Anda di halaman 1dari 27

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN BENIGN PROSTATE HIPERPLASIA (BPH)


PADA PASIEN DI POLI BEDAH RSUD ULIN
BANJARMASIN TAHUN
2015

OLEH
NOVI YULIANTI
NPM: 11277 AS1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN,
2015

BAB 1
Pendahuluan
World Health Organization
(WHO)
Di Dunia sekitar 30 juta penderita

BPH

Di Indonesia diperkirakan
hampir 2,5 juta pria menderita
penyakit BPH

RSUD Ulin Banjarmasin tahun


2014 sebanyak 485 kasus

Faktor-faktor yang mempengaruhi BPH adalah latar


belakang kondisi penderita misalnya usia, riwayat
keluarga, obesitas, makanan, olah raga, merokok,
minuman beralkohol, penyakit Diabetes Melitus,
aktivitas seksual (Kirby & Christmas,1997).

Studi pendahuluan
Kebiasaan olahraga
10 orang
jarang melakukan olahraga
Kebiasaan Merokok
7 orang
merokok
3 orang
tidak merokok
aktivitas seksual
1 orang
1-4 kali seminggu
4 orang
1-2 kali seminggu
5 orang
1-2 kali sebulan

Rumusan Masalah
Apakah faktor-faktor yang
meliputi (aktivitas
seksual, olah raga,
merokok) berhubungan
dengan kejadian Benign
Prostate Hiperplasia
(BPH) Pada Pasien di Poli
Bedah RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2015?

Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus

Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
2. Bagi Profesi Keperawatan
3. Bagi Peneliti

Penelitian Terkait
Nur Fitriani (2014) dengan judul Hubungan Usia, Riwayat
penyakit keluarga dan Aktivitas seksual Dengan Kejadian
Benign Prostatic Hyperplasia di Poli Bedah RSUD Ulin
Banjarmasin.
Tri Sujiyati (2010) dengan judul Hubungan Frekuensi Seksual
Terhadap Kejadian BPH Di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Kebumen. STIKES Muhammadiyah Gombang.

BAB 2
Konsep BPH
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat,
bersifat jinak disebabkan oleh hiperplasi beberapa atau
semua komponen prostat yang mengakibatkan
penyumbatan uretra pars prostatika (Muttaqin & Sari,
2011).
Konsep Aktivitas seksual
Aktivitas seksual merupakan suatu hal yang sulit untuk
didefinisikan karena menyangkut banyak aspek kehidupan
dan diekspresikan dalam betuk perilaku yang beragam.
(Potter & Perry, 2005).

Konsep Olahraga
olahraga merupakan serangkaian aktivitas fisik yang dilakukan
secara terstruktur dengan berpedoman pada aturan-aturan atau
kaidah-kaidah tertentu tetapi tidak terikat pada intensitas dan
waktunya (Afriwardi, 2011)
Konsep Merokok
Merokok berarti membakar tembakau dan daun tar dan
menghisap asap yang dihasilkannya. Asap ini membawa
bahaya dari sejumlah kandungan tembakau dan juga bahaya
dari pembakaran yang dihasilkannya (Husaini, 2006)

Hubungan aktivitas seksual dengan kejadian BPH


Kelenjar prostat adalah organ yang bertanggung
jawab untuk pembentukan hormon laki-laki. BPH
dihubungkan dengan kegiatan seks berlebihan dan
alasan kebersihan. Saat kegiatan seksual, kelenjar
prostat mengalami peningkatan tekanan darah
sebelum terjadi ejakulasi. Jika suplai darah ke prostat
selalu tinggi, akan terjadi hambatan prostat yang
mengakibatkan kelenjar tersebut bengkak permanen.
Seks tidak bersih akan mengakibatan infeksi prostat
yang megakibatkan PBH.

Hubungan olahraga dengan kejadian BPH


Para pria yang berolahraga secara teratur, berpeluang
lebih sedikit mengalami gagguan prostat, termasuk
BPH. Dengan aktif olahraga kadar dehidrotestosteron
dapat diturunkan sehingga dapat memperkecil risiko
gangguan prostat. Selain itu, olahraga akan
mengontrol berat badan agar otot lunak yang
melingkari prostat tetap stabil

Hubungan merokok dengan kejadian BPH


Nikotin dan konitin (produk pemecah nikotin) pada
rokok meningkatkan aktivitas enzim perusak
endrogen, sehingga menyebabkan penurunan kadar
testosteron. Pada penelitian terdahulu menyatakan
bahwa seseorang yang mempunyai kebiasaan
merokok mempunyai risiko terkena BPH lebih besar
dari pada seseorang yang tidak memiliki kebiasaan
merokok.

Kerangka Konsep

Aktivitas seksual
Merokok
Olahraga

BPH

Hipotesis Penelitian

BAB 3
METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

cross sectional

Definisi Operasional
Definisi
Operasional
Kejadian Pembesaran
BPH
kelenjar prostat
pada klien

No. variabel
1.

Parameter
Tanda dan gejala:
1. Pengeluaran urin tidak tuntas
2. Aliran urin yang buruk
3. Rettensi urin
4. Sering berkemih
5. Nokturia

Derajat I: dilakukan colok dubur


terdapat benjolan prostat, batas
atas mudah diraba, dan sisa
volume urin <50 ml.
Derajat II : Penonjolan prostat
jelas pada colok dubur, batas
atas dapat dicapai, dan sisa
volume urin 50-100 ml.
Derajat III : Dilakukan colok
dubur dan batas atas prostat
tidak dapat diraba, dan sisa
volume urin >100 ml
Derajat IV : Sisa volume urin
total.

Alat Ukur

Skala

Dokumentasi
rekam medik
(diagnosa
medis)

Ordinal

Kategori
1.
2.

BPH
Tidak BPH

2. Aktivitas Penetrasi penis dalam


seksual
vagina disertai dengan
pengeluaran semen dan
sperma yang dilakukan
pasien sebelum kejadian
BPH

Frekuensi hubungan seksual:


1. Aktif melakukan hubungan
seksual: 1-3 kali seminggu
2. Kurang aktif: 1 kali seminggu
3. Tidak aktif: tidak melakukan
hubungan seksual

Wawancara Ordinal

3. Olahraga Aktivitas dan latihan fisik


yang dilakukan secara
terstruktur, terencana, dan
berkesinambungan
dengan mengikuti aturanaturan tertentu dan
bertujuan untuk
meningkatkan kebugaran
jasmani yang dilakukan
sebelum kejadian BPH

Frekuensi olahraga:
1. Aktif berolahraga: 3-4
kali/minggu
2. Kurang aktif: < 3 kali/minggu
3. Tidak aktif: tidak berolahraga
sama sekali

Wawancara Ordinal

1.
2.
3.

Tidak aktif:
Kurang aktif
Aktif
berolahraga

4. Merokok Membakar tembakau


kemudian dihisap
asapnya baik
meggunakan rokok
maupun menggunakan
pipa yang dilakukan
sebelum kejadian BPH

1.

Wawancara Ordinal

1.

Perokok
sangat berat
Perokok
berat
Perokok
sedang
Perokok
ringan

2.
3.
4.

Perokok ringan: <10 batang


perhari
Perokok sedang: 11-20 batang
perhari
Perokok berat: >21-30 batang
perhari
Perokok sangat berat: >31
batang perhari

1.

2.
3.

2.
3.
4.

Aktif
melakukan
hubungan
seksual
Kurang aktif
Tidak aktif

Populasi, Sampel, Dan Sampling


Tempat Dan Waktu Penelitian
Jenis Dan Sumber Data Penelitian:
1. Data sekunder
2. Data primer
Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik Pengolahan Dan Analisis Data


Teknik Pengolahan Data:
1. Editing
2. Coding
3. Entry data
4. Clearning
Analisis Data

uji statistic Spearman Rank

Etika Penelitian
1. Informed concent (Lembar Persetujuan)
2. Anonimity (tanpa nama)
3. Confidentiality (kerahasiaan)

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian


RSUD Ulin Banjarmasin secara geografis dibangun diatas
lahan seluasn 63.619 m dengan luas bangunan 38.619 m yang
beralamat di jalan A. Yani Km 1 No. 43.
Gambaran Ksusus Lokasi Penelitian
Sebelah Kanan Poli Bedah: Poli bedah Ortopedi
Jumlah perawat di Poli Bedah: 5 orang
Rata-rata jumlah kunjungan pasien urologi perbulan
sebanyak 298 orang

Karakteristik responden
Dari 80 klien yang diteliti, sebagian besar klien sebanyak 45
orang (56,3%) berusia antara 46-65 tahun.
Dari 80 klien yang diteliti, hanya 1 orang (1,3%) yang
memiliki >1 orang istri.
Dari 80 klien yang diteliti, sebagian besar klien sebanyak 47
orang (58,8%) memiliki 1-2 orang anak.
80 klien yang diteliti, sebagian besar jenis olahraga yang
dilakukan yaitu berjalan kaki sebanyak 13 orang (16,3%).
Dari 80 klien yang diteliti, sebagian besar jenis rokok yang
digunakan yaitu rokok filter sebanyak 67 orang (83,8%).

