Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

GEOGRAFI KESEHATAN DAN PENCEMARAN


PENCEMARAN AIR LINGKUNGAN

Oleh:
GATUT ARI SUSANTO
13040274003

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
berjudul Pencemaran Air Lingkungan. Makalah ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi tugas matakuliah Geografi Kesehatan dan Pencemaran.
Makalah ini mendeskripsikan tentang pencemaran air serta indikator
pencemar dan juga dampak dari pencemaran sekaligus cara penanggulangannya.
Selama menyusun makalah ini ada hambatan-hambatan kecil, diantaranya
pembagian waktu pengerjaan tugas makalah ini dengan makalah lain yang berarti.
Makalah ini dapat terselesaikan seperti ini karena bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu
matakuliah Geografi Kesehatan dan Pencemaran, Drs. Kuspriyanto, M.Kes., yang
menjadi pembimbing selama proses pembuatan makalah ini.

Saran dan kritik saya harapkan untuk memenuhi kekurangan makalah ini.

Surabaya, 3 November 2015

Penulis

DAFTAR ISI

SAMPUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1. Pengertian Dasar Pencemaran Air.................................................................2
2.2. Indikator Pencemaran Air..............................................................................3
2.3. Komponen Pencemaran Air...........................................................................8
2.4. Usaha Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan........................11
BAB III KESIMPULAN........................................................................................13
REFERENSI..........................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga
jika tidak ada air tidak ada kehidupan di bumi. Tetapi, air bisa menjadi sumber
malapetaka jika tersedia dalam kondisi yang tidak benar.
Sekarang ini untuk mendapatkan air yang baik sesuai standar cukup sulit
didapatkan, hal ini disebabkan oleh banyaknya limbah dari berbagai hasil kegiatan
manusia yang mencemari air, sehingga menyebabkan penurunan kualitas air.
Telah terjadi banyak pencemaran air, mulai dari ketidak taatan pabrik yang
membuang limbah industri tanpa mengolahnya terlebih dahulu, seperti yang
terjadi di sungai Ngrowo di Kabupaten Tulungagung yang terkena limbah dari
pabrik gula. Indikator tercemarnya sungai ini dapat diamati dengan melihat
makhluk hidup seperti ikan penghuni sungai yang terlihat lemas dan berenang
dipermukaan air serta aroma dari air sungai tersebut.
Merosotnya kualitas air berdampak pada krisis air terutama terjadi di
kota-kota besar dengan kegiatan industri cukup tinggi. Lemahnya pengawasan
pemerintah serta keengganan untuk melakukan penegakan hukum secara benar
menjadikan masalah pencemaran air ini menjadi hal yang kronis atau semakin
lama semakin parah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Memahami masalah pencemaran air
2. Mengerti penyebab pencemaran air
3. Mendalami penanggulangan pencemaran air

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Dasar Pencemaran Air


Planet bumi sebagian besar terdiri atas air karena luas daratan memang
lebih kecil dibandingkan dengan luas lautan. Makhluk hidup yang ada di bumi ini
tidak terlepas dair kebutuhan akan ir. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses
kehidupan di bumi ini. Tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada
air. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk kehidupan
sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun
untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu diperhatikan dengan seksama
dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat
ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacammacam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah
tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Untuk menetapkan standar air yang bersih tidaklah mudah, karena
tergantung pada banyak faktor penentu. Faktor penentu tersebut antara lain

Kegunaan air:
- Air untuk minum
- Air untuk keperluan rumah tangga
- Air untuk industri
- Air untuk mengairi sawah
- Air untuk kolam perikanan, dll.
Asal sumber air
- Air dari mata air di pegunungan
- Air danau
- Air sungai
- Air sumur
- Air hujan, dll.

