Chapter II
Chapter II
KAJIAN PUSTAKA
12
(ischemic
core)
yang
tidak
memberi
respon
terhadap
bahwa
89%
mayat
yang
diperiksa
postmortem
serebri
adalah
memar
pada
jaringan
otak
yang
disebabkan
oleh
kerusakan
autoregulasi
pembuluh
darah
di
white matter lebih berat dibandingkan grey matter. Pada saat otak
mengalami rotasi akibat kejadian akselerasi-deselerasi, jaringan dengan
densitas lebih rendah bergerak lebih cepat dibandingkan dengan jaringan
dengan
densitas
lebih
besar.
Perbedaan
kecepatan
inilah
yang
lambat
terjadi
perubahan
biokimia
yang
mengakibatkan
intrasellular
2.3
yang
dipakai
dalam
mengukur
derajat
keparahan
a) Eksitotoksisitas
Dengan teknik microdialisis diketahui bahwa faktor signifikan yang
dapat
menyebabkan
cedera
otak
sekunder
adalah
asam
amino
terhadap
sel-sel
glial,
termasuk
astrosit
dan
b) Kalsium
Proses homeostasis kalsium dalam sel sangat penting. Kadar yang
meninggi setelah cedera kepala merupakan awal dari proses kematian
sel,
dimana
Ca++
merupakan
suatu
second
messenger
dan
Ca++
yang
bersifat
toksik
maupun
non-toksik
memicu
penumpukkan
kalsium
dalam
matriks
mitokondria.
c) Radikal Bebas
Meningginya kadar Ca++ sebagai pencetus aktivasi enzim terlibat
dalam
produksi
radikal
bebas.
Pada
keadaan
normal,
oxidative
dan ATP. Kerusakan besar pada DNA akan menguras energi atau ATP
sehingga sel yang dalam proses apoptosis kehabisan energi dan mati
melalui proses nekrosis yang dalam hal ini disebut nekrosis sekunder
(Zhang, 2005). Caspase 3 yang menginaktivasi PARP berperan dalam
proses apoptosis (Isabelle et al, 2010).
d) Inflamasi
Cascade yang kompleks dari respon inflamasi sellular pada TBI
dapat memperbesar kerusakan otak sekunder. Proses inflamasi ini mulai
beberapa jam sampai dengan beberapa hari bertambah terus menerus
pada cedera otak sekunder. Respon inflamasi akibat TBI akut tidak hanya
terbatas pada otak dan sering tampak pada disfungsi organ lain. Molekul
utama pada otak yang melibatkan cascade ini adalah growth factors,
catecholamine, neurokinin, sitokinase, danchemokines. (Agha et al. 2004).
Trauma dapat menyebabkan gangguan BBB yang memisah darah
dari cairan interstitial dari parenkim dan merusak barrier yang normal. Air
dan zat yang dapat larut dapat bebas masuk ke otak dan cenderung
menyebabkan edema vasogenik sedangkan edema sitotoksik, atau sel
yang bengkak terjadi karena perubahan di sekitarnya atau stress terhadap
sel. Chemotaxis, diapedesis, dan gangguan BBB dapat membuka jalur
baru ke dalam otak. Infiltrasi makrofag dari sirkulasi yang berfungsi
membuang debris setelah cedera, bersama dengan neuron-neuron dan
sel-sel glial, akan menyekresi sitokin pro dan antiinflamasi. Pada TBI,
proinflamasi sitokin interleukin IL-1, IL-6 dan TNF- akan meninggi(Hans
& Kossmann et al, 1999). TNF- sebagai pemicu awal respon inflamasi
merangsang produksi sitokin lain dan molekul adhesi (ICAM dan VCAM).
(Lenzlinger, 2001). TNF- dapat memperburuk cedera otak dan
mengubah sitoskeleton sel endotel sehingga timbul kebocoran, namun
TNF- perannya dualistik karena dapat juga berperan neuroprotective
bersamaan dengan IL-1 yang berfungsi untuk menambah expresi Nerve
Growth Factor (NGF). Peran TNF- penting dalam tingkat akut inflamasi
dan juga bermanfaat pada regenerasi dan/atau perbaikan. Mirip dengan
TNF-, IL-1 juga terlibat dalam fase akut dan dapat menambah
permiabilitas endotel yang mengakibatkan edema (Holmin dan Mathiesen,
2000).
IL-1 memunyai hubungan dengan banyaknya edema di sekitar lesi
dan mortalitas (Elovic , 2003 ; Bruns & Hauser , 2003). IL-6 dan 10 akan
meninggi pada anak-anak dengan TBI. Meningginya IL-10 yang sifatnya
anti-inflamasidapat menurunkan angka mortalitas pada TBI (Kraus et al.
1984 ). Meningginya sitokine (seperti IL-6) TBI merupakan suatu double
edged
sword
karena
menyebabkan
baik
neurotoxicity
maupun
menyekresikan
faktor
pertumbuhan
yang
merupakan
neuroproteksi.
Trauma otak memberi risiko terhadap berkembangnya penyakit
neurodegenerative di kemudian hari. Setelah cedera, protein precursor
amyloid yang terlibat dalam penyakit Alzheimers akan meninggi. Hal ini
berhubungan dengan suatu respon immune terhadap suatu inflamasi akut
yang menjadi kronis (Holmin dan Mathiesen, 1999).
Cedera kepala dapat menyebabkan atropi otak sesuai dengan
derajat cedera (Yount et al, 2002).Pada cedera kepala sedang sampai
berat terdapat insiden atropi hippocampus yang tinggi.Ini merupakan
predisposisi untuk terjadinya penurunan kognitif. Proses inflamasi dan
immunitas menghasilkan endapan amyloid protein dan amyloid proteinlike-protein. Kedua jenis protein ini menyebabkan degenerasi striatum dan
corpus callosum.Degenerasi ini menyebabkan atropi otak progresif dan
kalsifikasi (Pierce, 1998; Hopkins, 2005).
Pada reperfusi terjadi reaksi inflamasi akibat produksi berlebihan
dari radikal bebas yaitu ROS (Reaxtive Oxygen Species). Radikal bebas
ini akan
kematian
Injury
yang
neuron.
Kejadian
merupakan
ini
dikenal
sebagai
komponen
penting
terhadap
sel
dimulai
dari
kondensasi
kromatin
(sel
mengecil),
dihambat,
sehingga
tidak
terjadi
penumpukan
kalsium
- faktor neurotropik,
- beberapa sitokines, dan
- beberapa faktor stress.
Jaras proteksi ini antara lain adalah:
aktivasi faktor transkripsi (seperti NF-) yang menyebabkan
ekspresi stress protein, enzim antioksidan , inhibitor of apoptosis
proteins (IAPs)
aktivasi ekstrasellular signal-regulated kinase (ERK)
modulasi phosphorylation dari kanal-kanal ion dan transporter
membran
perubahan sitoskeletal melalui modulasi kalsium
modulasi protein
(seperti.Bcl-2).
Telah diketahui bahwa sel dapat berkomunikasi satu dengan yang
lain secara transmisi sinyal melalui molekul sinyal (signaling molecule),
yaitu kelompok neurotransmitter dan neuropeptida yang mentransduksi
sinyal ke dalam sel melalui reseptor-reseptor pada membran sel. Jalur
melalui sinyal yang berakhir dengan apoptosis dikenal sebagai Death
Pathways (Sugawara, 2004).
Manusia juga memiliki mekanisme untuk menjaga kelangsungan
hidup sel yang disebut mekanisme pertahanan endogen (endogenous
defense mechanisms). Mekanisme ini merupakan survival pathways untuk
mempertahankan kelangsungan hidup neuron ataupun sel-sel pada organ
lain (Sugawara, 2004).
antar
sel/jalur),
yang saling memperkuat dan membentuk positive feed back
loop.
Semua
proses
ini
walaupun
berjalan
secara
individual,
menggunakan
metode
terminal
deoxynucleotidyl
2.8 Apoptosis
Istilah apoptosis diperkenalkan oleh ilmuwan inggris Kerr, Wyllie,
dan Currie pada tahun 1972. Apoptosis berasal dari bahasa Greek yang
artinya falling off,seperti gugurnya daun, yaitu kematian sel yang terjadi
melalui fragmentasi menjadi apoptotic bodies yang kemudian difagositose
oleh sel phagocyte yang berdekatan. Pada tahun1964, Lokshin dan
William mempelajari proses kematian sel dan mengusulkan istilah
programmed cell death (PCD) (Alberts, 2002).
Pada tahun 1966, programmed cell death dinyatakan memerlukan
sintesa protein dari sel itu sendiri untuk proses kematiannya. Proses
kematian sel akibat apoptosis memunyai ciri khas berupa perubahan
morfologi sel. Perubahan ini termasuk sel yang mengisut, kondensasi
kromatin, dan membran sel yang membentuk tonjolan-tonjolan. Kemudian,
sel tersebut akan mengalami fragmentasi yang membentuk pecahanpecahan sel atau apoptotic bodies yang berada di sekitar sel tersebut.
Fragmen-fragmen sel tersebut akan cepat difagositosis oleh makrofag
sebelum sel pecah dan menyebabkan kerusakan pada jaringan (Alberts,
2002).
reseptor.
Caspase-independent
pathway
dipicu
oleh
protein
Activating
Factor-1
(APAF-1).
Kerusakan
dalam
sel
Gambar 4. Aktivasi Apoptosis dari Dalam Sel (Intrinsic Pathway) (Hillet al.
2003)
Apoptosome mengaktifkan caspase 3. Rangkaian aktivasi dari
caspase ini akan membuat protein dalam sitoplasma dan DNA kromosom
mengalami degradasi (Fiskum, 2000; Kluck, 1997; Yang, 1997).
b) Extrinsic Pathway
Jalur ini dipicu oleh ikatan dengan Death Receptor, yaitu reseptor
yang tergolong TNF-receptor family, seperti Fas receptor.
merekrut
pro-caspase
(precursor
caspase
8)
dan
c) Cross-talk
Antara jalur intrinsik dan ekstrinsik bisa timbul kerjasama, misalnya
caspase 8 dapat membelah anggota famili Bcl-2 protein yang proapoptotik, yaitu Bid. Bid yang terbelah ini (truncated Bid) bertranslokasi ke
mitokondria dan menyebabkan pelepasan sitokrom c dari mitokondria
serta
menimbulkan
perobahan
konformasi
pada
Bax
dan
Bak
ini
tidak
Jalur
ini
apoptotik, yaitu inhibitors of Apoptosis Protein (IAP seperti celluar IAP1,cIAP-2, X-chromosome-linked IAP (XIAP) (Ulrich et al, 1999). HtrA2/Omi
dan Smac menghentikan aktifitas IAP dan mendukung terjadinya
apoptosis.
Bcl-2
dan
Bcl-xL
adalah
oncoprotein
yang
bersifat
Bila
sel
mendapat
rangsangan
apoptotik
(inhibisi
2.9
struktur protein ini anggotanya ada yang anti-apoptotik, yaitu Bcl-2, BclxL, Bcl-W, Mcl-1, dan A1 (memiliki domain BH1, BH2, BH3, dan BH4) dan
yang pro-apoptotik, yaitu Bax, Bak, dan Bok (memiliki domain BH1, BH2,
dan BH3) ; serta Bad, Bid, Bim, dan Bik (hanya memiliki BH3 domain saja)
yang disebut : BH3-only proteins. Kompleks dari domain BH3 seperti Bax,
Bid (tBid), dan Bad menfasilitasi pelepasan sitokrom c melalui kapasitas
pembentukan pori oleh BH3-only proteins yang berdimerisasi. Proteinprotein pro-survival seperti Bcl-2, Bcl-xl, dan mcl-1 mampu mencegah
keluarnya protein mitokondria, seperti sitokrom c, endonuclease G, dan
AIF melalui pori tersebut (Zhang et al, 2005).
Gambar
9.
The
Intrinsic
Mitochondrial
Apoptosis
Pathway
(Serotech)
pelepasan
sitokrom
yang
melalui
serangkaian
reaksi
oleh
Calcineurin
yang
terpicu
oleh
konsentrasi
Ca++
cara
mempertahankan
CBF,
memiliki
sifat
antioxidant,
(SNPs),
pengulangan
urutan,
insersi,
delesi,
dan
2.12 Autofagositosis
Istilah autofagi yang berasal dari bahasa Yunani, yang berarti to eat
oneself merupakan proses self-cannibalization melalui jaras degradasi
lysosomal. Konsep ini telah dievaluasi dengan menggunakan sel-sel dan
organisme yang defisiensi gen autofagi, dimana hasilnya menunjukkan
bahwa sel-sel dengan apoptotic machinery dan mekanisme autofagi yang
intak lebih mampu bertahan hidup (Todde, 2009).
Secara umum,
apoptosis
secara
terdapat
tidak
hubungan
langsung.
Autofagi
merupakan
regulasi
2.13 Nekrosis
Nekrosis berasal dari bahasa Yunani yang artinya mati.Pengertian
nekrosis dalam hal ini adalah kematian sel yang dini akibat dari faktor
eksternal, seperti trauma, toxin, atau infeksi. Proses apoptosis yang terjadi
mempunyai manfaat terhadap organisme. Sebaliknya, proses nekrosis
merusak struktur (membran sel pecah dan isi sel tumpah) dan fungsi
suatu jaringan (Van Cruchten, 2002).
Nekrosis terjadi dalam kondisi akut akibat lesi non-fisiologik,
misalnya di daerah inti-nekrotik, daerah yang mengalami toksisitas, akibat
baru
terjadi
setelah
beberapa
jam
dan
bisa
Gambar
otak.Faktor
neurotrophik dilepas oleh neuron atau sel pendukung, seperti astrosit dan
berikatan
dengan
reseptor
neuron
yang
di
dekatnya.Ikatan
ini
sebagai
suatu
sink
untuk
neurotrophin.
Sel-sel
yang
reseptor
Trk.
BDNF
diproduksi
di
endoplasmic
reticulum
dan
kebutuhan
fungsional.
Mekanisme
ini
termasuk
proses
dan
2.17 Neuroproteksi
Secara historis konsep neuroproteksi sudah dikenal dan dipakai
oleh praktisi kedokteran Yunani kuno dengan menggunakan pendinginan
untuk mengobati cedera otak dan stroke. Hipotermia kembali berperan
seiring dengan kemajuan pada bidang bedah saraf sejak tahun 1960.
Penelitian tahun 1990 menunjukkan hasil percobaan preklinis yang
mengesankan dimana kerusakan jaringan otak dapat dikurangi secara
bermakna.
Neuroproteksi bertujuan menyelamatkan sebanyak mungkin
neuron akibat cedera kepala, meminimalkan defisit neurologis dan
kerja
obat
tersebut
dalam
mencegah
infark
otak.
2.17.1. Neuropeptida
Neuromodulator yang telah digunakan secara klinis dengan efek
neuroprotektif yang terdokumentasi adalah senyawa ACTH 4-10 Pro8-Gly9Pro10. Setelah pemberian intranasal, 60-70% ACTH 4-10 Pro8-Gly9-Pro10
akan diabsorpsi secara cepat melalui membran mukosa nasofaring dan
masuk ke dalam sistem sirkulasi dalam waktu 1-5 menit. Konsentrasi
puncaknya dicapai setelah 60 menit pemberian. Biotransformasi dilakukan
oleh aminopeptidase dan angiotensin converting enzyme. Waktu paruh
obat ini dalam tubuh manusia hanya beberapa menit, tetapi efek terapi
dapat bertahan selama 20-24 jam. Hal ini disebabkan oleh senyawa yang
terbentuk setelah degradasi MEHFPGP, yaitu EHFPGP (Glu-His-Phe-ProGly-Pro)
dan
HFPGP
(His-Phe-Pro-Gly-Pro),
juga
merupakan
(Shadrina
M,
dapat
stroke
iskemia
carotid
akut
18,2%, dan BDNF naik 50%. Kadar SOD (Superoxide Dismutase) naik
100% dan IL-10 (antiinflamasi) meningkat 60% yang diikuti dengan
penurunan IL-8 dan IL-1 (proinflamasi) masing-masing sebesar 62% dan
25%. Dari data-data di atas tampak bahwa ACTH 4-10 Pro8-Gly9-Pro10
bekerja melalui modulasi positif mekanisme Survival Pathways dan
modulasi negatifDeath Pathways secara serentak (Gusev dan Skvortsova,
2003; Husada, 2006).
Di samping itu, ACTH 4-10 Pro8-Gly9-Pro10 secara nyata dapat
menurunkan produksi S100, Myelin Basic Protein (MBP) dan aktivitas
leukocytic elastase (LE) di serumpenderita stroke iskemia yang diberikan
dosis 12-18 mgr per hari selama 3 hari. Ini menggambarkan adanya
pengurangan respon peradangan dan penurunan reaksi autoimmune,
sehingga terjadi perbaikan kondisi sawar darah otak (BBB) dan penurunan
volume infark. S100 juga merupakan suatu marker untuk trauma otak
(Gusev dan Skvortsova, 2003).
ACTH 4-10 Pro8-Gly9-Pro10 juga memunyai efek menurunkan Glial
Fibrillary Acidic Protein (GFAP) yang meningkat pada pasien-pasien
pada
kasus
depresi
dan
anxietas
dengan
cara
senyawa
antihipoksik,
antipiretik
dan
antihemmorhagik.
yang
diberikan
pada
hewan
dimana
percobaan,
rentangnya
antara
3-30
ACTH4-10Pro8-Gly9-Pro10
g/kgBB.
dapat
Pada
berfungsi
hewan
sebagai
diuntungkan
dengan adanya proses fisik difusi melalui CSF dalam rongga perineural
langsung ke CSF dalam otak menempuh jarak yang pendekdan juga
memanfaatkan retrograde axonal transport serta tidak melaluiFirst pass
metabolism di hepar. Waktu pemberian dianjurkan sedini mungkin setelah
terjadinya cederayang berakibat iskemia agar mendapatkan hasil yang
maksimal, karena perinsip penanganan iskemia otak adalah time is brain
(Born et al, 1992; Stephanie et al, 2006; Janson, 2004; Jadhay, 2007;
Talegaonkar et al, 2004; Gozes 2001).
2.17.2 Statin
penelitian
menyebutkan
bahwa
statin
memunyai
untuk
pengobatan
dislipidemia,
statin
juga
berfungsi
Gambar 21. Efek Statin dalam Cedera Kepala (Butterick et al, 2010)
Pada
gambar
21
tampak
beberapa
mekanisme
statin
sebagai
neuroprotektor pada cedera kepala, yaitu (Butterick et al, 2010; Van der
Most et al, 2009)
1. Meningkatkan
aliran
darah,
yaitu
dengan
menurunkan
dan
VEGF,
meningkatkan
PI3K,
dan
meningkatkan
synaptophysin.
6. Meningkatkan angiogenesis melalui peningkatan VEGF, VEGFR2,
akt/PKB dan eNOS.