Disusun Oleh :
Yuli Rakhmayani Aryuanda
LEMBAR PERSETUJUAN
Lembar persetujuan ini berisi pernyataan Penyelesaian tugas individu Program
Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan KGD di Ruang IGD RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KUDUS. Lembar Persetujuan ini disetujui dan disahkan dihadapan pembimbing
Klinik Ruang IGD RSUD KUDUS, dengan rincian sebagai berikut :
Nama Mahasiswa
Program Pendidikan
: Profesi Ners
Institusi
Tanggal Praktek
Ruang
: IGD
NO
1.
Rincian Tugas
Mengetahui,
Pembimbing Klinik
Ruang ICU RSUD Kudus
LEMBAR PENGESAHAN
Tanggal
Mengetahui,
Pembimbing Klinik
Ruang IGD RSUD Kudus
Pembimbing Akademik
STIKES Muhammadiyah Kudus
Koordinator Praktik
Instalasi Diklat RSUD Kabupaten Kudus
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ASUHAN
KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA SISTEM PERKEMIHAN DENGAN
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) PADA Tn. B DI RUANG IGD RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
akademik dalam memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan
Gawat Darurat Di Ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah Kudus di STIKES
Muhammadiyah Kudus tahun 2015.
Dalam penyusunan tugas makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca pada umumnya.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kudus, 03 November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
B. Etiologi
C. Pathofisiologi dan Pathways
D. Klasifikasi dan Tanda Gejala
E. Pemeriksaan Diagnostik
F. Penatalaksanaan
G. Proses Keperawatan (Pengkajian fokus dan intervensi dengan DAR)
BAB III TINJAUAN KASUS
A.
B.
C.
D.
E.
Pengkajian (resume)
Diagnose Keperawatan
Intervensi (resume)
Implementasi (resume)
Evaluasi (resume)
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian (bandingkan antara konsep dan kasus)
B. Diagnosa Keperawatan (bandingkan antara konsep dan kasus, mengapa
diagnose keperawatan ditegakkan)
C. Intervensi (bandingkan antara konsep dan kasus, megapa intervensi ditetapkan)
D. Implementasi (jelaskan, kekuatan dan kelemahan implementasi)
E. Evaluasi (penetapan masalah teratasi/ tidak, batasan penetapan)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable
diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit
ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases)
sebagai masalah kesehatan masyarakat utama. Penyakit ginjal kronis merupakan
masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia dan sekarang lebih dikenal sebagai
kondisi umum yang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan gagal
ginjal kronis.
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting
dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah
yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta
mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.
Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama
dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah
yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla.
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel
dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh
filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus. Gagal ginjal biasanya dibagi
menjadi dua kategori yang luas yakni kronik dan akut. Gagal ginjal kronik merupakan
perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung
beberapa tahun), sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau
beberapa minggu. Pada kedua kasus tersebut, ginjal kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan
normal. Meskipun ketidakmampuan fungsional terminal sama pada kedua jenis gagal
ginjal ini, tetapi gagal ginjal akut mempunyai gambaran khas dan akan dibahas secara
terpisah.
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
massa nefron ginjal. Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjal
difus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada traktus urinarius juga dapat
menyebabkan gagal ginjal kronik. Pada awalnya, beberapa penyakit ginjal terutama
B. Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini, bertujuan untuk:
1. Menjelaskan batasan pengertian gagal ginjal kronik
2. Mengetahui etiologi gagal ginjal kronik
3. Mengetahui pathofisiologi dan pathways gagal ginjal kronik
4. Mengetaahui klasifikasi dan tanda gejala gagal ginjal kronik
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostic gagal ginjal kronik
6. Mengetahui penatalaksanaan gagal ginjal kronik
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis
didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan
atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas &
Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai
kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh
gagal
dalam
mempertahankan
metabolisme,
cairan,
dan
gejala-gejala pada klien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, akan semakin berat.
1. Gangguan Klirens Ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang
sebenarnya dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan urin
24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak
berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurunkan dan kadar kreatinin akan
meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat.
Kreatinin serum merupakan indikator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi
ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit
renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka
RBC), dan medikasi seperti steroid.
2. Retensi Cairan dan Ureum
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan
masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Klien sering menahan natrium
dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan
hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan
kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Klien lain mempunyai
kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan
hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang
semakin memperburuk status uremik.
3. Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolic seiring
dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan.
Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk
menyekresi ammonia (NH3) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3).
Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi.
