Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Teknologi masa kini terus menuju perubahan yang sangat
signifikan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Dalam
dunia kedokteran timur maupun barat, pada umumnya diyakini
bahwa setiap penyakit ada obatnya. Ada penyakit yang dapat
diobati dengan hanya pemberian obat yang sederhana, tetapi ada
juga yang memerlukan pengobatan yang relatif rumit, seperti
transplantasi organ dan jaringan, hal ini merupakan suatu prosedur
tindakan kesehatan yang sangat membutuhkan ketelitian dan
kecermatan mendalam.
Transplantasi organ memiliki nilai sosial dan kemanusiaan tinggi
apabila dilakukan atas dasar kemanusiaan bukan kepentingan
komersial semata. Namun dengan adanya ketimpangan yang cukup
besar antara ketersediaan dengan kebutuhan organ, masalah
komersialisasi organ dan menjadi salah satu perdebatan yang
sensitive dalam dunia medis maupun agama. Dibalik kesuksesan
dalam perkembangan transplantasi organ itu sendiri muncul
berbagai masalah baru. Semakin meningkatnya pasien yang
membutuhkan tranplantasi, penolakan organ, komplikasi pasca
transplantasi, dan resiko yang mungkin timbul akibat transplantasi
telah memunculkan berbagai pertanyaan tentang etika, legalitas dan
kebijakan yang menyangkut penggunaan teknologi itu.
2) Rumusan Masalah
a) Apa itu Transplantasi Organ ?
b) Apa saja Jenis Transplantasi Organ ?
c) Apa Tujuan dari Transplantasi Organ ?
d) Apa saja Organ yang dapat Ditransplantasikan ?
e) Bagaimana Prosedur Transplantasi Organ dan Akibat
Transplantasi Organ bagi penerima donor?
f) Bagaimana Pandangan Agama dan Etika
tentang
Transplantasi Organ?
g) Apa saja Landasan Hukum Tentang Transplantasi Organ ?
3) Tujuan

a)
b)
c)
d)
e)

Mengetahui Transplantasi Organ.


Mengetahui Jenis Transplantasi Organ.
Mengetahui Tujuan dari Transplantasi Organ.
Mengetahui Organ yang dapat Ditransplantasikan.
Mengetahui Prosedur Transplantasi Organ dan Akibat
Transplantasi Organ bagi penerima donor.
f) Mengetahui Pandangan Agama dan Etika
tentang
Transplantasi Organ.
g) Landasan Hukum Tentang Transplantasi Organ
4) Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah
Metode Merangkum Buku.

BAB II
ISI

A. Defenisi Transplantasi Organ


Dalam Kamus Kedokteran DORLAND dijelaskan bahwa
transplantasi berasal dari bahasa inggris transplantation berarti :
penanaman jaringan yang diambil dari tubuh yang sama atau dari
individu lain. Adapun transplantasi berarti : mentransfer organ atau
jaringan dari satu bagian ke bagian lain, yang diambil dari badan
untuk ditanam ke daerah lain pada badan yang sama atau ke
individu lain.
Jadi dapat disimpulkan, transplantasi adalah pemindahan
sebagian atau seluruh jaringan dan organ tertentu dari suatu tempat
ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan
persyaratan dan kondisi tertentu.
B. Jenis Transplantasi Organ
Transplantasi melibatkan donasi organ dari satu manusia kepada
manusia lain yang menjadikan ribuan orang diseluruh dunia setiap
tahunnya terselamatkan jiwanya. Barikut jenis jenis Transplantasi
Organ :
1)

Dari Segi Pemberi Organ (Pendonor)


Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor atau jaringan
tubuh, maka transplantasi dapat dibedakan menjadi:
a) Transplantasi dengan donor hidup
Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan organ
tubuh seseorang yang hidup kepada orang lain atau ke bagian lain
dari tubuhnya sendiri tanpa mengancam kesehatan. Biasanya yang
dilakukan adalah transplantasi ginjal, karena memungkinkan
seseorang untuk hidup dengan satu ginjal saja. Akan tetapi mungkin
bagi donor hidup juga untuk memberikan sepotong/sebagian dari
organ tubuhnya misalnya paru, hati, pankreas dan usus. Juga donor

hidup dapat memberikan jaringan atau selnya degeneratif, misalnya


kulit, darah dan sumsum tulang.
b) Transplantasi dengan donor mati atau jenazah
Transplantasi dengan donor mati atau jenazah

adalah

pemindahan organ atau jaringan dari tubuh jenazah orang yang baru
saja meninggal kepada tubuh orang lain yang masih hidup.
Pengertian donor mati adalah donor dari seseorang yang baru saja
meninggal dan biasanya meninggal karena kecelakaan, serangan
jantung, atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam kasus ini,
donasi organ akan dipertimbangkan setelah usaha penyelematan
mengalami kegagalan. Pasien mungkin meninggal dalam kamar
emergensi ataupun dalam kondisi mati batang otak. Jenis organ
yang biasanya didonorkan adalah organ yang tidak memiliki
kemampuan untuk regenerasi misalnya jantung, kornea, ginjal dan
2)

pankreas, hati, jantung dan hati.


Dari Penerima Organ (Resipien)
Sedangkan ditinjau dari sudut penerima organ atau resipien,
maka transplantasi dapat dibedakan menjadi:
a) Autograft
Auto transplantasi adalah pemindahan suatu organ ke tempat lain
dalam tubuh orang itu sendiri. Biasanya transplantasi ini dilakukan
pada jaringan yang berlebih atau pada jaringan yang dapat
beregenerasi kembali. Sebagai contoh tindakan skin graft pada
penderita luka bakar, dimana kulit donor berasal dari kulit paha
yang kemudian dipindahkan pada bagian kulit yang rusak akibat
mengalami luka bakar.
b) Isograft
Isograft merupakan prosedur transplatasi yang dilakukan antara
dua orang yang secara genetik identik. Transplantasi model seperti
ini juga selalu berhasil, kecuali jika ada permasalahan teknis selama
operasi. Operasi pertama ginja yang dilakukan pada tahun 1954

merupakan operasi transplantasi syngraft pertama antara kembar


identik.
c) Allograft
Allograft adalah pemindahan suatu organ dari tubuh seseorang
ke tubuh orang lain. Misalnya pemindahan jantung dari seseorang
yang telah dinyatakan meninggal pada orang lain yang masih hidup.
Kebanyakan sel dan organ manusia adalah Allografts.
d) Xenotransplantation
Xenotransplantation adalah pemindahan suatu jaringan atau
organ dari species bukan manusia kepada tubuh manusia.
Contohnya pemindahan organ dari babi ke tubuh manusia untuk
mengganti organ manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi
baik.
e) Transplantasi Domino (Domino Transplantation)
Merupakan multiple transplantasi yang dilakukan sejak tahun
1987. Donor memberikan organ jantung dan paru-nya kepada
penerima donor, dan penerima donor ini memberikan jantungnya
kepada penerima donor yang lain. Biasanya dilakukan pada
penderita "cystic fibrosis" (hereditary disease) dimana kedua
parunya perlu diganti dan secara teknis lebih mudah untuk
mengganti jantung dan paru sebagai satu kesatuan.

