Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Direktorat
Jenderal
Peternakan,
Departemen
dengan
saat
proses
penyusunan
berlangsung,
Menteri
Keuangan
Perencanaan
Pembangunan
menerbitkan
Pedoman
dan
tengah
Menteri
Negara
Nasional/Kepala
Reformasi
dalamnya
Renstra
Penganggaran.
Di
Kementerian
Negara/Lembaga
Bappenas
Perencanaan
ditekankan
bahwa
diharapkan
dan
setiap
sudah
kegiatan
yang
disertai
dengan
kejelasan
sasaran
adalah:
proses
(1)
penyusunannya.
Pendahuluan;
(2)
Bagian-bagian
Potensi
dan
Agustus 2009
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................1
B. TUJUAN PENYUSUNAN RENSTRA...........................................................3
C. SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENSTRA..................................................4
Perdagangan....................................................................................5
b)
Strengths (Kekuatan-kekuatan)...................................................39
b)
Weaknesses (Kelemahan-kelemahan).......................................39
c)
Opportunities (Peluang-peluang).................................................40
d)
Threats (Ancaman-ancaman)......................................................41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Target Pembangunan untuk Tahun 2009-2014 Direktorat
Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian
......................................................................54
2. Kebutuhan Pendanaan Pembangunan
PeternakanTahun 2010-2014 ....................................60
3. Sasaran Populasi Ternak Tahun 2010 2014 ............62
4. Sasaran Produksi Ternak Tahun 2010 2014 ...........63
5. Tabel Matriks Renstra Direktorat Jenderal
Peternakan ..................................................................64
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian dan peternakan merupakan komponen
utama pendapatan daerah pedesaan dan daerah tertinggal
(FAO, 1999).
produk
peternakan
di
Kebutuhan ternak
negara-negara
berkembang
Indonesia
sebesar
7,23
milyar
rupiah,
rupiah
(Priyarsono
dkk.,
2005).
Fakta
tersebut
pembangunan
sejalan
dengan
pelaksanaan
perubahan
lingkungan
strategis
yang
indikator
diverifikasi,
keberhasilan
sehingga
dapat
yang
dapat
dijadikan
diukur
acuan
dan
dalam
global
perencanaan
maupun
sebagai
domestik,
alat
serta
manajerial
memperhatikan
untuk
memelihara
memberikan
komitmen
pada
aktivitas
dan
antar
dan
lintas
sektor
serta
dengan
rangka
memberikan
pedoman
yang
Pendahuluan
Bab II.
1.
Perdagangan
Perubahan dan tantangan strategis yang sedang
terjadi
adalah
perkembangan
berlangsungnya
ilmu
era
pengetahuan
globalisasi,
dan
laju
teknologi,
setiap
komponen
bangsa
harus
termasuk
negara
yang
turut
Undang-Undang No.7
tahun 1994.
Pada prinsipnya dalam perjanjian SPS dan TBT
telah disepakati tentang perlakuan non-diskriminatif, bukti
ilmiah, dan semua non-tarif barier diganti dengan tarif
barrier secara bertahap diturunkan sampai menjadi nol
persen. Non-tarif barrier yang masih diperbolehkan adalah
hanya SPS dan TBT, serta hal-hal yang berkaitan dengan
agama dan kebudayaan. Berkaitan dengan hal tersebut,
produk dalam bentuk barang maupun jasa yang dihasilkan
oleh kegiatan sub-sektor peternakan dan kesehatan hewan
harus dapat memenuhi persyaratan keamanan (safety),
standard mutu (quality),
welfare),
ramah
lingkungan
dan
berkelanjutan.
masyarakat
dunia
terhadap
menuntut
lembaga lainnya
Ditjennak
bersama-sama
dengan
masalah
yang
menjadi
perhatian
Ditjennak
untuk
mendukung
pembangunan
2.
nasional
adalah
tuntutan
tentang
perlunya
pembangunan
reformasi
di
nasional.
segala
bidang,
Dalam
maka
dan
partisipasi
masyarakat.
Upaya
yang
merupakan
suatu
kemampuan
Pemerintah
Daerah
untuk
melaksanakan
kerjasama
3.
pertanian.
kesehatan
hewan
Restrukturisasi
dilaksanakan
peternakan
dengan
dan
memperkuat
lingkungan
hidup
melalui
mata
rantai
penting
dalam
mewujudkan
pembangunan
yang
(Livestock
Revolution)
seperti
yang
dirumuskan oleh
Peternakan
dicirikan
oleh
akselarasi
utama
pertumbuhan
baru
sektor
pertanian
yang
tahun
2000-2003
pertumbuhan
subsektor
dan
dimensi
kesejahteraan
melalui
upaya
4.
sejarah
pembanguan
pertanian
di
11
Program-
yang
sangat
rawan,
masalah
pangan
pada
kemudian
menimbulkan
gejolak
politik
yang
sudah
dicanangkan
sebelumnya,
yaitu
sendiri.
Mulai
mencerminkan
menghadapi
perlunya
usaha
tekanan
sebagai
suatu
kegiatan
bisnis
sekaligus
13
B. PERMASALAHAN
1.
Agribisnis Perunggasan
Komoditas
unggas
permasalahan-permasalahan
sering
yang
mengalami
menghambat
bahan
baku
pakan
yang
berasal
dari
14
unggas
yaitu
Infectious
Bronchitis
(IB),
dua
permasalahan
tersebut
beberapa
antara
lain:
permasalahan
sistem
transportasi
dan
komunikasi
juga
dapat
permasalahan
ekonomi
biaya
tinggi
akibat
2.
Agribisnis Persusuan
Kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di
beberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang
cocok untuk pengembangan agribisnis persusuan. Selain
itu, dari sisi permintaan, produksi susu dalam negeri masih
belum mencukupi untuk menutupi kebutuhan konsumsi
dalam negeri. Saat ini produksi dalam negeri baru
15
negeri
belum
mampu
memenuhi
Standar
susu
adalah
terkurasnya
devisa
nasional,
pemerintah
dari
pajak
apabila
agribisnis
produk-
produk susu, Indonesia berada pada posisi sebagai netconsumer. Sampai saat sekarang industri pengolahan susu
nasional masih sangat bergantung pada impor bahan baku
16
susu.
dari
sisi
Indonesia
konsumsi
terhadap
susu,
produk
konsumsi
susu
masih
lainnya.
Konsumsi
susu
per
kapita
peningkatan
pendapatan
dan
bertambahnya
17
perlu
dipertahankan.
Pelayanannya
perlu
tiga
menteri
(Menteri
Pertanian,
Menteri
pasar
yang
kondusif
sehingga
mampu
3.
19
betina
produktif.
dikonsentrasikan
pada
Program
suatu
budidaya
wilayah
yang
perlu
memilki
pengolahan
tanah
dan
sebagainya.
harus
benar-benar
dilakukan
secara
20
21
agribisnis
sapi
potong
Untuk
itu
diperlukan
eksplorasi
potensi
pembiayaan
yang
dapat
merangsang
22
4.
kalangan
peternakan
Indonesia.
Melihat
negeri
diperlukan
kondisi
lingkungan
usaha
periode
2007-2008
terjadi
peningkatan
Terjadi
23
disebabkan
juga
adanya
kemudahan
dalam
Kondisi tersebut
lainnya.
Hal
ini
juga
dapat
menyebabkan
apabila
impor
daging
ke
Indonesia
penerimaan
pajak
akan
lebih
memberatkan
25
pangan
hewani
serta
meningkatkan
kesejahteraan peternak.
26
penuh
tanggungjawab
berdasarkan
pada
target
Peternakan yang
Peternakan yang
dan
keamanan
pangan
hewani.
ketersediaan
pangan
hewani;
(2)
stabilitas
peternak.
Kesejahteraan
peternak
27
B. Misi
Untuk mewujudkan visi Direktorat Jenderal Peternakan
perlu ditetapkan misi yang akan dilaksanakan dalam kurun
waktu tertentu. Rumusan misi Direktorat Jenderal Peternakan
adalah sebagai berikut.
a) Merumuskan dan menyelenggarakan kebijakan bidang
peternakan yang berdaya saing dan berkelanjutan
dengan memanfaatkan sumberdaya lokal
b) Menyelenggarakan dan menggerakkan pengembangan:
perbibitan, pakan, budidaya ternak ruminansia dan nonruminansia,
kesehatan
hewan
dan
kesehatan
pangan
hewani
untuk
meningkatkan
kesejahteraan peternak
c) Meningkatkan
profesionalisme
dan
integritas
C. Tujuan
Tujuan
adalah
sesuatu
yang
akan
dicapai
atau
Direktorat
1.
Tujuan Umum
Meningkatkan penyediaan pangan hewani yang
aman dan kesejahteraan peternak melalui kebijakan dan
28
2.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus Direktorat Jenderal Peternakan
adalah sebagai berikut.
a) Meningkatkan jaminan ketersediaan benih dan bibit
ternak yang berkualitas
b) Meningkatkan
populasi
dan
produktivitas
ternak
ruminansia
c) Meningkatkan populasi dan produktivitas ternak nonruminansia
d) Meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan
hewan
e) Meningkatkan jaminan keamanan produk hewan
f) Meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat
D. Sasaran
Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata
dalam rumusan yang lebih spesifik dan terukur. Indikator
pencapaian sasaran dalam kurun waktu 2010-2014 diuraikan
pada bagian program dan kegiatan.
Sasaran utama Direktorat Jenderal Peternakan adalah
meningkatnya ketersediaan produk daging, telur, dan susu
serta meningkatnya kontribusi produk ternak dalam negeri yang
mencakup:
29
populasi
dan
produktivitas
ternak
30
peternakan
mencakup
berbagai
kegiatan
mengubah
input
menjadi
output
yang
sangat
tulang
punggung
perekonomian
untuk
apabila
peternakan
dijadikan
menjadi
sangat
penting.
Ada
platform
revitalisasi
beberapa
31
Keberpihakan.
Revitalisasi
peternakan
politisi,
menempatkan
dan
pengambil
peternakan
yang
kebijakan
kaya
potensi
agar
dan
infrastruktur,
kebijakan
moneter
dan
globalisasi,
tanpa
adanya
keberpihakan,
Pertanian
termasuk
peternakan
terlibat
departemen.
amat
banyak
dan
tersebar
Akibat
terlalu
banyaknya
di
lintas
yang
ingin
dipahami
oleh
departemen
teknis
Permasalahan
klasik
berbagai
maupun
masih
pihak
terkait,
institusi
nampak
yaitu
baik
lainnya.
masalah
Sumberdaya
Manusia.
Kualitas
sumberdaya
Kondisi
tersebut
menggambarkan
pentingnya
sesuai
harapan
apabila
key
parties
yaitu
dan
masyarakat
harus
menyumbangkan
dapat
terpacu
menanamkan
modalnya
di
33
alokasi
anggaran
pendidikan
dan menyelenggarakan
2.
dalam
pembangunan
nasional.
Kontribusi
dan
(4)
neraca
perdagangan,
serta
(5)
keseimbangan lingkungan.
Fenomena menurunnya kontribusi sektor pertanian
(termasuk subsektor peternakan) yang terlihat dari sharenya terhadap GDP, yang kemudian digantikan oleh sektor
lainnya seperti manufaktur untuk menopang pertumbuhan
ekonomi negara merupakan kejadian yang umum juga
dijumpai pada negara-negara maju. Fakta menunjukkan
bahwa sektor industri yang semula diharapkan sebagai
penghela pertumbuhan ekonomi nasional kinerjanya belum
seperti yang diharapkan, sementara menempatkan sektor
pertanian (termasuk subsektor peternakan) sebagai sektor
pinggiran adalah sebuah ironi karena dalam perjalanannya
34
aktivitas
perekonomian
di
pedesaan
yang
pembangunan
terkait
pedesaan
erat
dengan
mencakup:
kebijakan
infrastruktur,
modal-modal
produksi
serta
proses
35
3.
ekonomi
dan
pada
gilirannya
pembangunan
Aturan
main
ini
pada
dasarnya
akan
yang
lebih
memfokuskan
pada
institusional
mengenai
cara-cara
bekerjasama
dan
36
peternakan
tantangan
ke
berinteraksi
seringkali
depan,
dengan
dirugikan.
pelaku-pelakunya
pasar
Menghadapi
tidak
domestik,
tetapi
hanya
juga
Tantangan
main
yang
jelas,
justru
akan
menimbulkan
arrangement
yang
baik
dan
pola-pola
pembangunan
peternakan
terletak
pada
hambatan-hambatan
koordinasi
antara
37
menjadikan revitalisasi
dapat
dioperasionalisasikan
meningkatkan
kinerja
peternakan
kesejahteraan
kelembagaan
peternak
yang
umumnya
khususnya.
efektif
dan
untuk
dan
Penguatan
efisien
dalam
yang
saling
melengkapi
4.
