Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM
: 1201172
Secara umum lapangan panasbumi terdapat di daerah jalur gunung berapi, karena
sebagai sumber panas dari panasbumi adalah magma. Reservoir panasbumi biasanya terdapat
di daerah gunung api purba (post volcanic). Karena proses post volcanic tersebut
menyebabkan dinginnya cairan magma yang kemudian akan menjadikannya sebagai salah
satu komponen reservoir panasbumi yang disebut sumber panas. Akibat dari proses gunung
api terbentuklah sistem panasbumi yang dipengaruhi oleh proses-proses geologi baik yang
sedang berlangsung atau yang telah berlangsung didaerah post-volcanic, sehingga
memungkinkan terbentuknya suatu lapangan panasbumi yang potensial untuk diproduksikan.
Di dalam reservoir panasbumi, bahan penyusunnya mempunyai struktur dan
karakteristik yang sesuai dengan terbentuknya bumi dan perlu diketahui terbentuknya
reservoir panasbumi harus memiliki persyaratan tertentu, yaitu harus tersedia sumber panas,
batuan reservoir, fluida reservoir, dan batuan penudung. Selain syarat-syarat terbentuknya
reservoir panasbumi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber panas, jenis fasa fluida,
temperature, dan berdasarkan jenis fluida reservoir.
2.1.
panas sekelilingnya yang terjadi secara konduksi maupun secara konveksi Perpindahan panas
secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi
karena adanya kontak antara air dengan sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi
terjadi karena adanya gaya apung (Buoyancy). Karena adanya kontak dengan sumber panas,
air yang bertemperatur lebih tinggi menjadi lebih ringan dan keadaan ini menyebabkan air
yang lebih panas bergerak ke atas dan yang bersuhu lebih rendah bergerak ke bawah,
sehingga terjadi sirkulasi atau arus konveksi.
Salah satu teori yang mendukung terbentuknya sistem panasbumi adalah teori
tektonik lempeng. Konsep tektonik lempeng menjelaskan bahwa kulit bumi terdiri dari dua
bagian lempeng tegar yaitu lempeng benua dan lempeng samudra, yang bergerak satu
terhadap lainnya. Model sistem pergerakan lempeng yang dikenal ada tiga macam
berdasarkan pergerakannya, yaitu pergerakan saling menjauh (divergen), pergerakan saling
mendekat (konvergen) dan pergerakan yang saling berpasangan. Model pergerakan yang
berbeda akan menghasilkan peristiwa
lempeng-lempeng lithosfer tersebut, tergantung pada pergerakan relatif serta jenis lempeng
yang bertumbukan tersebut. Disinilah biasanya terjadi pembentukan daerah reservoir
panasbumi. Disinilah biasanya terjadi pembentukan daerah reservoir panasbumi seperti pada
Gambar 2.1.
2.1.2. Syarat Terbentuknya Reservoir Panasbumi
Dalam pembentukannya, reservoir panasbumi mempunyai empat syarat yang harus
dipenuhi yaitu sumber panas, batuan reservoir, fluida reservoir, dan batuan penudung. Seperti
terlihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.1
Skema Sistem Tumbukan Lempeng
Dalam Pembentukan Gunung Api, Plutons dan Daerah Tektonik Aktif
5)
Gambar 2.2
Diagram Skematis Model Sistem Panasbumi
Pada Lapangan Wairaki, New Zealand 5)
2.1.2.1.
Sumber Panas
Sumber panas utama pada lapangan hidrothermal adalah intrusi magma yang terdapat
pada zona seismik dimana terjadi benturan atau pemisahan antara beberapa lempeng.
Kemungkinan lain dari sumber panas tersebut antara lain :
1. Konsentrasi radioaktif lokal yang tinggi pada batuan kerak bumi.
2. Reaksi kimia eksothermik.
3. Panas gesekan karena perbedaan gerak massa batuan yang saling bergeser pada patahanpatahan geologi.
4. Panas laten yang dilepaskan pada saat pengkristalan atau pemadatan batuan yang cair.
5. Masuknya gas-gas magmatik yang panas ke dalam aquifer melalui rekahan-rekahan pada
bed rock.
