1.2.3
1.2.4
Faktor Gesek
Dari rumus di atas tampak bahwa pada aliran laminer, faktor gesek tidak tergantung
pada kekasaran pipa.
1.2.4.2 Faktor gesek untuk aliran turbulen
Faktor gesek dapat juga di definisikan sebagai fungsi angka reynold dan kekasaran
relatif bahan pipa.
Diagram untuk mencari harga faktor gesek dari Re dan e/D adalah sebagai berikut :
Pompa sentrifugal
2.
Rotameter
3.
4.
Tabung transparan
5.
Venturi meter
6.
7.
Reservoir
8.
Globe Valve
9.
Gate Valve
Pompa
Pompa yang digunakan didalam mendukung pelaksanaan percobaan di sini adalah 1
(satu) unit pompa sentrifugal, dengan kapasitaas maksimum 6 m3/jam.
Motor listrik
Motor listrik digunakan untuk menggerakkan pompa. Rate motor listrik adalah
sebagai berikut :
-
Daya
: 1,5 Kw
Kecepatan (putaran)
: 2900 rpm
Voltase
: 220V / 380V
Rotameter
Rotameter berfungsi untuk menjukkan kapasitas atau debit air yang dibutuhkan pada
saat pengujian.
Manometer
Manometer berfungsi untuk mengukur perbedaan tekanan air yang terjadi pada
vanturi. Jenis manometer yang dipakai di sini adalah manometer air raksa.
Pressure Gauge (pengukur tekanan)
Pengunaan pressure gauge di sini adalah untuk mengukur tekanan yang terjadi pada
masing-masing pipayang diuji.
Termometer
Fungsi termometer disini adalah untuk mengukur suhu air pada saat melakukan
percobaan. Dengan diketahuinya suhu air, maka density (massa jenis) dan viskositas
air dapat diketahui. Jenis termometer yang dipakai disini adalah jenis termometer air
raksa biasa.
1.4. PROSEDUR ATAU LANGKAH LANGKAH PENGUJIAN
Langkah ke-1 :
Resevoir air diisi air sampai pada batas ketinggian permukaan air tertentu sesuai
dengan yang diinginkan. Sebelum pompa dihidupkan, semua globe valve dalam
keadaan terbuka kecuali gate valve pada pipa discharge dari pompa dalam keadaan
tertutup. Hal ini bertujuan untuk mencegah atau menghindari terjadinya penekanan
tiba-tiba dari laju aliran pada saat pompa mulai dihidupkan, sehingga dapat merusak
instalasi.
4
Langkah ke-2 :
Hidupkan pompa (sakelar pada posisi on), kemudian secara perlahan-lahan gate
valve dibuka hingga laju aliran stabil. Laju aliran dapat diamati pada pipa kaca,disini
akan dapat terlihat apakah masih terdapat / terjadi gelembung-gelembung udara pada
alirannya.
Jika sudah tidak terjadi gelembung-gelembung udara, maka globe valve pada pipa by
pass ditutup, sedangkan globe valve pada pipa-pipa yang lain dalam keadaan terbuka
sebelum dilakukan pengamatan pada pengukuran di tiap-tiap tempat yang telah
ditetapkan.
Langkah ke-3 :
Setelah aliran air bebas gelambung udara,laju aliran yang dipompakan diatur dengan
memutar gate valve sesuai dengan jumlah atau kapasitas laju aliran yang telah
ditentukan. (dilihat pada rotameter).
Langkah ke-4 :
Amati hasil pengukuran pada pressure gauge ditiap-tiap tempat yang telah ditetapkan,
untuk mengetauhi perbedaan tekanan ( pressure drop ) pada pipa yang diukur.
Misalkan : kita melakukan pengamatan pada pipa pertama, maka kita harus menutup
aliran yang menuju pada pipa kedua, ketiga dan keempat. Gate valve dibuka secara
bertahap sambil mengamati rota meter dan pressure gauge dengan jarak tap yang
sudah ditetapkan.
Langkah ke -5 :
Buka gate valve secara bertahap hingga batas maksimal. Berapa laju aliran maksimum
yang hanya diperlukan untuk pipa lurus sepanjang jarak tap yang sudah ditetapkan,
serta berapa tekanan maksimum yang terjadi di sepanjang pipa lurus tersebut.