SWOT
kelemahan,
dilakukan
peluang,
untuk
dan
mengetahui
ancaman
yang
Berdasarkan
38
a)
Strengths (Kekuatan-kekuatan)
Kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh Ditjennak
adalah:
mendukung,
memadai,
tersedianya
teknologi
sarana
dan
SDM,
di
kelembagaan
yang
peternakan
yang
bidang
prasarana,
serta
tersedianya
itu,
Ditjennak
juga
memiliki
kewenangan
Indonesia
bebas
PMK,
adanya
dukungan
Weaknesses (Kelemahan-kelemahan)
Berbagai kelemahan yang teridentifikasi dari hasil
Focussed
Group
Discussion
(FGD)
cukup
banyak,
39
benih
peternakan
rumput);
dengan
kurang
gayutnya
kebutuhan
penelitian
peternak;
belum
disseminasi
dan
pemanfaatan
teknologi
penyakit
hewan
sesuai
dengan
Opportunities (Peluang-peluang)
Selain beberapa kondisi internal yang relatif dapat
terhadap
keberhasilan
Ditjennak
dalam
yang
teridentifikasi
yakni
Beberapa
meningkatnya
40
usaha
pendukung
peternakan;
dan
lingkungan;
serta
adanya
pengaturan
perwilayahan peternakan.
d)
Threats (Ancaman-ancaman)
Kondisi
eksternal
yang
bersifat
kurang
antara
peternakan illegal.
lain
adanya
perdagangan
produk
dan jasa peternakan yang tidak adil (free and fair trade of
goods
and
services);
menurunnya
(reduksi)
fungsi
kompetisi
lahan
peternakan
juga
merupakan
41
5.
(I)
adalah
penanaman
modal
pada
melalui
PDB
subsektor
peternakan,
yang
antara
nilai
Investasi
(I)
dengan
Deptan,
untuk
nilai
ICOR
peternakan
akan
Parameter
1.
2.
3.
4.
2010
2011
Tahun
2012
2013
38,42
79,20
4,16
9,16
3,4
10,76
1,07
9,69
40,04
86,50
4,22
9,22
3,4
11,9
1,19
10,71
41,74
94,50
4,25
9,25
3,4
13,11
1,31
11,8
3.059
3.136
72,93
76,94
2014
43,52
103,26
4,27
9,27
3,4
14,37
1,43
12,94
45,38
112,83
4,27
9,27
3,4
15,72
1,57
14,15
4,25
9,25
3.218
3.294
3.376
2,50
81,65
76,34
82,08
3,16
9,93
ICOR x PDB.
43
Dengan
Dari
produksi
dan
populasi
tersebut,
maka
B. Kebijakan
Kebijakan
yang
berkaitan
dengan
pembangunan
Beberapa
peningkatan
populasi
dan
optimalisasi
populasi
dan
optimalisasi
peningkatan
peningkatan
dan
pemertahanan
status
kesehatan hewan
e) Kebijakan
peningkatan
jaminan
keamanan
produk
hewan
f) Kebijakan
peningkatan
pelayanan
prima
kepada
masyarakat
C. Strategi
Strategi merupakan cara dan teknik mencapai tujuan
yang akan digunakan sebagai acuan dalam penetapan
kebijakan, program dan kegiatan. Strategi disusun berdasarkan
analisis Strengths-Opportunities (SO), Strengts-Threats (ST),
Weaknesses-Opportunities (WO), dan Weaknesses-Threats
(WT), sebagai berikut :
a) Peningkatan ketersediaan dan perbaikan mutu benih
dan bibit
45
persilangan
ternak
bibit
dan
benih
lokal
melalui
peningkatan
populasi
unggas
lokal,
dan
keamanan
pakan
unggas
dan
dan
mempertahankan
gangguan
dan
reproduksi
memperluas
status
serta
wilayah
46
47
B. Kegiatan
Kegiatan merupakan sekumpulan tindakan pengerahan
sumberdaya yang ditujukan untuk mencapai sasaran program.
Dalam restrukturisasi program dan kegiatan, setiap unit kerja
Eselon 2 memiliki akuntabilitas kinerja untuk satu kegiatan.
Kegiatan pada Direktorat Jenderal Peternakan disinergikan
dengan tugas pokok dan fungsi pada masing-masing Eselon 2
(Direktorat Perbibitan, Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia,
Direktorat
Budidaya
Ternak
Non
Ruminansia,
Direktorat
Output
kegiatan
ini
adalah
meningkatnya
terhadap
total
penyediaan
daging
sapi
nasional
b) Kegiatan 1: Peningkatan kuantitas dan kualitas
benih dan bibit dengan mengoptimalkan sumber
daya lokal.
ruminansia.
Indikator
kegiatan
ini
adalah
3:
Peningkatan
produksi
ternak
non
pendayagunaan
produksi
sumber
serta
daya
meningkatnya
lokal
ternak
non
49
proporsi
produksi
daging
unggas
lokal
Output
kegiatan
ini
adalah
penguatan
obat
hewan.
Indikator
kegiatan
ini
adalah
otoritas
veteriner
melalui
pertumbuhan
(prevalensi
dan
atau
insidensi),
dan
meningkatnya
masyarakat.
pelayanan
prima
kepada
kepuasan pelanggan.
51
VI. PENUTUP
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan 20102014 adalah dokumen perencanaan untuk waktu 5 (lima) tahun,
yakni tahun 2010 sampai dengan 2014 yang memuat visi, misi,
strategi, kebijakan, program dan kegiatan prioritas yang
merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Departemen
Pertanian dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN).
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan
disusun berdasarkan RPJMN dan berpedoman pada Rencana
Strategis Departemen Pertanian serta dengan memperhatikan
hasil evaluasi pembangunan di bidang peternakan sebelumnya.
Selanjutnya Rencana Strategis ini merupakan panduan bagi
pimpinan dan seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Peternakan dalam menyusun perencanaan tahunan
dan melakukan evaluasi kinerjanya.
52
Referensi:
ATSE. 2003. The Livestock Revolution: A Pathway from Poverty? Record of
conference conducted by the ATSE Crowford Fund Parliament House,
Canberra. 13 August 2003.
Bappenas.
2009.
Pedoman
Penyusunan
Rencana
Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) 2010-2014. Kementerian Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Commonwealth of Australia, 2005. The Logical Framework Approach. Australian
Government, AusAID, Australia.
Daryanto, A. 2007. Peningkatan Dayasaing Industri Peternakan. PT. Permata
Wacana Lestari, Jakarta.
Delgado C. 1989. Livestock to 2020 the Next Food Revolution. IFRI, FAO and
ILRI.
Depkeu dan Bappenas, 2009. Pedoman Reformasi Perencanaan dan
Penganggaran. Buku 1 Pedoman Restrukturisasi Program dan Kegiatan.
Depkeu dan Bappenas, Jakarta.
Deptan-JICA, 2009. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang
Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk Aparat Pemerintahan Daerah.
2009. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian bekerjasama
dengan Japan Internasional Cooperation Agency, Jakarta.
Ditjen. Peternakan. 2008. Statistik Peternakan 2008. Direktorat Jenderal
Peternakan, Jakarta.
FAO. 1999. Poverty Alleviation and Food Security in Asia: Role of Livestock. RAP
Publication 1999/4. Food and Agriculture Organization of the United
Nations. Bangkok 10200, Thailand.
Ilham, N. 2007. Alternatif Kebijakan Peningkatan Pertumbuhan PDB Subsektor
Peternakan di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. 5(4):335-357.
Krisnamurthi, B., 2006. Revitalisasi Pertanian: Sebuah Konsekuensi Sejarah dan
Tuntutan Masa Depan. Dalam: Revitalisasi Pertanian dan dialog Peradaban,
Sutanto, J. Dan Tim (Ed.). Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
LAN, 2003. Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitaas Kinerja Instansi
Pemerintah. Lembaga Administrasi Negara Republik Indinesia, Jakarta.
LID (Livestock in Development), 1999.
Livestock in Poverty-Focused
Development. Antony Rome Ltd, Bumpers Farm, Wiltshire.
Luthan, F. 2009. Apresiasi Budidaya Ternak Ruminansia. Makalah Utama.
Pertemuan Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Bogor,
27-28 Juli 2009.
Mind
Tools
Ltd.,
2009.
SWOT
Analysis
Worksheet.
http://www.mindtools.com/subscribe.htm.
Priyarsono, D.S., A. Daryanto dan L. Herliana. 2005. Dapatkah Pertanian Menjadi
Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia? Analisis Sistem Neraca Sosial
Ekonomi.Agro-Ekonomika, 35 (1): 37-47.
Undang-Undang No.7 tahun 1994 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Deptan RI, Jakarta.
World Bank, 2001. Livestock Development: Implication for rural poverty, the
environment, and global food security. The World Bank, Washington, DC.
53
Lampiran 1.
PROGRAM
Program
peningkatan
penyediaan
pangan
hewani yang
aman,
berdaya
saing dan
berkelanjutan
OUTCOME
Meningkatnya
ketersediaan pangan
hewani (daging, telur,
susu)
Meningkatnya
kontribusi ternak
domestik dalam
penyediaan pangan
hewani (daging dan
telur)
Meningkatnya
ketersediaan protein
hewani asal ternak
INDIKATOR
Produksi daging meningkat
4,10% per tahun (ribu ton)
Produksi telur meningkat 4,42%
per tahun (ribu ton)
Produksi susu meningkat
15,56% per tahun (ribu ton)
Kontribusi daging sapi domestik
terhadap total produksi daging
sapi nasional meningkat (%)
Kontribusi daging ayam buras
terhadap total produksi daging
ayam nasional meningkat (%)
Ketersediaan protein hewani
asal ternak per kapita
meningkat 0,03% per tahun
(g/kapita/hr)
54
BASE
LINE
MID
2.201.214
2.370.527
UNIT
FINAL
ORGANISASI
PELAKSANA
2.584,431 Ditjennak
1.506.836
1.647.973
1.791.609
727.539
986.135
1.297.034
18.7
19.8
21.1
14.7
15.3
15.5
6.39
6.75
7.17
lanjutan lampiran 1
KEGIATAN
OUTPUT
INDIKATOR
BASELINE
MIDPOINT
FINAL
(1)
Kegiatan
prioritas:
Pencapaian
swasembada
daging sapi
Kegiatan 1:
Peningkatan
kuantitas dan
kualitas benih
dan bibit
dengan
mengoptimalka
n sumber daya
lokal
(2)
Tersedianya daging sapi
domestik sebesar 90 persen
(3)
Produksi daging sapi domestik
terhadap total penyediaan
daging sapi nasional (%)
(4)
(5)
(6)
55
65
75
90
2,7
3,4
400
-
580
7,5
700
15
7,5
15
5,5
11
5,5
11
10
10
UNIT
ORGANISASI
PELAKSANA
(7)
Deptan
Ditjennak
56
Lanjutan lampiran 1
(1)
Peningkatan
produksi ternak
ruminansia
dengan
pendayagunaan
sumber daya lokal
(2)
Meningkatnya populasi dan
produksi ternak ruminansia
Pertumbuhan
domestik (%)
(3)
populasi
sapi
potong
57
(4)
3,04
(5)
(6)
2,9
2,7
(7,91)
0,92
1,52
20
5,2
5,7
8,54
25,5
7,33
9,69
15,56
31,1
(4,46)
1,68
(1,7)
0,8
0,32
0,32
4,23
4,97
4,31
4,93
4,36
4,88
5,64
2,04
5,59
3,5
5,54
5,01
(7,91)
0,92
1,52
20
5,2
5,7
8,54
25,5
7,33
9,69
15,56
31,1
(7)
Direktorat
BTR
Lanjutan Lampiran 1
(1)
Peningkatan
produksi
ternak non
ruminansia
dengan
pendayaguna
an sumber
daya lokal
Pengendalian
dan
penanggulang
an penyakit
hewan
menular
strategis dan
penyakit
zoonosis
(2)
Meningkatnya populasi
dan produksi, serta
meningkatnya
pendayagunaan sumber
daya lokal ternak non
ruminansia
Penguatan
kelembagaan
kesehatan hewan
Pengendalian
dan penanggulangan
PHMS dan zoonosis
Perlindungan
hewan terhadap
penyakit eksotik
Terjaminnya
mutu obat hewan
(3)
Pertumbuhan populasi ayam buras (%)
Pertumbuhan populasi itik (%)
Pertumbuhan produksi daging ayam buras (%)
Pertumbuhan produksi daging itik (%)
Proporsi produksi daging unggas lokal terhadap
total produksi daging unggas nasional (%)
Proporsi pemanfaatan bahan pakan lokal dalam
pakan unggas (%)
Proporsi produksi telur ayam buras dari total
produksi telur nasional (%)
kemampuan mempertahankan status daerah
bebas PMK dan BSE, dan peningkatan status
wilayah
Penguatan otoritas veteriner melalui
pertumbuhan jumlah puskeswan yang
terfasilitasi
Penguatan otoritas veteriner melalui
pertumbuhan jumlah lab veteriner kelas C yang
terfasilitasi (%)
Surveilans nasional PHMSZE (prevalensi dan
atau insidensi)
Ketersediaan alsin dan obat hewan bermutu
58
(4)
(0,47)
(5)
(6)
2,0
3,25
3,38
0,44
3,27
13
3,55
2,5
3,5
14,5
3,71
5,47
3,71
15,5
35
50
65
32
32
32
Bebas
Bebas
Bebas
475 unit
7,5%
15%
80 unit
10%
20%
Menurun
5%
Menurun
5%
Menurun
5%
Meningkat
5%
(7)
Direktorat
BTNR
Direktorat
Keswan
Lanjutan Lampiran 1
(1)
Penjaminan
pangan asal
hewan yang
aman dan
halal serta
pemenuhan
persyaratan
produk
hewan non
pangan
(2)
Penguatan peran
dan fungsi lembaga
otoritas veteriner
Peningkatan
jaminan produk hewan
ASUH dan daya saing
produk hewan
Tersosialisasikann
ya resiko residu dan
cemaran pada produk
hewan serta zoonosis
kepada masyarakat dan
tersedianya profil
keamanan produk hewan
nasional serta peta
zoonosis
Peningkatan
penerapan kesrawan di
RPH/RPU
(3)
Peningkatan penerapan fungsi otoritas
veteriner, UPT pelayanan dan lab
kesmavet melalui puskeswan
(4)
475 unit
(5)
7,5%
15%
Pertumbuhan terpenuhinya
persyaratan dan standar keamanan
dan mutu produk hewan pangan dan
non pangan
Persentase penurunan produk asal
hewan yang diatas BMCM dan BMR
Penurunan prevalensi dan atau
insidensi zoonosis
Peningkatan persentase jumlah RPH
yang menerapkan kesrawan
Peningkatan persentase jumlah RPU
yang menerapkan kesrawan
10%
15%
5%
10%
5%
5%
5%
10%
5%
10%
59
(6)
(7)
Direktorat
Kesrawan
Lanjutan Lampiran 1
(1)
Peningkatan
koordinasi dan
dukungan
manajemen di
bidang
peternakan
(2)
Meningkatnya
pelayanan prima
kepada masyarakat
(3)
Peningkatan kepuasan
pelanggan (indeks)
60
(4)
Cukup
(5)
Baik
(6)
Baik
(7)
Sekretariat
PROGRAM
SASARAN
INDIKATOR
Program
peningkatan
penyediaan
pangan
hewani yang
aman,
berdaya saing
dan
berkelanjutan
Meningkatnya
ketersediaan
pangan
hewani
(daging, telur,
susu)
Produksi
daging
meningkat
4,10% per
tahun (ribu
ton)
Produksi telur
meningkat
4,42% per
tahun (ribu
ton)
Produksi susu
meningkat
15,56% per
tahun (ribu
ton)
2010
2,201,214
2011
2,283,287
TARGET
2012
2,370,527
2013
2,456,302
2014
2,584,431
1,506,836
1,574,016
1,647,973
1,720,832
1,791,609
727,539
853,760
986,135
1,125,375
1,297,034
61
Lanjutan lampiran 2
PROGRAM
SASARAN
INDIKATOR
Meningkatnya
kontribusi
ternak lokal
dalam
penyediaan
pangan
hewani
(daging, telur,
dan susu)
Kontribusi
daging sapi
lokal
meningkat
(%)
Kontribusi
daging ayam
buras
meningkat
(%)
Ketersediaan
protein
hewani asal
ternak
per
kapita
meningkat
0,03%
per
tahun
(g/kapita/hr)
Meningkatnya
ketersediaan
protein
hewani asal
ternak
2010
2011
TARGET
2012
2013
2014
18,7
19,2
19,8
20,6
21,1
14,7
15,0
15,3
15,4
15,5
6,39
6,57
6,75
6,93
7,17
62
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Uraian
Sapi Potong
Sapi Perah
Kerbau
Kambing
Domba
Babi
Kuda
Ayam Buras
Ayam Ras Petelur
Ayam Ras Pedaging
Itik
2010
12.794.969
423.891
2.089.488
16.110.709
10.637.237
6.881.706
410.389
281.803.147
114.750.605
916.425.428
37.950.686
2011
2012
13.169.483
469.918
2.093.642
16.770.713
11.149.019
6.951.965
412.910
291.433.901
117.543.521
940.037.733
39.016.892
63
13.521.627
516.829
2.099.492
17.503.717
11.743.923
7.029.107
415.120
303.973.838
120.428.498
959.795.757
40.315.144
2013
2014
13.870.465
14.231.694
564.685
613.554
2.107.054
2.116.347
18.264.579
19.108.915
12.420.012
13.199.245
7.113.310
7.204.768
417.006
418.557
311.748.491
320.195.350
123.264.321
125.291.356
980.210.362 1.027.770.061
41.865.629
43.902.390
(Kg)
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
PRODUKSI DAGING
1 Sapi Potong
2 Sapi Perah
3 Kerbau
4 Kambing
5 Domba
6 Babi
7 Kuda
8 Ayam Buras
9 Ayan Ras Petelur
10 Ayan Ras Pedaging
11 Itik
2.201.214.385
390.113.547
21.589.150
41.830.236
70.826.702
61.674.345
231.657.801
2.145.517
323.933.793
59.917.036
968.972.162
28.554.096
2.283.287.483
416.938.656
22.253.941
41.913.412
74.096.883
64.315.199
235.193.014
2.201.873
341.704.470
61.375.357
993.938.368
29.356.310
2.328.538.623
447.569.383
22.970.621
42.030
77.722.142
67.404.893
238.991.849
2.257.930
363.535.619
62.881.748
1.014.829.294
30.333.114
2.456.302.352
480.695.861
25.431.878
42.181.907
81.506.119
70.925.354
243.064.038
2.313.553
377.907.022
64.362.473
1.036.414.448
31.499.699
2.584.431.989
517.656.536
27.964.445
42.367.955
85.700.355
74.994.572
247.420.142
2.368.602
400.805.171
65.420.890
1.086.701.163
33.032.158
PRODUKSI TELUR
1 Ayam Buras
2 Ayam Ras petelur
3 Itik
1.506.836.601
245.769.078
1.031.373.429
229.694.094
1.574.016.845
256.710.034
1.077.605.555
239.701.256
1.647.973.336
270.433.417
1.126.135.285
251.404.634
1.720.832.643
280.123.718
1.175.706.329
265.002.596
1.791.609.301
290.590.838
1.218.941.187
282.077.276
PRODUKSI SUSU
Sapi Perah
727.539.250
727.539.250
853.760.729
853.760.729
986.135.225
986.135.225
112.535.246
112.535.246
1.297.034.485
1.297.034.485
64
65
66
SAI
:
RPJMN :
SDA
:
SDM :
SE
:
SKB
:
SPS
:
SSDM :
SWOT :
TBT
:
TPC
:
TPS
:
UPT
:
VBC
:
WTO :