Islam Kultur
Islam Kultur
MASYARAKAT MADANI1
Abdul Hadi W. M.
agama
dan
sistem
kepercayaan
yang
dianut
mereka
peranan
penting
dalam
dunia
perdagangan3,
politik,
kehidupan
ekonomi, sosial,
politik dan
Abdul Hadi WM
Islam Kultural Peranannya dalam Masyarakat Madani
kebudayaan sampai ke jenjang yang tinggi4. Ini sukar kita jumpai di
negeri Asia lain seperti Cina, Jepang, Korea dan India.
Penganut agama Islam adalah 45% dari seluruh jumlah penduduk
Asia Tenggara, jauh lebih besar dibanding penganut Kristen
dan
besar
dalam
sejarah
zaman
meminggirkan
kolonial,
upaya
untuk
sistematis.
awal pemerintahan
mereka
kesimpulan
yang
gegabah.
Menurut
mereka,
dengan
dalam
berbagai sektor
lembaga-lembaga
studi keagamaan
dan
UGM, Giffari IPB, Arif Rahman Hakim UI dan lain-lain juga menjadi pusat
pengembangan kegiatan studi keislaman; (3) Sekolah, pesantren dan
perguruan tinggi Islam semakin berkembang pada dasawarsa 1980-an;
(4) Juga mulai tumbuh kegiatan ekonomi dan kewirausahaan Islam; (5)
Maraknya penerbitan buku-buku kajian dan kebudayaan Islam, begitu
pula jurnal, majalah, buletin dan lain-lain. Penerbitan Islam baru juga
bermunculan di berbagai kota, contohnya: Pustaka, Mizan, Pustaka
Firdaus, Rajawali dan lain-lain; (6) Kegiatan seni budaya Islam semakin
berkembang, misalnya pameran lukisan dan kaligrafi, pembacaan sajak,
pagelaran musik dan drama, serta diskusi-diskusi sastra.
Puncak dari semua itu adalah didirikannya ICMI pada awal 1990,
Bank Muamalat pada tahun 1991, dan diselenggarakannya Festival Istiqlal
I tahun 1991 dan Festival Istiqlal II tahun 1995,
berdirinya Museum Istiqlal dan Bayt
al-Qur'an
yang melahirkan
pada tahun 1997.
Budaya
10
Abdul Hadi WM
Islam Kultural Peranannya dalam Masyarakat Madani
bahasa Indonesia adalah
pada masa
peralihan ini ke abad XXI, Islam akan memainkan peranan yang kian
penting dan mempengaruhi corak perkembangan peradaban Asia
Tenggara. Selain faktor sejarah sebagaimana dipaparkan di atas, dan
besarnya jumlah penganut Islam di Asia Tenggara, terdapat faktor lain
yang tidak kalah penting. Diantaranya adalah: (1) Sebagian penganut
Islam adalah penduduk dua negara, Indonesia dan Malaysia, yang
peranan politik dan ekonominya sangat menonjol dewasa ini di Asia
Tenggara; (2) Pola
interaksi
dan
gerakan
Indonesia
(sebelum
krisis
moneter)
mencatat
rekor
yang
perkembangan
dicapai
itu
pada
gilirannya
mempengaruhi
jumlah
Dalam
selain
mempelajari
ilmu
pengetahuan
modern
yang
Malaysia
Islam
pada tahun
dan
Islam
1980-an.
Kultural
Mereka
di
mendapat
mengenai
dalam
dirinya
sudah
banyak
mengandung
unsur-unsur
ilmu-ilmu
dan
Barat,
tidak
terlalu
bersemangat
untuk
menantang
sudah
kebanyakan
akrab
dari
Abdul Hadi WM
Islam Kultural Peranannya dalam Masyarakat Madani
pengaruhnya bagi perkembangan masyarakat kita
dan
gerak maju
kebudayaannya.
Gambaran di atas tidak lengkap tanpa melihat tantangan dan
kesukaran yang dihadapi setelah gerakan kebangkitan itu berkembang
lebih jauh. Di antara tantangan yang dihadapi, yang mungkin akan
memukul mundur intelektualisme Islam dan Islam Kultural, adalah:
(1) Arus globalisasi jauh lebih cepat dan besar gelombangnya dibanding
gerakan kebangkitan Islam itu sendiri. Lembaga-lembaga yang
merupakan aset umat Islam perlu didayagunakan sungguh-sungguh
untuk
mengimbangi
arus
globalisasi
tersebut.
Di
sini
perlu
perubahan. Budaya
Islam, di samping memiliki nilai-nilai universal sebagaimana budayabudaya lain, tentu juga memiliki ciri sendiri. Khususnya sistem nilai,
pandangan hidup, gambaran dunia (weltanschaung), dasar
bentuk
ontologis
etika,
dan cakrawala
yang melatarinya.
Kultural.
Penulis
buku
Asia
Tenggara
dan
Islam
Kultural
intelektualisme
Islam
gagasan
tersosialisasikan dengan
dan
Islam
Kultural
baik. Gagasan
belum
dipahami
13
lembaga
studi
dan
keilmuan
Islam
tidak
dapat
pasang
surutnya
sumber
organisasi,
lebih
besar
dibanding
semangat
untuk
baik,
maka
umat
Islam
akan
kembali
14
Abdul Hadi WM
Islam Kultural Peranannya dalam Masyarakat Madani
Pada akhirnya perlu diingatkan kembali bahwa ada empat tema
besar kebangkitan Islam pada tahun 1980-an, yang meliputi bidang
kehidupan yang luas:
Pertama. Kembali kepada al-Qurn dengan cahaya baru, dengan kaedah
atau metode pemahaman baru. Pemahaman baru dengan
sistem
membaca makna
hukum dan
kebudayaan.
secara mendalam
isyarat
ilmu-ilmu al-Qurn.
Kedua.
Islamisasi
Ilmu
Pengetahuan
dan
Kebudayaan,
sebagaimana dibahas dalam The Islamic Conference for Asia and Pacific
di Jakarta, akhir tahun 1987. Walaupun sampai sekarang masalah ini
masih menimbulkan kontroversi, namun ternyata memicu dinamika sendiri
di kalangan cendekiawan Muslim
Ketiga.
Pengaktualan
tradisi ilmu
pengetahuan,
baik
yang klasik
15
2.
Malaysia pernah mengalami ketegangan antar etnik Melayu dan Cina pada
bulan Mei 1969. Ketegangan itu berlaku di seluruh negeri selama beberapa
hari dengan korban begitu besar. Tetapi setelah itu tidak ada lagi kerusuhan
antar etnik terjadi. Sebab-sebabnya adalah kesenjangan ekonomi yang
begitu lebar antara etnik Melayu dan Cina pada tahun 1969 tidak terjadi lagi
pada masa
berikutnya. Sejak peristiwa itu pemerintah
Malaysia
melancarkan kebijakan memberdayakan orang-orang Melayu secara
ekonomi, intelektual dan kemahiran. Dengan itu maka kesenjangan ekonomi
yang lebar tidak lagi dirasakan. Menurut para pengamat selama tidak ada
krisis ekonomi yang menyebabkan keadaan orang Melayu terpuruk
sedemikian parah dan orang Cina hidup serba ada, tak akan lagi ada
kerusuhan antar etnik seperti yang terjadi pada bulan Mei 1969. Di Indonesia
kerusuhan yang menjadikan etnik Cina sebagai sasaran berpuluh kali terjadi
sejak awal Orde Baru dan sumbernya selalu kecemburuan sosial dan
ekonomi.
dan 4. Agama Islam tersebar luas bersamaan dengan kian ramainya lalu
lintas perdagangan melalui jalur laut antara negeri Arab dan Cina pada abad
ke-13, dan meningkat pada akhir abad ke-14, di mana kepulauan Nusantara
merupakan persinggahan utama. Pada akhir abad ke-14 atau awal abad ke15, negeri Cina melakukan perdagangan dengan negeri-negeri Arab melalui
jalur laut disebabkan ditutupnya jalan darat oleh Timur Leng yang
menaklukkan Persia dan
16
Abdul Hadi WM
Islam Kultural Peranannya dalam Masyarakat Madani
merupakan laluan penting perdagangan negeri Timur dengan Barat melalui
jalan darat. Selain itu kepulauan Nusantara sendiri sangat kaya dengan hasil
bumi atau tambang, yang sangat diperlukan sebagai barang komoditi baik di
negeri Arab, Persia dan India maupun di Cina. Ramainya arus perdagangan
menyebabkan tumbuhnya kota-kota pesisir yang kemudian menjadi
kerajaan-kerajaan Islam. Misalnya Pasai, Peurlak, Barus, Malaka, Demak,
Ternate, Banten, Tuban, Gresik, Sunda Kelapa, Cirebon, Makassar,
Palembang, Aceh dan lain-lain. Tersebarnya kota-kota dagang di berbagai
pelosok Nusantara ini menyebabkan munculnya peranan suku bangsa selain
Jawa dan Melayu.
Mengenai tumbuhnya kota-kota dagang di sepanjang pesisir Jawa dan
Sumatra yang komposisi terbesar penduduknya beragama Islam dapat
dibaca dalam laporan Ma Huan, seorang ahli sejarah Cina abad ke-14 dan
15 yang mengunjungi Jawa dan Sumatra mengikuti ekspedisi Cheng Ho
pada awal abad ke-15. Seperti Cheng Ho, Ma Huan adalah seorang Cina
Muslim. Dia menceritarakan bahwa di kota-kota seperti Malaka, Tuban dan
lain penduduknya terdiri daripada pedagang Muslim Arab, Persia dan India
(Gujarat) yang makmur dan berpakaian bagus, dan sebagian lagi orangorang Cina Muslim dan non-Muslim. Penduduk pribuminya adalah orangorang urban yang masih hidup bersahaja. Makmurnya para pedagang asing
ini menyebabkan raja setempat tertarik memeluk agama Islam bersama
rakyatnya. Pertumbuhan kota menyebabkan banyak orang desa datang
berurbanisasi untuk mendapat pekerjaan dan akhirnya mereka memeluk
Islam mengikuti agama majikannya. Laporan yang lebih rinci juga ditemui
dalam Suma Oriental, catatan perjalanan seorang pengembara Portugis akhir
abad ke-15 - awal abad ke-16, Tome Pires. Pedagang-pedagang ini
membawa serta sejumlah ulama dan guru agama, yang pada umumnya ahli
tasawuf, untuk mengajar agama. Menurut Tome Pires terdapat banyak
ulama sufi mengajar seni dan ilmu pertukangan, kerajinan tangan dan
kecakapan lain disamping mengajar ilmu agama dan bahasa Arab. Bahasa
pengantar yang digunakan adalah bahasa Melayu, yang pada waktu itu
telah menjelma sebagai bahasa perdagangan. Bahasa Melayu merupakan
bahasa resmi di lingkungan kerajaan Pasai dan Malaka, darimana Islam
tersebar luas ke pelosok Nusantara, dan di dua kerajaan Islam ini
kesusasteraan Islam mula-mula tumbuh.
Apa
yang dinamakan
kesusastraan Pesisir di Jawa digubah berdasar hikayat dalam bahasa
Melayu. Sumber-sumber Nusantara sendiri menjelaskan pentingnya peranan
organisasi dagang ( taifa ) dalam penyebaran Islam di Nusantara. Misalnya
Hikayat Raja-raja Pasai, Sejarah Melayu, Hikayat Banjar, Hikayat Malim
Demam dll. Sumber Jawa seperti Nagara Kertagama menyinggung sedikit,
misalnya ketika menggambarkan kunjungan Patih Gajah Mada menemui
utusan Raja Pasundan di Bubat. Patih singgah di Masigit Agung. Perang
Bubat terjadi pada akhir abad ke-14. Sebagai reaksi terhadap
perkembangan Islam raja Majapahit menyuruh Mpu Tanakung pergi ke India
dan mempelajari aliran Syiwa yang berkembang di Bengal. Sepulangnya di
Majapahit Mpu Tanakung (akhir abad ke-15) menulis kitab Siwapratilka, yang
berisi propaganda agama Syiwa.
5. Sejak awal abad ke-18 Aceh mengalami kemunduran sebagai pusat
kebudayaan. Kedudukan bahasa Melayu
negeri di sekitarnya. Persia dan sekitarnya
17
18
Abdul Hadi WM
Islam Kultural Peranannya dalam Masyarakat Madani
menyerukan Reformasi Politik yang intinya adalah pemulihan demokrasi dan
dipertahankannya sistem multi partai. Ada lima pokok pemikiran yang
dikemukakan Natsir: (1) Agar demokrasi tumbuh maka dominasi Golkar yang
didukung pemerintah dan ABRI harus dicegah; (2) Semakin menciutnya dua
PPP dan PDI akan membuat kontrol terhadap pemerintah melemah.
Dikuatirkan pula bahwa dua partai ini hanya merupakan satelit Golkar.
Dengan demikian sebarang perubahan konstitusi, termasuk UU Pemilu dan
Kepartaian akan selalu mendapat hambatan; (3) Penerimaan asas tunggal
akan menyebabkan Indonesia menjadi negara totaliter, sebab peranan dan
fungsi organisasi kemasyarakatan sebagaimana partai politik akan diatur
oleh pemerintah; (4) Dominasi Golkar dalam DPR dan MPR hanya akan
mendorong pemerintah bertanggungjawab kepada MPR, bukan kepada
rakyat, sedangkan MPR telah dikuasai pemerintah; (5) Golongan agama,
Islam atau Kristen, akan kehilangan sumber kekuatan dan semangat
perjuangannya untuk memperbaharui keadaan sosial, karena lama kelamaan
kekuatannya akan dikebiri
9.
Lihat Yusril Ihza (Ibid) dan Robert H. Hefner (Ibid). Bahkan tak terhitung
artikel, laporan majalah atau surat kabar, esai dan buku mengemukakan
masalah reislamisasi ini. Dalam kaitanya dengan kebudayaan dapat dibaca
laporan khusus tentang penyelenggaraan Festival Istiqlal di Jakarta pada
bulan Oktober dan November 1991 di Jakarta dalam majalah Arts and the
Islamic World . No. 21, Spring 1992. Judul laporan "Special Supplement
Indonesia`s Festival Istiqlal. Lihat juga Robert W. Hefner. Ibid . Di samping
itu banyak pihak, khususnya golongan Katholik, mengkuatirkan gelombang
reislamisasi yang melanda Indonesia pada akhir 1980an, apalagi dengan
munculnya ICMI dan pengaruh politiknya pada awal 1990an. Misalnya
sebagaimana dikemukakan Franz Magnis Suseno dalam tulisannya
"Kekhawatiran itu Bisa Dimengerti" Ulumul Qur'an (No.1 Vol. VI Th. 1995;
32-9). Kekhawatiran itu juga muncul dari kalangan Islam sendiri disebabkan
kesan bahwa ICMI terlalu dekat dengan birokrasi. Mereka yang
mengkhawatirkan itu antara lain Fachry Ali dalam tulisannya "Keharusan
Demokratisasi Dalam Islam" (Ulumul Qur`n. idem). Bahwa keharusan
demokratisasi dipenuhi oleh ICMI nampak pada statement ICMI tentang
perlunya tuntutan Reformasi dipenuhi, sebagaimana disiarkan oleh pers lima
hari yang lalu. Tetapi mantan Ketua ICMI, yang sempat menjadi Wakil
Presiden dan kemudian Presiden, BJ Habibi bereaksi bahwa statement itu
hanya pernyataan pribadi pimpinan ICMI yaitu Ahmad Tirtosudiro dan Adi
Sasono. (Republika Sabtu 9 Mei 1998).
10. (lihat juga tajuk redaksi Jurnal Ulumul Qur`an. No.1/Th. I/1988. Sebagai
bandingan lihat pula Kuntowijoyo "Islam dan Strukturalisme Transendental".
Republika 20-21 Maret 1998).
19
Ulumul
20
Bandung:
Mizan.