lebah madu yang paling banyak dipelihara secara tradisional kawasan
oleh
hutan
masyarakat
se-Indonesia.
pedesaan Lebah
ini
sekitar tidak
memiliki sengat dan tidak ganas. Ukurannya sangat
kecil dengan fungsi sebagai penyerbuk bunga-
bunga kecil. Dalam bahasa Jawa, Apis Trigona
disebut malam klanceng atau lonceng, teuweul (Sunda),
gala-gala
(lilin
lebah).
Umumnya lebah madu Apis indica dan klenceng
trigona sp dipelihara secara tradisional dengan gelodok yang pembuatannya meniru rumah-rumah lebah yang ada di ronga-ronga batang pohon besar atau gua yang terlindung dari terik matahari dan hujan. Rumah tiruan dibuat dari batang kelapa (pucuk), kayu randu (kapuk), kayu pucung atau batang
pohon
lain
yang
berkayu
lunak.
Secara alami, serangga trigona sp membuat sarang
di lubang-lubang pohon, celah-celah dinding dan lubang bambu di dalam rumah yang agak gelap. Untuk keamanan, tempat keluar masuk berbentuk
uji
coba
yang
dilakukan
para
pengembang lebah trigona ini kotak dibuat persegi
empat dengan ukuran tinggi 65 cm dan untuk memudahkan panen kotak ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian masing-masing sebagai berikut :
Kotak bagian bawah = 35 cm, bagian tengak 20cm
dan bagian atas 10 cm dan setiap bagian potongan
dibuatkan les ukuran 5 cm sebagai penahan agar bagian kotak tidak mudah terpisah.