4. Anemia
Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel
darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan
akibat status uremik klien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal,
produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan
sesak napas.
5. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolisme
kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling
timbal balik, jika salah satunya meningkat, maka yang satu menurun. Dengan
menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum
fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium
serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun, pada gagal
ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon
dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang. Selain itu juga
metabolit aktif vitamin D (1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di
ginjal menurun.
6. Penyakit Tulang Uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat dan
keseimbangan parathormon.
LFG
(ml/mn/1.73m2
Penjelasan
Stadiu
m
1
Kerusakan
4
5
sedang
Kerusakan ginjal dengan LFG atau berat
Gagal ginjal terminal
ginjal
dengan
albuminaria 90
15-29
<
15
atau
dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta :
FKUI
Tanda dan gejala gagal ginjak kronis menurut Brunner & Suddart
(2002), setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis dipengaruhi oleh
kondisi uremia, maka klien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan
tingkat kerusakan ginjal, usia klien dan kondisi yang mendasari. Tanda
dan gejala klien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan,
sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran
vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan
kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Mencari
osteodistrofi
(terutama
pada
falang/jari)
kalsifikasi
metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremic lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tandatanda perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal
kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume
: Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada
Warna
(anuria).
: Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan
oleh pus/ nanah, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat,
sedimen
Berat Jenis
kotor,
warna
kecoklatan
menunjukkan
pada
1,010
menunjukkan
F. Penatalaksanaan
Tujuan utama
penatalaksanaan
klien
GGK
adalah
untuk
mungkin
serta
mencegah
atau
mengobati
komplikasi
G. Proses Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Pengkajian Primer
Airway
1) Lidah jatuh kebelakang
2) Benda asing/ darah pada rongga mulut
3) Adanya sekret
Breathing
1) klien sesak nafas dan cepat letih
2) Pernafasan Kusmaul
3) Dispnea
4) Nafas berbau amoniak
Circulation
1) TD meningkat
2) Nadi kuat
3) Disritmia
4) Adanya peningkatan JVP
5) Terdapat edema pada ekstremitas bahkan anasarka
6) Capillary refill > 3 detik
7) Akral dingin
8) Cenderung adanya perdarahan terutama pada lambung
Disability : pemeriksaan neurologis GCS menurun
bahkan
terjadi
6. Pengkajian fisik
a. Penampilan/ keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran klien dari
composmentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi diet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning/ kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
ANALISIS
RENCANA
Breathing
Perubahan
pola Respiratory Monitoring
DS:
napas berhubungan 1. Monitor ratarata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
Klien mengeluh sesak nafas dan cepat dengan
retraksi otot supraclavicular dan intercostal
letih
hiperventilasi paru
3. Monitor pola nafas: bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne
DO:
stokes
Pernafasan Kusmaul, adanya dispneu,
4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/ tidak adanya ventilasi dan
nafas klien berbau amoniak
suara tambahan
Oxygen Therapy
5. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
6. Ajarkan klien nafas dalam
7. Atur posisi senyaman mungkin
8. Batasi untuk beraktivitas
9. Kolaborasi pemberian oksigen
Circulation :
Gangguan
perfusi Circulatory Care
DS:
jaringan
1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi perifer. (Cek nadi
Klien mengatakan sesak nafas
berhubungan dengan
perifer, oedema, kapiler refil, temperatur ekstremitas).
DO:
penurunan suplai O2 2. Kaji nyeri
TD meningkat, nadi kuat, konjungtiva dan
nutrisi
ke 3. Inspeksi kulit dan palpasi anggota badan
4. Atur posisi klien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk memperbaiki
anemis, disritmia, adanya peningkatan jaringan sekunder.
sirkulasi.
JVP, terdapat edema pada ekstremitas
5. Monitor status cairan intake dan output
bahkan anasarka, kapillary refill >3
6. Evaluasi nadi dan adanya oedema
detik, akral dingin, cenderung adanya
7. Berikan therapi antikoagulan.
perdarahan terutama pada lambung
Circulation :
Kelebihan volume Fluid Management :
DS:
cairan berhubungan Kaji status cairan: timbang berat badan, keseimbangan masukan dan haluaran,
Energy conservation
Self Care : ADLs
DS:
Klien mengatakan tidak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari tanpa
bantuan orang lain, klien mengatakan
nafasnya sesak saat beraktivitas, Pasein
mengatakan badannya lemas.
DO:
Klien tidak mampu berpartisipasi dalam
aktivitas fisik, TD, Nadi dan RR
meningkat dari batas normal, oedema
pada ekstremitas sampai anakarsa, ,
dengan penurunan
turgor kulit dan adanya edema
haluran urin dan Batasi masukan cairan
retensi cairan dan Identifikasi sumber potensial cairan
Jelaskan pada klien dan keluarga rasional pembatasan cairan
natrium
Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.
Hemodialysis therapy
Ambil sampel darah dan meninjau kimia darah (misalnya BUN, kreatinin,
natrium, pottasium, tingkat phospor) sebelum perawatan untuk
mengevaluasi respon thdp terapi.
Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah
untuk mengevaluasi respon terhadap terapi.
Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghilangkan jumlah yang tepat dari cairan
berlebih di tubuh klien.
Bekerja secara kolaboratif dengan klien untuk menyesuaikan panjang dialisis,
peraturan diet, keterbatasan cairan dan obat-obatan untuk mengatur cairan
dan elektrolit pergeseran antara pengobatan
Intoleransi aktivitas NIC :
berhubungan dengan Energy Management
keletihan
anemia, 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
retensi
produk 2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
sampah
dan 3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
prosedur dialysis
5. Monitor klien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat klien
Activity Therapy
8. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
progran terapi yang tepat.
9. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
10. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan
Nutritional Status
DS:
Klien mengatakan tidak nafsu makan,
mual dan muntah.
DO:
Nafsu makan tidak meningkat, terjadi
penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan (tandanya adalah anoreksia, mual,
muntah, asupan nutrisi dan air naik atau
turun), masukan nutrisi inadekuat, porsi
makanan tidak dihabiskan, klien tampak
lemah, turgor jelek, perut buncit, terjadi
edema
Hasil lab (albumin, kalium) tidak normal
Cardiac Pump effectiveness
Circulation Status
Vital Sign Status
Dissability
Gangguan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan
anoreksia
mual
muntah
Resiko penurunan
curah
jantung
berhubungan dengan
ketidak seimbangan
NIC :
Cardiac Care
1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)
2. Catat adanya disritmia jantung
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
cairan
mempengaruhi
sirkulasi,
kerja
miokardial
dan
tahanan
vaskuler
sistemik, gangguan
frekuensi,
irama,
konduksi
jantung
(ketidak seimbangan
elektrolit).
berhubungan dengan
kerusakan alveolus
sekunder terhadap
adanya
edema
pulmoner
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi klien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berika bronkodilator bial perlu
10. Barikan pelembab udara
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
13. Monitor ratarata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
14. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan intercostal
15. Monitor suara nafas, seperti dengkur
16. Monitor pola nafas: bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
17. Catat lokasi trakea
18. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
19. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/ tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
20. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan napas utama
21. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
Acid Base Management
22. Monitor IV line
23. Pertahankan jalan nafas paten
24. Monitor AGD, tingkat elektrolit
25. Monitor status hemodinamik (CVP, MAP, PAP)
PATHWAY
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Nama Klien
: Tn. B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia
: 70 tahun
Tanggal Masuk : 30 Oktober 2015
No. Register : 719805
Diagnose Medis : CKD
Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama
: Klien mengalami demam 7 hari yang
lalu, sesak nafas, oedema pada kaki ka (+)
ki (+)
Kelurga
pernah
mengatakan
menderita
hipertensi,
klien
penyakit
diabetes,
ataupun
tidak
menular,
penyakit
posisinya
lebih
tinggi.
Terdapat
RR:
didapatkan
29x/menit.
Pada
konjungtiva
pemeriksaan
klien
fisik
anemis,
nafas
b/d
hiperventilasi paru
3. Circulation (Sirkulasi)
Sirkulasi perifer dengan nadi 108x/menit, irama teratur,
denyut kuat, tekanan darah 110/80 mmHg, akral dingin,
warna kulit pucat, pengisian kapiler >3 detik, turgor jelek,
mukosa kering, terdapat edema pada kedua ekstremitas
bawah.
Tidak terdapat gangguan pada BAK/BAB klien, Jumlah BAK
sedang, warna kuning jernih, tidak ada rasa sakit di pinggang.
Keluarga mengatakan klien tidak mau makan, makan sedikit
dan hanya minum semenjak sakit 7 hari yang lalu. Klien
terlihat lemas dan kelelahan. Keluarga klien mengatakan klien
tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan.
Perut klien buncit dan cekung pada bagian bawah dada, tidak
terdapat luka, jejas, lecet, bintik merah ataupun perdarahan
pada kulit, Suhu tubuh klien 37C dan tidak terdapat nyeri
tekan pada bagian perut klien.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder , kelebihan volume
cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin dan retensi cairan dan
natrium, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Rumus GFR
( 140umur ) x BB
72 x serum kreatinin
70 x 64
= 72 x 22,8
4480
= 1461,6
<15
= 3,06
grade 5
kerusakan
ginjal
stadium
akhir,
klien
ANALISIS
RENCANA
Gangguan
perfusi Circulatory Care
Klien
mengatakan
sesak nafas
DO:
Konjungtiva
klien anemis
SPO2 : 97%
RR:
29x/menit
Hb: 4,0 g/dL
(normal:
14,0-18,0)
Terpasang O2
3L/menit
DS:
Klien
mengatakan
kaki kanan dan
kiri bengkak.
DO:
Turgor kulit
jelek
Kadar Ureum
202,4 mg/dL
(normal: 1944)
Kadar
Kreatinin:
22,8 mg/dL
(normal: 0,61,3).
Nilai GFR =
3,06
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan sekunder
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin dan
retensi cairan dan natrium
D. Intervensi, Implementasi, Evaluasi
No
1.
Dx.
Kep
I
Tujuan
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 1x8 jam
perfusi jaringan
adekuat.
Kriteria Hasil:
NOC:
Circulation
Status
Membran
mukosa
merah muda
Konjungtiva
tidak
anemis
Akral
hangat
TTV dalam
batas
normal.
Tidak ada
edema
Intervensi
Circulatory Care
1. Lakukan penilaian
secara
komprehensif
fungsi sirkulasi
perifer. (Cek nadi
perifer, oedema,
kapiler refil,
temperatur
ekstremitas).
2. Atur posisi klien,
ekstremitas bawah
lebih rendah untuk
memperbaiki
sirkulasi.
3. Monitor status
cairan intake dan
output
4. Evaluasi nadi,
oedema
5. Berikan therapi
antikoagulan.
Implementasi
Circulatory Care
1. Melakukan
penilaian secara
komprehensif
fungsi sirkulasi
perifer. (Cek nadi
perifer, oedema,
kapiler refil,
temperatur
ekstremitas).
2. Mengatur posisi
klien, ekstremitas
bawah lebih
rendah untuk
memperbaiki
sirkulasi.
3. Memonitor status
cairan intake dan
output
4. Mengevaluasi
nadi, oedema
5. Memberikan
therapi
antikoagulan.
Evaluasi
S:
Klien
mengatakan
demamnya
sudah mulai
turun
Klien
mengatakan
tidak nafsu
makan
Klien
mengatakan
masih sesak
nafas
O:
Klien
berbaring
semi fowler
menggunaka
n 2 bantal
Terdapat
oedema
pada
ekstremitas
bawah
Konjungtiva
anemis
Akral klien
dingin
sPO2 : 97%
Nadi :
98x/menit
2.
II
Tujuan:
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 1x8 jam
volume cairan
seimbang.
Kriteria Hasil:
NOC :
Fluid Balance
Terbebas
dari edema,
Fluid Management :
Kaji status cairan:
timbang berat
badan,
keseimbangan
masukan dan
haluaran, turgor
kulit dan adanya
edema
Batasi masukan cairan
Jelaskan pada klien
dan keluarga
rasional pembatasan
Fluid Management :
Mengkaji status
cairan: timbang
berat badan,
keseimbangan
masukan dan
haluaran, turgor
kulit dan adanya
edema
Membatasi masukan
cairan
Menjelaskan pada
klien dan keluarga
RR :
29x/menit
TD : 110/80
mmHg
Suhu : 37C
A:
Masalah
belum
teratasi,
ulang
intervensi
untuk
pengaturan
cairan agar
tidak terjadi
sesak nafas
pada klien
karena
penurunan
Hb.
P:
Teruskan
pemberian
terapi
Oksigen dan
batasi
asupan
intake klien
dan monitor
output klien.
S:
Klien
mengatakan
badannya
lemas dan
kakinya
masih
bengkak
O:
Turgor kulit
jelek
Edema pada
ekstremitas
efusi,
cairan
rasional
Kolaborasi pemberian
anasarka
pembatasan cairan
cairan sesuai terapi. Berkolaborasi
Bunyi nafas
pemberian cairan
bersih,tidak Hemodialysis
therapy
sesuai terapi.
adanya
Ambil sampel darah
Hemodialysis
dipsnea
dan meninjau kimia therapy
Memilihara
darah (misalnya
Mengambil sampel
tekanan
BUN, kreatinin)
darah dan
vena
meninjau kimia
sentral,
Rekam
tanda
vital:
darah (misalnya
tekanan
berat
badan,
denyut
BUN, kreatinin)
kapiler
nadi,
pernapasan,
Merekan
tanda vital:
paru,
dan
tekanan
darah
berat badan,
output
untuk
mengevaluasi
denyut nadi,
jantung dan
respon
terhadap
pernapasan, dan
vital sign
terapi.
tekanan darah
normal.
untuk
mengevaluasi
Sesuaikan tekanan
respon terhadap
filtrasi untuk
terapi.
menghilangkan
Menyesuaikan
jumlah yang tepat
tekanan filtrasi
dari cairan berlebih
untuk
di tubuh klien.
menghilangkan
jumlah yang tepat
Bekerja secara
dari cairan berlebih
kolaboratif dengan
di tubuh klien
klien untuk
Berkolaboratif
menyesuaikan
dengan klien untuk
panjang dialisis,
menyesuaikan
peraturan diet,
panjang dialisis,
keterbatasan cairan
peraturan diet,
dan obat-obatan
keterbatasan cairan
untuk mengatur
dan obat-obatan
cairan dan elektrolit
untuk mengatur
pergeseran antara
cairan dan
pengobatan
elektrolit
pergeseran antara
pengobatan
bawah
Klien mau
diatur dalam
pembatasan
jumlah
cairan yang
masuk.
Hasil lab
BUN dan
kreatinin
meningkat
dari normal
Ureum:
202,4 mg/dL
(normal: 1944)
Kreatinin:
22,8 mg/dL
(normal: 0,61,3).
TD : 110/80
mmHg
Suhu : 37C
Klien
terpasang
infuse
12tpm
A:
Masalah
teratasi
sebagian,
masih
terdapat
oedema
pada
ekstremitas
bawah klien,
Klien mau
diatur dalam
pembatasan
cairan yang
masuk
kedalam
tubuh.
P:
Pertahankan
asupan
intake cairan
sesuai diet
terapi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian dimulai dengan mengetahui identitas klien mulai dari
nama, alamat, umur, dan keluhan utama saat datang ke rumah sakit.
Lalu dilanjutkan dengan mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu
dan
riwayat
keluarga
klien.
Jika
terdapat
tanda
bahaya
letih
dan nafas
berbau
amoniak. Dari
pengkajian
klien
cepat
merasa
kelelahan
dan
hal
tersebut
dapat
beraktivitas,
lakukan
pengkajian
terhadap
klien
maupun
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal ginjal kronik adalah kondisi dimana ginjal mengalami
penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar
(insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)
GGK/ CKD (Chronic Kidney Disease) dapat ditandai dengan hasil
lab yaitu ureum kreatinin yang meningkat lebih tinggi dari normal dan
adanya penurunan GFR, terdapat oedema pada ekstremitas sampai
anasarka dan biasanya klien akan sesak nafas karena kadar oksigen
yang menurun dan mengalami kelelahan serta penurunan kesadaran.
Perawatan yang dapat dilakukan untuk menangani permasalahan
keperawatan
pengkajian
disesuaikan
primer
dengan
maupun
data
sekunder.
yang
Yang
didapatkan
paling
penting
dari
dari
penurunan
fungsi
dalam
menyaring
cairan
dan
mengatasi
masalah-masalah
utama
yang
muncul
pada
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Dialisis Pada Diabetes Melitus. http://internis.files.wordpress.com/2011/01/dialisispada-diabetes-melitus.pdf diakses pada tanggal 31 Oktober 2015
Anita dkk. Penggunaan Hemodialisis pada Bidang Kesehatan yang Memakai Prinsip Ilmu
Fisika. http://dc128.4shared.com/doc/juzmT0gk/preview.html diakses pada tanggal 31
Oktober 2015
Bakta, I Made & I Ketut Suastika,. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta :
EGC.
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. 2005. Medical Surgical Nursing Clinical
Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc.
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. 2008. Nursing
Intervention Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier.
Herdinan, Heather T. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta: EGC.
Johnson, M. Etal. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. 2010. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2002. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer, S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 3
Edisi 8. Jakarta : EGC.
Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Pembimbing/ CI
Ruang
N
O
HARI/
TANGGAL
MATERI KONSULTASI
PEMBIMBING
SARAN
TTD