3)

Dari Sel Induk (Stem Cell)


Sedangkan khusus mengenai transplantasi sel induk dibedakan
menjadi :
a) Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone
marrow transplantation)
Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam
tulang-tulang besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang

punggung dan tulang rusuk. Sumsum tulang merupakan sumber


yang kaya akan sel induk hematopoetik.
b) Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem
cell transplantation)
Peredarahan tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah
sel induk yang terkandung tidak sebanyak pada sumsum tulang
untuk mencukupi jumlah sel induk. Suatu transplantasi.biasanya
pada donor diberikan granulocyte-colony stimulating factor (GCSF). Transplantasi dilakukan dengan proses Aferesis.
c) Transplantasi sel induk darah tali pusat (Stem cord)
Darah tali pusat mengandung sejulah sel induk yang bermakna
dan memiliki keunggulan diatas transplantasi sel induk dari
sumsum tulang atau dari pendarahan

tepi bagi pasien

tertentu.Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah


bahan sisa dari proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang dapat
menyelamatkan jiwa.
C. Tujuan dari Transplantasi Organ
Transplantasi

organ

merupakan

suatu

tindakan

medis

memindahkan sebagian tubuh atau organ yang sehat untuk


menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak dapat berfungsi lagi.
Transplantasi dapat dilakukan pada diri orang yang sama (auto
transplantasi), pada orang yang berbeda (homotransplantasi)
ataupun

antar

spesies

yang

berbeda

(xeno-transplantasi).

Transplantasi organ biasanya dilakukan pada stadium terminal suatu


penyakit, dimana organ yang ada tidak dapat menanggung beban
karena fungsinya yang sudah hilang oleh suatu penyakit.
Pasal 33 UU No 23/1992 menyatakan bahwa transplantasi
merupakan salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk
penyembuhan

penyakit

dan

pemulihan

kesehatan.

Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan


kemanusiaan dan tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial
(Pasal 33 ayat 2 UU 23/ 1992).
Transplantasi pada dasarnya bertujuan untuk:
1. Kesembuhan dari suatu penyakit, misalnya kebutaan,
kerusakan jantung, hati dan ginjal.
2. Pemulihan kembali fungsi suatu organ, jaringan atau sel yang
telah rusak atau mengalami kelainan, tapi sama sekali tidak
terjadi kesakitan biologis contohnya bibir sumbing
Ditinjau dari segi tingkatan tujuannya, ada tingkat dihajatkan dan
tingkat darurat :
1. Tingkat dihajatkan merupakan transplantasi pengobatan dari
sakit

atau

cacat,

apabila

tidak

dilakukan

dengan

pencangkokan tidak akan menimbulkan kematian, seperti


transplantasi cornea mata dan bibir sumbing.
2. Tingkat darurat merupakan transplantasi sebagai jalan
terakhir, apabila tidak dilakukan akan menimbulkan kematian,
seperti transplantasi ginjal, hati dan jantung.

D. Organ Yang Dapat Ditransplasikan


Hampir semua organ, jaringan dan sel manusia dapat
ditransplantasikan. Berikut ini yang organ, jaringan maupun sel
1.

2.

yang dapat ditransplantasikan :


Organ dalam rongga dada :
a. Jantung (Hanya Donor Mati)
b. Paru (Donor Hidup dan Mati)
c. En bloc Jantung/Paru (Donor Mati dan Transplantasi
Domino).
Organ dalam rongga perut :
a. Ginjal (Donor Hidup dan Mati)
b. Hati (Donor Hidup dan Mati)
c. Pankreas (Hanya Donor Mati)

d. Usus (Deceased-donor and Living-Donor)


Jaringan, Sel dan Cairan :
a. Tangan (Hanya Donor Mati)
b. Kornea (Hanya Donor Mati)
c. Kulit termasuk Face replant (autograft) dan transplantasi

3.

