Anda di halaman 1dari 48

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Persepsi
a. Pengertian
Secara etimologis, persepsi atau perception berasal dari
bahasa Latin perceptio; dari percipere, yang artinya menerima atau
mengambil (Sobur, 2003). Menurut Walgito (2010), persepsi
merupakan suatu proses penginderaan, yaitu merupakan proses
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga
disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu
saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya
merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat
lepas dari proses penginderaan yang merupakan proses pendahulu
dari proses persepsi. Sementara itu menurut Sarwono (2012) dalam
pandangan konvensional persepsidianggap sebagai kumpulan
pengideraan, sebagai proses pengenalan objek yangmerupakan
aktivitas kognisi dimana otak aktif menggabungkan kumulasi
(tumpukan) pengalaman dan ingatan masa lalu serta aktif menilai
untuk memberimakna dan penilaian baik atau buruk.
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang
diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus
oleh alat indra, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu
menyadari tentang sesuatu yang dipersepsikan (Sunaryo, 2013).

STIKES Suaka Insan

10

Sedangkan menurut Rakhmat (2004) persepsi adalah pengalaman


tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan

menyimpulkan

informasi

dan

melampirkan

pesan.

Berdasarkan pendapat di atas maka persepsi adalah interpretasi


yang diberikan oleh individu berdasarkan hasil dari proses
penginderaan.

b. Syarat terjadinya persepsi


Syarat timbulnya persepsi yakni, adanya objek, adanya
perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi,
adanya alat indra sebagai reseptor penerima stimulus yakni saraf
sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak dan dari
otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan
respons (Sunaryo, 2013).

c. Faktor yang mempengaruhi persepsi


Menurut Walgito (2010) terdapat faktor-faktor yang berperan
dalam persepsi yaitu :
1) Adanya objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat
indera (reseptor), dan dapat datang dari dalam yang langsung
mengenai syaraf penerima (sensori) yang bekerja sebagai
reseptor.

STIKES Suaka Insan

11

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf


Alat indera (reseptor) merupakan alat untuk menerima
stimulus.Disamping itu harus ada syaraf sensori sebagai alat
untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat
syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran dan sebagai alat
untuk mengadakan respon diperlukan syaraf sensori.
3) Adanya perhatian
Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam suatu persepsi. Tanpa adanya perhatian tidak akan
terbentuk persepsi.
Persepsi dapat juga dipengaruhi oleh faktor yang diantaranya
(Pieter dan Lubis, 2010):
1. Pengalaman
Pengalaman individu dapat mempengaruhi cara individu dalam
memberikan interpretasi sehingga hal inilah yang menjadi
alasan mengapa pengalaman dianggap mempengaruhi persepsi.
2. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki juga dapat mempengaruhi seseorang
dalam memberikan interpretasi terhadap suatu hal sebab
pengetahuan mempengaruhi proses berpikir.
3. Keinginan
Keinginan atau harapan yang tidak sesuai dengan apa yang
diterima individu juga dapat mempengaruhi persepsinya
terhadap suatu hal.

STIKES Suaka Insan

12

4. Kondisi fisik
Kondisi fisik seperti panca indera, saraf dan lain lain dapat
mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek atau
permasalahan.

d. Objek Persepsi
Menurut

Walgito

(2010)

objek

persepsi

dapat

dibedakanatas objek yang non manusia dan manusia.Objek


persepsi yang berujud manusia inidisebut person perception atau
juga ada yang menyebutkan sebagai social perception.Pada objek
persepsi

manusia,

manusia

yang

dipersepsi

mempunyai

kemampuankemampuan,perasaan, ataupun aspek-aspek lain seperti


halnya pada orang yangmempersepsi. Orang yang dipersepsi akan
dapat mempengaruhi pada orang yangmempersepsi. Karena itu
pada objek persepsi, yaitu manusia yang dipersepsi,lingkungan
yang melatarbelakangi objek persepsi, dan perseptor sendiri akan
sangatmenentukan dalam hasil persepsi.

e. Bentuk-bentuk Persepsi
Persepsi secara umum merupakan suatau tanggapan terhadap
suatu objekyang dilihat. Bentuk-bentuk persepsi adalah pandangan
yang berdasarkan penilaian terhadap suatu objek yang terjadi,
kapan saja dan dimana sajajika stimulus mempengaruhinya.

STIKES Suaka Insan

13

Dengan demikian dapat diketahui ada duabentuk persepsi yaitu


yang bersifat positif dan negatif.
1) Persepsi Positif
Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu
objek danmenuju pada suatu keadaan dimana subjek yang
mempersepsikancenderung menerima objek yang ditangkap
karena sesuai denganpribadinya.
2) Persepsi Negatif
Persepsi negatif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu
objekdan menunjukkan pada keadaan dimana subjek yang
mempersepsikancenderung menolak objek yang ditangkap
karena tidak sesuai dengan pribadinya
Bentuk lain dari persepsi dapat dibedakan external
perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan
yang datang dari luar diri individu. Self-perception, yaitu persepsi
yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam
individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri
(Sunaryo, 2013)

f. Pengukuran Persepsi
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Dalam penelitian, fenomena social ini telah ditetapkan

STIKES Suaka Insan

14

secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai


variabel penelitian. (Sugiyono, 2009 ).
Menurut Azwar (2010), pengukuran persepsi dapat
dilakukan dengan menggunakan Skala Likert, beberapa bentuk
pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori skala
likertadalah sebagai berikut:
Pernyataan Positif/ Pernyataan Negatif
1) Sangat Setuju: SS
2) Setuju : S
3) Cukup setuju : CS
4) Tidak Setuju:TS
5) Sangat Tidak Setuju:STS
Atau
1) Sangat penting : SP
2) Penting : P
3) Cukup Penting : CP
4) Tidak penting : TP
5) Sangat tidak penting :STP

2. Keperawatan
a. Pengertian
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan
profesional yang merupakan integral dari layanan kesehatan yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Layanan ini berbentuk

STIKES Suaka Insan

15

layanan bio-psiko-sosio-spiriyual komprehensif yang ditujukan


bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia
(Lokakarya Keperawatan Nasioanal,1983 dalam Asmadi, 2008).
Keperawatan adalah suatu profesi yang mengabdi kepada
manusia dan kemanusiaan, mendahulukan kepentingan kesehatan
massyarakat di atas kepentingan sendiri, suatu bentuk pelayanan
yang

humanistik,

melakukan

pendekatan

yang

holistic,

dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berpegang


pada standar asuhan keperawatan serta menggunakan kode etik
keperawatan

sebagai

tuntutan

utama

dalam

melaksanakan

pelayanan keperawatan (Kusnanto, 2004).

b. Peran Perawat
Peran
diharapkan

merupakan
oleh

orang

seperangkat
lain

tingkah

terhadap

laku

seseorang,

yang
sesuai

kedudukannya dalam suatu sistem (Kusnanto, 2004).


Sebagai tenaga kesehatan, perawat memiliki sejumlah peran
di

dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan

kewenangan yang ada. Peran perawat yang utama adalah sebagai


pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008).
1) Pelaksana Layanan Keperawatan (care provider).
Perawat memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan
kewenangannya. Asuhan keperawatan diberikan kepada klien

STIKES Suaka Insan

16

di semua tatanan layanan kesehatan dengan menggunakan


metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan, dilandasi oleh etik dan etika keperawatan, serta
berada dalam lingkup wewenang dan tanggung jawab
keperawatan (Asmadi, 2008).
2) Pengelola (manager).
Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam dalam
mengelola layanan keperawatan di semua tatanan layanan
kesehatan maupun tatanan pendidikan yang berada dalam
tanggung

jawabnya

sesuai

dengan

konsep

manajemen

keperawatan. Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai


proses

pelaksanaan

keperawatan
pengobatan,

layanan

dalam
dan

rasa

keperawatan

memberikan
aman

asuhan

kepada

melalui

staf

keperawatan,

pasien,

keluarga,

masyarakat (Gillies, 1985 dalam Asmadi, 2008).


3) Pendidik dalam keperawatan (educator)
Sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu,
keluarga, masyarakat, serta tenaga keperawatan dan tenaga
kesehatan lainnya. Perawat bertugas memberikan pendidikan
kesehatan kepada klien sebagai upaya menciptakan perilaku
individu atau masyarakat yang kondusif bagi kesehatan. Peran
perawat sebagai pendidik tidak hanya ditujukan untuk klien,
tetapi juga tenaga keperawatan lain. Upaya ini dilakukan untuk
memberi pemahaman yang benar tentang keperawatan agar

STIKES Suaka Insan

17

tercipta kesamaan pandangan dan gerak bersama diantara


perawat dalam meningkatkan profesionalisme (Asmadi, 2008)
4) Peneliti dan pengembang ilmu keperawatan.
Sebagai sebuah profesi dan sebuah cabang ilmu pengetahuan,
keperawatan

harus

terus

melakukan

upaya

untuk

mengembangkan dirinya. Berbagai tantangan, persoalan, dan


pertanyaan seputar keperawatan harus mampu dijawab dan
diselesaikan dengan baik. Salah satunya dengan riset. Praktik
berdasakan riset merupakan hal yang harus dipenuhi jika
profesi keperawatan ingin menjalankan kewajibannya pada
masyarakat dalam memberikan perawatan yang efektif dan
efisien (patricia dan Arthur, 2002 dalam Asmadi 2008).

c. Fungsi Perawat
Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanaan
sesuai dengan perannya, fungsi dapat berubah dari suatu keadaan
ke keadaan yang lain. Ruang lingkup keperawatan semakin
berkembang dengan fokus manusia tetap sebagai sentral pelayanan
keperawatan (Asmadi 2008).
Praktik keperawatan harus berlandaskan prinsip ilmiah dan
kemanusiaan

serta

berilmu

pengatahuan

dan

terampil

melaksanakan pelayanan keperawatan dan bersedia di evaluasi.


Inilah ciri-ciri yang menunjukkan profesionalisme perawat yang
sangat vital bagi pelaksanaan fungsi keperawatan mandiri,

STIKES Suaka Insan

18

ketergantungan dan kolaboratif (Kozier, 1991 dalam Asmadi


2008).
1) Fungsi keperawatan mandiri (independen)
Tindakan keperawatan mandiri adalah aktivitas keperawatan
yang dilaksanakan atas inisiatif perawat itu sendiri dengan
dasar pengetahuan dan keterampilannya, Mundinger (1985)
dalam Asmadi (2008) menyebutnya sebagai autonomous
nursing practice to independent nursing. Dalam hal ini
perawat menentukan bahwa klien membutuhkan intervensi
keperawatan yang pasti, salah satunya adalah membantu
memecahkan masalah yang dihadapi atau mendelegassikan
pada anggota perawat yang lain, dan bertanggung jawab atas
keputusan dan tindakannya (Asmadi, 2008).
2) Fungsi keperawatan ketergantungan (dependen)
Tindakan keperawatan dependen adalah aktifvitas keperawatan
yang dilaksanakan atas instruksi dokter atau dibawah
pengawasan dokter dalam melaksanakan tindakan rutin yang
spesifik. Aktivitas dependen dalam praktik keperawatan
dilaksanakan sehubungan dengan penyakit klien dan hal ini
sangat penting untuk mengurangi keluhan yang diderita klien
(Asmadi, 2008).
3) Fungsi keperawatan kolaboratif (interdependen)
Tindakan keperawatan kolaboratif adalah aktivitas yang
dilaksanakan atas kerja sama dengan pihak lain atau tim

STIKES Suaka Insan

19

kesehatan lain. Tindakan kolaboratif terkadang menimbulkan


adanya tumpang tindih pertanggungjawaban di antara personal
kesehatan dan hubungan langsung kolega antar-profesi
kesehatan (Asmadi, 2008).American Nurses Associaation
(Kozier, 1991 dalam Asmadi, 2008) menggambarkan bahwa
kolaboratif merupakan kerja sama sejati, di dalamnya
terdapat kesamaan kekuatan dan nilai-nilai dari kedua belah
pihak, dengan pengakuan dan penerimaan terpisah serta
kombinasi dari lingkup aktivitas dan pertanggungjawaban
bersama-sama, saling melindungi kepentingan setiap bagian
dan bersamaa-sama mencapai tujuan yang telah disepakati oleh
setiap bagian.

3. Perilaku
a. Pengertian
Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi
dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap, dan tindakan (Maulana, 2009).
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Pandangan
biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas
organisme yang bersangkutan.

Perilaku adalah tindakan atau

perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat


dipelajari (Robert Kwick 1974, dalam Notoatmodjo, 2012).

STIKES Suaka Insan

20

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap


stimulus/ rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi
melalui proses adanya organisme. Dan kemudian organisme
tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut S-O-R atau
stimulus-organisme-respon (Skinner 1938, dalam Maulana, 2009)
Perilaku adalah reaksi manusia akibat kegiatan kognitif,
afektif, dan psikomotor yang saling berkaitan. Jika salah satu aspek
mengalami hambatan, maka aspek perilaku juga terganggu.
Blum (1974 dalam Maulana 2009) merumuskan bahwa
perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan
yang

mempengaruhi

kesehatan

individu,

kelompok,

atau

masyarakat.

b. Bentuk Perilaku
Pembagian perilaku adalah sebagai berikut :
1) Perilaku tertutup (convert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus sifatnya masih
tertutup (convert). Respons ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut. Perilaku tertutup
tidak bisa diamati.
2) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus bersifat terbuka
dalam bentuk tindakan nyata, yang dengan mudah dapat

STIKES Suaka Insan

21

diamati atau dilihat orang lain. Perilaku terbuka dapat diamati


melalui tindakan (Maulana 2009).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawat
Menurut Pieter dan Lubis (2010) secara umum faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu:
1) Emosi
Perilaku manusia dapat timbul akibat kondisi emosi. Emosi
adalah reaksi kompleks yang berhubungan dengan kegiatan
atau

perubahan-perubahan

secara

mendalam

dan

hasil

pengalaman dari rangsangan eksternal dan keadaan fisiologis.


Dengan emosi seseorang terangsang untuk memahami objek
atau perubahan yang disadari sehingga memungkinkannya
mengubah sifat atau perilakunya.
2) Persepsi
Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda meskipun
objek persepsi sama. Melalui persepsi seseorang mampu untuk
mengetahui atau mengenal objek melalui alat penginderaan.
Tingkah laku seseorang juga dipengaruhi persepsinya terhadap
sesuatu baik benda maupun peristiwa. Perilaku dapat dibentuk,
diperoleh, berubah melalui proses belajar dan sangat tergantung
dari bagaimana seseorang mempersepsikan suatu stimulus
3) Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak guna
mencapai

suatu

tujuan

tertentu.

Hasil

motivasi

akan

STIKES Suaka Insan

22

diwujudkan dalam bentuk perilakunya, karena dengan motivasi


individu terdorong memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis,
dan sosial.
4) Belajar
Belajar adalah salah satu dasar memahami perilaku
manusia, karena belajar berkaitan dengan kematangan dan
perkembangan fisik, emosi, motivasi, perilaku sosial dan
kepribadian. Melalui belajar orang mampu mengubah perilaku
dari perilaku sebelumnya dan menampilkan kemampuanya
sesuai dengan kebutuhan.
5) Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan dalam membuat kombinasi,
berpikir

abstrak,

ataupun

kemampuan

menentukan

kemungkinan dalam perjuangan hidup. Adapun secara definitif


teori, intelegensi adalah kesatuan daya-daya jiwa yang formal
dan daya khusus, seperti daya mengamati, mengukur,
memproduksi, atau menyelesaikan masalah.

d. Domain Perilaku
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang
lingkup yang sangat luas. Bloom (1908 dalam Maulana, 2009)
seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku dalam tiga
domain yaitu terdiri dari domain kognitif, domain afektif dan
domain psikomotor.

STIKES Suaka Insan

23

1) Pengetahuan (Kognitif)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu
penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan suatu domain yang sangat penting
untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang. Suatu penelitian
mengatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan mampu bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).
Sebelum orang berperilaku baru, didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan yang dimulai dari
kesadaran adanya stimulus kemudian ada rasa tertarik. Setelah
itu terjadi pertimbangan dalam batin bagaimana dampak negatif
positif dari stimulus. Hasil pemikiran yang positif akan
membawa subyek untuk memulai mencoba dan akhirnya dalam
dirinya sudah terbentuk suatu perilaku baru. Adopsi perilaku
yang didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif
terhadap stimulus akan membentuk perilaku baru yang mampu
bertahan lama (Notoatmodjo, 2012). Tingkatan pengetahuan
antara lain :

STIKES Suaka Insan

24

1. Tahu (Know)
Tahu yaitu mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Tingkat tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah
dipelajari

antara

lain

menyebutkan,

menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.


2. Memahami ( Comprehension)
Memahami

yaitu

suatu

kemampuan

untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan


dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Kata kerja yang biasa dipakai menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan terhadap suatu objek dan
sebagainya.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasiyaitu

sebagai

kemampuan

untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau


kondisi yang nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya
dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan
masalah.

STIKES Suaka Insan

25

4. Analisis (Analysis)
Analisis yaitu suatu kemampuan untuk untuk
menjabarkan materi atau objek kedalam komponenkomponen, tetapi masih dalam struktur tersebut dan masih
ada

kaitannya

satu

sama

lain.

Misalnya

dapat

menggambarkan atau membuat bagan, membedakan,


mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintetis (Syntetis)
Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian informasi
sebagai suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya
dapatmenyusun, dapat merencanakan terhadap suatu teori
atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah
ada.
2) Sikap (Afektif)
Sikap adalah responden tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat sebab
sikap merupakan respon tertutup yang tidak dapat diamati
dengan mata telanjang. Menurut Notoadmodjo (2010) sikap
terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

STIKES Suaka Insan

26

a) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban
apabila ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan. Terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah
adalah berarti orang tersebut menerima ide itu.
c) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap
yang paling tinggi
3) Tindakan (Practice)
Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret
seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah
dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan aspek
psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan apa yang
diketahui atau disikapi (Notoatmodjo, 2012).

STIKES Suaka Insan

27

Tindakan
mengetahui

atau

perilaku

stimulus,

terjadi

kemudian

setelah

mengadakan

seseorang
penilaian

terhadap apa yang diketahui dan memberikan respon batin


dalam bentuk sikap. Proses selanjutnya diharapkan subjek akan
melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan,
untuk terbentuknya sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor
fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak
lain. Praktik tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan
menurut kualitasnya, yakni:
a) Praktik terpimpin, apabila subjek atau seseorang telah
melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan
atau menggunakan panduan.
b) Praktik secara mekanisme, apabila subjek atau seseorang
telah melakukan suatu hal secara otomatis maka disebut
praktik atau tindakan mekanisme.
c) Adopsi, tindakan praktik yang sudah berkembang artinya
apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas tetapi sudah
dilakukan modifikasi atau perilaku yang berkualitas.

STIKES Suaka Insan

28

e. Pengukuran Perilaku
Pengukuran perilaku dilakukan dengan pengamatan, sebab
perilaku bersifat nyata dan dapat dilihat dalam bentuk tindakan.
Perilaku berdasarkan skala guttman dapat dibagi menjadi dua yaitu
baik dan buruk (Hidayat 2014).

4. Perlindungan Hak Atas Privasi


a. Pengertian
Kamus besar Bahasa Indonesia (2006) Perlindungan berasal
dari kata lindung yang memiliki arti mengayomi, mencegah,
mempertahankan, dan membentengi. Sedangkan hak adalah
kekuasaan untuk berbuat atau mendapatkan sesuatu sesuai dengan
undang undang atau peraturan yang berlaku.
Privasi merupakan suatu hal yang sifatnya pribadi yang
memiliki batasan tertentu untuk diungkapkan ke orang lain
(Asmadi 2008).
Privasi merupakan konsep abstrak yang mengandung
banyak makna. Penggambaran populer mengenai privasi antara
lain adalah hak individu untuk menentukan apakah dan sejauh
mana seseorang bersedia membuka dirinya kepada orang lain atau
privasi adalah hak untuk tidak diganggu. Privasimerujuk padanan
dari

Bahasa

Inggris

privacyadalah

kemampuan satu

atau

sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan


urusan personalnya dari publik, atau untuk mengontrol arus

STIKES Suaka Insan

29

informasi mengenai diri mereka (Prasetyo 2013), Penjelasan


mengenai privasi, antara lain:
1) Westin, dalam Prasetyo (2013)menjelaskan hubungan antara
kerahasiaan dan privasi. Privasi sebagai "klaim individu,
kelompok, atau lembaga untuk menentukan kapan, bagaimana
dan sejauh mana informasi tentang mereka dikomunikasikan
kepada orang lain" .
2) Altman dalam Prasetyo (2013) menggabungkan baik sosial dan
lingkungan psikologi dalam memahami sifat privasi. Privasi
sebagai akses kontrol selektif terhadap privasi diri

dan

dicapai melalui pengaturan interaksi sosial, yang pada


gilirannya dapat memberikan umpan balik pada kemampuan
kita untuk berurusan dengan dunia dan akhirnya mempengaruhi
definisi kita tentang diri.
3) Privasi adalah tingkatan interaksi atau keterbukaan yang
dikehendaki oleh seseorang pada suatu kondisi atau situasi
tertentu.
4) Rapoport

mendefinisikan privasi sebagai suatu kemampuan

untuk mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh


pilihan-pilihan dan kemampuan untuk mencapai interaksi
seperti yang diinginkan (Prasetyo, 2013).

STIKES Suaka Insan

30

b. Dimensi Privasi
Schofield dalam Barak, (2008) menjelaskan beberapa dimensi
privasi antara lain:
1) Informational (psychological) privacy yaitu: berhubungan
dengan penentuan bagaimana, kapan, dan sejauh mana
informasi mengenai diri suatu individu akan dirilis secara benar
kepada orang lain atau organisasi. Hal ini mencakup informasi
pribadi seperti data keuangan, detail rekam medis, dan
seterusnya.

Sehingga

pada

akhirnya

seseorang

dapat

memutuskan siapa yang memiliki akses kepada siapa dan


tujuannya untuk apa.
2) Accessibility (physical) privacy berhubungan dengan sejauh
mana seseorang secara fisik dapat diakses orang lain.
Mengijinkan individu untuk mengendalikan keputusan tentang
siapa yang memiliki akses fisik melalui akal persepsi,
pengamatan, atau kontak tubuh. Dimensi ini didasarkan
kebutuhan biologis kita untuk ruang pribadi.
3) Expressive

(interactional)

privacy

yaitu

perlindungan

mengekspresikan identitas diri atau kepribadian melalui


pembicaraan atau kegiatan. Melindungi kemampuan untuk
memutuskan serta melanjutkan perilaku saat kegiatan tersebut,
membantu mendefinisikan diri sebagai orang, terlindung dari
gangguan, tekanan dan paksaan dari pemerintah atau dari
lainnya individu. Dengan demikian, pengendalian internal atas

STIKES Suaka Insan

31

ekspresi diri dan meningkatkan kemampuan untuk membangun


hubungan interpersonal, sedangkan kontrol sosial eksternal
dibatasi atas pilihan gaya hidup.
Pada literatur lain yang membahas tentang privasi menyebutkan
bahwa privasi pada dasarnya merupakan konsep yang terdiri atas
proses 3 dimensi, hal ini mencakup mengontrol dan mengatur
dengan mekanisme perilaku, yaitu:
1) Perilaku Verbal
Perilaku ini dilakukan dengan cara mengatakan kepada orang
lain secara verbal, sejauh mana orang lain boleh berhubungan
dengannya.
2) Perilaku Non-verbal
Perilaku ini dilakukan dengan menunjukan ekspresi wajah atau
gerakan tubuh tertentu sebagai tanda senang atau tidak senang.
3) Mekanisme Kultural
Budaya mempunyai bermacam-macam adat istiadat, aturan
atau

norma

yang

menggambarkan

keterbukaan

dan

ketertutupan kepada orang lain dan hal ini sudah diketahui


banyak orang pada budaya tertentu.
4) Ruang Personal
Ruang personal adalah salah satu mekanisme perilaku untuk
mencapai tingkat privasi personal. Karakteristik ruang personal
adalah daerah batas (maya) yang boleh dimasuki oleh orang
lain. Ruang personal ini melekat pada diri seseorang dan

STIKES Suaka Insan

32

dibawa kemana-mana. Kawasan personal adalah dinamis, yang


berubah-ubah besarnya sesuai situasi dan waktu (Prasetyo,
2013)

c. Orientasi Privasi
Sarwono (2012)mengemukakan enam jenis orientasi tentang
privasi yang dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,
yaitu:
1) Tingkah Laku Menarik Diri (Withdrawl)
a. Solitude (keinginan untuk menyendiri).
b. Seclusion (keinginan untuk menjauh dari pandangan dan
gangguan suara orang di dekatnya serta kebisingan).
c. Intimacy (keinginan untuk dekat dengan keluarga dan orang
tertentu, tetapi jauh dari orang lain).
2) Tingkah Laku Mengontrol Informasi
a) Anonymity (keinginan untuk merahasiakan jati diri).
b) Reverse (keinginan untuk tidak mengungkapkan diri terlalu
banyak kepada orang lain).
c) Not-neighboring (keinginan untuk tidak terlibat bertetangga
atau berinteraksi dengan orang di dekatnya) (Prasetyo,
2013).

STIKES Suaka Insan

33

d. Faktor yang Mempengaruhi Privasi


Terdapat faktor yang mempengaruhi privasi yaitu faktor personal,
faktor situasional, dan faktor budaya.
1) Faktor Personal
Perbedaan dalam latar belakang pribadi akan berhubungan
dengan kebutuhan akan privasi. Penelitian Walden (dalam
Prabowo, 1998, dalam Prasetyo 2013) menemukan adanya
perbedaan jenis kelamin mempengaruhi kebutuahan akan
privasi dan cara merespon kondisi padat atau sesak.
2) Faktor Situasional
Kepuasan terhadap kebutuhan akan privasi sangat berhubungan
dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang-orang di
dalamnya

untuk

menyediri.

Situasi

fisik

sekitar

juga

mempengaruhi kebutuhan privasi seseorang.


3) Faktor Budaya
Dalam beberapa riset, menunjukan bahwa pada tiap-tiap
budaya tidak ditemukan adanya perbedaan dalam banyaknya
privasi yang diingikan, tetapi sangat berbeda dalam cara
bagaimana mereka mendapatkan privasi. Desain lingkungan
yang

dipengaruhi

budaya,

seperti

rumah

adat

juga

mempengaruhi privasi. Artinya setiap budaya memiliki standar


privasi masing-masing dan juga cara mereka memperoleh
privasi.

STIKES Suaka Insan

34

4) Kepadatan
Banyaknya orang dalam suatu tempat mempengaruhi jarak
social (Prasetyo, 2013)
Robert Gifford (1997) berpendapat ruang personal mempengaruhi
privasi, berikut beberapa unsur yang mempengaruhi ruang personal
seseorang:
1) Jenis Kelamin
Umumnya laki-laki memiliki ruang yang lebih besar, walaupun
demikian faktor jenis kelamin bukanlah faktor yang berdiri
sendiri.
2) Kepribadian
Orang-orang yang berkepribadian terbuka, ramah atau cepat
akrab biasanya memiliki ruang personal yang lebih kecil.
Demikian halnya dengan orang-orang yang lebih mandiri lebih
memilih ruang personal yang lebih kecil. Sebaliknya si
pencemas akan lebih mengambil jarak dengan orang lain,
demikian halnya dengan orang yang bersifat kompetitif dan
terburu-buru.
3) Trauma
Pengalaman traumatis seseorang mempengaruhi sikapnya saat
ini.
4) Ketertarikan
Ketertarikan, keakraban dan persahabatan membawa pada
kondisi perasaan positif dan negatif antara satu orang dengan

STIKES Suaka Insan

35

orang lain. Namun yang paling umum adalah kita biasanya


akan mendekati sesuatu jika tertarik. Dua sahabat akan berdiri
pada jarak yang berdekatan dibanding dua orang yang saling
asing. Sepasang suami istri akan duduk saling berdekatan
dibanding sepasang laki-laki dan perempuan yang kebetulan
menduduki bangku yang sama di sebuah taman.
5) Rasa Aman/Ketakutan
Kita tidak keberatan berdekatan dengan seseorang jika merasa
aman dan sebaliknya. Kadang ketakutan tersebut berasal dari
stigma yang salah pada pihak-pihak tertentu,misalnya kita
sering kali menjauh ketika berpapasan dengan orang cacat, atau
orang yang terbelakang mental atau bahkan orang gemuk.
Mungkin rasa tidak nyaman tersebut muncul karena faktor
ketidakbiasaan dan adanya sesuatu yang berbeda.
6) Jarak Sosial
Sesuai dengan teori jarak sosial Edward Hall (1966) yang
membedakan empat macam jarak yang menggambarkan
macam-macam hubungan, seperti jarak intim, jarak pribadi,
jarak sosial, jarak publik (Prasetyo, 2013)

e. Fungsi Privasi
Menurut Altman (dalam Prabowo, 1998, dalam Prasetyo 2013),
ada tiga fungsi dari privasi, yaitu:

STIKES Suaka Insan

36

1) Pengatur dan pengontrol interaksi interpersonal yang berarti


sejauh mana hubungan dengan oang lain diinginkan, kapan
waktunya menyendiri dan kapan waktunya bersama-sama
dengan orang lain dikehendaki.
2) Merencanakan dan membuat strategi untuk berhubungan
dengan orang lain, yang meliputi keintiman atau jarak dalam
berhubungan dengan orang lain.
3) Memperjelas identitas diri.

f. Cara menjaga privasi klien


Menurut Asmadi (2008) hal yang dapat dilakukan perawat untuk
menjaga privasi klien antara lain:
1) Setiap akan melakukan tindakan keperawatan, perawat harus
memberitahu dan menjelaskan perihal tindakan tersebut kepada
klien.
2) Memperhatikan lingkungan sebelum melakukan tindakan
keperawatan. Yakinkan bahwa lingkungan tersebut menunjang
privasi misalnya kondisi ruangan tertutup, luas, terpisah,tidak
ada orang lain, serta memasangkan tirai.
3) Menjaga kerahasiaan tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan klien sebagai contoh setelah memasang kateter perawat
tidak boleh menceritakan alat kelamin klien kepada orang lain.

STIKES Suaka Insan

37

4) Menunjukkan sikap professional setiap kali berinteraksi dengan


klien. perawat tidak boleh membuat klien malu atau marah
karena kata-katanya
5) Libatkan klien dalam aktifitas keperawatan sesuai dengan batas
kemampuannya.

5. Klien
a. Pengertian
Klien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit
baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Klien adalah orang yang
memperoleh bantuan dari seseorang (Kamus Besar Bahasa
Indonesia 2010).
Pasien adalah setiap orang yang melakukankonsultasi masalah
kesehatannya

untukmemperoleh

pelayanan

kesehatan

yang

diperlukan,baik secara langsung maupun tidak langsung diRumah


Sakit (UU No 44 tahun 2009).
Pasien adalah seseorang yang sedang menderita dank klien adalah
seseorang yang membutuhkan jasa.

b. Hak hak klien


Hak-hak

klien

(Lokakarya

aspek

etik

dalam

pelayanan

keperawatan dan hukum, 2002) adalah :


1) Hak atas informasi.
2) Hak memberikan persetujuan atau penolakan asuhan.

STIKES Suaka Insan

38

3) Hak atas kerahasiaan berdasarkan pada hubungan kepercayaan.


4) Hak untuk mendapatkan bantuan dari tenaga kesehatan.
5) Hak atas Care dan Cure yang wajar.
6) Hak atas privasi.
Menurut UU No 44 Tahun 2009 Setiap pasien mempunyai hak:
1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib danperaturan yang
berlaku di Rumah Sakit;
2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajibanpasien;
3) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur,dan tanpa
diskriminasi;
4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional;
5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisiensehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi;
6) Mengajukan

pengaduan

atas

kualitas

pelayananyang

didapatkan;
7) Memilih

dokter

dan

kelas

perawatan

sesuai

dengan

keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;


8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyai
9) Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun diluar Rumah
Sakit;
10) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakityang diderita
termasuk data-data medisnya;

STIKES Suaka Insan

39

11) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara


tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yangmungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakanyang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
12) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya;
13) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
14) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
15) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit;
16) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah
Sakit terhadap dirinya;
17) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya;
18) Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apa bila Rumah
Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
19) Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai
dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

STIKES Suaka Insan

40

Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009 itu diantaranya


meliputi:
a) Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan
(kecuali tak sadar, penyakit menular berat, gangguan jiwa
berat).
b) Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin
yang

bersangkutan,

kepentingan

yang

bersangkutan,

kepentingan masyarakat).
c) Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali
tindakan penyelamatan nyawa atau cegah cacat).

B. Landasan Teoritis
1. Persepsi
a. Pengertian
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang
diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimnya stimulus
oleh alat indra,

lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian

individu menyadari tentang sesuatu yang dipersepsikan (Sunaryo,


2013).

b. Faktor yang mempengaruhi persepsi


Menurut Pieter dan Lubis (2012) Persepsi dapat dapat
dipengaruhi oleh faktor yang diantaranya :

STIKES Suaka Insan

41

1) Pengalaman
Pengalaman individu dapat mempengaruhi cara individu dalam
memberikan interpretasi sehingga hal inilah yang menjadi
alasan

mengapa pengalaman dianggap mempengaruhi

persepsi.
2) Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki juga dapat mempengaruhi seseorang
dalam memberikan interpretasi terhadap suatu hal sebab
pengetahuan mempengaruhi proses berpikir.
3) Keinginan atau harapan
Keinginan atau harapan yang tidak sesuai dengan apa yang
diterima individu juga dapat mempengaruhi persepsinya
terhadap suatu hal.
4) Kondisi fisik
Kondisi fisik seperti panca indera, saraf dan lain lain dapat
mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek atau
permasalahan.

c. Bentuk-bentuk Persepsi
Persepsi secara umum merupakan suatau tanggapan terhadap
suatu objek yang dilihat. Bentuk-bentuk persepsi adalah pandangan
yang berdasarkan penilaian terhadap suatu objek yang terjadi,
kapan saja dan dimana saja jika stimulus mempengaruhinya.

STIKES Suaka Insan

42

Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi yaitu


yang bersifat positif dan negatif.
1) Persepsi Positif
Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu
objek dan menuju pada suatu keadaan dimana subjek yang
mempersepsikan cenderung menerima objek yang ditangkap
karena sesuai dengan pribadinya.
2) Persepsi Negatif
Persepsi negatif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu
objek dan menunjukkan pada keadaan dimana subjek yang
mempersepsikan cenderung menolak objek yang ditangkap
karena tidak sesuai dengan pribadinya (Sunaryo, 2013).

d. Pengukuran Persepsi
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Dalam penelitian, fenomena social ini telah ditetapkan
secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian. (Sugiono, 2009 ).
Menurut Azwar (2010), pengukuran persepsi dapat
dilakukan dengan menggunakan Skala Likert, beberapa bentuk
pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori skala likert
adalah sebagai berikut:

STIKES Suaka Insan

43

Pernyataan Positif/ Pernyataan Negatif


1) Sangat Setuju: SS
2) Setuju : S
3) Cukup setuju : CS
4) Tidak Setuju:TS
5) Sangat Tidak Setuju:STS
Atau
1) Sangat penting : SP
2) Penting : P
3) Cukup penting : CP
4) Tidak penting : TP
5) Sangat tidak penting :STP

2. Perilaku
a. Pengertian
Perilaku merupakan respons atau reaksi seseoarang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi
melalui proses stimulus, organisme, dan respons

(Skiner 1938

dalam Maulana, 2009).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku


Menurut Pieter dan Lubis(2010) secara umum

faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu:

STIKES Suaka Insan

44

1) Emosi
Perilaku manusia dapat timbul akibat kondisi emosi. Emosi
adalah reaksi kompleks yang berhubungan dengan kegiatan
atau

perubahan-perubahan

secara

mendalam

dan

hasil

pengalaman dari rangsangan eksternal dan keadaan fisiologis.


Dengan emosi seseorang terangsang untuk memahami objek
atau perubahan yang disadari sehingga memungkinkannya
mengubah sifat atau perilakunya.
2) Persepsi
Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda meskipun
objek persepsi sama. Melalui persepsi seseorang mampu untuk
mengetahui atau mengenal objek melalui alat penginderaan.
Tingkah laku seseorang juga dipengaruhi persepsinya terhadap
sesuatu baik benda maupun peristiwa. Perilaku dapat dibentuk,
diperoleh, berubah melalui proses belajar dan sangat tergantung
dari bagaimana seseorang mempersepsikan suatu stimulus
3) Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak guna
mencapai

suatu

tujuan

tertentu.

Hasil

motivasi

akan

diwujudkan dalam bentuk perilakunya, karena dengan motivasi


individu terdorong memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis,
dan sosial.

STIKES Suaka Insan

45

4) Belajar
Belajar adalah salah satu dasar memahami perilaku
manusia, karena belajar berkaitan dengan kematangan dan
perkembangan fisik, emosi, motivasi, perilaku sosial dan
kepribadian. Melalui belajar orang mampu mengubah perilaku
dari perilaku sebelumnya dan menampilkan kemampuanya
sesuai dengan kebutuhan.

5) Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan dalam membuat kombinasi,
berpikir

abstrak,

ataupun

kemampuan

menentukan

kemungkinan dalam perjuangan hidup. Adapun secara definitif


teori, intelegensi adalah kesatuan daya-daya jiwa yang formal
dan daya khusus, seperti daya mengamati, mengukur,
memproduksi, atau menyelesaikan masalah.

c. Domain Perilaku
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang
lingkup yang sangat luas. Bloom (1908 dalam Maulana, 2009))
seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku dalam tiga
domain yaitu terdiri dari domain kognitif, domain afektif dan
domain psikomotor

STIKES Suaka Insan

46

1) Pengetahuan (Kognitif)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu
penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan suatu domain yang sangat penting
untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang. Suatu penelitian
mengatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan mampu bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).
Sebelum orang berperilaku baru, didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan yang dimulai dari
kesadaran adanya stimulus kemudian ada rasa tertarik. Setelah
itu terjadi pertimbangan dalam batin bagaimana dampak negatif
positif dari stimulus. Hasil pemikiran yang positif akan
membawa subyek untuk memulai mencoba dan akhirnya dalam
dirinya sudah terbentuk suatu perilaku baru. Adopsi perilaku
yang didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif
terhadap stimulus akan membentuk perilaku baru yang mampu
bertahan lama (Notoatmodjo, 2012). Tingkatan pengetahuan
antara lain :

STIKES Suaka Insan

47

1. Tahu (Know)
Tahu yaitu mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Tingkat tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah
dipelajari

antara

lain

menyebutkan,

menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.


2. Memahami ( Comprehension)
Memahami

yaitu

suatu

kemampuan

untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan


dapat

menginterpretasikan

materi

tersebut

secara

benar.Kata kerja yang biasa dipakai menyebutkan contoh,


menyimpulkan, meramalkan terhadap suatu objek dan
sebagainya.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasiyaitu

sebagai

kemampuan

untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau


kondisi yang nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya
dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan
masalah.

STIKES Suaka Insan

48

4. Analisis (Analysis)
Analisis yaitu suatu kemampuan untuk untuk
menjabarkan materi atau objek kedalam komponenkomponen, tetapi masih dalam struktur tersebut dan masih
ada

kaitannya

satu

sama

lain.

Misalnya

dapat

menggambarkan atau membuat bagan, membedakan,


mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintetis (Syntetis)
Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian informasi
sebagai suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya
dapat menyusun, dapat merencanakan terhadap suatu teori
atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah
ada
2) Sikap (Afektif)
Sikap adalah responden tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat sebab
sikap merupakan respon tertutup yang tidak dapat diamati
dengan mata telanjang. Menurut Notoadmodjo (2010) sikap
terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:

STIKES Suaka Insan

49

a) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban
apabila ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan. Terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah
adalah berarti orang tersebut menerima ide itu.
c) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap
yang paling tinggi
3) Tindakan (Practice)
Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret
seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah
dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan aspek
psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan apa yang
diketahui atau disikapi (Notoatmodjo, 2012).

STIKES Suaka Insan

50

Tindakan

terjadi

setelah

seseorang

mengetahui

stimulus, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang


diketahui dan memberikan respon batin dalam bentuk sikap.
Proses selanjutnya diharapkan subjek akan melaksanakan apa
yang diketahui atau disikapinya.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan, untuk terbentuknya sikap menjadi suatu perbuatan
yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Disamping
faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari
pihak lain. Praktik tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3
tingkatan menurut kualitasnya, yakni:
a) Praktik terpimpin, apabila subjek atau seseorang telah
melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan
atau menggunakan panduan.
b) Praktik secara mekanisme, apabila subjek atau seseorang
telah melakukan suatu hal secara otomatis maka disebut
praktik atau tindakan mekanisme.
c) Adopsi, tindakan praktik yang sudah berkembang artinya
apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas tetapi sudah
dilakukan modifikasi atau perilaku yang berkualitas.

STIKES Suaka Insan

51

3. Hak atas perlindungan Privasi


a. Pengertian
Privasi merupakan suatu hal yang sifatnya pribadi yang
memiliki batasan tertentu untuk diungkapkan ke orang lain
(Asmadi 2008).
b. Cara menjaga privasi klien
Menurut Asmadi (2008) hal yang dapat dilakukan perawat untuk
menjaga privasi klien antara lain:
1) Setiap akan melakukan tindakan keperawatan, perawat harus
memberitahu dan menjelaskan perihal tindakan tersebut kepada
klien.
2) Memperhatikan lingkungan sebelum melakukan tindakan
keperawatan. Yakinkan bahwa lingkungan tersebut menunjang
privasi misalnya kondisi ruangan tertutup, luas, terpisah,tidak
ada orang lain, serta memasangkan tirai.
3) Menjaga kerahasiaan tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan klien sebagai contoh setelah memasang kateter perawat
tidak boleh menceritakan alat kelamin klien kepada orang lain.
4) Menunjukkan sikap professional setiap kali berinteraksi dengan
orang lain. perawat tidak boleh membuat klien malu atau marah
karena kata-katanya.
5) Libatkan klien dalam aktifitas keperawatan sesuai dengan batas
kemampuannya.

STIKES Suaka Insan

52

4. Klien
a. Pengertian
Klien adalah orang yang memperoleh bantuan dari seseorang
(Kamus Besar Bahasa Indonesia 2010)
b. Hak hak klien
Menurut UU No 44 Tahun 2009 Setiap pasien mempunyai hak:
1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit;
2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
3) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi;
4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional;
5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi;
6) Mengajukan

pengaduan

atas

kualitas

pelayanan

perawatan

sesuai

yang

didapatkan;
7) Memilih

dokter

dan

kelas

dengan

keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;


8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyaiSurat Izin Praktik (SIP) baik di
dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya;

STIKES Suaka Insan

53

10) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara


tindakan medis, tujuan tindakan medis,alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
11) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya;
12) didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
14) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit;
15) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya;
16) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya;
17) Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah
Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
18) Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

STIKES Suaka Insan

54

Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009 itu diantaranya


meliputi:
d) Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan
(kecuali tak sadar, penyakit menular berat, gangguan jiwa
berat).
e) Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin
yang

bersangkutan,

kepentngan

yang

bersangkutan,

kepentingan masyarakat).
f) Hak menuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali
tindakan penyelamatan nyawa atau cegah cacat).

STIKES Suaka Insan

55

C. Kerangka Teori
Kerangka teori pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Faktor yang
mempengaruhi
persepsi :
1. Objek yang diamati
2. Alat indera
3. Perhatian
4. Pengalaman
5. Pengetahuan
6. Keinginan
7. Kondisi fisik

Faktor yang
mempengaruhi
perilaku
1. Emosi
2. Motivasi
3. Belajar
4. Intelegensia

Perilaku perawat

Persepsi perawat tentang


perlindungan hak atas
privasi klien
1. Positif
2. Negatif

Pengetahuan
1. Tahu
2. Memahami
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi

Sikap
1.Menerima
2.Merespon
3.Menghargai
4.Bertanggung
jawab

Tindakan
terhadap
perlindungan
hak atas privasi
klien

Cara menjaga privasi klien:


1. Setiap akan melakukan tindakan keperawatan, perawat harus memberitahu dan
menjelaskan perihal tindakan tersebut kepada klien.
2. Memperhatikan lingkungan sebelum melakukan tindakan keperawatan.
Yakinkan bahwa lingkungan tersebut menunjang privasi misalnya kondisi
ruangan tertutup, luas, terpisah, tidak ada orang lain, memberikan tirai dan lain
lain.
3. Menjaga kerahasiaan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan klien
sebagai contoh setelah memasang kateter perawat tidak boleh menceritakan
pengalamannya kepada temannya.
4. Menunjukkan sikap professional setiap kali berinteraksi dengan orang lain.
perawat tidak boleh membuat pasien malu atau marah karena kata katanya
5. Libatkan klien dalam aktifitas keperawatan sesuai dengan batas kemampuannya
(Asmadi, 2008).
Keterangan :

--- = tidak diteliti


= diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Teori

STIKES Suaka Insan

56

D. Konsep Penelitian
Konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen

Variabel Dependen

Persepsi perawat tentang


perlindungan
hak atas
privasi

Tindakan perawat terhadap


perlindungan privasi

Gambar 2.2 Konsep Penelitian

E. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah persepsi perawat tentang perlindungan Hak Atas
Privasi Klien di ruang Fransiskus dan Maria rumah sakit Suaka Insan
Banjarmasin tahun 2015 ?
2. Bagaimana tindakan perawat terhadap perlindungan Hak Atas Privasi
Klien di ruang Fransiskus dan Maria rumah sakit Suaka Insan
Banjarmasin tahun 2015?
3. Apakah ada hubungan persepsi perawat dengan tindakan terhadap
perlindungan Hak Atas Privasi Klien di ruang Fransiskus dan Maria
rumah sakit Suaka Insan Banjarmasin tahun 2015?

STIKES Suaka Insan

Anda mungkin juga menyukai