PENDAHULAN
1.1.
Latar Belakang
Kita seharusnya bangga hidup di Negara yang kaya akan hal , seperti
Negara kita yang kaya akan budayanya . Negara kita kaya akan nilai budi
pekertinya seperti nila moral , nilai nilai social ,dll . Banyak Negara Negara
tetangga iri atau menginginkan budaya budaya kita menjadi hak milik Negara
tetangga tersebut , jika kita tidak mempertahankan budaya tersebut maka kita
jangan berharap anak cucu kita akan melihat budaya budaya asli Indonesia .
Mungkin dengan menumbuhkan rasa Nasionalisme atau rasa cinta tanah air pada
diri kita masing-masing kita akan menghargai budaya budaya kita sendiri dan
jasa jasa para pahlawan kita yang telah mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia hingga akhirnya merdeka sampai saat ini . Banyaknya
masyarakat yang tidak mempunyai rasa Nasionalisme atau rasa cinta tanah air
membuat penulis terunggah untuk mendalami pentingnya mempelajari Pendidikan
Kewarganegaraan agar penulis bisa menganalisa lebih dalam lagi . Pendidikan
Kewarganegaraan wajib untuk didapatkan oleh masyarakat agar rasa nasionalisme
terhadap Negara kita tetap terjaga . Lembaga/institusi pendidikan merupakan
sarana utama dalam memberi pembelajaran bagi masyarakan .
Begitu pentingya bagi kita untuk mempelajari Pendidikan
Kewarganegaraan sejak dini merupakan keharusan bagi kita untuk
mempelajarinya agar kita lebih memahami dan melaksanakan kehidupan
bernegara dan berbangsa .
BAB II
PEMBAHASAN
a) Kewarganegaraan
dalam
arti
yuridis
dan
sosiologis
- Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan
hukum
antara
orang-orang
dengan
negara.
- Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan
hukum, tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan
keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.
b) Kewarganegaraan
dalam
arti
formil
dan
materil.
- Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat
kewarganegaraan.
Dalam
sistematika
hukum,
masalah
kewarganegaraan
berada
pada
hukum
publik.
- Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat
hukum dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban
warga negara.
Secara bahasa, istilah Civic Education pakar diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan. Istilah Pendidikan Kewargaan diwakili oleh Azra dan Tim
ICCE (Indonesia Center for Civic Education) dari Universitas Islam Negri (UIN)
Jakarta, sebagai pengembang Civic Education pertama di perguruan tinggi.
Penggunaan istilah Pendidikan Kewarganegaraan diwakili oleh Winaputa dkk
dari Tim CICED (Center Indonesia for Civic Education), Tim ICCE (2005: 6)
3)
4)
5)
6)
maupun spiritual: memiliki rasa bangga dan tanggung jawab ( civics responsibility
) dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa PKn sebagai program
pengajaran yang tidak hanya sosok programan pola KBM yang mengaju pada
aspek kognitif saja, melainkan secara utuh dan menyeluruh yakni mencakup aspek
afektif dan psikomotor. Selain aspek-aspek tersebut PKn juga mengembangkan
pendidikan nilai.
Istilah Pribumi Dan Non Pribumi
Sering kali mungkin kita mendengar ada suatu kalaangan masyarakat yang
menyebutkan mereka sebagai seorang pribumi dan sang pendatang entah itu
dari satu pulau yang sama atau berbeda kepulauan di sebut sebagai non pribumi,
suatu anggapan yang saya bilang adalah persepsi bodoh, Di negara yang hampir
penduduknya berbeda, suka, agama, ras, dan adat masih mementingkan
kepentingan individu kelompok priyoritas, dan minoritas akan di anggap sebagai
yang berbeda, dan yang lebih menakutkan akan muncul perpecahan, perang suku,
tawuran antar warga dsb, sehingga kita melupakan nilai kemerdekaan yang di
berikan para pahlawan kita, sehingga akan terasa sia-sia darah, kringat dan energi
yang mereka berikan, Bhineka Tunggal Ika pun seakan hanya sebuah kalimat
indah yang tergambar di sebuah simbol bergambar burung garuda bagi saya
pribadi semua itu hanya omong kosong, dan persepsi seorang yang bodoh yang
ingin memecahkan kekuatan kita, tidak ada, orang jawa, medan, aceh, sunda,
banjar, dsb semua sama dan satu bernama indonesia dan negara ini pun lahir
bukan karena kesamaan yang mendominasi tetapi karena perbedaan yang
mengikat kita pada tujuan yang sama.
10
Namun pendapat yang beredar luas di Indonesia mengenai istilah pribumi dan
non-pribumi adalah pribumi didefinisikan sebagai penduduk Indonesia yang
berasal dari suku-suku asli (mayoritas) di Indonesia. Sehingga, penduduk
Indonesia keturunan Tionghoa, India, ekspatriat asing (umumnya kulit putih),
maupun campuran sering dikelompokkan sebagai non-pribumi meski telah
beberapa generasi dilahirkan di Indonesia. Pendapat seperti itu karena sentimen
masyarakat luas yang cenderung mengklasifikasikan penduduk Indonesia
berdasarkan warna kulit mereka.
Selain warna kulit, sebagian besar masyarakat mendefinisikan sendiri (melalui
informasi luar) berdasarkan budaya dan agama. Sehingga jika penduduk Indonesia
keturunan Tionghoa dianggap sebagai non pribumi, maka penduduk Indonesia
keturunan Arab (bukan dari suku asli) dianggap sebagai pribumi.
3.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan
hubungan atau ikatan antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan diartikan
segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya
kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan.
Warga negara adalah mereka yang berdasar hukum tertentu merupakan
anggota dari suatu negara. Dengan kata lain, warga negara adalah mereka yang
menurut undang undang atau perjanjian diakui sebagai warga negara, atau melalui
proses naturalisasi.
Sedangkan bukan warga negara adalah mereka yang berada pada suatu negara tapi
secara hukum tidak menjadi anggota negara yang bersangkutan, namun tunduk
pada pemerintahan dimana mereka berada.
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di Indonesia.
Bukan Penduduk, adalah orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat
sementara sesuai dengan visa.
14
DAFTAR PUSTAKA
15