Walaupun penetapan standar air yang bersih tidak mudah, tetapi ada kesepakatan
bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi didasarkan
pada keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal
maka berarti air tersebut telah mengalami pencemaran. Air dari mata air

pegunungan, apabila lokasi pengambilannya lain, akan menghasilkan keadaan


normal yang lain pula.
Air yang ada di bumi ini tidak pernah terdapat dalam keadaan muurni
bersih, tetapi selau ada senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut
didalamnya. Hal ini tidak berarti bahwa semua air di bumi ini telah tercemar.
Sebagai contoh, air yang diambil dari mata air di pegunungan dan air hujan.
Keduannya dapat dianggap sebagai air yang bersih, namun senyawa atau mineral
(unsur) yang terdapat didalamnya berlainan.
Selain itu air seringkali juga mengandung bakteri atau mikroorganisme
lainnya. Air yang mengandung mikroorganisme tidak dapat langsung digunakan
sebagai minum, tetapii harus direbus dulu agar bakteri dan mikroorganisme yang
terkandung mati. Pada batas-batas tertenntu air minum jusru diharapkan
mengandung mineral agar air terasa segar. Air murni tanpa mineral justru tidak
enak untuk diminum.
Berdasarkan uarian tersebut dapat dipahami bahwa air tercemar apabila air
tersebut telah menyimpang dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih
tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air.
Ukuran air disebut bersih dan tidak tercemar tidak ditentukan oleh kemurnian air.

2.2 Indikator Pencemaran Air


Air merupakan kebutuhhan pokok bagi kehidpan manusia di bumi ini.
Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan
mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk
sanitasi, dan transportasi baik di sungai maupun di laut. Kegunaan air pada uraian
tersebut dikenal sebagai kegunaan air secara konvensional.
Selain penggunaan air secara konvensional, air juga diperlukan untuk
peningkatan kualitas hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan
teknologi. Dimana kegiatan tersebut tidak bisa terlepas dari kebutuhan akan air.
Dalam hal ini air sangat diperlukan agar kegiatan industri dan teknologi dapat
berjalann dengan baik. Dalam kegiatan industri dan teknologi air digunakan
antaralain sebagai:

Air proses
Air pendingin
Air penggerak turbin
Air utilitas dan sanitasi

Apabila yang diperlukan dalam kegiatan industri dan teknologi itu dalam
jumlah yang cukup besar, maka perlu dipikirkan dari mana air tersebut diperoleh.
Pengambilan air dari sumber air tidak boleh mengganggu keseimbangan air
lingkungan. Faktor keseimbangan air lingkungan ini tidak hanya berkaitan dengan
jumlah volume (debit) air yang digunakan saja, tapi yang lebih penting lagi adalah
bagaimana menjaga air lingkungan tidak menyimpang dari keadaan normalnya.
Didalam kegiatan industri dan teknologi, air yang telah digunakan (air
limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karena dapat
menyebabkan pencemaran. Air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar
mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas air lingkungan. Jadi air limbah
industri harus mengalami proses daur ulang sehingga dapat digunakan lagi atau
dibuang kembali ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran air lingkuungan.
Proses daur ulang limbah industri atau Water Treatment Recycle Process adalah
salah satu syarat yang harus dimiliki oleh industri yang berwawasan lingkungan.
Apabila semua kegiiatan indusri dan teknologi memperhatikan dan
melaksanakan pengolahan air limbah industri dan masyarakat umum tidak
membuang limbah secara sembarangan maka masalah pencemaran air sebenarnya
tidak perlu dikhawatirkan. Tetapi kenyataannya masih banyak kegiatan industri
atau suatu pusat kegiatan kerja yang membuang limbahnya ke lingkungan melalui
sungai, danau, atau langsng ke laut. Pembuangan air limbah secara langsung ke
lingkungan inilah yang menjjadi penyebab utama terjadinya pencemaran air.
Limbah (padat atau cair) ang masuk ke air lingkunganmenyebabkan terjadinya
penyimpangan dari keadaan nnormal air dan ini berarti suatu pencemaran.
Indikator atau tanda bahwa air liingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui

Adanya perubahan suhu air


Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen
Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air
Timbul endapan, koloidal, bahan terlarut

Adanya mikroorgaisme
Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.

Adanya tanda atau perubahan seperti diatas tersebut menunjukkan bahwa


air sudah tercemar.
2.2.1

Perubahan Suhu Air


Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya

panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Agar proses industri dan mesinmesin yang menunjang kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik maka panas
yang terjadi harus dihilangkan. Penghilangan panas dapat dilakukan dengan
proses pendinginan air. Air pendingin akan mengambil panas yang terjadi. Air
yang menjadi panas dari proses pendinginan tersebut akan dibuang ke lingkungan.
Apabila air yang panas tersebut dibuang ke sungai maka air sungai akan menjadi
panas (Wisnu, 2004). Air sungai yang suhunya naik mengganggu kehidupan
hewan air dan organisme lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air
akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Padahal setiap kehidupan
memerlukan oksigen untuk bernafas, oksigen yang terlarut dalam air berasal dari
udara yang secara lambat terdifusi ke dalam air, semakin tinggi kenaikan suhu air
makin

sedikit

oksigen

yang

terlarut

di

dalamnya.