Analisa Univariat
Dari 80 klien yang diteliti, sebanyak 43 orang (53,8%)
menderita PBH.
Dari 80 klien yang diteliti, terdapat 42 orang (52,5%) yang
aktif melakukan aktivitas seksual.
Dari 80 klien yang diteliti, sebagian besar klien sebanyak 60
orang (75,0%) memiliki kebiasaan tidak aktif melakukan
olahraga.
dari 80 klien yang diteliti, sebagian besar klien sebanyak 35
orang (43,8%) memiliki kebiasaan merokok yaitu sebagai
perokok sedang (11-20 batang perhari).

Analisa Bivariat
1. Hubungan aktivitas seksual dengan kejadian BPH di
Poli Bedah RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
Kejadian BPH
Aktivitas
Seksual

No.

Total

BPH

Tidak
BPH

1.

Aktif

15

18,8

27

33,7

42

52,5

2.

Kurang aktif

28

35,0

10

12,5

38

47,5

43

53,8

37

46,2

80

100

Total

Hasil analisis uji Spearmans Rho = 0,001

r = -0,380

Pembahasan
Hasil uji korelasi Spearmans rho diperoleh nilai koefisien korelasi (r)
hitung sebesar -0,380 dengan probabilitas () sebesar 0,001, nilai
tersebut secara statistik bermakna ( < 0,05). Maka Ho ditolak, hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas seksual dengan
kejadian BPH di Poli Bedah RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015.
Keeratan hubungan kategori lemah yang berpola negatif yang berarti
semakin kurang aktif melakukan aktivitas seksual, maka cenderung
tekena BPH.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nur Fitriani di
Poli Bedah RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2014 terhadap 60
responden, dari 60 responden sebanyak 30 orang menderita BPH dan
dari 30 responden penderita BPH terdapat 23 orang aktif melakukan
hubungan seksual, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
aktivias seksual dengan tejadinya BPH tapi tidak memiliki resiko
terjadinya BPH.

2. Hubungan olahraga dengan kejadian BPH BPH di


Poli Bedah RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015
Kejadian BPH
No.

Olahraga

Total

BPH

Tidak
BPH

1.

Tidak aktif

31

38,8

29

36,2

60

75,0

2.

Kurang aktif

10

12,5

10,0

18

22,5

3.

Aktif

2,5

0,0

2,5

43

53,8

37

46,2

80

100

Total

Hasil analisis uji Spearmans Rho = 0,461

Pembahasan
Hasil uji korelasi Spearmans rho diperoleh nilai koefisien
korelasi (r) hitung sebesar -0,084 dengan probabilitas () sebesar
0,461, nilai tersebut secara statistik bermakna ( > 0,05). Maka
Ho diterima, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara kebiasaan olahraga dengan kejadian BPH di Poli Bedah
RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015.
Menurut penelitian yang dilakukan Amalia tahun 2008 di RS. Dr.
Kariadi, RSI Sultan Agung, RS Roemani Semarang
menunjukkan bahwa kebiasaan kurang aktif berolahraga
memiliki risiko lebih besar untuk terkena BPH. Risiko terkena
PBH dengan aktivitas berolahraga <3 kali perminggu lebih besar
dibandingkan laki-laki aktivitas berolahraga >3 kali perminggu.

3. Hubungan Merokok dengan kejadian Benign


Prostate Hiperplasia (BPH) di Poli Bedah RSUD
Ulin Banjarmasin Tahun 2015
Kejadian BPH
No.

Merokok

Total

BPH

Tidak
BPH

1.

Sangat berat

1,2

1,2

2,5

2.

Berat

7,5

2,5

10,0

3.

Sedang

22

27,5

13

16,2

35

43,8

4.

Ringan

12

15,0

13

16,2

25

31,2

5.

Tidak merokok

2,5

10,0

10

12,5

43
53,8
Total
Hasil analisis uji Spearmans Rho = 0,014

37

46,3

80

100

r = 0,275

Pembahasan
Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik Spearmans rho
menunjukkan value sebesar 0,014 nilai tersebut secara statistik
bermakna ( < 0,05). Maka Ho diterima, hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan antara merokok dengan kejadian BPH di Poli
Bedah RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015. Nilai korelasi
Spearmans rho sebesar 0,275 menunjukkan ke arah korelasi positif
dengan kekuatan korelasi yang lemah, yang dapat diartikan apabila
kebiasaan merokok meningkat maka akan diikuti dengan
peningkatan terkena BPH.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Amalia tahun
2008 di RS. Dr. Kariadi, RSI Sultan Agung, RS Roemani Semarang
menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai kebiasaan merokok
mempunyai risiko terkena BPH lebih besar dari pada seseorang
yang tidak memiliki kebiasaan merokok.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai