Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULAN
1.1.

Latar Belakang

Kita seharusnya bangga hidup di Negara yang kaya akan hal , seperti
Negara kita yang kaya akan budayanya . Negara kita kaya akan nilai budi
pekertinya seperti nila moral , nilai nilai social ,dll . Banyak Negara Negara
tetangga iri atau menginginkan budaya budaya kita menjadi hak milik Negara
tetangga tersebut , jika kita tidak mempertahankan budaya tersebut maka kita
jangan berharap anak cucu kita akan melihat budaya budaya asli Indonesia .
Mungkin dengan menumbuhkan rasa Nasionalisme atau rasa cinta tanah air pada
diri kita masing-masing kita akan menghargai budaya budaya kita sendiri dan
jasa jasa para pahlawan kita yang telah mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia hingga akhirnya merdeka sampai saat ini . Banyaknya
masyarakat yang tidak mempunyai rasa Nasionalisme atau rasa cinta tanah air
membuat penulis terunggah untuk mendalami pentingnya mempelajari Pendidikan
Kewarganegaraan agar penulis bisa menganalisa lebih dalam lagi . Pendidikan
Kewarganegaraan wajib untuk didapatkan oleh masyarakat agar rasa nasionalisme
terhadap Negara kita tetap terjaga . Lembaga/institusi pendidikan merupakan
sarana utama dalam memberi pembelajaran bagi masyarakan .
Begitu pentingya bagi kita untuk mempelajari Pendidikan
Kewarganegaraan sejak dini merupakan keharusan bagi kita untuk
mempelajarinya agar kita lebih memahami dan melaksanakan kehidupan
bernegara dan berbangsa .

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Pengertian Kewarganegaraan
Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan
hubungan atau ikatan antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan
diartikan segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan
adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan.
Adapun menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan negara.
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

a) Kewarganegaraan
dalam
arti
yuridis
dan
sosiologis
- Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan
hukum
antara
orang-orang
dengan
negara.
- Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan
hukum, tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan
keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.
b) Kewarganegaraan
dalam
arti
formil
dan
materil.
- Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat
kewarganegaraan.
Dalam
sistematika
hukum,
masalah
kewarganegaraan
berada
pada
hukum
publik.
- Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat
hukum dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban
warga negara.
Secara bahasa, istilah Civic Education pakar diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan. Istilah Pendidikan Kewargaan diwakili oleh Azra dan Tim
ICCE (Indonesia Center for Civic Education) dari Universitas Islam Negri (UIN)
Jakarta, sebagai pengembang Civic Education pertama di perguruan tinggi.
Penggunaan istilah Pendidikan Kewarganegaraan diwakili oleh Winaputa dkk
dari Tim CICED (Center Indonesia for Civic Education), Tim ICCE (2005: 6)

Menurut Kerr ( Winataputra dan Budimansyah, 2007: 4), mengemukakan


bahwa Citizenship education or civics education di definisikan sebagai berikut:
Citizenship or civics education is construed broadly to encompass the preparation
of young people for their roles and responsibilities as citizens and, in particular,
the role of education (trough schooling, teaching, and learning ) in that
preparatory process.
Dari definisi tersebut dapat di jelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan
dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk
mengambil peran dan tanggung jawab sebagai warganegara, dan secara khusus,
peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran dan belajar,
dalam proses penyiapan warganegara tersebut.
Menurut Zamroni ( Tim ICCE, 2005: 7) pengertian pendidikan
kewarganegaraaan adalah:
Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat
berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran
kepada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat
yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Diharapakan dapat
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen
yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Rebuplik
Indonesia. Hakekat NKRI adalah negara kebangsaan modern.
Sementara itu, PKn di Indonesia dapat diharapkan mempersiapkan peserta didik
menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat negara kesatuan
republik indonesia adalah negara kesatuan modern. Negara kebangsaan adalah
negara yang pembentuknya didasarkan pada pembentukan semangat kebangsaan
dan nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakt untuk membangun masa
depan bersama dibawah satu negara yang sama.walaupun warga masyarakaat itu
berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya.
Pendidikan Kewarganegaraan dijelaskan dalam Depdiknas (2006:49),
Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang mefokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Lebih lanjut
Somantri (2001: 154) menyatakan bahwa: PKn merupakan usaha untuk
membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasaryang
berkenan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan
pendahuluan bela negara menjadi warga negara agar dapat diandalkan oleh bangsa
dan negara.