(sumber:

http://inspeksisanitasi.blogspot.com).
2.2.2. Perubahan pH atau konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
sekitar 6,5 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH.
Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang
mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan
industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang akhirnya akan
mengganggu kehidupan biota akuatik. Pada pH kurang dari 4, sebagian besar
tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah. Namun
ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas acidophila mampu bertahan pada pH =1
dan algae Euglena pada pH 1,6.(sumber: www.repository.binus.ac.id)

2.2.3

Perubahan Warna, Bau, dan Rasa Air


Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga

tampak jernih dan bersih. Bahan buangan dan limbah air dari kegiatan industri
yang berupa bahan organik maupun anorganik seringkali dapat larut dalam air,
apabila limbah dapat larut dalam air akan terjadi perubahan warna air.
Tingkat pencemaran air tidak mutlak harus tergantung pada warna air,
karena bahan buangan industri yang memberikan warna belum tentu lebih bahaya
dari bahan buangan industri yang tidak memberikan warna. Seringkali zat beracun
justru terdapat pada bahan buangan industri yang tidak mengakibatkan perubahan
warna pada air, sehingga air tetap tampak jernih.
Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai
salah satu tanda terjadinya pencemaran air yang cukup tinggi. Bau yang keluar
dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan buangan air limbah dari kegiatan
industri, atau dapat pula berasal dari hasil degradasi bahan buangan oleh mikroba
yang hidup didalam air.
Air normal yang dapat digunakan untuk suatu kehidupan pada umumnya
tidak berwarna, berbau dan tidak berasa. Bila air mempuunyai rasa (kecuali air
laut) maka hal itu berarti telah terjadi pelarutan sejenis garam-garaman. Bila hal
ini terjadi maka berarti juga telah ada pelarutan ion-ion Hidrogen dalam air. Ada
rasa pada air biasanya diikuti oleh perubahan pH air.
2.2.4. Timbulnya Endapan, Koloidal, dan Bahan Terlarut
Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan
buangan industri yang berbentuk padat. Bahan buangan yang berbentuk padat jika
tidak dapat terlarut sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang dapat
larut sebagian akan menjadi koloidal. Endapan sebelum sampai ke dasar sungai
akan melayang di dalam air bersama kolidal yang menjadi penghalang masuknya
sinar matahari ke dalam lapisan air. Padahal sinar matahari sangat diperlukan oleh
mikroorganisme untuk melakukan proses fotosintesis. Karena tidak ada sinar
matahari maka proses fotosintesis tidak dapat berlangsung. Akibatnya, kehidupan
mikroorganisme akan terganggu.

Apabila endapan dan koloidal yang terjadi berasal dari bahan buangan
organik, maka mikroorganisme dengan bantuan oksigen yang terlarut didalam air
akan melakukan degradasi bahan organik tersebut sehingga menjadi bahan yang
lebih sederhana. Dalam hal ini kandungan oksigen yang terlarut di dalam air akan
berkurang, sehingga organisme lain yang memerlukan oksigen akan terganggu
pula. Sedangkan bahan buangan indusri berupa bahan anorganik yang dapat larut,
maka air air akan mendapat tambahan ion-ion logam yang berasal dari bahan
anorganik tersebut. Banyak bahan anorganik yang memberikan ion-ion logam
berat yang pada umumnya bersifat racun.
2.2.5. Mikroorganisme
Seperti telah dibahas pada bagian sebeluumnya, bahwa mikroorganisme
sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan dari kegiatan industri
yang dibuang ke air lingkungan, baik sungai, danau, maupun laut. Jika bahan
buangan yang harus didegradasi cukup banyak, berarti mikroorganisme akan ikut
berkembang biak. Pada perkembang-biakan mikroorganisme ini tidak tertutup
kemungkinan bahwa mikroba patogen juga ikut berkembang biak pula. Mikroba
patogen adalah penyebab timbulnya berbagai macam penyakit. Pada umumya
industri pengolahan bahan makanan berpotensi untuk menyebabkan berkembangbiaknya mikroorganisme, termasuk mikroba patogen.
2.2.6. Meningkatnya Radioaktivitas Air Lingkungan
Pemanfaatan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
berbagai bidang kegiatan sudah banyak dijumpai. Penggunaan teknologi nuklir
antara lain dapat dijumpai pada bidang kedokteran, farmasi, biologi, pertanian,
hidrologi, pertambangan, dan industri lain-lain.
Mengingat bahwa zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam
kerusakan biologis apabila tidak ditangani secara benar, baik mengenai efek
secara langsung maupun efek tertunda, maka tidak dibenarkan dan tidak etis bila
ada yang membuang bahan sisa radioakif ke lingkungan. Walaupun secara ilmiah
radioaktivitas radioaktivitas sudah ada sejak terbentuknya bumi ini, tetapi sangat

