ( rectal toucher ) merupakan pemeriksaan yang sangat penting dilakukan pada
karsinoma prostat. Pada DRE dapat ditemukan seperti adanya indurasi, nodul-nodul,asimetris
dan perabaan yang keras pada prostat. Sangat sulit menentukan karsinoma prostat pada
stadium dini melalui pemeriksaan ini sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan
ultrasonografi transrektal ( TRUS ). (1,5,7 )
Staging dan Grading
Tingkat infiltrasi dan penyebaran tumor berdasarkan system TNM adalah sebagai berikut : (7)
T Tumor Primer
-Tx - Tumor primer tidak dapat dinilai
-T0 - Tidak dijumpai tumor primer
-Tis Karsinoma in situ ( PIN )
- T1a 5 % jaringan yang direseksi mengandung sel-sel kanker, colok dubur normal
*T1b - > 5 % jaringan yang direseksi mengandung sel-sel kanker, colok dubur normal.
*T1c - Peningkatan kadar PSA, colok dubur dan TRUS normal
*T2a - Teraba tumor pada colok dubur atau terlihat pada TRUS hanya pada satu sisi, terbatas
pada prostat
*T3a - Ekstensi ekstrakapsuler pada satu atau dua sisi
*T3b - Melibatkan vesikula seminalis
*T4 - Tumor secara langsung meluas ke baldder neck, sfingter, rectum, muskulus levator atau
dinding pelvik
N Kelenjar limfe regional ( obturator, iliaka interna, iliaka externa, limfonodus presakral )
-Nx - Tidak dapat dinilai
-N0 - Tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional
-N1 - Metastasis ke kelenjar limfe regional
M Metastasis jauh
-Mx - Tidak dapat dinilai
-M0 - Tidak ada metastasis
-M1a - Metastasis jauh kelenjar limfe nonregional
-M1b - Metastasis jauh ke tulang
-M1c - Metastasis jauh ke tempat lain
Sistem grading yang paling umum digunakan adalah Gleason Skor. Sediaan dapat diperoleh
dari hasil biopsi atau radikal prostatektomi. Sistem Gleason Skor ini berdasarkan pada derajat
perubahan dari struktur arsitektur sel normal (bentuk, ukuran dan diferensiasi kelenjar).
Gleason grading mulai dari 1 5 sedangkan Gleason Skor 2 10. Gleason Skor adalah hasil
dari penjumlahan 2 Gleason grading yang didapatkan dari pola differensiasi sel yang
diperiksa yaitu pola yang predominan (primer) dan pola predominan lain yang ditemukan
(sekunder). (9)
-Gleason grade 1 dan 2 : Struktur sel menyerupai struktur sel prostat normal
-Gleason grade 3 : Pada tahap ini struktur kelenjar masih normal, sehingga di sebut

diferensiasi baik. Tetapi pada tahap ini sudah banyak kelenjar yang menginvasi stroma (otot)
-Gleason grade 4 : Tahap ini paling banyak ditemukan. Pada tahap ini mulai tampak disropsi
dan hilangnya struktur kelenjar.
-Gleason grade 5 : Tahap ini menggambarkan prognosis yang buruk buat penderita.s truktur
sel dan kelenjar di sini sangat bervariasi dan menyerupai keganasan pada tempat lain. (5,7,9)
Gleason skor atau sums dikemukakan sbb:
- Gleason skor terendah adalah 2 (1+1), dimana pola primer dan sekunder mempunyai nilai
grading 1
- Gleason skor yang khas adalah 5 (2+3), dimana pola primer mempunyai Gleason grade 2
dan pola sekunder grade 3. Atau 6 (3+3), yang terakhir disebut sebagai pola murni.
- Gleason skor 7 (4+3), dimana pola primer mempunyai Gleason grade 4 dan pola sekunder
grade 3
- Akhirnya, nilai tertinggi Gleason skor adalah 10 (5+5).(9)
Diagnosis
Dugaan adanya suatu keganasan prostat biasanya timbul bila ditemukan kelainan konsistensi
yaitu bagian prostat yang keras, nodul, ketidakrataan atau asimetri pada pemeriksaan colok
dubur.Invasi ke vesika seminalis biasanya berasal dari invasi langsung dari tumor ke duktus
ejakulatorius di dalam prostat dan dekat dasar prostat, maka pada DRE biasanya teraba
seperti ada tanduk di sisi kiri dan kanan prostat. Tetapi diagnosis pasti hanya dengan
pemeriksaan histopatologis. Cara lain untuk mendapatkan bahan pemeriksaan patologi
sitologi yaitu dengan aspirasi jarum halus ( FNA ) atau dengan jarum Silvermann transrektal
atau transperineal. Dengan ultrasonografi transrektal dan kombinasi pemeriksaan colok dubur
diharapkan dapat menemukan keganasan lebih awal. (4,8)
TRUS sangat berguna dalam melakukan biopsi dengan jarum halus dan untuk menilai
ekspansi total dari tumor. Pada karsinoma prostat didapatkan gambaran lesi hipoechoic pada
zona perifer. Kriteria ekspansi lokal secara sonografi adalah adanya ekstensi ekstrakapsuler
berupa bulging dari kontur prostat atau angulasi dari batas lateral. Bila vesika seminalis sudah
terkena maka akan tampak benjolan di daerah posterior pada dasar vesika seminalis atau
gambaran echo yang asimetri seperti daerah hipoechoik pada prostat. Dengan TRUS juga
dapat di hitung volume prostat dengan rumus /6 x antero posterior x transversal x
sagital.
Cara lain dalam diagnostik radiologi adalah Endorectal Magnetic Resonance Imaging
(akurasi 51 92%), CT Scan dan MRI. Suatu kesalahan apabila kita hendak melihat ekspansi
karsinoma prostat ke vesika seminalis dengan menggunakan CT/MRI karena ekspansi ke
vesika seminalis adalah suatu fenomena mikroskopik. (5,7)
Dalam penanganan dan diagnosis suatu keganasan prostat, dikenal dua penanda tumor yaitu
fosfatase asam prostat ( prostate acid phosphatase = PAP ) dan antigen khas prostat ( prostat
specific antigen = PSA ). Suatu tumor marker yang ideal bila hanya mengekspresikan sel-sel
tumor dan dapat dideteksi pada saat terjadi perubahan biologik. PSA tidak spesifik untuk
karsinoma prostat, tetapi spesifik untuk organ prostat.
PSA kadang juga meninggi pada hipertrofi prostat dan peninggian ini proporsional dengan
berat jaringan prostat. Terjadi kenaikan titer PSA 0,33 ng/mL (Stone PL, in General Surgery
Board Review) atau 0,12 ng/mL (Presti JL, in Smiths General Urology) setiap gram BPH.
PSA dapat juga meningkat oleh adanya inflamasi, infark dan manipulasi prostat seperti
sistoskopi, kateterisasi dan biopsi. Di samping untuk keperluan diagnosis, PSA dapat
digunakan untuk mengikuti perkembangan penyakit atau hasil pengobatan. (2,4,10,11)
PSA merupakan protein yang dihasilkan oleh kelenjar prostat dan tidak dihasilkan oleh organ
lain. Protein ini mempunyai peranan dalam proses liquifaksi cairan semen. Oleh karena

wanita tidak mempunyai prostat maka kadar PSA ini tidak dapat dideteksi. PSA tidak masuk
ke aliran darah karena dicegah oleh suatu lapisan membran basal. Kadar PSA dalam darah
akan meningkat jika barier antara epitel prostat dan pembuluh darah mengalami kerusakan.
Beberapa penyebab kerusakan yang sering yaitu kanker, infeksi bakteri dan infark prostat
karena gangguan vaskularisasi. Trauma prostat seperti masase prostat dan ejakulasi juga
dapat meningkatkan kadar PSA yang bersifat sementara. Hal lain yang dapat memberikan
hasil positif palsu adalah sistoskopi, biopsi prostat atau kateterisasi. Tidak ada perubahan
yang bermakna pada kadar PSA setelah pemeriksaan colok dubur. (12,13,14,15)
Sebagian besar PSA terikat dengan alpha-1-antichymotrypsin ( ACT ) dan sejumlah kecil
terdapat dalam bentuk bebas ( f- PSA ) atau terikat dengan alpha-2-macroglobulin ( AMG ).
Cairan semen terutama mengandung f-PSA dengan jumlah sekitar 1 juta ng/mL. Dalam
bentuk terikat dengan ACT, PSA tidak aktif namun masih tetap memiliki sifat imunoreaktif
karena tidak seluruh epitop yang sesuai tertutup sedangkan dalam terikat dengan AMG, selain
tidak aktif juga tidak bersifat imunoreaktif oleh karena seluruh epitopnya tertutupi dan tidak
dapat terdeteksi.(7,14)
Seperti sudah disinggung sebelumnya bahwa PSA tidak spesifik untuk karsinoma prostat
tetapi merupakan suatu organ spesifik maka berbagai macam cara pemeriksaan ini akan
meningkatkan spesifitas dan nilai positif dalam mendiagnosis suatu karsinoma prostat.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut al :
1. Free PSA (fPSA)
Yang dimaksud dengan fPSA adalah PSA yang tidak terikat dengan ACT. Setelah
berkembangnya pemeriksaan immunoassay maka penelitian memperlihatkan bahwa free-tototal PSA ditemukan kadarnya lebih rendah pada pria dengan karsinoma prostat. Rasio fPSA
da total PSA :
< biopsi15 %, maka dicurigai suatu karsinoma
> 25 %, kemungkinan hanya BPH
15-25 %, ragu-ragu
2. PSA Velocity (PSA-V)
Pemeriksaan ini digunakan untuk memonitor perubahan kadar PSA dari waktu ke waktu.
PSA-V didapatkan dengan rumus :
i/2([PSA2-PSA1/waktu 1 dalam thn]+[PSA3-PSA2/waktu 2 dalam thn])
Bila ditemukan peningkatan PSA-V sebesar 0,75 ng/mL atau lebih pertahun maka
kecenderungan untuk menderita karsinoma prostat juga meningkat.
3. PSA Density (PSAD)
Diperkenalkan oleh Benson dkk pada tahun 1992, yaitu suatu konsep korelasi antara nilai
PSA dan volume prostat. Konsep ini berdasarkan bahwa kebanyakan PSA dihasilkan pada
zona transisional. PSAD didapatkan dengan total serum PSA dibagi volume prostat yang
diperoleh dari pemeriksaan TRUS. Secara teoritis PSAD dapat antara suatu karsinoma prostat
dan BPH pada penderita yang mempunyai kadar PSA antara 4-10 ng/mL.
Seaman dkk (1994)melaporkan bahwa PSAD dapat mendeteksi suatu karsinoma dengan nilai
cutoff 0,15. Beberapa peneliti menyarankan untuk melakukan biopsi bila nilai PSAD 0,1 atau
0,15. (7,12)

Anda mungkin juga menyukai