Sumber panas yang lain adalah batuan yang kaya akan mineral radioaktif, dimana
panas yang terjadi berasal dari proses pembusukan mineral radioaktif tersebut. Mineral
tersebut sewaktu bebas mengeluarkan panas sehingga mampu melelehkan batuan di
sekitarnya, dimana dalam perkembangan selanjutnya akan terbentuk massa magma yang
baru. Secara teoritis zat radioaktif akan berkurang pada kedalaman yang jauh ke dalam bumi.
Batuan reservoir adalah batuan yang mempunyai sifat porous dan permeable yang
sangat baik sehingga dapat menyimpan dan meloloskan air atau uap yang merupakan fluida
reservoir pada gradient tekanan tertentu.
Bahan lepas gunung api (pyroclastic-pyroclast : Schimdt, 1981) dihasilkan oleh
serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api. Istilah lain yang sering
dijumpai adalah bahan hamburan (ejecta), yang merupakan keratin batuan yang dikeluarkan
pada saat terjadinya letusan gunung api. Dan berdasarkan asal mulanya bahan hamburan
dibedakan menjadi bahan juvenile (essential, connate, juvenil), bahan tambahan (accessories)
dan bahan asing (accidential).
Bahan juvenile adalah bahan yang dikeluarkan dari magma terdiri dari padatan atau
partikel tertekan dari suatu cairan yang mendingin dan kristal (pyrogenic crystal), bahan
tambahan adalah bahan yang berasal dari letupan sebelumnya pada gunung api yang sama
(gunung api tua) sedangkan bahan asing merupakan bahan hamburan yang berasal dari
batuan non-gunung api atau batuan dasar, sehingga mempunyai komposisi beragam.
2.1.2.3. Fluida Reservoir
Fluida reservoir pada reservoir panasbumi adalah air, yang digunakan untuk
memindahkan panas kepermukaan. Fluida reservoir panasbumi tersebut dapat berupa air
hujan atau air tanah meteoric.
Jenis-jenis air yang berperan sebagai fluida reservoir panasbumi menurut white
(1957),dibedakan menjadi :
-
Air Juvenil (Juvenile water) merupakan air baru yang berasal dari magma
batuan utama dan yang sebelumnya bukan merupakan bagian dari sistem
biosfera.
Air magmatik (magmatic water) merupakan air yang berasal dari magma saat
magma menggabungkan air meteorik dari sirkulasi yang dalam atau air dari
bahan-bahan/material-material pengendapan.
Air meteorik (meteorik water) merupakan air yang terakhir terlihat dalam
sirkulasi atmosfer.
Air purba (connate water) merupakan air fosil yang telah keluar dari
hubungan dengan atmosfer untuk periode geologi yang panjang. Air tertutup
oleh formasi batuan yang dalam.
2.1.2.3.
geologi sumber panasbumi, dimana umumnya proses geologi tersebut mencakup perubahan
struktur perlapisan dan stratigrafinya.
Kegiatan yang menyebabkan perubahan itu seperti kegiatan magmatik dan proses
pengangkatan mengakibatkan terbentuknya struktur yang potensial untuk sistem panasbumi
seperti graben, sesar dan kaldera.
2.2.1. Stratigrafi
Stratigrafi adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang sifat-sifat lapisan,
distribusi kehidupan (fosil), yang akan selalu berbeda dengan lapisan yang di atasnya. Di
dalam penyelidikan stratigrafi ada tiga unsur penting pembentuk stratigrafi yang perlu
diketahui, yaitu unsur batuan, perlapisan dan struktur sedimen.
struktur
arsitektur kulit bumi dan gejala yang menyebabkan terjadinya perubahan pada kulit bumi.
Struktur batuan adalah bentuk dan kedudukan yang dilihat di lapangan sekarang. Hal
ini merupakan hasil dari proses, yaitu :
1. Proses pembentukan batuan, dimana saat itu akan dibentuk struktur-struktur primer.
2. Proses yang bekerja kemudian, berupa deformasi mekanis maupun pengubahan kimiawi
batuan setelah batuan terbentuk.
Struktur primer yang terbentuk pada batuan beku berupa struktur aliran (flow
structure) yang sering dijumpai pada lava. Ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk
menentukan bentuk struktur geologi pada kulit bumi :
a. Melihat langsung di lapangan
b. Melakukan pengeboran pada beberapa tempat kemudian dilakukan korelasi dan
interpretasi
c. Dengan metode geofisika.
