Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HERNIA SKROTALIS
Oleh:
Rizkia Chairani Asri
11101313076
Preseptor:
dr. Rini Suswita, Sp.B
BAB I
PRESENTASI KASUS
Tn. AA, 57 tahun, asal Padusunan, masuk IGD RSUD Pariaman pada tanggal 24
September 2015 dengan :
Keluhan utama: Nyeri pada ari-ari sejak 1 jam SMRS
Riwayat penyakit sekarang:
Nyeri pada ari-ari sejak 1 jam SMRS. Nyeri dirasakan menetap, tidak menjalar
Pasien bekerja sebagai supir, mengangkat karung beras dengan berat + 50 kg.
Pasien memiliki kebiasaan mengurut buah zakar dan perut untuk
menghilangkan tonjolan.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
: CMC
Tekanan darah
: 150 / 90 mmHg
Nadi
: 78 x/ menit
Frekuensi nafas
: 20 x/menit
Suhu
: afebris
Keadaan gizi
: sedang
Kulit
Kepala
Rambut
Mata
Leher
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Dada
Paru
Jantung
Ekstremitas
Status Lokalis
Regio Inguinalis dan Scrotalis Sinistra
Inspeksi : Terlihat benjolan berbentuk seperti buah pir dari regio ingunalis
sampai pada skrotum sinistra, warna kulit seperti kulit sekitar
Palpasi
Rectal toucher :
Anus: tenang, massa (-)
Sfingter: normal, menjepit
Mukosa: licin
Ampula: normal
Handscoen : Darah (-), feses (-), lendir (-)
Laboratorium (per tanggal 25 September 2015)
Hb
: 15,9 g/dl
Ht
: 41 %
Leukosit
: 12.540 mm3
Trombosit
: 222.000 mm3
PT
: 5 menit
APTT
: 1 menit
Total Cholesterol
:170 mg/dl
HDL
: 51 mg/dl
LDL
: 107 mg/dl
Triglicerida
: 60 mg/dl
Ureum
:28 mg/dl
Creatinin
:0,8 mg/dl
SGOT
: 26
SGPT
: 30 / L
: 106
/ L
Terapi :
-
IVFD RL 12 jam/kolf
Inj. Cefepime 2 x 1 g
Inj. Ketorolac 2 x 1 ampul
Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul
Pemeriksan Anjuran
Rontgent thorax
Anjuran Terapi :
Herniotomy, Hernioraphy + MESH
Operasi
Pada 26 September 2015 pukul 15.00 dilakukan herniotomy dan herniorappy +
pemasangan MESH,
Follow Up
1. Pasien dirawat di kelas 1 Bedah
2. 27 September 2015
S : demam (-), mual (-), muntah (-)
nyeri daerah operasi (+)
flatus (+), BAB (-)
O: KU sedang, Kesadaran compos mentis cooperative, Nadi 89/menit, nafas
22/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, suhu afebril.
Status lokalis regio abdomen
Insp: luka jahitan region inguinal sinistra tertutup kasa, kasa rembes (-), darah
(-)
Aus: bising usus (+) N
Palp: nyeri tekan (+),
Perk: tympani
A : post hernioraphy+MESH H+1
P : kontrol KU, vital sign, berikan terapi
IVFD RL
Inj. Cefepime 2 x 1 g
Inj. Ketorolac 2 x 1 ampul
Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul
3. 28 September 2015
S: nyeri daerah operasi berkurang
O: KU sedang, Kesadaran compos mentis cooperative, Nadi 80/menit, nafas
20/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, suhu afebril.
Status lokalis regio abdomen
Insp: luka jahitan region inguinal sinistra tertutup kasa, kasa rembes (-), darah
(-)
Aus: bising usus (+) N
Palp: nyeri tekan (+),
Perk: tympani
A : post hernioraphy+MESH H+2
P : lanjutkan terapi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Dinding perut mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks.