Menurut Branson (1999:4) civic education dalam demokrasi adalah pendidikan


untuk mengembangkan dan memperkuat dalam pemerintahan otonom (self
goverman). Pemerintah otonom demokratis berarti bahwa negara aktif terlibat
dalam pemerintahannya sendiri mereka tidak hanya menerima dikte orang lain
dengan pengembangan PKn, antara lain.
Beberapa unsur yang terkait dengan pengembangan PKn antara lain
(Somantri, 2001:158) :
1) Hubungan pengetahuan interseptif dengan pengembangan ekstraseptif atau
antara agama dengan ilmu.
2) Kebudayaan Indonesia dan tujuan pendidikan nasional.
3) Disiplin ilmu atau pendidikan, terutama psikologi pendidikan.
4) Displin ilmu-ilmu sosial, khususnya ide fundamental ilmu
kewarganegraaan.
5) Dokumen negara, khususnya Pancasila, UUD 1945 dan perundangan
negara serta sejarah perjuangan bangsa.
6) Kegiatan dasar manusia.
7) Pengertian pendidikan IPS.
Sehubungna dengan itu, PKn sebagai salah satu tujuan pendidikan IPS
yang menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga negara yang baik
dan patriotik, maka batasan pengertian PKn dapat dirumuskan sebagai berikut
(Somantri, 2001:159):
Pendidikan Kewarganegaraan adalah seleksi dan adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu
sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan dasar manusia, yang
diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai
salah satu tujuan pendidikan IPS.

Beberapa faktor yang lebih menjelaskan mengenai pendidikan kewarganegraaan


antara lain (Somantri, 2001: 161):
1) PKn merupakan bagian atau salah satu tujuan pendidikan IPS, yaitu bahan
pendidikan diorganisasikan secara terpadu dari berbagai disiplin ilmu
sosial. Humaniora, dokumen negara, terutama pancasila, UUD 1945,
GBHN, dan perundangan negara, dengan tekanan bahan pendidikan pada
hubungan warga negara dan bahan pendidikan yang berkenan dengan bela
negar.
2) Pkn adalah seleksi dan adaptasi dari berbagai displin ilmu sosial,
humaniora, pancasila, UUD 1945 dan dokumen negara lainnya yang

3)

4)

5)

6)

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan


pendidikan.
PKn dikembangkan secara ilmiah dan psikologis baik untuk tingkat
jurusan PMPKN FPIPS maupun dikembangkan untuk tingkat pendidikan
dasar dan menengah serta perguruan tinggi.
Dalam mengembangkan dan melaksnakan PKn, kita harus berfikir secara
integratif, yaitu kesatuan yang utuh dari hubungan antara hubungan
pengetahuan intraseptif (agama, nilai-nilai) dengan pengetahuan
ekstaseptif (ilmu), kebudayaan Indonesia, tujuan pendidikan nasional,
pancasila, UUD 1945, GBHN, filsafat pendidikan, psikologi pendidikan,
pengembangan kurikulum disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora,
kemudian dibuat program pendidikannya yang terdiri atas unsur: (i) tujuan
pendidikan, (ii) bahan pendidikan, (iii) metode pendidiken, (iv) evaluasi.
PKn menitikberatkan pada kemampuan ketrampilan berpikir aktif warga
negara, terutama generasi muda, dalam mengintemalisasikan nilai-nilai
warga negara yang baik (good citizen) dalam suasana demokratis dalam
berbagai masalah kemasyarakatan (civic affairs).
Dalam keputusan asing PKn sering disebut civic education, yang salah
satu batasnya ialah seluruh kegiatan sekolah, rumah, dan masyarakat
yang dapat menumbuhkan demokrasi.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa betapa pentingnya PKn untuk siswa


sebagai generasi penerus, karena PKn menggiring untuk menjadikan siswa sadar
akan politik, sikap demokratis dan sebagai mata pelajaran yang wajib dibelajarkan
di sekolah.
PKn sebagai pendidikan nilai dapat membantu para siswa membantu siswa
memilih sistem nilai yang dipilihnya dan mengembangkan aspek afektif yang
akan ditampilkan dalam prilakunya. Seperti yang diungkapkan Suwarna AlMuctar dalam hand out Strategi Belajar Mengajar (2001:33), mengemukakan
bahwa:
Pendidikan nilai bertujuan untuk membantu perilaku peserta didik
menumbuhkan dan memperkuat sistem nilai dipilihnya untuk dijadikan
pengembangan sikap (afektif) oleh karena itu berbeda dengan belajar mengajar
dengan pendidikan kognitif atau psikomotor. pendidikan nilai secara formal di
Indonesia diberikan pada mata pelajaran PPKn yang merupakn pendiidkan nilai
pancasila agar dapat menjadi kepribadian yang fungsional.

2.2 Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan


Menurut Branson (1997:7) tujuan Civic Education adalah partisipasi yang
bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik
tingkat lokal, negara, dan nasional. Tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas
(2006:49) adalah untuk memberikan kompetensi sebagai berikut:
1) Berfikir kritis rasional dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara
sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3) Berkembanga secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan pembelajaran PKn secara umum


mempersiapkan generasi bangsa yang unggul dan berkepribadian, baik dalam
lingkungan lokal, regional, maupun global. Sedangkan Tujuan PKn menurut
Djahiri (1994/1995:10) adalah sebagai berikut :
1) Secara umum tujuan PKn ajeg dalam mendukung keberhasilan pencapaian
Pendidikan Nasional, yaitu : Mencerdaskan kehidupan bangsa yang
mengembangkan manusia Indonesia yang seutuhnya. Yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti yang luhur,
memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
masyarakat dan kebangsaan.
2) Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu prilaku yang memancarkan
iman dan takwa terhadap Tuhan YME dalam masyarakat yang terdiri dari
golongan agama, prilaku yang bersifat, kemanusiaan yang adil dan
beradap, prilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan
kepentingan bersama diatas kepentingan perseorangan dan golongan
sehingga perbedaan dan pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi
melalui musyawarah mufakat, serta prilaku yang mendukung upaya untuk
mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan tujuan PKn yang telah dikemukakan di atas, di amsumsikan
pada hakekatnya setiap tujuan membekali kemampuan kemampuan kepada
peserta didik dalam hal tanggung jawabnaya sebagai warga negara, yaitu warga
negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME berfikir kritis, rasional
6

dan keratif, berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat, berbangsa dan bernegara


membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa lain. Sedangkan menurut Sapriya (2000: 54), tujuan
pendidikan kewarganegaraan adalah :
Partisipasi yang penuh nalar dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik
dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi
konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara yang efektif pengetahuan dan
keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta. Partisipasi yang
efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut untuk
dikembangkan disposisi atau watak-watak tertentu yang meningkatkan
kemampuan individu berperan serta dalam proses politik dan mendukung
berfungsinya sistem politik yang sehat serta perbaikan masyarakat.
Sedangkan tujuan umum pelajaran PKn ialah mendidik warga negara
agara menjadi warga negara yang baik, yang dapat di lukiskan warga negara
yang patiotik, toleran, setia terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis
pancasila sejati (Somantri, 2001:279). Fungsi dari pelajaran PKn adalah sebagai
wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD
1945.
Upaya agar tujuan PKn tersebut tidak hanya bertahan sebagai slogan saja, maka
harus dirinci menjadi tujuan kurikuler (Somantri, 1975:30 ), yang meliputi:
1) Ilmu pengetahuan, meliputi hirarki: fakta, konsep dan generalisasi teori
2) Keterampilan intelektual
3) Sikap:nilai, kepekaan dan perasaan. Tujuan PKn banyak mengandung
soal-soal efektif, karena itu tujuan PKn yang seperti slogan harus
dijabarkan.
4) Keterampilan sosial: tujuan umum PKn harus bisa di jabarkan dalam
ketermpilan sosial yaitu keterampilan yang dapat memberikan
kemungkinan kepada siswa untuk secra terampil dapat melakukan dan
bersikap cerdas serta bersahabat dalam pergaulan kehidupan sehari-hari,
Dufty (Nauman Somantri, 1975:30 ). Mengkerangkakan agar kita
memperoleh bimbingan dalam merumuskan(a) konsep dasar, generalisasi,
konsep atau topik PKn: (b) tujuan instruksionsal, (c) konstruksi tes beserta
penilaiannya.
Secara umum, menurut Bunyamin M dan Sapriya (2005:30) bahwa :
Tujuan negara mengembangkan Pendidikan Kewarganegaraan agar setiap warga
negara menjadi warga negara yang baik ( to be good citizens ) yakni warga negara
yang memiliki kecerdasan ( civics intelegence ) baik intelektual, emosional, sosial,
7

maupun spiritual: memiliki rasa bangga dan tanggung jawab ( civics responsibility
) dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa PKn sebagai program
pengajaran yang tidak hanya sosok programan pola KBM yang mengaju pada
aspek kognitif saja, melainkan secara utuh dan menyeluruh yakni mencakup aspek
afektif dan psikomotor. Selain aspek-aspek tersebut PKn juga mengembangkan
pendidikan nilai.

2.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan Meliputi Aspek-Aspek


Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi:
1. Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai
bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan
jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,
Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan
peradilan internasional.
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional
HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri ,
Persamaan kedudukan warga negara.
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan
sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasila
sebagai
ideologi
terbuka.

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri


Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan
internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi
globalisasi.
2.4 Pasal Kewarganegaraan
Warga negara adalah mereka yang berdasar hukum tertentu merupakan
anggota dari suatu negara. Dengan kata lain, warga negara adalah mereka yang
menurut undang undang atau perjanjian diakui sebagai warga negara, atau melalui
proses naturalisasi.
Sedangkan bukan warga negara adalah mereka yang berada pada suatu negara
tapi secara hukum tidak menjadi anggota negara yang bersangkutan, namun
tunduk pada pemerintahan dimana mereka berada. (Contoh Duta Besar, Konsuler,
Kontraktor, dll)
Antara warga negara dan bukan warga negara juga dapat dibedakan
berdasarkan hak dan kewajibannya. Misalnya warga negara dapat memiliki tanah
atau mengikuti pemilu, sedangkan yang bukan warga negara tidak demikian.
WARGA NEGARA DALAM PASAL 26 UUD - 1945

Menurut pasal 26 UUD 1945


(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga
negara.
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia.
(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.
Menurut pasal 26 ayat (2) UUD 1945,
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia.
Bukan Penduduk, adalah orang-orang asing yang tinggal dalam negara
bersifat sementara sesuai dengan visa.
Istilah Kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang
menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara, atau
segala hal yang berhubungan dengan warga negara. Pengertian kewarganegaraan
dapat dibedakan dalam arti : 1) Yuridis dan Sosiologis, dan 2) Formil dan
Materiil.


Istilah Pribumi Dan Non Pribumi
Sering kali mungkin kita mendengar ada suatu kalaangan masyarakat yang
menyebutkan mereka sebagai seorang pribumi dan sang pendatang entah itu
dari satu pulau yang sama atau berbeda kepulauan di sebut sebagai non pribumi,
suatu anggapan yang saya bilang adalah persepsi bodoh, Di negara yang hampir
penduduknya berbeda, suka, agama, ras, dan adat masih mementingkan
kepentingan individu kelompok priyoritas, dan minoritas akan di anggap sebagai
yang berbeda, dan yang lebih menakutkan akan muncul perpecahan, perang suku,
tawuran antar warga dsb, sehingga kita melupakan nilai kemerdekaan yang di
berikan para pahlawan kita, sehingga akan terasa sia-sia darah, kringat dan energi
yang mereka berikan, Bhineka Tunggal Ika pun seakan hanya sebuah kalimat
indah yang tergambar di sebuah simbol bergambar burung garuda bagi saya
pribadi semua itu hanya omong kosong, dan persepsi seorang yang bodoh yang
ingin memecahkan kekuatan kita, tidak ada, orang jawa, medan, aceh, sunda,
banjar, dsb semua sama dan satu bernama indonesia dan negara ini pun lahir
bukan karena kesamaan yang mendominasi tetapi karena perbedaan yang
mengikat kita pada tujuan yang sama.

Adakah Penduduk asli indonesia dan domisilinya??


Tidak ada penduduk asli indonesia semua sama mengikat dan merangkul menjadi
sebuah masyarakat yang di namakan warga indonesia, dari perbedaan suku, ras,
dan agama, mereka mengikat menjadi satu penduduk berintelektual tinggi dan
saling menghargai sesama manusia.

Mengapa Timbul Istilah Pribumi Dan Non Pribumi


Isu pribumi dan pribumi timbul di karenakan pendidikan dan wawasan akan
kesadaran berbangsa dan bernegara belum masuk dan di hayati penuh sepenuhnya
oleh masyarakat kita, sehingga timbul kekuatan kelompok, kelompok sparatis
masyarakat dengan orientasi mementingkan kelompoknya atas nama, agama,
tuhan dan yang lebih menakutkan atas nama warga negara indnesia

Siapa yang di maksud non pribumi


TIDAK ADA
Siapakah Pribumi dan Non-pribumi
Dari KBBI, pribumi adalah penghuni asli, orang yang berasal dari tempat yang
bersangkutan. Sedangkan non-pribumi berarti yang bukan pribumi atau penduduk
yang bukan penduduk asli suatu negara. Dari makna tersebut, pribumi berarti
penduduk yang asli (lahir, tumbuh, dan berkembang) berasal dari tempat negara
tersebut berada. Jadi, anak dari orang tua yang lahir dan berkembang di Indonesia
adalah orang pribumi, meskipun sang kakek-nenek adalah orang asing.

10

Namun pendapat yang beredar luas di Indonesia mengenai istilah pribumi dan
non-pribumi adalah pribumi didefinisikan sebagai penduduk Indonesia yang
berasal dari suku-suku asli (mayoritas) di Indonesia. Sehingga, penduduk
Indonesia keturunan Tionghoa, India, ekspatriat asing (umumnya kulit putih),
maupun campuran sering dikelompokkan sebagai non-pribumi meski telah
beberapa generasi dilahirkan di Indonesia. Pendapat seperti itu karena sentimen
masyarakat luas yang cenderung mengklasifikasikan penduduk Indonesia
berdasarkan warna kulit mereka.
Selain warna kulit, sebagian besar masyarakat mendefinisikan sendiri (melalui
informasi luar) berdasarkan budaya dan agama. Sehingga jika penduduk Indonesia
keturunan Tionghoa dianggap sebagai non pribumi, maka penduduk Indonesia
keturunan Arab (bukan dari suku asli) dianggap sebagai pribumi.

2.5 Tata Urutan Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia


Tata perundang-undangan diatur dalam :
1.

Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang Memorandum DPR-GR


mengenai sumber tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan
perundang-undangan Republik Indonesia.
Urutannya yaitu :
1)
UUD 1945;
2)
Ketetapan MPR;
3)
UU;
4)
Peraturan Pemerintah;
5)
Keputusan Presiden;
6)
Peraturan Pelaksana yang terdiri dari : Peraturan Menteri dan Instruksi
Menteri.
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.
2.
Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata
Urutan Peraturan Undang-Undang.
Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tata urutan peraturan perundang-undangan
RI yaitu :
1)
UUD 1945;
2)
Tap MPR;
3)
UU;
4)
Peraturan pemerintah pengganti UU;
5)
PP;
6)
Keppres;
7)
Peraturan Daerah;
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.
11

3.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan.
Berdasarkan ketentuan ini, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2)
UU/Perppu;
3)
Peraturan Pemerintah;
4)
Peraturan Presiden;
5)
Peraturan Daerah.
Ketentuan dalam Undang-Undang ini sudah tidak berlaku.
4.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan.
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, jenis dan hierarki peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2)
Ketetapan MPR;
3)
UU/Perppu;
4)
Peraturan Presiden;
5)
Peraturan Daerah Provinsi;
6)
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Definisi :
1.

2.

3.

4.

5.

Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat


norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah hukum dasar
(konstitusi) yang tertulis yang merupakan peraturan negara tertinggi dalam
tata urutan Peraturan Perundang-undangan nasional.
Ketetapan MPR merupakan putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang
MPR, yang terdiri dari 2 (dua) macam yaitu : Ketetapan yaitu putusan MPR
yang mengikat baik ke dalam atau keluar majelis, Keputusan yaitu putusan
MPR yang mengikat ke dalam majelis saja.
Undang-Undang (UU) adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan Persetujuan bersama
Presiden.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) adalah
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal
ihwal kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan : Perppu diajukan ke
DPR dalam persidangan berikut; DPR dapat menerima/menolak Perppu tanpa
melakukan perubahan; Bila disetujui oleh DPR, Perrpu ditetapkan menjadi
12

6.

7.

8.

9.

Undang-Undang; Bila ditolak oleh DPR, Perppu harus dicabut dan


dinyatakan tidak berlaku.
Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya.
Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahan.
Peraturan Daerah (Perda) Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan
persetujuan Gubernur.
Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundangundangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota dengan persetujuan Bupati/Walikota.

13

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan
hubungan atau ikatan antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan diartikan
segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya
kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan.
Warga negara adalah mereka yang berdasar hukum tertentu merupakan
anggota dari suatu negara. Dengan kata lain, warga negara adalah mereka yang
menurut undang undang atau perjanjian diakui sebagai warga negara, atau melalui
proses naturalisasi.
Sedangkan bukan warga negara adalah mereka yang berada pada suatu negara tapi
secara hukum tidak menjadi anggota negara yang bersangkutan, namun tunduk
pada pemerintahan dimana mereka berada.
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di Indonesia.
Bukan Penduduk, adalah orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat
sementara sesuai dengan visa.

14

DAFTAR PUSTAKA

Sumarsono S.dkk.2002. Pendidikan kewarganegaraan, Jakarta : PT. Gramedia


Pustaka Utama
Lemabaga Ketahanan Nasional. 1998. Kewiraan Untuk Mahasiswa, Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Ahmad, Maskur.2003. Pendidikan Kewaganegaraan Dalam Metode Praktis.
Palembang.
Bagian proyek peningkatan tenaga akademik direktorat jendral pendidikan Tinggi
DEPDIKNAS.2002. Kapita selekta pendidikan kewarganegaraan Bag, 1. Jakarta.
Bagian proyek peningkatan tenaga akademik direktorat jendral pendidikan Tinggi
DEPDIKNAS.2002. Kapita Selekta Pendidikan Kewarganegaraan Bag. II.
Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai