Disusun oleh:
Kelompok XXXVIII
Sigit Debi Pramono
(PT/06215)
Novan Tisnadji
(PT/06337)
Fiqie Hadiyanto
(PT/06380)
Tiffany
Shela Rahmadhani
(PT/06397)
(PT/06417)
TINJAUAN PUSTAKA
Kultur Jaringan
Pengertian Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman
secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman
dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta
menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik
yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan
bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur
jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian
vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat
steril (Jumin, 1992).
Semua bagian tanaman dapat digunakan sebagai eksplan tetapi selsel yang telah mengalami diferensiasi lebih lanjut sulit ditumbuhkan
dibandingkan dengan sel-sel meristematik. Ukuran eksplan yang dikulturkan
juga mempengaruhi keberhasilannya. Ukuran yang terlampau kecil akan
mengurangi daya tahan tanaman ketika dikulturkan. Sementara bila terlalu
besar akan sulit mendapatkan eksplan yang steril (Dinarti et al., 2007).
Perkembangan ilmu kutur jaringan secara sejarah dikaitkan dengan
penemuan sel dan munculnya teori sel. Lebih dari 250 tahun yang lalu HenriLouis Duhamel du Monceau (1756) merintis eksperimen pemulihan luka pada
tanaman dan menunjukkan pembentukan kalus yang terjadi secara spontan
pada bagian yang dilukai pada tanaman elm. Kontribusi lebih lanjut terhadap
kultur jaringan tanaman diberikan oleh doktrin sel atau teori sel yang
menyatakan bahwa sel bersifat autonom dan mempunyai kemampuan
totipotensi. Totipotensi merupakan kemampuan suatu sel tunggal untuk
tumbuh, membelah, dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap. Akivitas
induksi kalus. Aktivitas proses pembelahan sel dan pembentukan organ dan
embrio diperlukan hormon endogen kualitas hormon tersebut ditentukan tipe
bahan awal misal umur tanaman dan posisi eksplan pada tanaman.
Prinsip kerja dari kultur jaringan menggunakan prinsip totipotensi,
berdasarkan prinsip ini, sebuah sel atau jaringan tumbuhan, yang diambil dari
bagian manapun, akan dapat tumbuh menjadi tumbuhan sempurna kalau
diletakkan dalam media yang cocok. Perbanyakan dengan sistem kultur
jaringan harus dilakukan dalam keadaan steril (Widarto, 1996).
Medium Kultur Jaringan
Keberhasilan dalam penggunaan metode kultur jaringan sangat
bergantung pada media yang digunakan. Media ini tidak hanya menyediakan
unsur hara (makro dan mikro) tetapi juga karbohidrat (gula) sebagai sumber
energi. Hasil yang lebih baik akan kita peroleh, bila ke dalam media tersebut
ditambahkan vitamin, asam amino dan zat pengatur tumbuh. Umumnya
media kultur jaringan tersusun atas komposisi hara makro, hara mikro,
vitamin, gula, asam amino dan N-organik, persenyawaan kompleks alami (air
kelapa, ekstrak ragi, jus tomat, dan lain-lain), buffer, arang aktif, zat pengatur
tumbuh (terutama auksin dan sitokinin) dan bahan pemadat.
Media kultur jaringan tersusun dari berbagai garam mineral asam amino,
gula, vitamin, dan hormon tumbuhan. Mula-mula campuran media dibuat cair
yaitu dengan menambahkan air suling (aquadest). Selanjutnya setelah
jaringan berada dalam media cair dan digoncang-goncang dengan alat yang
disebut shaker (meja penggojok) tunas-tunas akan muncul berupa tonjolantonjolan yang disebut procorn likabodies (Prawiro, 1990). Tahapan dalam
pembuatan kultur jaringan ada 4, yaitu persiapan, inokulasi, pemeliharaan,
dan aklimatisasi. Persiapan
yang
dilakukan
meliputi
sterilisasi
alat,
tidak
terlalu
membutuhkan
tempat
yang
luas,
mampu
BAB II
MATERI DAN METODE
Materi
Alat. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini atara lain adalah
botol kultur, pinset, skalpel, entkas, autoklaf, tabung reaksi, cawan petri,
kertas saring, dan pipet steril.
Bahan. Bahan-bahan yan digunakan dalam praktikum ini antara lain
adalah meristem apikal dari akar tanaman kacang pajang (Vigna radiata),
Medium murashige dan skoog (MS) dengan zat pengatur tumbuh auksin 2,4D 2 mg/L dan kinetin, spirtus, alkohol 60%, bayclin, dan aquades steril.
Metode
Tahapan dalam pembuatan kultur jaringan ada 4, yaitu persiapan,
inokulasi, pemeliharaan, dan aklimatisasi. Persiapan yang dilakukan meliputi
sterilisasi alat, pembuatan medium, sterilisasi medium, perkecambahan
tanaman dalam media kultur. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan
autoklaf. Autoklaf diisi dengan aquades agar tidak menimbulkan korosi,
dilakukan dalam suhu 121oC dan tekanan 15 atm selama 15 menit. Inokulasi
meliputi penanaman eksplan. Pemeliharaan dilakukan selama inokulasi pada
temperatur 25 sampai 28oC. sedangkan aklimatisasi merupakan proses
adaptasi. Jaringan meristem dari tunas tanaman kacang panjang (Vigna
radiata) diambil dalam lingkungan yang steril, bagian meristem batang
dipotong menggunakan pisau/skalpel dengan ukuran 2 mm sampai 3 mm,
dilakukan inokulasi dalam botol yang berisi medium Murashige dan Skoog,
diinkubasikan
pada
ruang
kultur
bersuhu
20 oC
dan
pencahayaan
dalam praktikum ini, yaitu medium, eksplan, dan cahaya. Medium meliputi
perbandingan konsentrasi hormon pertumbuhan auksin dan sitokinin.
Eksplan meliputi bagian tanaman yang akan digunakan, yaitu akar, batang,
dan daun.
Cahaya
meliputi
perlakuan
gelap
terang.
Praktikum ini
Sitokinin
(kinetin)
(M)
0
1
3
5
5
0,5
1,5
3,5
5,5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman
secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman
dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta
menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik
yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan
bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Jumin (1992), mengungkapkan
bahwa prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman
dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan
yang dilakukan di tempat steril .
Praktikum
kultur
jaringan
bertujuan
mengetahui
teknik
yang
dilakukan
meliputi
sterilisasi
alat,
praktikum
yang
telah
dilakukan,
diperoleh
data
kontaminasi pada medium dan eksplan tertera pada tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2. Kontaminasi pada medium dan eksplan
Medium
Eksplan
(auksin,sitokinin)
Akar
Batang
Daun
M
Gelap Terang Gelap Terang Gelap Terang
0,0
1,0
3,0
5,0
0,1
1,1
3,1
5,1
0,3
1,3
3,3
+++
+++
-
5,3
+++
+++
0,5
1,5
3,5
5,5
Ada tidaknya kontaminasi dilihat satu minggu setelah penanaman
eksplan. Tabel diatas menunjukan adanya kontaminasi pada perlakuan
terang menggunakan batang pada medium 1,1; 3,1; dan 0,5 dan kontaminasi
pada perlakuan terang menggunakan akar pada medium 0,5. Hal itu dapat
terjadi karena proses penanaman eksplan yang kurang terjaga kesterilannya
sehingga
terjadi
kontaminasi.
Eksplan
yang
terkontaminasi
akan
menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau
busuk (disebabkan bakteri). Menurut pendapat Smith (200) Eksplan atau
kultur dapat terkontaminasi oleh berbagai mikrooganisme seperti jamur,
bakteri, serangga atau virus. Organisme organisme tersebut secara
universal terdapat pada jaringan tanaman. Banyak yang bersifat nonpatogenik, artinya mereka tidak menyebabkan bahaya bagi tanaman inang
pada kondisi normal. Kondisi kering dan adanya organisme competitor
menyebabkan mereka dalam kondisi terkontrol. Tapi, kondisi in vitro yang
disukai eksplan, yaitu mengandung sukrosa dan hara dalam konsentrasi
tinggi,
kelembaban
tinggi
dan
suhu
yang
hangat,
juga
disukai
saat penuangan cairan steril. Area kerja harus dilap dengan kain yang telah
direndam dengan alkohol 70% sebelum melakukan prosedur sterilisasi
apapun.
Produksi Kalus
Kalus merupakan sel yang memiliki massa yang aktif membelah dan
tak terorgaisir yang biasanya muncul sebagai respon terhadap pelukaan
jaringan dan organ yang telah mengalami deferensiasi (Prawiro,1992).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data produksi kalus
tertera pada tabel 3 sebagai berikut.
Medium
(auksin,sitokinin)
M
0,0
+
++
1,0
++
+++
+
3,0
+
5,0
+++
+
+++
0,1
+
+++
+++
1,1
++
++
3,1
++
+++
+++
5,1
+++
+++
0,3
+
+
+++
1,3
+
++
+++
3,3
+
+++
5,3
++
+++
+++
0,5
+
1,5
+++
++
3,5
++
+++
++
5,5
+
+++
+
Pengamatan terhadap pertumbuhan kalus
Daun
Gelap Terang
++
+++
+++
+++
+++
+++
+
+
+++
+++
++
+++
+++
dilakukan
+
+
+
+
+
+
+++
+
+++
+++
++
+
++
++
+
+++
+
++
+
++
+++
2 minggu setelah
dengan eksplan batang terdapat pada perlakuan terang dengan medium 1,0;
3,0; 5,0; 0,1; 5,1; 3,3; 5,3; 3,5 dan 5,5. Produksi kalus terbanyak dengan
eksplan daun terdapat pada perlakuan terang dengan medium 0,1; 3,1; 5,1;
5,2;5,5.Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa umumnya untuk eksplan akar
produksi kalus banyak pada perlakuan terang, sedangkan untuk eksplan
batang banyak terbentuk pada perlakuan terang, dan untuk eksplan daun
kalus banyak terbentuk pada perlakuan terang. Berdasarkan hasil untuk
keseluruhan eksplan banyak terbentuk kalus dengan perlakuan terang,
karena cahaya akan mempengaruhi pertumbuhan kalus. Hal ini sesuai
dengan pendapat Mulyaningsih dan Aluh (2004), intensitas cahaya dan lama
penyinaran akan membuat pertumbuhan kalus semakin tinggi .
Menurut Reksohadiprojo (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam pembentukan kalus ialah komposisi medium nutrien dan faktor-faktor
fisik seperti suhu dan kelembapan dan medium yang digunakan seperti pada
praktikum ini yaitu medium MS (Murashige dan Skoog) atau modifikasinya.
Menurut Soetrisno et al., (2008), ruang kultur baik untuk riset maupun aplikasi
praktis, suhu dan cahayanya harus dapat dikontrol. Ruangan harus terisolasi
dengan baik sehingga tidak terpengaruh oleh perubahan suhu eksternal.
Pencahayaan biasanya diberikan oleh lampu fluorosens.
Menurut Soetrisno et al., (2008), keberhasilan kultur jaringan in vitro
tergantung pada banyak faktor, jika salah satu faktor tidak terpenuhi dapat
menyebabkan kegagalan seluruh pekerjaan yang dilakukan atau setidaknya
hasil yang diperoleh akan berbeda dengan yang diharapkan. Faktor-faktor
tersebut berupa eksplan, media, dan lingkungan fisik kultur. Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan antara lain genotip, umur
tanaman, umur jaringan atau organ, keadaan fisiologis tanaman, keadaan
kesehatan tanaman, kondisi pertumbuhan tanaman, posisi eksplan pada
tanaman, ukuran eksplan, pelukaan, metode inokulasi, nurse effect, ruang
kultur, dan cahaya, suhu, kelembaban, ketersediaan air, oksigen pada ruang
inkubasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
bahwa proses perkembangbiakan secara kultur jaringan yang dilakukan
cukup berhasil walaupun tedapat sedikit inokulasi yang terkontaminasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kontaminasi yaitu sterilisasi dan metode
inokulasi. Pertumbuhan kalus paling baik pada rata rata tumbuh dengan
perlakuan terang karena faktor cahya dan lama penyinaran akan membuat
pertumbuhan kalus semakin cepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan kultur jaringan antara lain genotip, umur tanaman, umur jaringan
atau organ, keadaan fisiologis tanaman, keadaan kesehatan tanaman,
kondisi pertumbuhan tanaman, posisi eksplan pada tanaman, ukuran
eksplan, pelukaan, metode inokulasi, nurse effect, ruang kultur, dan cahaya,
suhu, kelembaban, ketersediaan air, oksigen pada ruang inkubasi.
DAFTAR PUSTAKA