Di bagian belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas
pada iga dan di bagian bawah pada tulang panggul. Dinding perut terdiri dari
beberapa lapis dari luar ke dalam antara lain lapisan kulit (kutis dan subkutis),
lemak subkutan dan fascia superfisial (fascia scarpa), ketiga otot perut
(m.obliquus
abdominis
eksternus,
m.obliquus
abdominis
internus
dan
bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot rectus abdominis dengan fascianya
di mana di garis tengah nya dipisahkan oleh linea alba.
Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut.
Integritas lapisan muskulo-aponeurosis dinding perut sangat penting untuk
mencegah terjadinya hernia bawaan, akuisita maupun iatrogenik. Fungsi lain otot
dinding perut adalah untuk pernapasan, proses berkemih dan buang air besar dengan
meningkatkan tekanan intraabdomen. Perdarahan dinding perut antara lain
craniodorsal diperoleh dari cabang aa. intercostales VI s/d XII dan a.epigastrika
superior, caudal diperoleh dari a. iliaca sirkumfleksa superfisialis, a.pudenda
eksterna dan a.epigastrika inferior. Persarafan dinding perut secara segmental oleh
n.thorakalis VI s/d XII dan n. lumbalis I.
Mula-mula testis tumbuh sebagai suatu struktur di daerah ginjal dalam abdomen
(retroperitoneal). Selama pertumbuhan fetus, testis akan turun (descensus testis) dari
dinding belakang abdomen menuju ke dalam scrotum. Selama penurunan ini,
peritoneum yang ada di depannya ikut terbawa serta sebagai suatu tube, yang
melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Penonjolan peritoneum ini
disebut processus vaginalis. Sebelum lahir, processus ini akan mengalami obliterasi,
kecuali bagian yang mengelilingi testis yang disebut tunika vaginalis. Jika tunika
vaginalis ini tetap ada, akan ditemukan hubungan langsung antara cavum peritonei
dengan scrotum di mana berpotensial menyebabkan terjadinya hernia inguinalis.
2.2
Hernia
Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau
bagian
lemah
dari
dinding
rongga
bersangkutan
(fascia
dan
muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa
melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri
atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.
Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri.
2. Hernia irreponibel
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi tidak dapat dimasukkan lagi. Pada keadaan ini belum ada
gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering adalah omentum,
karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih
besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan
irreponible dibandingkan usus halus. Kadang juga disebabkan oleh
perlekatan isi kantong di perineum kantong hernia yang disebut hernia
akreta. Tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan akibat
perlekatan.
3. Hernia incarserata
Bila isi hernia semakin banyak yang masuk akan terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong hernia terperangkap dan tidak dapat kembali ke
rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase. Secara
klinis, hernia incarserata merupakan hernia irreponible dengan gangguan
pasase. Pada keadaan ini akan timbul gejala ileus antara lain perut
kembung, muntah dan obstipasi.
4. Hernia strangulata
Hernia
ini
terjadi
gangguan vaskularisasi,
sebenarnya
gangguan
2.
Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena
sebab yang didapat. Lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita dan lebih
sering pada sisi kanan dibanding kiri disebabkan ukuran ligamentum rotundum
dan persentase obliterasi dari processus vaginalis testis lebih kecil dibanding
obliterasi canalis nuck. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia di annulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat
dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di samping itu, diperlukan juga faktor yang
dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar
tersebut.
Canalis inguinalis adalah canal yang normal pada fetus. Pada masa
perkembangan embrional, testis awalnya berada di dalam rongga peritoneum.
Pada bulan ke 8 kehamilan, testis turun melalui canalis inguinalis untuk masuk ke
dalam scrotum (decensus testis), penurunan testis ini akan menarik peritoneum ke
daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut processus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, testis turun ke dalam scrotum,
processus vaginalis akan mengalami obliterasi dan menjadi sejenis tali fibrosa
tanpa lumen sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui canalis tersebut. Ujung
distal dari processus vaginalis tetap bertahan menjadi suatu membran yang
mengelilingi testis yang disebut tunika vaginalis. Namun dalam beberapa hal,
seringkali canalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dulu maka
canalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila canalis inguinalis kiri terbuka
biasanya canalis inguinalis kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, canalis
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Jika ada processus vaginalis
yang tetap terbuka (paten) maka akan ada hubungan antara rongga peritoneum dan
regio inguinal dan scrotum. Jika ukuran processus vaginalis paten kecil, maka
hanya cairan saja yang dapat masuk melewatinya sehingga terbentuk hidrokel
komunikantes. Jika ukurannya cukup besar, maka usus, omentum dan isi rongga
peritoneum lain dapat masuk sehingga terbentuk hernia inguinalis lateralis
kongenital. Pada orang tua, canalis tersebut telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistant maka keadaan yang menyebabkan tekanan
intra abdomen meningkat akan menyebabkan canal dapa terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
Pada orang sehat, ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis antara lain canalis inguinalis yang berjalan miring, adanya
struktur m. obliquus abdominis internus yang menutup annulus inguinalis internus
ketika berkontraksi dan adanya fascia transversa yang kuat di mana menutup
trigonum Hesselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada
mekanisme ini menyebabkan hernia. Faktor yang dianggap berperan causal adalah
adanya prosessus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga
perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia 2. Pada neonatus kurang lebih
90% processus vaginalis tetap terbuka sedangkan bayi umur 1 tahun sekitar 30%
processus vaginalis belum tertutup. Tapi tidak sampai 10% anak dengan processus
vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari setengah populasi anak, dapat
dijumpai processus vaginalis paten kontralateral tapi insiden hernia tidak lebih
dari 20%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa adanya processus vaginalis
yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tapi diperlukan
faktor lain seperti annulus inguinalis yang cukup besar.
Tekanan intra abdomen yang meningkat secara kronik misalnya batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan ascites sering disertai hernia inguinalis.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
internus akan ikut kendor sehingga tekanan intra abdomen tidak tinggi dan canalis
inguinalis berjalan lebih vertikal dan sebaliknya bila otot dinding perut
berkontraksi, canalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam canalis inguinalis.
Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n. ilioinguinalis
dan n. iliofemoralis setelah appendiktomi.
Faktor-faktor yang dianggap mempermudah terjadinya hernia antara lain
- mengangkat barang yang terlalu berat
- obesitas
banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding abdomen dan
menimbulkan lokus minoris atau kelemahan kelemahan otot serta terjadi
relaksasi dari annulus. Bila lemak menginfiltrasi ke omentum dan mesenterium
akan mengurangi volume rongga abdomen sehingga terjadi peningkatan tekanan
intra abdomen.
- batuk kronik
- sering mengejan saat buang air besar
- kehamilan
- aktivitas fisik yang berlebihan
- kongenital, dll
Diagnosis
Untuk menegakkan suatu diagnosis diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang cermat dan teliti.
a. Anamnesis
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Sebagian besar hernia asimptomatik dan kebanyakan ditemukan pada
pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi pada annulus inguinalis superfisialis.
Pada hernia reponibel, keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan
menghilang setelah berbaring. Setelah beberapa tahun, sejumlah hernia turun
ke dalam scrotum sehingga scrotum membesar. Omentum yang terperangkap
di dalam kantong hernia dapat menyebabkan nyeri abdomen yang kronis.
Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah
epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi incarserata
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren. Pasien sering
mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan
dengan reposisi manual kedalam cavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri
atau terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi.
Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak,
pasien dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri.
Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah tampak
benjolan, harus diperiksa apakah benjolan dapat dimasukkan kembali. Pasien
diminta berbaring, bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra
abdominal, lalu scrotum diangkat perlahan.
Gambaran klinis hernia
b.
Jenis
Reponibl
Nyeri
Obstruksi
Tampak sakit
Toksik
Reponible
e
+
Irreponible
Incarserata
Strangulata
++
++
++
Pemeriksaan fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik hernia tergantung dari isi hernia,
apakah masih dapat hilang timbul atau tidak. Pasien harus dievaluasi dalam
keadaan berdiri dan berbaring serta saat batuk atau mengedan untuk melihat
benjolan yang dikeluhkan.
Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis
lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral atas ke medial bawah. Terlihat benjolan memanjang yang mengikuti
arah dan struktur dari kanalis inguinalis. Hal yang perlu dievaluasi adalah
ukuran hernia, apakah hernia terjadi di kedua sisi atau satu sisi saja
Pada palpasi, di titik tengah antara SIAS dan tuberculum pubicum
ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan disebelah medial
berarti hernia inguinalis medialis. Titik yang terletak di sebelah lateral
tuberculum pubicum ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat
benjolan di lateral berari hernia inguinalis lateralis. Kantong hernia yang
kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari
dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera.
Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar
ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi
mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium.
Pada perkusi akan terdengar pekak. Pada auskultasi hiperperistaltik,
biasanya pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
Terdapat tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, thumb
test dan ziemanns test. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak
(finger test), dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit
skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia
dapat direposisi atau tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada waktu jari
masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan untuk
meningkatkan tekanan intraabdominal. Kalau ujung jari menyentuh hernia,
artinya hernia tersebut berada di dalam kanalis inguinalis berarti benjolan itu
adalah hernia inguinalis lateralis. Apabila sisi jari yang menyentuh hernia
berarti hernia tersebut berada diluar kanalis kemungkinan hernia tersebut
adalah hernia inguinalis medialis.
dapat dilakukan.
Jika pasien menderita BPH, sebaiknya dilakukan penanganan untuk BPH
terlebih dulu. Mengingat tingginya resiko infeksi traktus urinarius dan
gejala strangulasi.
Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan
isi hernia
membentuk corong
sedangkan tangan
kanan
fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan
dilaporkan kurang dari 1%.
sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti hernia femoralis dan obturatoria,
lebih sering terjadi jepitan parsial.
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia akan makin bertambah sehingga peredaran
darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi
transudat berupa cairan serosanguinus. Jika isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi
perforasi yang akan menyebabkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika
berhubungan dengan rongga perut. Gambaran klinis hernia inkarserata yang
mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila terjadi strangulasi, terjadi
keadaan toksik akibat ganggren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat
serius. Pasien mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia dan nyeri akan menetap
karena rangsangan peritoneal. Pada pemeriksaan ditemukan benjolan yang tidak
dapat dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia,
dapat ditemukan peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan
gawat darurat dan perlu mendapat pertolongan pertama.
Diagnosis banding hernia incarserata dengan obstruksi usus dan hernia
strangulata yang menyebabkan nekrosis atau gangren
Gejala / tanda
Nyeri
Suhu badan
Denyut nadi
Leukosit
Rangsang peritoneum
Sakit
incarserata
Kolik usus
Normal
Normal / meningkat
Normal
Tidak ada
Sedang / berat
gangren
pada
hernia strangulata
Menetap
Normal / meningkat
Meningkat / tinggi sekali
Leukositosis
Jelas
Berat sekali / toksik
Prognosis
Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan 1-3% dalam jangka waktu
10 tahun kemudian. Kekambuhan dikarenakan tegangan yang berlebihan saat
perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasty yang tidak adekuat dan hernia yang
terabaikan. Kekambuhan yang sudah diperkirakan lebih umum pada pasien hernia
inguinalis direct terutama bilateral. Kekambuhan tidak langsung biasanya akibat
eksisi yang tidak adekuat dari ujung proksimal kantong. Kebanyakan kekambuhan
adalah langsung dan biasanya dalam regio tuberculum pubicum, di mana tegangan
garis jahitan adalah yang terbesar.
DAFTAR PUSTAKA
Inguinal
Hernia:
Anatomy
and
Management..
Available
from
MedlinePlus
Medical
Encyclopedia.
Available
from