Anda di halaman 1dari 19

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

HETEROSIKLIK
SENYAWA HETEROSIKLIS :
Senyawa organik yang di dalam lingkar siklisnya terdapat atom-atom selain atom
karbon.
Misalnya : atom N, O, S
1. Berdasarkan bentuk lingkar siklisnya senyawa heterosiklik digolongkan menjadi:
a. Senyawa Heterosiklis Lingkar Tiga

b. Senyawa Heterosiklis Lingkar Empat

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

c. Senyawa Heterosiklis Lingkar Lima

d. Senyawa Heterosiklis Lingkar Enam

2. Berdasarkan senyawa heterosiklis yang mempunyai 2 atom lain selain atom


karbon dalam lingkar siklisnya.

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

3. Berdasarkan senyawa heterosiklis yang mempunyai lingkar siklis lebih dari satu

Disamping cara penggolongan di atas, senyawa heterosiklis dapat pula digolongkan


menjadi :
A. Senyawa heterosiklis non aromatik
B. Senyawa heterosiklis aromatik
A. Senyawa heterosiklis non aromatik
Senyawa-senyawa yang dalam lingkar heterosiklisnya mengandung atom selain
karbon, namun sifat-sifatnya sama dengan senyawa-senyawa rantai terbuka (alifatik)
Contohnya :

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

B. Senyawa heterosiklis aromatik


Senyawa-senyawa yang dalam lingkar heterosiklisnya mengandung atom selain
karbon, namun sifat-sifatnya sama dengan senyawa-senyawa aromatik lainnya.
Agar suatu sistem cincin bersifat aromatik, terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi :
1. Sistem cincin mengandung elektron (pi) yang terdelokalisasi (terkonyugasi).
2. Sistem cincin harus datar (planar), berhibridisasi sp2.
3. Harus terdapat (4n + 2) elektron dalam sistem cincin (aturan Huckel).
Contohnya :

Tata Nama Senyawa Heterosiklik Aromatik


Sistem cincin senyawa aromatik heterosiklik juga mempunyai tata nama tersendiri.
Berbeda dengan senyawa lainnya, penomoran pada cincin heterosiklik ditetapkan
berdasarkan perjanjian dan tidak berubah bagaimanapun posisi substituennya. Penomoran
beberapa senyawa heterosiklik adalah sbb :

Bila suatu senyawa heterosiklik, hanya mengandung satu heteroatom, maka huruf Yunani
dapat juga digunakan untuk menandai posisi cincin

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

Struktur Senyawa Heterosiklik Lingkar Lima


Agar suatu heterosiklik dengan cincin lima anggota bersifat aromatik, heteroatom itu
harus memiliki dua elektron untuk disumbangkan ke awan pi aromatik. Pirol, furan dan
tiofen semuanya memenuhi persyaratan ini, sehingga dapat bersifat aromatik.

Penjelasan Struktur berdasarkan Teori Ikatan Valensi


A. Senyawa Pirol

B. Senyawa Furan

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

C. Senyawa Tiofen

Struktur Hibrid Senyawa Heterosiklik Lingkar Lima

Makin besar jarak pemisahan muatan positif dengan negatif pada struktur hibrid
menyebabkan keadaan semakin kurang stabil. Kerapatan elektron pada atom C nomor 2
dan nomor 5 lebih besar dari kerapatan elektron pada atom C nomor 3 dan 4.

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

Kemungkinan terjadinya substitusi elektrofilik yang paling besar berada pada atom C
nomor 2 dan 5.
Sifat Karakteristik Senyawa Heterosiklik Lingkar Lima
A. Senyawa Pirol
Karena atom nitrogen dalam pirol menyumbangkan dua elektron ke awan pi aromatik,
maka atom nitrogen bersifat tuna elektron.

Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)

Tidak seperti piridin dan amina, pirol (pKb = 14) tidak bersifat basa.

B. Senyawa Furan
Karena atom oksigen dalam furan menyumbangkan dua elektron (sepasang elektron)
ke awan pi aromatik, maka atom oksigen bersifat tuna elektron.

Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)

Berbeda dengan pirol, puran menunjukkan sifat basa yang amat lemah.

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

C. Senyawa Tiofen
Karena atom sulfur dalam tiofen menyumbangkan dua elektron (sepasang elektron) ke
awan pi aromatik, maka atom sulfur bersifat tuna elektron.

Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)

Berbeda dengan pirol, tiofen juga menunjukkan sifat basa yang amat lemah.
Reaksi-reaksi pada Senyawa Heterosiklik Lingkar Lima

Reaksi-reaksi pada pirol


Walaupun mempunyai sepasang elektron bebas, tetapi karena adanya delokalisasi

elektron dalam cincin aromatis, maka pirol tidak dapat bersifat basa, malahan bersifat asam
yang sangat lemah, sehingga dapat bereaksi dengan NaNH2 ataupun KOH

Dapat pula bereaksi dengan reagen grignard dengan membebaskan alkana.

SITI THOHAIROH (06101010024)


a. Mengalami reaksi substitusi elektrofilik
1. Nitrasi

2. Sulfonasi

3. Reaksi coupling diazo

4. Pembentukan 2-pirol karbokaldehida

KIMIA ORGANIK II

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

5. Asilasi Friedel-Craft

b. Mengalami reaksi halogenasi (brominasi)

c. Mengalami reaksi reduksi


Sifat kearomatikan dari pada pirol dapat dihilangkan dengan mereduksinya dengan
hidrogen, pada temperatur tinggi.

Reaksi-reaksi Furan

1. Reaksi reduksi
Sifat aromatis furan dapat dihilangkan dengan mereduksi furan menjadi tetra hidro
furan

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

Makin berkurang sifat aromatisnya makin tinggi titik didihnya, karena makin banyak dapat
membentuk ikatan hidrogen.

2. Reaksi halogenasi
Senyawa turunan furan (asam furoat) dapat bereaksi dengan halogen, dan setelah
dipanaskan terbentuklah 2-bromo furan.

Senyawa halo-furan juga dapat diperoleh dengan reaksi sebagai berikut :

Dari reaksi ini, juga dapat diturunkan senyawa furan yang tersubstitusi dengan gugus
asetil.

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

Tetapi umumnya, 2-asetil furan dibuat dengan larutan asam asetat anhidrid yang diri garam
boron triflourida eterat.

3.

Reaksi substitusi elektrofilik


a. Reaksi Nitrasi

b. Reaksi Sulfonasi

Kesimpulan
Substitusi elektrofilik berlangsung terutama pada posisi 2.
Posisi 2 (disukai).

Posisi 3 (tidak disukai).

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

Piridin
Piridin mempunyai struktur yang serupa dengan benzena

Masing-masing atom penyusun cincin, terhibridisasi sp2 dan mempunyai satu elektron
dalam orbital p yang disumbangkan ke awan elektron aromatik.

Perhatikan perbedaan antara benzena dan piridin


Benzena bersifat simetris dan nonpolar, tetapi piridin mengandung satu nitrogen yang
bersifat elektronegatif, sehingga bersifat polar.

Pembentukan kation menyebabkan cincin semakin bersifat tuna elektron

Cincin piridin mempunyai kereaktifan rendah terhadap substitusi elektrofilik


dibandingkan dengan benzena. Piridin tidak mengalami alkilasi atau asilasi Friedel-Crafts
maupun kopling garam diazonium. Brominasi berlangsung hanya pada temperatur tinggi
dalam fase uap dan agaknya berlangsung dengan jalan radikal bebas. Bila terjadi substitusi,
akan berlangsung pada posisi 3.

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

Perbedaan lainnya, nitrogen dalam piridin mengandung sepasang elektron mandiri


dalam orbital sp2. Pasangan elektron ini dapat disumbangkan ke suatu ion hidrogen,
sehingga piridin bersifat basa. Kebasaan piridin (pKb = 8,75) jauh dari kebasaan amina
alifatik (pKb = 4), tetapi piridin menjalani banyak reaksi khas amina

Seperti benzena, cincin aromatik piridin bertahan terhadap oksidasi, tetapi rantai samping
dapat dioksidasi menjadi gugus karboksil.

Substitusi Nukleofilik pada Cincin Piridin


Bila suatu cincin benzena disubstitusi dengan gugus penarik elektron, seperti NO2
maka substitusi nukleofilik aromatik sangat dimungkinkan.

Nitrogen dalam piridin menarik rapatan elektron dari bagian lain cincin itu, sehingga
piridin juga mengalami substitusi nukleofilik. Substitusi berlangsung paling mudah pada
posisi 2, diikuti oleh posisi 4, tetapi tidak pada posisi 3.

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

Posisi 2 (disukai)

Zat antara pada substitusi C-2, terstabilkan oleh sumbangan struktur resonansi dalam
mana nitrogen mengemban muatan negatif.
Posisi 3 (tidak disukai)

Substitusi pada posisi C-3 berlangsung lewat zat antara dalam mana nitrogen tak dapat
membantu menstabilkan muatan negatif, sehingga memiliki energi yang lebih tinggi yang
menyebabkan laju reaksi lebih lambat.
Benzena tanpa subtituen, tidak mengalami substitusi nukleofilik.

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

Piridin mengalami substitusi nukleofilik, jika digunakan basa yang sangat kuat, seperti
reagensia litium atau ion amida.

Dalam reaksi antara piridin dengan ion amida (NH 2-), produk awal terbentuk adalah
anion dari 2-aminopiridin, yang kemudian diolah dengan air, sehingga menghasilkan
amina bebas.
Tahap 1 (serangan NH2-)

Tahap 2 (pengolahan dengan air)

Kuinolin dan Isokuinolin


Kuinolin dan isokuinolin, keduanya merupakan basa lemah (pKb masing-masing 9,1
dan 8,6). Kuinolin dan isokuinolin, keduanya menjalani substitusi elektrofilik dengan lebih

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

mudah dari piridin, tetapi dalam posisi 5 dan 8 (pada cincin benzenoid, bukan pada cincin
ntrogen)

Seperti piridin, cincin kuinolin dan isokuinolin yang mengandung nitrogen dapat menjalani
substitusi nukleofilik.

Posisi serangan adalah terhadap nitrogen dalam kedua sistem cincin itu, tepat sama
seperti di dalam piridin.

Porfirin
Sistem cincin porfirin terdiri dari empat cincin pirol yang dihubungkan oleh gugus =C-.
Sistem cincin keseluruhan bersifat aromatik.

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

Sistem cincin porfirin merupakan satuan yang secara biologis sangat penting
khususnya dalam : heme, komponen hemoglobin yang mengangkut oksigen.

Klorofil, suatu pigmen tumbuhan.

Sitokrom, senyawa yang terlibat dalam pemanfaatan O2 oleh hewan.

Hidrogen-hidrogen pirol dalam cincin porfirin dapat digantikan oleh aneka ragam ion
logam (kelat).

SITI THOHAIROH (06101010024)

KIMIA ORGANIK II

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Senyawa Heterosiklik. (online)
http://id.scribd.com/heterosiklik/document_downloads/direct/57191330, diakses pada
4 juni 2013)
Anonim. 2012. Heterosiklik, (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama.html),
diakses pada 4 Juni 2013).

Anda mungkin juga menyukai