Anda di halaman 1dari 8

ISSN 2302-0245

pp. 1- 8

Jurnal Teknik Mesin


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

PENGARUH LOKASI KONTAK AWAL TERHADAP


KERUSAKAN PAHAT POTONG PADA PROSES FACE
MILLING
Mawardi1, Husni2, M. Dirhamsyah2
1)

Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jurusan Teknik Mesin, Lhokseumawe 24301, Indonesia


2)
Universitas Syiah Kuala, Jurusan Teknik Mesin, Banda Aceh 23111, Indonesia
1)
E-mail: mawardi_pnl@yahoo.co.id

Abstract: Cutting tool damage during machining operations can not be avoided, but can be minimized.
In the process of face milling cutting tool breakage generally occurs because of wear, chipping or
fracture overall breakage. phenomenon of damage from impact in the event of early contact between
the cutting tool and the workpiece not much information has been obtained. Therefore, in this study will
influence the location studied the initial contact between the cutting tool and workpiece damage due to
chipping or cutting tool fracture. To identify the appropriate location of the initial contact has been
made of three types of positions entry angle and axial angle. While to study the form of the damage
affected the initial contact location. To prevent damage to cutting tool pieces made using tapered shape
(Chamfer) on the workpiece angle 30o angle, 45o and 60o. From the results obtained, a good angle 30o
Chamfer.
Keywords : face milling, chipping, fracture,chamfer
Abstrak: Kerusakan pahat potong selama operasi pemesinan tidak dapat dihindarkan, akan tetapi dapat
diminimalisir. Pada proses face milling kerusakan pahat potong umumnya terjadi karena aus, chipping
ataupun pecah secara keseluruhan (breakage). Fenomena kerusakan akibat impact pada saat pahat
potong pertama sekali menyayat benda kerja belum banyak informasi yang telah diperoleh. Karena itu
pada penelitian ini akan dipelajari Pengaruh lokasi kontak awal antara pahat potong dan benda kerja
terhadap kerusakan pahat potong karena chipping atau fracture. Untuk mengidentifikasi bentuk lokasi
kontak awal telah dibuat tiga jenis posisi sudut masuk dan sudu aksial. Sedangkan untuk mempelajari
bentuk kerusakan dipengaruhi lokasi kontak awal. Untuk mencegah kerusakan pahat potong
menggunakan metode membuat bentu tirus(chamfer) pada sudut benda kerja yaitu sudut 30o, 45o dan
60o. Dari hasil yang diperoleh, sudut chamfer 30o yang paling baik.
Kata kunci : face milling, chipping, fracture,chamfer

PENDAHULUAN
Milling adalah proses pemesinan
terputus (intermittent cutting), pahat
potong (cutting tool) setiap satu siklus
putaran terjadi dua periode yaitu periode
memotong dan priode idle/tidak memotong.
Terjadinya dua periode tersebut menyebabkan pahat potong menerima beban saat
masuk (entry shock) sehingga timbul
tegangan tekan pada lokasi kontak awal
antara pahat dan benda kerja, proses
tersebut tejadi berulang-ulang hingga
proses pemotongan selesai. Fenomena ini
menyebabkan sering terjadi kerusakan
pahat potong secara tiba-tiba (suddenly/
early fracture) dan tak terduga (unexpec-

tedly/ unpredictable).
Banyak penelitian telah dilakukan
untuk mengindentifikasi secara pasti
penyebab kerusakan pahat potong karena
fenomena ini diantaranya: Zorev, (1964:
159) dikutip dari Ghahramani at el.
(1999:11) menyatakan bahwa kerusakan
pahat potong karena beban impact dan
perubahan temperatur saat pahat potong
memasuki benda kerja. Asai et al.
(1980:19) mendapatkan kerusakan pahat
potong tergantung besar pemakanan,
Thomas childs et al. (2000:146)
menyatakan kerusakan pahat potong
disebabakan oleh kerusakan mekanis dan
kerusakan karena suhu, Ghahramani at el.
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012

- 1

Jurnal Teknik Mesin


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

(1999:12) menyatakan ada dua faktor


penyebab chipping dan patah pahat potong
yaitu gaya potong dan lokasi kontak awal.
Husni (2009:85) menjelaskan metode
terbaik untuk mengendalikan kerusakan
pahat potong pada lokasi kontak awal
dengan cara membuat chamfer sudu
lubang alur benda kerja pada bubut
terputus (interrupted turning).
Untuk mengetahui lebih lanjut perihal
kerusakan pahat potong akibat chipping
dan fracture pada proses face milling,
diperlukan penelitian lanjutan untuk
mengindentifikasi bentuk dan lokasi
kontak awal serta mendapatkan alternatif
dalam pencegahan kerusakan pada saat
pahat potong memasuki benda kerja.
Tujuan Penelitian adalah :
1) Mengidentifikasi
pengaruh sudut
masuk dan sudut aksial terhadap lokasi
kontak awal.
2) Mengidentifikasi pengaruh lokasi
kontak awal terhadap kerusakan pahat
potong.
3) Mendapatkan metode baru untuk
mencegah kerusakan awal pada lokasi
kontak pertama sisi potong pahat
dengan benda kerja.

519344 sony camera model AC 58 Ap


pembesaran 50 kali. Benda Kerja dari baja
perkakas pengerjaan dingin SGT /AISI 01.
Prosudur Penelitian
Benda kerja dibentuk dengan ukuran
120 x 30 x 40 mm, sudut benda kerja
dibentuk tidak tirus dan tirus, sudut tirus
dengan variasi 30o, 45o dan 60o. Pahat
potong Insert dipasang pada pemegang
pahat. Titik pusat sumbu pahat diatur
dengan posisi sudut masuk ke benda kerja
positif, nol dan negatif seperti ditunjukkan
Gambar 2.

Gambar 2. Variasi sudut masuk


Pengaturan sisi benda kerja dan sisi
sudut aksial pahat sehingga membentuk
sudut kontak seperti Gambar 3.
Selanjutnya dengan tiga variasi sudut
masuk pahat dan tiga variasi sudut aksial
pahat, mengidentifikasi lokasi kontak awal
yang mungkin terjadi.

METODE PENELITIAN

Percobaan dilakukan dengan mesin


Milling Schaublin 13 daya 3 Kw. Pahat
potong yang digunakan adalah SPKN 1203
EDR, jenis karbida dilapisi Alumina
(Al2O3) dan Titanium carbon nitrit (TiCN).
Diameter pemegang pahat 80 mm dengan
cornel angle 15o seperti Gambar 1.

Gambar 1. Pemegang Pahat potong


Sumber: Greenleaf, (2011)
Kerusakan pahat potong diamati
dengan mikroskop optik Nikon optiphot
2-

Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus


2012

Gambar 3. Variasi sudut aksial pahat


Proses face milling dilakukan pada
beberapa lokasi kontak awal yang telah
teridentifikasi untuk benda kerja yang
tidak tirus dan benda kerja yang tirus.
Pengamatan dilakukan dengan mikroskop
optik terhadap kerusakan yang terjadi pada
pahat potong pada kondisi sudut benda
kerja tidak tirus dan tirus dan selanjutnya
analisa pengaruh metode sudut tirus benda
kerja dalam mencegah kerusakan pahat
potong.

Jurnal Teknik Mesin


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Kerangka Konsep Penelitian


Pelaksanaan penelitian disusun dalam
suatu kerangka konsep penelitian, terlihat
pada Gambar 4.

masuk benda kerja dibandingkan dengan


keluar.
Thomas childs et al., (2000:121),
menyatakan penyebab kerusakan secara
kwalitatif
adalah adhesion, thermal
damage
dan
mechanical
damage.
Kerusakan mekanis, yang meliputi
chipping, early fracture, fracture dan
fatigue pada dasarnya tidak tergantung
pada suhu sedangkan kerusakan termal,
deformasi plastik, difusi termal dan reaksi
kimia sebagai bentuk khas, meningkat
secara drastis dengan meningkatnya suhu.
seperti ditunjukkan
pada Gambar 5.
dibawah ini.

Gambar 4.Kerangka konsep penelitian


KAJIAN PUSTAKA
Kerusakan Pahat Potong Pada Proses
Milling
Kerusakan pahat potong akibat
chipping dan fracture telah dipelajari oleh
peneliti, diantaranya adalah: Bhatia et al.
(1979:148) yang dikutip dari Melo A. C. et
al. (2006:269) menjelaskan kecepatan
potong tinggi menyebabkan sisi potong
retak karena suhu tinggi akibat thermal
shock. Pada kecepatan potong rendah
menyebabkan sisi potong retak akibat kejut
mekanik (mechanical shock). Hal ini
terjadi pada lokasi kontak awal antara
pahat dan benda kerja. Pekelharing
(1978:5-10) yang dikutip dari Melo A. C.,
(2006:272) menyatakan kerusakan pahat
atau chipping terjadi pada saat keluar
benda kerja akibat exit shock (tensile
stress),
Caldeirani
(2002:3-9)
menunjukkan bahwa pada proses face
milling bahan baja dengan pahat karbida,
kerusakan atau chipping terjadi pada saat

Gambar 5. Mekanisme kerusakan pahat


Sumber : Thomas childs et al. (2000:121)
Fracture diklasifikasikan 3 jenis:
1. Tahap awal (early stage) kegagalan
terjadi segera setelah mulai dipotong.
2. Tahap tak terduga (unpredictable
fracture).
3. Tahap akhir kerusakan karena keausan
atau masa pakai pahat potong.
Perbedaan antara chipping dan
fracture terletak pada volume material
pahat potong yang hilang, ketika
jumlahnya kecil diban-dingkan dengan
volume yang bersentuhan (engaged)
kegagalan ini disebut chipping dan ketika
jumlahnya sama atau lebih besar
dibandingkan dengan kondisi yang disebut
fracture.
Chipping atau fracture pada sisi
potong ada beberapa sebab seperti
dikemukakan
oleh Trent dan Wright
(2000:146) kerusakan disebabkan siklus
panas (cyclic thermal) dan beban mekanik
(mechanical louding) kerena bervariasi
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012

- 3

Jurnal Teknik Mesin


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

ketebalan geram pada bidang kontak


dengan sisi muka pahat potong.
Phillip, PK (1977:19) menyatakan
kegagalan prematur pahat potong akibat
patah disebabkan oleh tegangan impact
saat proses kontak awal, fluktuasi siklus
suhu pada bidang kontak geram dan beban
mekanis ( mechanical loading) pada sisi
potong. Husni (2009:56) menyatakan
kerusakan pahat potong dipengaruhi oleh
banyak
factor
seperti
parameter
pemotongan, geometri tepi pemotong dan
geometri benda kerja padat bubut terputus
(interrupted turning), metode terbaik untuk
mengendalikan kerusakan pahat potong
pada lokasi kontak awal dengan cara
membuat chamfer slot di tepi benda kerja
pada bubut terputus (interrupted turning).
Dari R. CEP, (2009:293), menyatakan
lokasi, gaya kontak berpengaruh gaya
potong dalam waktu yang singkat seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh lokasi dan gaya


potong
Berdasarkan hasil penelitian dari
Kronenberg, (1946:217), Grahramani,
(1999:10) menyatakan ada sembilan tipe
lokasi kontak awal baik yang berupa titik,
garis dan bidang ( S, T, U, V, STUV, ST,
TU, UV dan SV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mengidentifikasi
Pengaruh
Sudut
Masuk dan Sudut Aksial Terhadap
Lokasi Kontak Awal
4-

Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus


2012

Lokasi kontak pada awal persegiempat


antara sisi potong pahat dan benda kerja
yang disimbulkan S, T, U dan V seperti
pada Gambar 7.

Gambar 7. Lokasi kontak awal


Hasil analisa tiga variasi sudut masuk
dan sudut aksial seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Variasi sudut masuk dan aksial
Sudut
Aksial
Sudut
masuk

ST

SV

STUV

TU

UV

Dapat diidentifikasi 9 lokasi kontak


awal adalah:
1. Lokasi titik S terjadi pada sudut masuk
positif dan sudut aksial positif.
2. Lokasi titik ST terjadi pada sudut
masuk positif dan sudut aksial nol.
3. Lokasi titik T terjadi pada sudut masuk
positif dan sudut aksial negatif.
4. Lokasi titik SV terjadi pada sudut
masuk nol dan sudut aksial positif.
5. Lokasi titik STUV terjadi pada sudut
masuk nol dan sudut aksial nol.
6. Lokasi titik TU terjadi pada sudut
masuk nol dan sudut aksial negatif.

Jurnal Teknik Mesin


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

7. Lokasi titik V terjadi pada sudut masuk


negatif dan sudut aksial positif.
8. Lokasi titik UV terjadi pada sudut
masuk negatif dan sudut aksial nol.
9. Lokasi titik U terjadi pada Sudut masuk
negatif dan sudut aksial negatif.
Pengaruh
Lokasi
Kontak
Awal
Terhadap Kerusakan Pahat Potong
Hasil eksperimen yang dilakukan
pada benda kerja tidak tirus (non chamfer)
seperti pada Gambar 8, pada titik- titik

Gambar 10. Titik V


Gambar 10. menunjukkan hasil
pengujian yang dilakukan untuk kontak
awal pada titik V, pahat potong menyentuh
benda kerja pada titik bagian dalam sisi
bawah ujung sisi potong, sudut masuk
negatif dengan pemotongan up milling,
karena itu pahat lebih kuat menahan beban,
biarpun terjadi chipping setelah menjalani
pemotongan 400 impact

Gambar 8. Benda Kerja Tidak Tirus


yang telah teridentifikasi,
parameter
pemotongan yang digunakan Vc = 200
m/min, a = 1 mm dan feed = 0,1 mm/r,
kerusakan pahat potong dapat dilihat :

Gambar 11. Titik T


Gambar 11. menunjukkan hasil
pengujian yang dilakukan untuk kontak
awal pada titik T, dimana posisi titik pusat
cutter diluar benda kerja atau sudut masuk
positif, karena sudut aksial negatif pahat
potong
menyentuh benda kerja pada
bagian atas ujung sisi potong , sehingga
pahat lebih kuat menahan beban kontak.

Gambar 9.Titik S
Gambar 9. menunjukkan hasil
kerusakan yang terjadi pada lokasi kontak
awal titik S, menunjukkan lokasi kontak
pada ujung sisi potong dimana daerah yang
sangat lemah menerima beban kontak dan
menyebabkan ujung sisi potong terjadi
gagal. Kegagalan tersebut disebabkan
kontak titik yang tidak sanggup menyerap
energi kontak karena luas penampang
kontak dari pahat sangat kecil.

Gambar 12. Garis ST


Gambar 12. menunjukkan hasil
pengujian yang dilakukan untuk kontak
awal pada garis ST, dimana posisi titik
pusat cutter diluar benda kerja atau sudut
masuk positif, sisi pahat potong aksial
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012

- 5

Jurnal Teknik Mesin


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

berimpit dengan sisi benda keja, pahat


potong menyentuh benda kerja pada garis
sisi depan dengan pemotongan down
Milling, pahat potong setelah menjalani
200 impact terjadi fracture di sepanjang
garis kontak ST. Hal ini dapat dilihat pada
gambar bahwa kontak garis yang vertikal
ujung pahat sangat lemah untuk menahan
beban kontak, selain terjadi rusak juga
ujung pahat yang dilapisi terjadi memudar
akibat gesekan.

Untuk lokasi titik U, TU dan UV tidak


ditinjau karena lokasi tersebut dianggap
aman.
Pengaruh Geometri Chamfer Sudut
Benda Kerja Untuk Pencegahan
Kerusakan Pahat Potong
Gambar 15. menunjukkan benda kerja
berbentuk tirus dengan sudut 30o posisi
lokasi kontak pada titik V. Benda kerja
bentuk tirus dapat memindahkan lokasi
kontak dari kontak titik dan bidang
menjadi kontak garis, pada pengujian ini
sudut benda kerja divariasikan empat jenis
sudut ketirusan yaitu 30o, 45o dan 60o.

Gambar 13. SV
Gambar 13. menunjukkan hasil
pengujian yang dilakukan untuk kontak
awal pada garis SV, dimana posisi titik
pusat cutter berimpit dengan sisi benda
kerja, sudut aksial positif pahat potong
menyentuh benda kerja pada garis sisi
bawah dengan pemotongan down Milling.
Kontak garis ini terjadi kerusakan pahat
lebih lama dibandingkan dengan kontak
garis ST setelah menjalani pemotongan,
kerusakan berbentuk chipping.

Gambar 15. Benda Kerja Tirus


Pemotongan pada benda kerja yang di
chamfer sudut 30o ( Vc : 300 m/min, Feed :
0,01 mm/r dan a = 1 mm), pada lokasi
kontak di titik S.

Gambar 16. Titik S, sudut tirus 30o

Gambar 14. Bidang STUV


Gambar 14 menunjukkan hasil
pengujian yang dilakukan untuk kontak
awal pada bidang STUV, dimana posisi
titik pusat cutter dan sudut aksial
pahatberimpit dengan sisi benda kerja,
pahat potong menyentuh benda kerja pada
kontak bidang dengan pemotongan down
Milling. Dari gambar tersebut terlihat
bentuk kerusakan bereda-beda dan setelah
menjalani pemotonga yang tidak sama,
tetapi belum dapat mendeteksi.
6-

Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus


2012

Pemotongan pada benda kerja yang di


chemfer sudut 30o ( Vc : 200 m/min, feed :
0,16 mm/min dan a = 1 mm), Pada lokasi
kontak titik S.

Gambar 17. Titik S, sudut tirus 30o

Jurnal Teknik Mesin


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Pada Gambar 16 dan 17 menunjukkan,


bahwa benda kerja chamfer 30o bentuk
lokasi kontak berbeda dengan benda kerja
non chamfer dimana lokasi kontak berubah
dari kontak titik menjadi kontak garis.
Berubahnya dari kontak titik ke kontak
garis dapat mengurangi kerusakan, juga
dapat memferifikasi bahwa keausan pahat
sudah mulai tampak dimana warna lapisan
mulai memudar yang nanti benda kerja
mengalami kontak langsung dengan
substrat dari pahat.
Penggunaaan metoda chamfer sudut benda
kerja merupakan suatu metode selain untuk
mencegah kerusakan lebih awal sebelum
sampai masa aus.

Gambar 20. Sudut negatif terbentuk antara


benda kerja dan pahat potong
Pada Gambar 4.19 benda kerja dengan
sudut di chamfer membuat sudut masuk
aksial negatif kurang dari 90o antara sisi
potong pahat dan sisi benda kerja, awal
kontak terjadi di belakang titik dari pahat
potong, sisi potong alat memiliki bagian
yang lebih besar, lebih kuat dan lebih baik
menahan beban impact karena beban
tersebut hanya terjadi beberapa saat ketika
pahat potong kontak dengan benda kerja.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Gambar 18. Titik S, sudut tirus 45

Pada Gambar 18. sudut chamfer 45o


bentuk kontak berupa garis lebih tebal
dibandingkan sudut 30o tentunya luas
penampang
kontak
lebih
besar
dibandingkan dengan sudut 30o . Dari
hasil pengujian sudut chamfer 45 derjat
bidang kontak lebih luas dan gaya kontak
juga lebih besar.

Gambar 19. Titik S, sudut tirus 60o


Pada Gambar 19 sudut chamfer 60o
bentuk kontak berupa titik, dilihat dari
bentuk kerusakan hampir sama dengan non
chamfer.

Berdasarkankan hasil yang diperoleh


dalam penelitian ini dapat disimpulkan
untuk proses face milling dengan pahat
potong karbida dan benda kerja AISI 01
sebagai berikut:
1. Hasil analisis secara gambar dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
- Sudut masuk dapat mecirikan suatu
proses pemotongan up milling atau
down milling.
- Jika sudut masuk positif atau negatif
dan sudut aksial positif atau negatif
terjadi kontak titik yaitu S, T, U dan V.
- Jika sudut masuk positif atau negatif
dan sudut aksial nol, sudut masuk nol
dan sudut aksial positif atau negatif
terjadi kontak garis yaitu ST, UV, SV
dan TU.
- Jika sudut masuk nol dan aksial nol
terjadi kontak bidang STUV.
2. Lokasi kontak awal dipengaruhi oleh
sudut aksial dan sudut masuk :
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012

- 7

Jurnal Teknik Mesin


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

- Sudut masuk dan sudut aksial pada


posisi nol dan positif terjadi chipping.
- Titik terjadi chipping S, ST, SV dan
STUV.
3. Meniruskan (chamfer) sudut benda di
lokasi kontak adalah salah satu metode
untuk mencegah kegagalan pahat
potong karbida dilokasi kontak awal.
Sudut chamfer 30o yang terbaik
diantara sudut 45o dan 60o.
Saran
Penelitian
perlu
dikembangkan
dengan meninjau pengaruh bentuk sudut
tirus di lokasi kontak awal terhadap gaya
potong pada proses face milling.
DAFTAR PUSTAKA
Asai, T., S. Nakatani, and A. Hara, (1980) :
Study on the Early Fracture of
Carbide Tools.
Bulleting of
Japanese Society of Precision
Engineering, Vol. 14/1, pp. 1924.
Bhatia, S. M., Pandey, P. C. and Shan, H.
S.,(1979), : Failure of Cemented
Carbide Toolsin Intermittent cuting.
Precision Engineering, PP.148-152
Caldeirani, F. J., A. E. Diniz, (2002), :
Influence of Cutting Condition on
Tool Life, Tool Wear and Surface J.
Braz. Soc. Mech. Sci.Eng. 24 (1),2-9.
Ghahramani.B, Z. Y. Wang,' C. Sahay,' K.
P. Rajurka,(1999) : Analysis of
Initial Contact and Tool Fracture in
The Milling Proces,Vol.3 pp.9-23.
Husni, (2009) : A Study Ceramic tool
Fracture in Interrupted Turning,
Thesis for degree of a doctor
Philosophy (PhD), Faculty of
Engineering, University Malaya.
Melo, A. C. A, et al.,(2004) : Some Observations on Wear and Damages in
Cemented carbide tools. J. Braz. Soc.
Mech. Sci.Eng. 28 (3),269-277.
8-

Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus


2012

Sanvik Coromant Metal Cutting Guide, D


23, (2010), www. sanvik coromant.
Com.
Phillips, P. K. (1977) : Tool wear and Tool
Life in Intermittent Cutting of
Hardned Steel Using Conventional
Hard Metal Insert, int. J. Mach tool
Des Res 18 p. 19-28.
R. CEP, (2009), Influence of Thermal and
Mechanical Shocks to Cutting Edge
Tool Life World Academy of Science,
Engineering and Technology 56.
Trent, E. M.,Wright, P. K., (2000) : Metal
cutting, Butterworth/ Heinemann,
Oxf-ord, pp 446.
Technical Data- Milling, Greenleaf, (2011),
www.greenleafcorporation.com

Anda mungkin juga menyukai