Pengantar
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki kemampuan daya tahan hidup
yang cukup tinggi pada kondisi lingkungan yang terbatas sekalipun. Ikan lele bisa hidup pada
kondisi perairan yang jenis ikan lain sulit bisa hidup, pada air tergenang tanpa adanya sirkulasi
air masuk dan keluar. Ikan lele bisa dipelihara pada kolam-kolam sederhana berukuran sempit
bahkan menggunakan bak atau kolam terpal.
Ikan lele merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi sebagai alternatif untuk pengembangan usaha para pelaku utama dan/atau kelompok
usaha perikanan. Ikan lele disukai oleh hampir seluruh masyarakat (konsumen), baik masyarakat
di pedesaan maupun perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari permintaan konsumen terhadap ikan
lele terus meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Ikan lele banyak
disuguhkan sebagai menu pada rumah-rumah makan dalam bentuk olahan langsung, seperti : lele
goreng, pecel lele, maupun hasil yang dikemas dan bertahan dalam jangka waktu yang cukup
lama sebagai produk olahan yang dapt masuk ke ritel modern seperti nugget, abon, bakso,
maupun lele asap.
Produksi ikan lele dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa mengenal musim (musim hujan
maupun kemarau). Sampai saat ini lokasi pengembangan budidaya ikan lele belum merata pada
seluruh wilayah baik dipulau Lombok maupun Sumbawa walaupun budidaya lele dapat
dilakukan dimana saja tanpa harus tersedia sumber air yang melimpah. Sebagai upaya untuk
mencapai produksi yang optimal perlu diperhatikan berbagai aspek terkait teknologi
pengembangan yang tepat guna dan berhasil guna.
Salah satu teknologi terbaru yang mampu memanfaatkan lahan yang sempit untuk memperoleh
produksi lele yang optimal adalah budidaya lele sistem bioploc. Sistem ini dapat dilakukan
dengan memanfaatkan lahan pekarangan (skala rumah tangga) dengan luas kolam sekitar 2,5-3
m2 dengan konstruksi kolam bundar maupun persegi dapat menghasilkan lele ukuran konsumsi (
size 10 s/d 15 ekor/kg) sejumlah 200-250 kg setiap kali panen.
1.
Pengertian
BIOFLOC berasal dari kata BIOS = kehidupan dan FLOC atau FLOCK = gumpalan
Biofloc adalah partikel yang teraduk oleh aerasi dan sirkulasi, yang terdiri dari
kumpulan organisme autotrof dan heterotrof (bakteri, fitoplankton, fungi, ciliate,
nematoda dan detritus) dan bahan tak hidup. (Conguest and Tacon,2006)
Floc dalam akuakultur adalah bahan organik hidup yang menyatu menjadi
gumpalan (Rod McNeil dalam Boyd, 2002).
Biofloc terdiri atas partikel serat organik yang kaya akan selulosa, partikel
anorganik berupa kristal garam kalsium karbonat hidrat, biopolymer (PHA), bakteri,
protozoa, detritus (dead body cell), ragi, jamur dan zooplankton(Aiyushirota).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biofloc adalah kumpulan dari berbagai
organisme (bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing, dll) yang tergabung dalam gumpalan
(floc).
1.
Karakteristik Biofloc
Prosesnya, bahan organik diaduk dan diaerasi agar terlarut dalam kolom air untuk
merangsang bakteri heterotrof aerobik menempel pada partikel organik, selanjutnya
menyerap mineral seperti amonia, fosfat dan nutrien lain dalam air.
Hasilnya, kualitas air menjadi lebih baik dan bahan organik didaur ulang menjadi
detritus yang diperkaya.
(Chamberlain, 2000)
1.
Keunggulan Biofloc
1.
2.
Tidak menggunaka bahan kimia selama masa budidaya (non residu), kecuali di awal
persiapan
1.
Konstruksi kolam
Untuk menerapkan teknologi Biofloc pada budidaya ikan lele, disarankan kolam terbuat dari
semen atau plastik. Bentuk kolam bisa persegi (bujur sangkar/ empat persegi panjang) atau
kolam bundar. Ukuran kolam dibuat kecil dengan luas dasar kolam persegi panjang (1 x 2)m2
(2 x 4)m2 serta kolam bundar dengan ukuran diameter antara 172 300 cm. Dasar kolam dibuat
miring, untuk kolam bujur sangkar/ persegi panjang biasanya dibuat miring ke salah satu dinding
kolam, sedangkan kolam bundar dasar kolam dibuat miring ke tengah dengan pembuangan air di
tengah.
1.
Persiapan kolam
1.
Sebelum kolam diisi air dasar kolam harus dibersihkan sebersih mungkin, jika perlu
dilakukan desinfeksi untuk memberantas kuman yang terdapat di dalam kolam
tersebut, setelah itu kolam dikeringkan seperlunya.
Desinfeksi kolam dilakukan dengan menggunakan bahan antara lain Asam Klorida
(HCl 1%), disemprotkan ke seluruh dinding dan dasar kolam. Bahan lain bisa
menggunakan BKC 3 5 ppm (1 sendok makan dalam 1 m3 air), kemudian
disiramkan ke dinding dan dasar kolam pada saat sore hari atau saat matahari
tenggelam, bisa juga menggunakan PK 5 mg/l air.
Untuk kolam baru terutama kolam semen, sebelum digunakan harus dilakukan
perendaman menggunakan cacahan pohon pisang/ sabut kelapa agar kandungan bahan
beracun pengaruh semen dapat terserap oleh bahan-bahan organik tersebut, lama
perendaman 10 14 hari.
Hal yang sama juga dilakukan untuk kolam plastik namun waktu perendaman lebih
singkat (2 3 hari).
1.
Pengisian air dilakukan seccara bertahap, agar tekanan tidak terjadi secara tiba-tiba,
ketinggian air tahap pertama diisi hingga 40 cm.
Pemasangan pompa udara harus dilakukan sedemikian rupa sehingga endapan dapat
teraduk kembali, disamping itu suplai oksigen merata pada semua bagian kolam.
Untuk memperoleh mutu air atau lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan
biofloc, air media perlu diberikan bahan-bahan dan cara perlakuan sebagai berikut :
1.
Penebaran Benih
1.
Gunakan benih yang baik / berkualitas dari induk yang unggul (secara
1.
Benih yang datang, dituang dalam wadah serta dilakukan penggantian air
10 - 20 liter air
masukkan sedikit demi sedikit air kolam ke dalam bak yang berisi benih
hingga penuh.
1.
Pengelolaan Pakan
Gunakan stok pakan yang baru dan hindari penggunaan pakan yang
ikan lambat, tidak rata dan menimbulkan sifat kanibal pada ikan.
Basahkan dan aduk pakan dengan 0,8 liter air sampai merata
Pakan siap diberikan kepada lele yang dipelihara, selama tidak lebih
Garam Krosok
Pengapuran
WARNA AIR
1.
Pengendalian Penyakit
Pengelolaan air yang baik dengan menggunakan probiotik dan bahan lain
seperti ;
Kunyit
Temulawak
Jahe
Kencur
Bawang putih
Daun papaya
Dll.
1.
Pencelupan
2.
3.
4.
Perendaman
5.
6.
7.
8.
Dilakukan pada saat proses budidaya. Jenis obat tidak bahaya, ramah
lingkungan sehingga tidak perlu ganti air setelah perlakuan.
9.
10.
Misalnya : 2 gr / kg pakan
Berarti tiap kg pakan perlu obat 2 gr. Bila pakannya 4 kg berarti perlu
4 x 2 gr = 8 gr.
Diberikan tiap kali pakan selama periode tertentu (misalnya 5 hari
berturut-turut).
Obat terlebih dahulu dicampur air secukupnya, dan dicampur ke pakan.
Selanjutnya pakan dilapis dengan telor ayam atau minyak cumi. Dianginanginkan sebentar agar kering. Baru diberikan.
1.
Grading
Tujuan :
Meningkatkan keuntungan.
1.
Panen
ANALISA USAHA
Kolam 1x2m, tebar 1700 ekor, panen 116 kg, pakan 83 kg, size 14 17, FCR
0.7155, SR 98,94% DoC 70hari
o
Pakan ..................
Lain-lain ........................................
83 x Rp 9000
510.000
= Rp
747.000
Rp
150.000
= Rp 1.972.000
= Rp
= Rp 1.407.000
= Rp
565.000
12.129