tidak diperbolehkan menambah radioaktivitas lingkungan dengan membuang


secara sembarangan bahan sisa radioaktif ke lingkungan (Wisnu:2004).

2.3.

Komponen Pencemaran Air


Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi saat ini apabila tidak

disertai dengan program pengelolaan limbah yang baik akan memungkinkan


tterjadinya pencemaran air, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan
buangan dan air limbah dari kegiatan industri adalah penyebab utama terjadinya
pencemaran air.
Komponen pencemaran air dikelompokan sebagai berikut:

Bahan buangan padat.


Bahan buangan organik.
Bahan buangan anorganik.
Bahan buangan olahan bahan makanan.
Bahan buangan cairan berminyak.
Bahan buangan zat kimia.
Bahan buangan berupa panas.

Baha buangan di atas tersebut dapat menyebabkan pencemaran air.


2.3.1. Bahan Buangan Padat
Bahan buangan yng dimaksudkan adalah bahan buangan yang berbenuk
padat, baik butiran besar (kasar) mauupun butiran kecil (halus). Kedua macam
bahan buangan padat tersebut apabila dibuang ke air lingkungan (sungai) maka
kemungkinan yanng terjadi adalah:

Pelarutan bahan buangan oleh air


Bila bahan buangan padat larut di dalam air, maka kepekatan dan berat
jenis air akan naik. Terkadang pelarutan bahan buangan padat di
dalam air akan disertai perubahan warna air. Air yang mengandung
larutan pekat dan warna gelap akan menghambat penetrasi sinar
matahari sehingga proses fotosintesis oleh tanaman air terganggu,
sehingga jumlah oksigen pada air yang dihasilkan tumbuhan akan

berkurang.
Pengendapan bahan buangan padat di dasar air
Jika bahan buangan berbentuk kasar dan berat serta tidak larut dalam
air maka bahan buangan tersebut akan mengendap di dasar air
(sungai). Terjadinya pengendapan di dasar sungai tersebut sangat
mengganggu kehidupan organisme di dalam air karena endapan akan
menutup permukaan dasar air yang mungkin mengandung telur ikan
sehingga telur tidak akan menetas. Selain itu adanya endapan tersebut
juga menghalangi sumber makanan organisme yang ada didasar
sungai, sehingga ketersediaan makanan akan berkurang.

2.3.2. Bahan buangan organik


Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat
membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, oleh karena itu bahan ini
seharusnya tidak dibuang ke lingkungan, karena akan dapat menaikkan populasi
mikroorganisme di dalam air. Dengan bertambahnya mikroorganisme maka tidak
tertutup kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya
bagi manusia.
2.3.3. Bahan Buangan Anorganik
Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat
membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan
anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion
logam di dalam air. Bahan buangan anorganik biaanya berasal dari industri yang
melibatkan penggunaan unsur-unsur logam seperti Timbal, Arsen, Air Raksa,
Kobalt, dan lain-lain. Apabila air mengandung ion-ion logam tersebut maka
sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Air tersebut tidak dapat dikonsumsi.

2.3.4. Bahan buangan olahan makanan


Air lingkungan yang mengandung bahan buangan olahan bahan makanan
akan mengandung banyak mikroorganisme, termasuk pula di dalamnya bakteri
patogen, pembuangan limbah yang berasal dari industri pengolahan bahan
makanan perlu mendapat perhatian agar bakteri patogen yang berbahaya bagi
manusia tidak berkembang biak di dalam lingkungan.
2.3.5. Bahan Buangan Cairan Berminyak
Lapisan minyak di permukaan air akan mengganggu kehidupan
mikroorganisme di dalam air hal ini disebabkan oleh lapisan minyak di
permukaan air akan menghalangi proses difusi oksigen dari udara ke air,
menghalangi masuknya sinar matahari sehingga fotosintesis oleh tanaman tidak
dapat berlangsung dan di dalam lapisan minyak terdapat zat-zat yang beracun
seperti benzen dan toluene.
2.3.6. Bahan Buangan Zat Kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi yang dimaksudkan
dalam kelompok ini adalah bahan pencemar air yang berupa:
Sabun (deterjen, sampo, dan bahan pembersih lainnya)
Bahan pemberantas hama (insektisida)
Zat warna kimia
Larutan penyamak kulit
Zat radioaktif.
Keberadaan bahan buanagn zat kimia tersebut di dalam air lingkungan
jelas merupakan racun yang mengganggu dan bahkan dapat mematikan hewan air,
tanaman air, mungkin juga manusia.

10

2.4. Usaha Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan


Pencemaran lingkungan memppunyai dampak yang sangat luas dan sangat
merugikan manusia, maka perlu diusahakan pengurangan pencemaran lingkungan
atau jika dapat mungkin meniadakannya sama sekali. Usaha untuk mengurangi
dan menanggulangi pencemaran tersebut ada dua macam cara uttama, yaitu:

Penanggulangan secara non-teknis,


Penanggulangan secara teknis.

Melalui cara penanggulangan tersebut diharapkan bahwa pencemaran


lingkungan akan jauh berkurang sehingga kualitas hidup manusia dapat
ditingkatkan. Usaha mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan
sepenuhnya tergantung pada manusia, jika ingin meningkatkan kualitas hidup,
maka sepantasnya mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan.
2.4.1. Penanggulangan Secara Non-Teknis
Dalam usaha mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan
dikenal istilah penanggulangan secara non-teknis, yaittu suatu usaha untuk
mengurangi

dan

menanggulangi

pencemaran

lingkungan

dengan

cara

menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur, dan


mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak
terjadi pencemaran lingkungan.
Perundangan tersebut meliputi:

Penyajian informasi lingkungan,


Analisis mengenai dampak lingkungan,
Perencanaan kawasan kegiatan industri dan teknologi,
Pengaturan dan pengawasan kegiatan,
Menanamkan perilaku disiplin.

2.4.2. Penanggulangan Secara Teknis


Apabila berdasarkan kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) ternyata bisa diduga masih akan timbul pencemaran lingkungan maka
langkah berikutnya adalah memikirkan penanggulangan secara teknis. Banyak
macam dan cara yang dapat ditempuh dalam penanggulangan secara teknis,

11

kritteria yang diguakan dalam memilih dan memutuskan cara yang akan
digunakan dalam penanggulanangan secara teknis tergantung pada faktor berikut:

Mengtamakan keselamatan lingkungan.


Teknologinya telah dikuasai dengan baik.
Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggung-jawabkan.

Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh beberapa cara dalam hal


penanggulangan secara teknis , antara lain:

Mengubah proses,
Mengganti sumber energi,
Mengolah limbah,
Menambah alat bantu.

Keempat macam penanggulangan secara teknis tersebut dapat berdiri


sendiri-sendiri, atau bila dipertimabangkan perlu dilakukan secara bersama-sama,
tergantung kepada kajian dan kenyataan yang sebenarnya.

12

BAB III
KESIMPULAN
Sudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan sangat merugikan
manusia, baik secra langsung maupun tidak langsung. Melalui kegiatan industri
dan teknolodi diharapkan kualitas hidup manusia dapat lebih ditingkatkan.
Memang benar bahwa industri dan teknologi dapat menaikkan kualitas hidup
manusia dan hal ini merupakan dampak positif yang diinginkan. Tetapi demikian
dampak negatif juga dapat terjadi manakala terjadi pencemaran lingkungan
terutama dalam pembahasan ini ialah pencemaran air. Dampak negatif inilah yang
harus dikurangi dan bila mungkin ditiadakan sama sekali.

13

REFERENSI

Wardhana, Wisnu Arya., Dampak Pencemaran Lingkungan, ANDI,

yogyakarta, 2004.
http://www.bimbie.com/pencemaran-air.htm
http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2012/01/indikator-pencemaran-

air.html
http://repository.binus.ac.id/content/.../D004474946.doc

14

Anda mungkin juga menyukai