Langkah ke 6 :
Lakukan percobaan yang sama pada kedua, pipa ketiga dan pipa keempat.
pipa
Katup
terbuk
a
(putara
n)
1
1
4
1000
1000
1000
P1-P2=p (
)
D=15.5 m
D=8 mm
L=126 cm
L=123cm
P1
P2
P1
0.2
0,4
0,3
0,45
0,4
0,8
0,5
1,1
0,8
1,2
0,9
1000
2
4
1000
Keterangan
P2
1000
dalam pipa
L = Jarak tap panjang pipa yang diukur)
Asumsi :
1. Aliran steady
1. Aliran incompressible
2. Fully developed flow
D = Diameter
Density (
Viskositas kinematik ()
250C
997,1 Kg/m3
300C
995,7 Kg/m3
= 0.2
Q = 1000
272
= 2.72
D = 15,5 mm = 0,0155 m
V=
= 1.4
Re =
Re = 2.52
= 2.52
Faktor Gesek ()
0,025
= 0,000001 (1,55 cm X
= 6,1 1
Bila dinyatakan dalam mka = (5,08
in = 5,08
ft
) ft (0,3048
) = 1,55
+ hl
= hl
Hl =
=2
mka
mka
0.3
= 0.1
Q = 1000
400
=4
D = 15,5 mm = 0,0155 m
V=
= 2.12
Re = 3.8
= 3.8
Faktor Gesek ()
0,023
10
= 0,000001 (1,55 cm X
= 6,1 1
Bila dinyatakan dalam mka = (5,08
in = 5,08
ft
) ft (0,3048
) = 1,55
+ hl
= hl
Hl =
=1
mka
0.4
= 0.05
Q = 1000
454.5
= 4.55
D = 15,5 mm = 0,0155 m
V=
= 2.4
11
mka
Re = 4.35
= 4.35
Faktor Gesek ()
0,022
= 0,000001 (1,55 cm X
= 6,1 1
Bila dinyatakan dalam mka = (5,08
in = 5,08
ft
) ft (0,3048
) = 1,55
+ hl
= hl
Hl =
= 0.5
mka
12
mka
Bukaan
Katup
(putaran)
1
4.00
Q
(
2.72
4.55
V
)
2,52
0,025
0,1
2.12
3,80
0,023
0,05
2.40
4.35
0,022
0.5
= 0,3
Q = 1000
122
= 1,22
D = 8 mm = 0,008 m
V=
Hl
(mka)
1.40
0,2
Pipa 2 8 mm = 0,008 m
P = 0,8
Re
= 2,44
13
Re =
Re = 2,27
= 2,27
Faktor Gesek ()
0,0257
= 0,000001 (0,8 cm X
= 3,15 1
Bila dinyatakan dalam mka = (2,62
in = 2,62
) ft (0,3048
+ hl
= hl
Hl =
= 3.01
mka
0,9
= 0,3
14
)
ft
) = 7,98
mka
V=
Q = 1000
137
= 1,37
D = 8 mm = 0,008 m
V=
= 2.74
Re = 2,5
= 2,5
Faktor Gesek ()
0,0252
= 0,000001 (0,8 cm X
= 3,15 1
Bila dinyatakan dalam mka = (2,62
in = 2,62
) ft (0,3048
15
)
ft
) = 7,98
mka
+ hl
= hl
Hl =
= 3,01
mka
0,9
= 0,3
Q = 1000
141
= 1,41
D = 8 mm = 0,008 m
V=
= 2.82
16
Re =
Re = 2.26
= 2.26
Faktor Gesek ()
0,0258
= 0,000001 (0,8 cm X
= 3,15 1
Bila dinyatakan dalam mka = (2,62
in = 2,62
) ft (0,3048
ft
) = 7,98
mka
+ hl
= hl
Hl =
Bukaan
Katup
(putaran)
1
= 3.01
Q
(
mka
V
)
Re
Hl
(mka)
1,22
0,3
2,44
2,27
0,0257
3,01 .
1,37
0,3
2,74
2,50
0,0252
3,01 .
1,41
0,3
2,26
2,26
0,0258
3,01 .
17
1.7
KESIMPULAN
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dengan meningkatnya Debit aliran (Q) maka akan meningkatkan Angka Reynold.
2. Angka Reynold tertinggi ditunjukkan pada pipa1, buka katup 6 putaran dengan nilai
4,35
3. Dengan meningkatnya Debit aliran (Q) menyebabkan faktor geseknya semakin turun.
4. Semakin besar diameter sebuah pipa, maka nilai faktor geseknya semakin rendah.
5. Semakin tingginya Angka Reynold menyebabkan nilai faktor geseknya semakin
turun.
6. Peningkatan Debit aliran berbanding lurus dengan tinggi nya angka Reynold, namun
berbanding terbalik dengan nilai faktor gesek
7. Terjadinya penurunan tekanan akibat adanya kerugian gesek pada sistem perpipaaan.
18
BAB II
UJI POMPA CENTRIFUGAL
2.1. TUJUAN PENGUJIAN
Tujuan uji pompa sentrifugal adalah untuk mengetahui besarnya laju aliran volume
(debit) aliran fluida yang didhasilkan oleh pompa, dengan metode pengukuran yang
menggunakan V-notch weir dan rectangular weir. Dengan diketahuinya debit pompa (Q),
maka dapat pula diketahui variabel-variabel lain dari pompa tersebut, yaitu head pompa (H),
daya hidrolik (WHP), daya pompa (N), effisiensi pompa () dan NPSH pompa.
Disamping itu, dapat pula diperoleh karakteristik kerja dari pompa, seperti misalnya :
H
= f (Q)
WHP = f (Q)
N
= f (Q)
= f (Q)
19
Untuk aliran laminer di dalam pipa, berarti Re < 2300. maka entrance lenght (L) akan kita
dapatkan :
L = 0,06 Re.D
L = 0,06 (2300).D
L = 138.D . . . .. .... .. .. .. .. . . . . . . .(2.1)
Untuk aliran turbulen, karena tumbuhnya lapisan batas lebih cepat, maka entrance lenght
akan menjadi lebih pendek, yaitu kira-kira 25 s/d 40 kali diameter pipa.
2.2.2. Aliran Eksternal (Aliran Dalam Saluran Terbuka)
Pengukuran kapasitas aliran pada saluran terbuka :
2.2.2.a. Rectanguler Weir
20
(2.4)
. . . . . . . . . . . . .(2.5b)
L
y
1/2L
dy
Hy
L
/2 /2
/2
/2
21
Dengan menggunakan segitiga sebangun, kita dapat hubungkan X dan Y sebagai berikut
:Eksponen pada persamaan di atas benar, tetapi koefisiennya harus dikurangi kira-kira 42%,
karena kontraksinya telah kita abaikan kapasitas nyata :
Q = 58% Qt . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. (2.9)
Secara pendekatan untuk 900 V- notch weir, didapat :
Q = 2,50 H2,5
Q = 1,38 H2,5
Satuan SI
. . . . . . (2.10.b)
Hp = Head pompa
Hs = Tinggi isap setatis
Hd = Tinggi tekanan statis
Pdr = Tekanan discharge reservoir
Psr = Tekanan suction reservoir
Vdr = Kecepatan aliran fluida pada discharge reservoir
Vsr = Kecepatan aliran fluida pada suction reservoir
J
22
Bila pipa discharge diatas permukaan fluida dalam reservoir dan masih
mempunyai tekanan yang lebih besar dari Patm, maka Pdr hrus diukur atau
dihitung dengan persamaan :
23
Hd
Hd = Hd Zz1 = Hd 10cm.
2.2.3.7 Kerugian gesek pada instalasi pompa (h1)
h1 = h1s + h1d
a. Pada pipa isap
h1s = h1s1 + h1s2
dimana :
h1s1 = kerugian gesek karena panjang pipa isap (mayor losses)
h1s2 = kerugian gesek karena sambungan (elbow and tee) dan valve (gate valve) serta
entrance (minor losses)
b. Pada pipa tekan
h1d = h1d1 + h1d2
Dimana :
h1d1 = kerugian gesek karena pnjang pipa tekan (mayor losses)
h1d2 = kerugian gesek karena sambungan (elbow dan tee) dan valve (gate valve)
24
Keterangan :
hs = Head isap statis (m), hs (+) jika pompa terletak diatas permukaan zat cair yang
diisapkan dan (-) jika di bawah.
hls = Kerugian di dalam pipa isap
Contoh :
Pada temperatur air 250 C didapat :
Tekanan uap jenuh (Pv) = 3351 N/m2 = 0,360 mka
2.3. ALAT UJI KELENGKAPAN
2.3.1. Mesin uji pompa sentrifugal
Mesin uji sentrifugal terdiri dari :
Pompa dan instalasi pipanya (pipa gate valve dan elbow 900)
Sedangkan pompa yang dipakai adalah 1 unit pompa sentrifugal, merk DAB dengan
spesifikasi sebagai berikut :
Model
Kapasitas maksimum
= 100 lt/min
Total head
= 22,5 m
Putaran
= 2850 rpm
Diameter discharge
= 1 inch
Diameter suction
= 1 inch
Voltage
= 220 Volt
Daya motor
= 175 Watt
26
= 27,8 cm
Zs
= 9 cm
ZZ1 = 10 cm
Hs ( Tinggi isap statis )
= hs Zs
hd
Bukaa
n
katup
1
3
7
Voltag
e
(V)
109
121
124
Ampe
re
(A)
0,3
0,4
0,5
hd
( cm )
1,8
3,3
3,8
hs
( cm
)
15,8
13,3
12,9
Hd
( cm
)
29,6
31,1
31,6
Hs
( cm
)
6,8
4,3
3,9
Pd
( kg / cm 2 )
0,7
0,5
0,4
H = hd
Qt 1 = 8/15 2. 9,8
Qt 2 = 8/15 2. 9,8
= 2,48 . 10 4 m3 / s
Q3
= 4,55 . 10 4 m3 / s
= 5,22 . 10 4 m3 / s
29
4.Q
. Ds2
Vs 1 = 4 . 2,48 .10 4
= 0,50 m / s
3,14 . ( 0,025 )2
Vs 3
= 4 . 4,55 .10 4
= 0,92 m / s
3,14 . ( 0,025 )2
Vs 7 = 4 . 5,22 .10 4
3,14 . ( 0,025 )2
= 1,06 m / s
d. Head Losses
pada pipa suction :
bukaan Katub = 1
( 1 . 10 2 )
f
= 64
= 64
= 0,051
0,25
0,25
RE
1248,7
hl 1 = f . ls . Vs 2 =0,051 . 0,5
. (0,50)2 = 0,013
Ds 2g
0,025
2. (9,8 )
hl 2 = ( Kent + f le/ Delb ) Vs = (0,5 + 0,051 . 30 ) . 0,0512 = 0,00026
2.g
2.9,8
hls
hls = 0,01326
bukaan Katub = 3
( 1 . 10 2 )
30
= 64
= 64
= 0,027
RE 0,25 2297,7 0,25
hl 1 = f . ls . Vs 2 =0,027 . 0,5
. (0,92 )2 = 0,046
Ds 2g
0,025
2. (9,8 )
hl 2 = ( Kent + f le/ Delb ) Vs = (0,5 + 0,027 . 30 ) . 0,0272 = 0,000048
2.g
2.9,8
hls
hls = 0,046048
bukaan Katub = 3
( 1 . 10 2 )
f
= 0,3164
RE 0,25
0,3164
1823,1 0,25
= 0,011
hl 1 = f . ls . Vs 2 =0,011 . 0,5
. (1,06)2 = 0,012
Ds 2g
0,025
2. (9,8 )
hl 2 = ( Kent + f le/ Delb ) Vs = (0,5 + 0,011 . 30 ) . 0,0112 = 0,000049
2.g
2. 9,8
hls
hls = 0,0120049
pada pipa Dischange :
bukaan Katub = 1 ; Dd =Ds= 1inci = 0,025 ; ld = 0,5 m ; air = 999 kg/m 3
Vd = 0,50 air = 1.10 2 N . s / m 3
RE = . Vd . Dd = 999 . ( 0,50 ) . ( 0,025 ) = 1248,7 < 2300 ( Laminer )
( 1 . 10 3 )
f
= 64
= 64
= 0,051
31
RE 0,25
1248,7 0,25
hl 1 = f . ld . Vd 2 =0,051 . 0,5
. 0,512 = 0,013
Dd 2g
0,025 2. (9,8 )
hl 2 = ( f. le + 2. f / Delb + Kext) Vd 2
D gv
2.g
= ( 0,051. 8 + 2 . 0,051. 30 + 1) 0,502 = 0,20
2.9,8
hld 1
hld
= 0,213 mka
bukaan Katub = 3
( 1 . 10 3 )
f
= 64
= 64
= 0,027
RE 0,25 2297,7 0,25
= 0,046
hl 2 = ( f. le + 2. f / Delb + Kext) Vd 2
D gv
2.g
= ( 0,027.8 + 2.0,027+30+ 1) 0,922 = 0359
2.9,8
hld
hld
( 1 . 10 3 )
f
= 0,3164 = 0,3164
= 0,011
0,25
0,25
RE
2647,8
hl 2 = ( f. le + 2. f / Delb + Kext) Vd 2
D gv
g
= ( 0,011.8 + 2.0,012+30 + 1) 1,18 = 1,86
2.9,8
hld
= hld1 + hld2 = 0,012 + 0,544 = 0,556 mka
hld
= 0,556 mka
e. Head Pompa
Hp = P dr P sr + V dr 2 V sr 2 + Hs + Hd + hl
air
2.g
Dimana : P sr = P atm P dr = P sr
P dr = P atm V sr = 0
V dr = Vd
hl = hls + hld
Bukaan Katup 1
Vdr = 0,50 m/s ;Hs = 0,068 m ; Hd = 0,296 m ; hl = 0,01326+ 0,213 = 0,226
Hp 1 = 0,50 2
2 . (9,8)
Bukaan Katup 3
V dr = 0,92 m/s; Hs = 0,043 m ; Hd = 0,311 m ; hl = 0,046 + 0,405 = 0,451
Hp 2 = 0,92 2 + 0,043 + 0,311 + 0,451 = 0,848 mka
2 . (9,8)
Bukaan Katup 7
Vdr = 1,06 m/ s ; Hs = 0,039 m ; Hd = 0,316 m ; hl = 0,012 + 0,556 = 0,558
Hp 2,5 = 1,06 2 + 0,039+ 0,316 + 0,868 mka
2 . (9,8)
33
= Head pompa
( mka )3
( kg / m )
Bukaan katup 1
Q = 2,48 . 10 4 m 3 / s ;
= 1,98 . 10 3 Hp
Q = 4,55 . 10 4 m 3 / s ;
H = 0,602 mka
H = 0,848 mka
5,1 . 10 3 Hp
Q = 5,22 . 10 4 m 3 / s ;
H = 0,98
mka
= 6,8 . 10 3 Hp
Dimana: E
I
Bukaan katup 1
N mtr = 109 . 0,3 . 0,81
746
Bukaan katup 3
N mtr = 121 . 0,4 . 0,81
746
Bukaan katup 7
N mtr = 124 . 0,5 . 0,81
746
h. Daya mekanik
E = 109 V ;
= 0,035
= Tegangan listrik
I = 0,3 A
Hp
E = 121 V ;
= 0,052
I = 0,4 A
Hp
E = 124 V ;
= 0,067
Hp
34
I = 0,5 A
Bukaan katup 1
N mek = 0,97. 0,035 = 0,0339
Hp
Bukaan katup 3
N mek = 0,97. 0,052 = 0,0534
Hp
Bukaan katup 7
N mek = 0,97. 0,067 = 0,0649
Hp
i. Effisinsi pompa
p
= WHP . 100 %
N mek
Bukaan katup 1
p
Bukaan katup 3
p
Bukaan katup 7
p
2450
Kapasita
s Nyata
(Q)
( m3 / sec
)
Daya
Mekanik
(N
mek )
( hp )
Daya
Motor
( N mtr )
( hp )
Efisien
si
Pompa
( p )
(%)
Head
Pompa
( HP )
( mka )
Daya
Hidrolik
Pompa
( WHP )
( hp )
0,248
0,0339
0,035
3,05
0,804
0,0198
0,455
0,0534
0,052
10,2
0,656
0,051
0,522
0,0649
0,067
11,4
0,532
0,068
35
2.7.
0.8
0.7
0.66
0.6
0.53
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0.55
Grafik Hubungan Antara Debit Aliran Dengan Daya Hidroulik Pompa Pada 2450 Rpm
0.08
0.07
0.07
0.06
0.05
0.05
0.04
0.03
0.02
0.02
0.01
0
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
36
0.5
0.55
Grafik Hubungan Antara Debit Aliran Dengan Daya Motor Pada 2450 Rpm
0.08
0.07
0.07
0.06
0.05
0.05
0.04
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0.55
Grafik Hubungan Antara Debit Aliran Dengan Efisiensi Pompa Pada 2450 Rpm
12
11.4
10.2
10
4
3.05
2
0
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
37
0.5
0.55
2.8.
KESIMPULAN
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Fox, Robert W. nd Mc. Donald, Alan T., Introduction to fluid mechanics, 3th edition,
Jhon Willy & Son, Inc., New York - USA, 1985
2. Hilmy Achmad, dkk., Buku Panduan Praktikum Mekanika Fluida, Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, 1996.
3. Khetagurov M., Marine Auxiliary Machinery And System, Peace Publisher Moscow.
39