wajah (sangat jarang sekali)


d. Islets of Langerhans (merupakan bagian dari pancreas yang
mengandung endokrine) (Donor Hidup dan Mati)
e. Sumsum tulang/sel induk dewasa (Donor Hidup dan
Autograft)
f. Transfusi Darah/Transfusi Komponen Darah (Donor hidup
dan Autograft)
g. Pembuluh darah (Autograft dan Donor Mati)
h. Katup Jantung (Donor Mati, Dono Hidup

dan

Xenograft[Porcine/bovine])
i. Tulang (Donor Hidup dan Mati)
E. Posedur Transplantasi Organ dan Akibat Transplantasi Organ
Bagi Penerima Donor
Transplantasi bisa memberikan keuntungan yang sangat besar
bagi orang- orang yang menderita penyakit yang tidak dapat
disembuhkan. Hal-hal yang terkait dengan prosedur dan akibat
Transplantasi adalah :
1. Pre Transplantasi
a. Persiapan dan Evaluasi Pasien
Persiapan dan evaluasi pasien yang ekstensif sangat penting
setiap transplantasi organ, jaringan, sel tertentu memiliki prosedur
sendiri-sendiri yang akan dijelaskan kemudian, akan tetapi secara
umum yang harus dilakukan adalah:
i.

Riwayat dan pemeriksaan fisik yang lengkap.

ii.

Evaluasi terhadap kekuatan psikologis dan emosi.

iii.

Pemeriksaan dengan CT (computed tomography) scan atau


MRI (magnetic resonance imaging)

iv.

Test jantung dengan electrocardiogram (EKG) atau


echocardiogram.

v.

Periksa paru-paru dengan photo dada (x-ray) dan


pulmonary function tests (PFTs).

vi.

Konsultasi dengan ahli lain dalam team transplantasi


misalnya dengan dokter gigi, maupun dokter gizi.

vii.

Test darah lengkap, hitung darah, kimia darah dan


skrinning terhadap viruses like hepatitis B, CMV, and HIV

viii.

Human Leukocyte Antigen (HLA).

b. Pencarian donor yang sesuai


Mengidentifikasi siapa yang akan menjadi donor utama setelah
melalui proses pencocokan donor. Pencarian donor yang cocok
berguna untuk mengurangi beratnya penolakan dari tubuh resipien
terhadap organ yang didonorkan, maka sebaiknya jaringan donor
dan jaringan resipien harus memiliki kesesuaian yang semaksimal
mungkin. ABO & HLA-nya.
2. Saat operasi transplantasi berlangsung
a. Kemungkinan timbulnya resiko akibat pembedahan
Setiap operasi apapun selaku memiliki resiko.
b. Pemakaian obat-obat Immunosupresan
Dalam keadaan normal, sistem kekebalan akan menyerang dan
menghancurkan

jaringan

asing

(Penolakan

Transplantasi).

Penolakan ini bisa menyebabkan:


i.
ii.
iii.

Peningkatan berat badan akibat penimbunan cairan


Demam
Nyeri dan pembengkakan di daerah tempat ginjal

dicangkokkan.
Antigen adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu
reaksi kekebalan, yang ditemukan pada permukaan setiap sel di
tubuh manusia. Jika seseorang menerima jaringan dari donor, maka
antigen pada jaringan yang dicangkokkan tersebut akan memberi

peringatan kepada tubuh resipien bahwa jaringan tersebut


merupakan benda asing. Selain kesamaan golongan darah yang hal
lain yang penting adalah Human Leukocyte Antigen (HLA)
merupakan antigen yang paling penting pada pencangkokan
jaringan. Semakin sesuai antigen HLA-nya, maka kemungkinan
besar pencangkokan akan berhasil.
3. Pasca Oprasi Transplantasi
a. Kemungkinan

terjadinya

penolakan

oleh

tubuh

resipien (hyperacute, acute or chronic).


Penolakan biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan,
tetapi mungkin juga baru tampak beberapa minggu bahkan
beberapa bulan kemudian. Penolakan bisa bersifat ringan dan
mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif
meskipun telah dilakukan pengobatan. Penolakan menyebabkan
demam, menggigil, mual, lelah dan perubahan tekanan darah yang
terjadi secara tiba- tiba.
Penemuan obat-obatan yang dapat menekan sistem kekebalan
telah meningkatkan angka keberhasilan pencangkokkan. Tetapi obat
tersebut juga memiliki resiko. Pada saat obat menekan reaksi sistem
kekebalan

terhadap

organ

yang

dicangkokkan,

obat

juga

menghalangi perlawanan infeksi dan penghancuran benda asing


lainnya oleh sistem kekebalan. Penekanan sistem kekebalan yang
intensif biasanya hanya perlu dilakukan pada minggu-minggu
pertama setelah pencangkokkan atau jika terlihat tanda-tanda
penolakan.
b. Kematian
Akibat penekanan anti penolakan maka menyebakan penurunan
kekebalan tubuh yang berakibat dapat masuknya kuman ke dalam

tubuh sehingga menimbulkan dapat menimbulkan komplikasi


hingga berakibat kematian.
F. Pandangan Agama dan Etika Tentang Transplantasi Organ
1. Pandangan Agama
Sehubungan peranan penting agama dalam kehidupan
masyarakat Indonesia dalam hal ini, cara pandang terhadap
transplantasi organ tubuh manusia, berikut pandangan berbagai
agama :
i. Pandangan Agama Islam
Agama Islam percaya prinsip menyelamatkan nyawa manusia.
Mayoritas ulama Islam dari berbagai penjuru dunia, berdoa bagi
kesematan nyawa manusia dan membolehkan Transplantasi Organ
sebagai

kebutuhan

untuk

kelangsungan

hidup

manusia.

Peraturannya didasrkan pada fatwa fatwa yang dikeluarkan Majelis


Ulama Indonesia (MUI).
ii. Pandangan Agama Buddha
Dalam agama Buddha dikenal ajaran Catur Paramitha yaitu
mengenai empat budi luhur yang meliputi maitri (memiliki cinta
kasih), karuna (suka menolong), mudita (simpati) dan upeksa
(menghargai semua orang).
Hal sama dikemukakan oleh Kepala Pendeta Buddha Tinggi
Malaysia dan Singapura, dalam pendapatnya mengenai transplantasi
organ dari sudut pandang agama Buddha, transplantasi organ untuk
kepentingan perbaikan hidup manusia merupakan perbuatan amal
yang terbentuk berdasarkan landasan spriritual atau jalan religius
dalam kehidupan. Agama Buddha sangat mendukung kemajuan
teknologi kedokteran sebagai bagian dari kemajuan akal budi
manusia untuk mendonasikan organ untuk menolong sesama, tetapi
tidak untuk diperjualbelikan. Donor merupakan karma yang baik
yang dapat menghapuskan karma buruk sebelumnya.
iii.
Pandagan Agama Katolik

Secara umum pandangan agama katolik tentang transplantasi


organ merupakan perbuatan amal dan cinta kasih. Transplantasi
secara moral dan etik dapat diterima oleh Vatikan. Paus Benedict
XVI yang merupakan pemimpin agama Katolik Tertinggi saat ini
menyatakan Donor organ merupakan keputusan individu yang
karena tujuan mulianya dapat melakukannya setiap saat untuk
sesama. Sayapun setuju untuk memberikan organ saya kepada siapa
saja yang membutuhkannya.
iv. Pandangan Agama Kristen
Pengorbanan dan menolong sesama merupakan dasar ajaran bagi
seluruh umat Kristiani, sehingga keputusan untuk mendonorkan
organ merupakan merupakan hal yang positif. Bagi umat Kristen
menolong sesama yang membutuhkan sangat dianjurkan. Umat
Kristen memandang bahwa donasi organ merupakan perbuatan
cinta dan mengikuti teladan Yesus.
v. Pandangan Agama Hindu
Menurut ajaran Hindu Transplantasi Organ tubuh dapat
dibenarkan dengan alasan, bahwa pengorbanan (yajna) kepada
orang yang menderita, agar dia bebas dari penderitaan dan dapat
menikmati kesehatan dan kebahagiaan, jauh lebih penting, utama,
mulia dan luhur, dari keutuhan organ tubuh manusia yang telah
meninggal. Tetapi sekali lagi, perbuatan ini harus dilakukan diatas
prinsip yajna yaitu pengorbanan tulus iklas tanpa pamrih dan bukan
dilakukan untuk maksud mendapatkan keuntungan material.
Alasan logis dijumpai dalam kitab Bhagawadgita II Seperti
halnya seseorang mengenakan pakaian baru dan membuka pakaian
lama, begitu pula Sang Roh menerima badan jasmani yang baru,
dengan meninggalkan badan lama yang tiada berguna. Kematian
adalah berpisahnya Jiwatman atau roh dengan badan jasmani. Ibarat
pakaian, apabila badan jasmani (pakaian) sudah lama dan rusak,

kita akan membuangnya dan menggantikannya dengan pakaian


yang baru.
2. Pandangan Etika
Transplantasi dibutuhkan dua pihak yaitu donor dan resepien.
Donor digolongkan menjadi donor hidup dan donor mati. Donor
hidup dapat berasal dari keluarga dan non-keluarga. Dalam
perkembangannya dimana kemiskinan dan tingginya tingkat
kebutuhan akan organ menyebabkan timbulnya donor komersial
yaitu orang yang memberikan organnya dengan imbalan uang.
Transplantasi dipandang dari sudut Etika harus dipertimbangkan
dari sudut 4 (empat) prinsip dasar Biomedikal Etik:
i. Hormat pada Otonomi (Respect for autonomy)
Bahwa mendonorkan organ merupakan perbuatan mulia.
Keputusan untuk mendonorkan organ merupakan keputusan
(otonomi pendonor) yang diputuskan sendiri tanpa adanya paksaan
dari pihak lain.
ii. Tidak berbuat jahat atau membahayakan (Non
Malefincence)
Setiap operasi transplantasi yang dijalankan selalu mengandung
resiko. Donor harus diberi penjelasan mengenai resiko apabila
melakukan pendonoran. Mempersiapkan team dokter yang mumpu
dibantu dengan teknologi yang memadai dapat meminimalkan
resiko kegagalan operasi.
iii. Berbuat kebaikan (Beneficence)
Prinsip berbuat kebaikan mendikte kita untuk berbuat baik
kepada orang lain, terutama apabila tidak terkandung resiko bagi si
pemberi kebaikan.
iv. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dalam Transplantasi Organ lebih relevan
terhadap alokasi organ, yang menyangkut kepada perlakuan yang
adil, sama dan sesuai dengan kebutuhan pasien yang tidak
terpengaruh pada faktor lain.

G. Landasan Hukum Tentang Transplantasi Organ


Dari segi hukum, transplantasi organ, jaringan, dan sel tubuh
dipandang sebagai suatu usaha mulia dalam upaya menyehatkan
dan menyejahterakan manusia, walaupun ini adalah suatu perbuatan
yang melawan hukum pidana yaitu tindak pidana penganiayaan.
Namun, karena adanya alas an pengecualian hukuman, atau paham
melawan hukum secara material, perbuatan tersebut tidak lagi
diancam pidana, dan dapat dibenarkan.
Dalam PP No.18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis, bedah
mayat anatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia,
tercantum pasal-pasal tentang transplantasi :
Pasal 1
a

Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang


dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal

(fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut.


Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal

(fungsi) yang sama dan tertentu.


Transplantasi adalah rangkaian

tindakan

kedokteran

untuk

pemindahan dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari


tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat
d

dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.


Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan

tubuhnya kepada orang lain untuk keperluan kesehatan.


Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli
kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernapasan, dan
atau denyut jantung seseorang telah berhenti.

Selanjutnya dalam PP tersebut di atas terdapat pasal-pasal ::


Pasal 10
Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2(a) & (b), yaitu harus dengan persetujuan tertulis

pasien dan/atau keluarganya yang terdekat setelah pasien meninggal


dunia.
Pasal 11
1

Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia hanya boleh

dilakukan oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.


Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia tidak boleh
dilakukan oleh dokter yang merawat atau mengobati donor yang
bersangkutan.
Pasal 12
Dalam rangka transplantasi, penentuan saat mati ditentukan oleh
2 (dua) orang dokter yang tidak ada sangkut paut medic dengan
dokter yang melakukan transplantasi.
Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2(a),
Pasal 14 & 15 dibuat di atas kertas bermaterai dengan 2 (dua) orang
saksi.
Pasal 14
Pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia untuk
keperluan transplantasi atau Bank Mata dari korban kecelakaan
yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan tertulis
keluarga terdekat.
Pasal 15

Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan atau jaringan


tubuh manusia diberikan oleh donor hidup, calon donor yang
bersangkuta terlebih dahulu diberi tahu oleh dokter yang
merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai operasi, akibat-

akibatnya, dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.


Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar,
bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya
arti dari pemberitahuan tersebut.
Pasal 16

Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak


atas kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi.
Pasal 17
Dilarang memperjual-belikan alat atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh
manusia dalam semua bentuk ked an dari luar negeri.
Sebagai penjelasan pasal 17 dan 18, disebutkan bahwa alat dan
atau jaringan tubuh manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa kepada setiap insane tidaklah sepantasnya dijadikan objek
untuk mencari keuntungan. Pengirima alat dan atau jaringan tubuh
manusia ked an dari luar negeri haruslah dibatasi dalam rangka
penelitian ilmiah, kerjasama dan saling menolong dalam keadaan
tertentu.
Selanjutnya dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan,
dicantumkan beberapa pasal tentang transplantasi ::
Pasal 33
1

Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat


dilakukan transplantasi orang dan atau jaringan tubuh, transfuse
darah, implant obat dan atau alat kesehatan, serta bedah plastik dan

rekontruksi.
Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfuse darah
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1(satu) dilakukan hanya untuk
tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersial.
Pasal 34

Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan


oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu dan dilakukan disarana kesehatan tertentu.

Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor


harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada

persetujuan ahli waris atau keluargaya.


Ketentuan mengenai
syarat dan tata cara penyelenggaraan
transplantasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) dan ayat 2
(dua) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan di cantumkan beberapa
pasal tentang transplantasi ::
Pasal 64

1. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan


melalui transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat
dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi serta
penggunaan sel punca.
2. Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaiman dimaksud
pada ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan
dilarang untuk dikomersialkan.
3. Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan
dalih apapun.
Pasal 65
1. Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang menpunyai keahlian untuk itu dan
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
2. Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor
harus memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan
mendapat

persetujuan

pendonor

dan/atau

ahli

waris

atau

keluarganya.
3. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan
transplantasi organ dan/arau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 66
Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari
hewan, hanya dapat dilakukan apabila telah terbukti keamnan dan
kemanfaatannya.
Pasal 67
1. Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh
hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan tertentu.
2. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan dan
pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 68
1. Pemasangan implan obat dan/atau alat kesehatan ke dalam tubuh
manusia hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan tertentu.
2. Ketentuan

mengenai

syarat

dan

tatacara

penyelenggaraan

pemasangan implan dan/atau alat kesehatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan pemerintah.

Pasal 69
1. Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

2. Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan dengan


norma yang berlaku dalam masyarakat dan tidak ditujukan untuk
mengubah identitas.
3. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastik dan
rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Penerintah.
Pasal 70
1. Penggunaan sel punca hanya dapat dilakukan untuk ytujuan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, serta dilarang
digunakan untuk tujuan reproduksi.
2. Sel punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh berasal
dari sel punca embrionik.
3. Ketentuan

lebih

lanjut

mengenai

penggunaan

sel

punca

sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (ayat (2) diatur dengan


Peraturan Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai