ENTITAS DAN LINGKUNGANNYA Embun Tresnaning Tyas C4C014004 Fathia Anindyajati A C4C014012 Giacinta Karlyn N C4C014013
Komunikasi dengan Auditor Pendahulu
(Setelah Penunjukan) Auditor pengganti harus meminta keterangan yang spesifik dan masuk akal kepada auditor pendahulu mengenai masalahmasalah yang menurut keyakinan auditor pengganti akan membantu dalam memutuskan penerimaan atau penolakan perikatan. Hal-hal yang dimintakan keterangan harus mencakup: Informasi yang kemungkinan berkaitan dengan integritas manajemen. Ketidaksepakatan dengan manajemen mengenai penerapan prinsip akuntansi, prosedur audit, atau soal-soal signifikan yang serupa. Komunikasi dengan komite audit atau pihak lain dengan kewenangan dan tanggung jawab setara tentang kecurangan, unsur pelanggaran hukum oleh klien, dan
Pelaksanaan Prosedur Analitik
Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam
proses audit dan terdiri dari evaluasi terhadap
informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan. Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-
jumlah yang tercatat atau ratio yang dihitung dari
jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor.
Contoh sumber informasi yang digunakan dalam
mengembangkan harapan dalam prosedur analitik:
Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat
diperbandingkan dengan memperhatikan perubahan yang diketahui. Hasil yang diantisipasikan, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk ekstrapolasi dari data interim atau tahunan. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode. Informasi industri bidang usaha Mien, misalnya informasi laba bruto. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan.
Pertimbangan akan Pengendalian
Internal SA Seksi 319 (PSA No. 69) Pertimbangan Pengendalian Intern dalam
Audit atas Laporan Keuangan mensyaratkan agar dalam
merencanakan audit, auditor memperoleh pemahaman memadai tentang pengendalian intern entitas atas pelaporan keuangan. Pengetahuan tersebut harus digunakan untuk mengidentifikasi tipe
salah saji potensial, mempertimbangkan faktor-faktor yang
berdampak terhadap risiko salah saji material, dan mendesain pengujian substantif. Pada saat mempertimbangkan signifikan atau tidaknya faktor risiko
kecurangan, auditor dapat menentukan apakah terdapat
pengendalian khusus yang mengurangi risiko kecurangan atau apakah kelemahan pengendalian tertentu dapat meningkatkan risiko kecurangan tersebut.
Kebutuhan akan Supervisi
Karena kemungkingan terjadinya kecurangan sangat tinggi,
perusahaan menerapkan pengawasan yang lebih ketat. Semakin
tinggi tingkat kecurangan yang terjadi dalam perusahaan, kebutuhan akan supervisi juga akan semakin tinggi. Kecurangan sering terjadi karena adanya :
(a) suatu tekanan atau suatu dorongan untuk melakukan
kecurangan, (b) suatu peluang yang dirasakan ada untuk melaksanakan kecurangan. Sebagai contoh, kecurangan dalam pelaporan keuangan dapat dilakukan karena manajemen berada di bawah tekanan untuk mencapai target laba yang tidak realistik dan Peluang dirasakan ada jika seorang individu yakin bahwa ia dapat menghindari pengendalian intern .
Kasus pada PT. KAI
Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan
PT KAI tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat meraih
keutungan sebesar Rp 6.900.000.000,00. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp 63.000.000.000,00. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT. KAI tahun 2005. Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Dalam PT. KAI ada kekeliruan direksi dalam mencatat penerimaan perusahaan selama tahun 2005.
Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar
Rp 24.000.000.000,00 yang diketahui pada saat dilakukan
inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp 6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005. Bantuan pemerintah yang belum ditentukan oleh manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari hutang. Akan tetapi menurut Hekinus, selaku Dewan Komisaris bantuan pemerintah dan penyertaan modal harus disajikan sebagai bagian dari modal perseroan. Manajemen PT. KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada saat jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003. Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara komisaris dan auditor akuntan publik terjadi karena PT. KAI tidak memiliki tata kelola perusahaan yang baik
Analisis Kasus Pada kasus yang telah dipaparkan diatas,PT.KAImerasa bahwa dalam laporan
keuangan yang dihasilkan oleh akuntan ekstenal banyak sekali timbul
kejanggalan secara implisit dan eksplisit. Terdapat beberapa salah saji material secara disengaja yang dihasilkan dari pelaporan audit yang dikeluarkan oleh akuntan publik. Pada kasus ini, akuntan publik diduga terlibat dengan pihak-pihak lain yang ingin mencari keuntungan. Terlihat sekali dalam proses pengauditan, kurangnya komunikasi dan pengawasan antara pihakPT.KAIdengan akuntan publik sangatlah berakibat fatal bagi pihakPT.KAI. Sangat jelas dalam satu contoh saat di laporan keuangan ditemukanPT.KAImendapatkan keuntungan sebesar Rp. 6.900.000.000,00 padahal pada kenyataanyaPT.KAImengalami kerugian Rp.6.300.000.000,00 . Kesalahan ini membuat pengaruh terhadap setiap item di laporan keuangan yang dikeluarkan oleh akuntan publik. Seorang auditor seharusnya dapat menganalisis resiko-resiko apa yang akan dihadapi olehPT.KAI, namun karena terhalang kendala komunikasi dengan pihakPT.KAIdan audit intern maka akuntan publik tidak dapat mengetahui lingkungan di dalamPT.KAIyang sebenarnya. Dari kerancuan ini akuntan publik berhubungan dengan pihak lain yang mengetahuiPT.KAIdan akuntan publik tersebut terpengaruh oleh hasutan untuk memanipulasi laporan keuanganPT.KAI untuk kepentingan masing-masing.