Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
II.
Judul
Tujuan
III.
pengaruh pemanasan.
Denaturasi protein : perubahan pada suatu protein akibat dari kondisi
lingkungan yang sangat ekstrim.
Berbagai protein globular mempunyai daya kelarutan yang berbeda dalam air.
Variabel yang mempengaruhi kelarutan ini adalah pH, kekuatan ion, sifat
dielektrik pelarut, dan temperatur. Pemusahan protein dari campuran dengan
pengaturan pH didasarkan pada harga pH isoelektrik yang berbeda-beda untuk
tiap macam protein. Pada umumnya molekul protein mempunyai daya kelarutan
minimum pada pH isoelektriknya. Pada pH isoelektriknya beberapa protein akan
mengendap dari larutan, sehingga dengan cara pengaturan pH larutan, masingmasing protein dalam campuran dapat dipisahkan satu dari yang lainnya dengan
teknik yang disebut pengendapan isoelektrik (Patong, dkk., 2012).
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini
terjadi pada albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan AgNO3 dan
(CH3COO)2Pb. Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan
garam dan berikatan dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Protein
juga mengendap bila terdapat garam-garam anorganik dengan konsentrasi yang
tinggi dalam larutan protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam
anorganik mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi
sehingga berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Pada percobaan,
endapan yang direaksikan dengan pereaksi millon memberikan warna merah
muda, dan filtrat yang direaksikan dengan biuret berwarna biru muda. Hal ini
berarti ada sebagian protein yang mengendap setelah ditambahkan garam (Sri,
2012).
Protein dapat diendapkan oleh ion-ion logam berat. Pengendapan ini terjadi
karena ion-ion logam berat membentuk garam proteinat yang tidak larut dalam air.
Pengendapan ini terjadi karena adanya reaksi penetralan muatan antara ion logam
berat dengan anion dari protein.
Larutan albumin ditambahkan dengan larutan HgCl 2 dan larutan Pb-asetat.
Setelah larutan albumin ditambahkan dengan larutan HgCl 2 dan larutan Pb-asetat,
terbentuk endapan berwarna putih dari garam proteinat.
Larutan protein pada titik isoelektriknya memiliki kutub negatif dan positif
dengan perbandingan sama. Endapan putih yang dihasilkan merupakan hasil dari
reaksi penetralan muatan antara ion logam berat sebagai kation dengan molekul
protein sebagai anion. Pada penambahan larutan protein dengan HgCl 2dan Pbasetat, anion-anion dari HgCl2dan Pb-asetat akan menyebabkan suasana larutan
menjadi sedikit asam, sehingga protein akan mengkondisikan diri sebagai basa
dan sebagian terdapat sebagai anion. Anion dari protein inilah yang bereaksi
dengan ion logam berat membentuk garam proteinat yang tidak larut dalam air .
Pada pH di atas titik isoelektrik protein bermuatan negative, sedangkan di
bawah titik isoelektrik protein bermuatan positif. Olehkarena itu untuk
mengendapkan protein dengan ion logam diperlukan pH larutan di atas titik
isoelektrik, sedangkan untuk pengendapan protein dengan ion negative
memerlukan pH larutan di bawah titik isoelektrik. Ion- ion positif yang dapat
mengendapkan protein adalah Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+,Pb2+,Cu2+,Fe2+. Sedangkan
ion-ion negative yang dapat mengendapkan protein adalah ion salisilat,
trikloroasetat, pikrat, tanat dan sulfosalisilat(Riawan, 1990).
IV.
Pipet tetes
Gelas ukur
Beker gelas
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Bahan:
1. HgCl2 0,2 M
2. Timbal asetat 0,2 M
3. Albumin
Prosedur
Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
N
Sampel
o
1
Albumin
Larutan putih +
Larutan bening
Putih telur 1%
endapan putih
Larutan bening
+ endapan putih
Larutan bening
Penambahan
HgCl2
Pb-Asetat
Putih telur 2%
Larutan bening
+ endapan putih
Larutan bening
Putih telur 3%
Larutan bening
+ endapan putih
Larutan bening
Putih telur 4%
Larutan keruh
+ endapan putih
Larutan keruh +
Larutan keruh
endapan putih
Larutan keruh +
Larutan putih
endapan putih
Larutan putih +
6
7
Putih telur 5%
Larutan Susu 2 %
endapan
VII.
Persamaan Reaksi
VIII.
Pembahasan
Pada percobaan ini, yaitu reaksi uji protein dengan uji pengendapan
dengan logam. Pada Uji pengendapan dengan logam sampel yang digunakan yaitu
larutan putih telur 1%-5%,susu 2%
dengan logam ini adalah pembentukan senyawa tak larut antara protein dan
logam berat.
Pada reaksi ini, putih telur 1%-5%,susu 2% dan albumin ditambahkan
dengan HgCl2 dan Pb-Asetat . Pada penambahan HgCl2 larutan albumin berubah
dari bening menjadi putih dan terdapat endapan putih,pada larutan putih telur 1%3% larutan bening,pada putih telur 4-5% larutan keruh sedangkan pada susu
larutan putih. Pada penambahan Pb asetat,Larutan putih telur 1%-3% bening,putih
telur 4-5% keruh,semua sampel larutan putih telur hanya terjadi gumpalan bukan
endapan. Sedangkan pada albumin larutan bening dan ada endapan putih pada
susu larutan putih dan ada endapan.
Dari sampel yang ada putihh telur hal ini menunjukkan uji negatif terhadap
pengendapan logam,susu positif terhadap Pb-Asetat dan albumin menunjukkan uji
positif terhadap pengendapan logam (HgCl2 dan Pb-Asetat),albumin terbentuk
endapan saat bereaksi dengan HgCl2 dan Pb-Asetat. Seharusnya semua sampel
menunjukkan hasil positif,menurut teori bahwa logam berat dapat mengendapkan
protein dengan cara menaikkan pH diatas titik isoelektrik (Ridwan, 1990) . Pada
penambahan larutan protein dengan HgCl2 dan Pb-asetat, anion-anion dari HgCl2
dan Pb-asetat akan menyebabkan suasana larutan menjadi sedikit asam, sehingga
protein akan mengkondisikan diri sebagai basa dan sebagian terdapat sebagai
anion. Anion dari protein inilah yang bereaksi dengan ion logam berat membentuk
garam proteinat yang tidak larut dalam air. Protein yang tercampur oleh senyawa
logam berat akan terdenaturasi. Hal ini terjadi pada albumin yang terkoagulasi
setelah ditambahkan HgCl2 maupun timbal asetat Hal ini disebabkan karena
adanya kemampuan protein untuk berikatan dengan ion logam di atas titik
isoelektriknya. Kemampuan ini disebabkan karena pada saat pH berada di atas
titik isoelektrik protein, maka ia akan bermuatan negatif sehingga mampu
mengikat ion logam yang bermuatan positif. Adanya pertambahan ion logam
menyebabkan putusnya jembatan disulfida dan ikatan kovalen S-S pada protein
yang mengandung gugus sulfuhidril.
Banyaknya gumpalan dan endapan yang terjadi pada penambahan HgCl2 dan
Pb-Asetat berbeda karena dipengaruhi oleh tetapan disosiasi dan Ksp. Tetapan
disosiasi dari HgCl2 lebih besar dibandingkan dengan Pb asetat dan Ksp Pb lebih
besar dari Ksp Hg.. Semakin besar harga Ksp suatu senyawa, maka semakin
mudah larut senyawa tersebut,maka seharusnya endapan pada HgCl2 lebih banyak
daripada endapan pada Pb-Asetat,namun pada percobaan ini terjadi kesalahan
dimana endapan pada Pb-Asetat lebih banyak dari endapan pada HgCl2.
Dengan adanya endapan saat protein beereaksi dengan HgCl 2 dan PbAsetat menunjukkan bahwa protein dapat bertindak sebagai antidotum/penawar
racun pada keracunan logam berat seperti Hg dan Pb. Salah satu sumber protein
adalah susu.
Banyak faktor yang harus diperhatikan selama praktikum,seperti volume
larutan,degradasi warna serta endapan yang terjadi. Kesalahan yang terjadi bisa
disebabkan oleh kurang telitinya praktikan saat praktikum,bisa juga karena alat
atau bahan yang digunakan pada saat praktikum.
IX.
Kesimpulan
1. Pada reaksi uji protein dengan penambahan logam berat seperti logam Hg dan
Pb bereaksi positif dengan adanya pengendapan
2. Pada pengendapan protein dengan ion logam berat, pengendapan terjadi
karena ion logam berat dengan protein membentuk garam proteinat yang
tidak larut dalam air
3. Larutan protein pada titik isoelektriknya memiliki kutub negatif dan positif
dengan perbandingan sama. Endapan putih yang dihasilkan merupakan hasil
dari reaksi penetralan muatan antara ion logam berat sebagai kation dengan
molekul protein sebagai anion
4. Sampel yang menunjukkan hasil positif terhadap uji pengendapan logam
adalah albumin