Struktur sekunder sangat penting untuk di pelajari berhubungan dengan struktur
geologi lapangan panasbumi. Pada daerah vulkanik ada beberapa struktur yang biasa terjadi
selama dan sesudah erupsi gunung api, diantaranya adalah struktur amblesan. Struktur ini
sebagai akibat pengaruh kegiatan magmatik dan semi-magmatik, dengan atau tanpa pengaruh
sesar. Struktur amblesan meliputi kawah, kaldera, graben serta struktur yang terjadi secara
lateral yaitu lipatan dan sesar.
2.2.3. Alterasi (ubahan) Hydrothermal
Fluida dan batuan reservoir dalam suatu sistem panasbumi saling berinteraksi,
sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi fasa padat atau komposisi fasa cair.
Perubahan komposisi ini merupakan hasil nyata dari proses reaksi kimiawi.
Ciri-ciri dan kelimpahan mineral hydrothermal yang terbentuk selama interaksi fluida
dan batuan tergantung pada beberapa factor, khususnya temperature, komposisi fluida,
ketersediaan fluida (permeabilitas) dan adanya pendidihan. Ada beberapa definisi dari ahli
mengenai alterasi, antara lain :
1.
2.
Dipakai dalam klasifikasi pada fasa metamorfosa yang bersifat lokal (Jim, 1956).
3.
Dimaksudkan sebagai gejala ubahan pada batuan dan mineral sekunder (supergene)
seperti : replacement, oksidasi dan hidrasi.
Jenis-jenis mineral yang terbentuk selama fluida dan batuan berinteraksi sangat
Perubahan Temperatur
Perubahan Tekanan
Komponen Fluida
Komposisi Batuan
Permeabilitas Batuan
Konsentrasi CO2 dan H2S dalam fluida mempunyai pangaruh yang terpenting pada
tiap mineralogi sekunder
b. Alunitisasi
Dijumpai pada batuan beku berbutir halus yang terdapat disekeliling vein epithermal,
dihasilkan oleh aktivitas air yang bersifat sulfat.
c. Argilitisasi
Biasa ditemukan pada batuan samping dari vein dimana cairan pembentuk akan
mengubah mineral feldspar menjadi lempung
d. Karbonitisasi
Dihasilkan oleh intrusi atau pembentukan mineral karbonat setempat.
e. Chloritisasi
Mineral sebelumnya, umumnya mineral Alluminous Ferromagnesian Silicate
f. Epidotisasi
Perubahan mineral Alluminous Ferromagnesian Silicate menjadi epidot terdapat pada
chlorite.
g. Silisifikasi
Dihasilkan oleh introduksi silica dari larutan magmatic akhir.
h. Piritisasi
Suatu perubahan mineral Ferromagnesian menjadi Pirit.
2. Alterasi yang menghasilkan mineral sekunder, antara lain :
a. Sausiritisasi
Perubahan dari Ca-Plagioklas menjadi mineral Albite atau Oligoklas, Epidot, Kalsit,
Serisit dan mineral Zeolit.
b. Propilitisasi
Alterasi dicirikan oleh introduksi dan pembentukan setempat mineral Karbon, Silika,
Chlorite, Sulfida dan Epidote.
Terdapat beberapa tipe alterasi secara hydrothermal, menurut Hochtein adalah sebagai
berikut :
1. Alterasi Langsung (Pengendapan)
Jenis alterasi ini merupakan jenis yang paling umum, dan banyak mineral
hydrothermal yang ditemukan di lapangan panasbumi dapat terendapkan secara langsung dari
larutan.
2. Alterasi Replacement (Penggantian)
Kebanyakan batuan mengandung mineral utama yang tidak stabil. Mineral ini
memiliki kecendrungan untuk digantikan dengan mineral yang stabil pada kondisi yang baru.
Kecepatan penggantian sangat bervariasi dan tergantung pada permeabilitasnya.
3. Alterasi Leaching (Pelepasan)
Proses ini berlangsung di batas lapangan panasbumi, sehingga tidak umum terlihat
dalam core atau cutting yang diambil. Proses ini menyebabkan uap kondensat terasamkan
secara oksidasi dari gas H2S, menghancurkan batuan yang memiliki mineral pengganti
(attacks rock) yang melarutkan mineral primer tanpa mengganggu lubang-lubang
Hasil studi resistivity melalui alterasi hidrothermal (Hochstein dan Sharms, 1982)
mengelompokkan alterasi hidrothermal berdasarkan perubahan fisik pada core dan cutting
untuk mengetahui tingkat alterasi, antara lain :
1. Very Low atau unalter
2. Low
: 20 40 %
3. Medium
: 40 - 60 %
4. High
: 60 - 80 %
5. Very High
: 80 100 %
Batuan reservoir yang mengalami alterasi akan mengalami perubahan fisik, seperti :
1. Densitas
Pengendapan mineral secara langsung dan solution menjadikan batuan reservoir akan
meningkat densitasnya, sedangkan proses pelepasan akan mengurangi densitas.
2.3.1.1.
Batuan beku
Reservoir panasbumi seringkali terdiri dari batuan kristalin dan batuan metamorf,
kemudian debu vulkanik dan vulkanik cair. Batuan intrusi yang paling umum adalah basalt.
Umumnya batuan yang berwarna abu-abu gelap dan lava hitam disebut basalt, yang dibagi
menjadi oviline basalt dan felspatik basalt berdasarkan kristal mineralnya. Batuan piroklastik
adalah mineral yang berasal dari celah vulkanik akibat letusan. Jika batuan tersebut
tertransportasikan, terendapkan dan terkonsolidasi sebagian atau seluruhnya kemudian
tersedimentasikan akan membentuk batuan sediment piroklastik.
2.3.1.2.
Batuan Sedimen
Batuan sedimen merupakan batuan yang tersusun dari material hasil pelapukan batuan
induk. Komposisi batuan ini tergantung pada material asalnya. Karena pengendapan yang
berlangsung terus-menerus, menyebabkan terbentuknya tekanan (Overburden Pressure) serta
temperature akan bertambah sehingga terjadi proses diagenesa (kompaksi dan sementasi).
Komposisi batuan sedimen dipengaruhi oleh beberapa aspek, antara lain :
1. Sumber material pembentuk sedimentasi
2. Proses erosi
3. Kondisi fisik dan kimiawi tempat pengendapan
4. Proses lanjutan setelah mineral terendapkan
2.3.1.3.
Batuan Metamorf
Batuan metamorf yang terdapat pada lapangan panasbumi adalah Serpentinite dan
Talc. Batuan ini terbentuk akibat alterasi hidrothermal pada mineral Ferromagnesian oleh
magma dan biasa disebut sebagai Autometamorphism. Batuan ini terbentuk di daerah
dimana terjadi pencairan kembali dan membentuk batuan beku metamorf.
Proses metamorfosa di lapangan panasbumi dikenal sebagai alterasi. Mineral batuan
mengalami perubahan akibat temperature dan tekanan sangat tinggi sehingga terbentuk
mineral baru yang dapat dijadikan indikasi daerah temperatur tinggi, misalnya epidot,
piroksin dan lain sebagainya.
2.3.2. Komposisi Kimia Batuan Reservoir Panasbumi
Batuan reservoir panasbumi umumnya adalah batuan beku vulkanik yang berasal dari
pembekuan magma, sehingga komposisi kimia dari batuan reservoir tersebut tidak dapat
dipisahkan komposisi magma sebagai sumbernya.
Batuan beku ini tersusun dari : Si, Al, Mg, Fe, Ca, Na dan K serta Mn, P dan Ti dalam
jumlah yang sedikit. Elemen tersebut didampingi oleh oksigen dan sejumlah batuan dan
biasanya dilaporkan dalam bentuk komponen oksida (SiO2 dan Al2O3).
2.3.2.1.
1. Keluarga Basalt
Merupakan batuan reservoir beku luar yang bersifat basa dengan kandungan mineral
utama berupa Ca-Plagioklas dan Piroksin. Keluaga Basalt terdiri dari beberapa jenis
batuan, antara lain : Taleitic Basalt, High Alumina Basalt, Shasonite, Alkali Olivin Basalt.
2. Keluarga Basalt Trakit-Andesite Trakit
Batuan Vulkanik yang bersifat agak basa sampai intermediet, dengan mineral utama Augit.
Olivin jarang dijumpai. Dan batuan ini bersifat lebih felspatik (K2O + NaO tinggi dari
pada basalt), macam batuan ini : Basalt Traki, Andesite traki, Hawaiit.
3. Keluarga Andesite-Reolite
Merupakan batuan reservoir beku luar yang bersifat menengah hingga asam. Keluarga
Andesite-Reoloit ini terdiri dari : Porpirit-Andesite, Dasite-Riodasite,Riolit, Porpirit
Kuarsa, Latite.
4. Keluarga Trakit-Fenolite
Merupakan batuan beku luar menengah dengan total Na2O dan K2O tinggi, tetapi CaO
rendah, terdiri dari : Trakit dan Fenolite.
5. Keluarga Lamprofit
Merupakan batuan reservoir beku luar yang bersifat basa hingga ultra basa, kaya alkali, Fe,
Mg, bertekstur perfiritik dengan mineral ferromagnesian seperti Biotit sebagai kristal
sulung, Augit, Olivin dan feldspar.
6. Keluarga Nefelitit
Merupakan batuan reservoir beku luar yang berkomposisi dari basa hingga ultabasa,
mengandung Augit, pliin dan plagopit. Adanya Felspartoid mencirikan keluarga ini. Antara
lain : Nefelinit dan Leusit.
2.3.2.2.
menjadi :
1. Batuan Asam (acidic/silicic rock)
Merupakan batauan dasar reservoir yang mempunyai kandungan silica cukup tinggi (lebih
dari 60%). Contohnya granit dan riolit.
2. Batuan Basa (basic rock)
Merupakan batuan reservoir yang mempunyai kandungan silika antara 45% - 52% kaya
Mg, Fe dan Ca. Contoh gabro dan basalt.
3. Batuan Menengah (intermediate rock)
Merupakan batuan beku peralihan antara batuan beku asam dan basa dengan kandungan
silica antara 52% - 66%. Contohnya andesit dan diorite.
4. Batuan Ultrabasa
Merupakan batuan reservoir dengan kandungan silika rendah berkisar antara 40% - 45%.
2.3.2.3.
Felsic Rock, atau batuan terang yang merupakan batuan vulkanik yang terutama
terdiri dari mineral berwarna terang atau mempunyai indeks warna kurang dari 20%.
Contohnya Dasit-Riolit dan sebagainya, batuan ini umumnya kaya akan Ca, Fe, dan Mg.
2.
Mafik Rock atau batuan gelap, adalah batuan yang terutama terdiri dari
ferromagnesian atau mineral bewarna gelap dan mempunyai indeks warna antara 40% - 70%.
Contoh batuan ini adalah ini adalah Gabro, Basalt. Istilah gelap digunakan untuk mineral
Ferromagnesian atau bewarna gelap seperti Olivin, Piroksin, Horblende, Biotit dan Ryolit.
Umumnya batuan ini kaya akan kandungan kimia seperti Fe dan Mg.
3.
Intermediet Rock, merupakan batuan reservoar peralihan antara batuan terang dan
gelap, indeks warna sekitar 50% dan kaya akan SiO2, Ca Fe dan Ti.
4.
Ultramafic Rock atau batuan Ultra gelap, adalah batuan reservoir yang terutama
disusun oleh mineral gelap seperti Olivin, Orthoklas, Klinopiroksin, Amfibol dan mempunyai
indeks warna lebih dari 70% dan kaya akan unsur Ca dan K.
Klasifikasi batuan reservoir vulkanik berdasarkan indeks warna yang dimiliki oleh
tiap-tiap batuan dan indeks warna juga digunakan untuk menentukan kandungan dan sifat-
sifat kimia batuan. Hal ini disebabkan dari kejadian batuan tersebut yang berasosiasi dengan
mineral yang ada di permukaan bumi sewaktu terjadi letusan gunung berapi.
Densitas Batuan
Densitas batuan dari batuan berpori adalah perbandingan antara berat terhadap
Porositas
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan volume pori-pori (yaitu volume yang
volume pori
volume total batuan
Pada kenyataannya, porositas didalam suatu sistem panasbumi sangat bervariasi. Contohnya
didalam sistem reservoir rekah alami, porositas berkisar sedikit lebih besar dari nol, akan
tetapi dapat berharga sama dengan satu (1) pada rekahannya.
2.3.3.3.
Wettabilitas
Wettabilitas atau derajat kebasahan batuan didefinisikan sebagai sifat dari batuan yang
Suatu cairan dikatakan membasahi zat padat jika tegangan adhesinya positip ( < 90o),
yang berarti batuan bersifat water wet. Sedangkan bila air tidak membasahi zat padat maka
tegangan adhesinya negatip ( > 90o), berarti batuan bersifat oil wet.
2.3.3.4.
Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang ada antara
permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan atau cairan-gas) sebagai akibat
dari terjadinya pertemuan permukaan yang memisahkan kedua fluida tersebut. Besarnya
tekanan kapiler dipengaruhi oleh tegangan permukaan, sudut kontak antara uapairzat padat
dan jari-jari kelengkungan pori.
Pengaruh tekanan kapiler dalam sistem reservoir antara lain adalah :
1.
2.
Merupakan mekanisme pendorong air dan uap untuk bergerak atau mengalir melalui
pori-pori secara vertikal.
Pc = Ps Pw = (s - w) g h
Pc
2 cos
r
2.3.3.5.Saturasi
Saturasi merupakan fraksi fluida yang menempati pori-pori batuan reservoir. Pada
waktu sistem mengandung fasa cair dan uap dalam keadaan setimbang, maka kedua fasa
tersebut akan terjenuhi.
Secara matematis untuk saturasi masing-masing fasa dapat dihitung sebagai berikut :
SI
s x hs h
w x h hw x s x hs h
Sv = 1 SI
keterangan :
Sv
Vuap x100%
Vpori
SI
Vair x100%
Vpori
2.3.3.6. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai bilangan yang menunjukkan kemampuan batuan
untuk mengalirkan fluida pada media berpori. Definisi kuantitatif pertama kali dikembangkan
oleh Henry Darcy (1956) dalam bentuk sebagai berikut :
k dP
dx
2.4.
dimana fluida tersebut memiliki komposisi kimia serta sifat fisik tertentu. Dimana komposisi
kimia dan sifat fisik tersebut akan berpengaruh terhadap reservoir panasbumi.
Ion-ion dalam fluida reservoir dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Kation (ion-ion positif) terdiri dari :
Alkali, antara lain K+, Na+, Li+ yang membentuk basa kuat.
Metal alkali tanah, antar lain Br2+, Mg2+, Ca2+, Sr2+ membentuk basa lemah.
Ion hidrogen
Metal berat antara lain, Fe, Mn2+ membentuk basa yang terdisosiasi.
Kandungan besi sering digunakan untuk mengidentifikasi dan memonitor korosi dalam
sistem air. Endapan senyawa besi dapat mengakibatkan formasi plugging.
e. Barium adalah unsur yang mempunyai kemampuan untuk berkombinasi dengan ion
sulfat untuk membentuk ion insoluble yaitu Barium sulfat (BaSO4).
f. Strontium (Sr)
Seperti barium dan calsium, strontium dapat berkombinasi dengan ion sulfat untuk
membentuk insoluble strontium sulfat walaupun lebih soluble daripada barium sulfat,
storntium sering membentuk scale bercampur dengan barium sulfat.
2. Anion (ion-ion negatif), yang terdiri dari :
a. Clorite (Cl)
Ion clorite hampir selalu merupakan ion utama dalam air formasi dan muncul sebagai
unsur pokok dalam air tawar. Sumber utama ion clorite adalah natrium clorida (NaCl),
selanjutnya konsentrasi ion clhorida digunakan sebagai ukuran salinitas air.
b. Karbonat dan Bikarbonat
Ion-ion ini merupakan ion yang dapat membentuk scale yang insoluble (tidak dapat
larut dalam air). Konsentrasi ion karbonat kadang-kadang disebut Methyl Orange
Alkalinity.
c. Sulfat (SO4-)
Ion sulfat sering menimbulkan masalah, sebab ion ini mempunyai kemampuan untuk
bereaksi dengan calsium, barium, atau strontium untuk membentuk scale insoluble dan
juga membantu sebagai Food Substance yaitu pengurangan bakteri.
Ion-ion tersebut di atas akan bergabung diantara mereka berdasarkan empat sifat, yaitu :
1. Salinitas primer, yaitu jika alkali bereaksi dengan asam kuat akan membentuk garam
seperti NaCl dan Na2SO4.
2. Salinitas sekunder, jika alkali tanah bereaksi dengan asam kuat akan membentuk CaCl2,
MgSO4, MgCl2 dan CaSO4.
3. Alkalinitas primer, jika alkali bereaksi dengan asam lemah membentuk NaCO 3,
NaHCO3.
4. Alkalinitas sekunder, jika alkali tanah bereaksi dengan asam lemah membentuk garam
antara lain CaCO3, MgCO3, Ca(HCO3)2, dan Mg(HCO3)2.
Pada daerah mata air panas yang mendidih dengan keluaran utama adalah air,
umumnya sifat dasar dari air dari mata air dan sumur yang cukup dalam, air yang didapat
adalah sama. Kecuali unsur-unsur yang dikontrololeh temperatur reversible tergantung
kesetimbangan. Daerah dengan perbandingan unsur Clhorid, Lithium, Calsium, Flouride,
Iodide, Bromide, Arsenic atau Boron dalam air dengan unsur-unsur dalam, mempunyai suatu
perbedaan dengan mata air di permukaan. Perbedaan ini kebanyakan disebabkan karena
konsentrasi unsur-unsur utama pembentuk batuan mengalami perubahan, unsur utama ini
antara lain adalah Magnesium, Alumunium, Besi, Mangaan yang semua mempunyai
konsentrasi rendah.
2.4.1.2.
Secara umum fluida reservoir meliputi air, uap, dan NCG (Non Condensable Gas).
a. Air Sebagai Fluida Reservoir
Air sebagai fluida reservoir mempunyai komposisi yang berbeda-beda dan secara
kimia dibagi menjadi empat macam dengan komposisi yang paling umum terdapat di
dalamnya. Sedangkan uap adalah cairan yang karena adanya pengaruh temperature yang
tinggi berubah wujudnya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil dan ringan tetapi masih
memiliki komposisi kimia yang sama dengan air. Berdasarkan komposisi kimianya air dapat
dibagi menjadi empat macam yaitu Alkali Chloride Water, Acid Sulfate Water, Acid SulfateChloride Water, Bicarbonat Water.
b. Impuritis
Selain air dan uap air fluida reservoir panasbumi juga mengandung zat pengotor
(impuritis).
Zat impuritis ini dapat berupa Condensable gas dan Non Condensable gas.
Gas condensable adalah gas yang timbul pada saat flashing terjadi bersatu dengan uap
air.
Akan tetapi ketika temperatur semakin turun gas tersebut terkondensasi dan kembali
bercampur dengan air, contoh gas condensable adalah gas oksigen. Sedangkan gas non
condensable merupakan zat impuritis yang terjadi setelah geothermal brine mengalami
flashing.
Gas non condensable yang umum terdapat dalam geothermal brine adalah CO 2, H2S, CH4, H2,
N2 dan NH3.
2.4.2. Sifat Fisik Fluida Reservoir Panasbumi
Dalam teknik reservoir panasbumi, fluida yang terlibat adalah air dan uap air yang
mempunyai sifat-sifat fisik seperti : densitas, tegangan permukaan, viskositas, spesifik
volume.
2.4.2.1.
Densitas Fluida
Densitas atau kerapatan massa adalah perbandingan antara berat dengan satuan volume.
Satuan dari densitas adalah massa / volume, dan biasanya dinyatakan dalam satuan kg/m3.
Berdasarkan fasanya, densitas pada fluida reservoir panasbumi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1.
2.
1)
1
490,386
0,04703
P
1
551,74
0,0887
P
1
211,075
0,00294
P
1
237,483
0,005537
P
4,55504 T
B
P
....(2.34)
Keterangan :
P
= tekanan, atm
= temperature, oK
= T-1
Bo
g1 (t)
g2 (t)
g3 (t)
Secara praktis, besarnya densitas fasa cair dan fasa uap dapat langsung dibaca pada
tabel uap (steam table). Akan tetapi untuk menghitung densitas campuran, , dapat dihitung
berdasarkan persamaan berikut ini :
= v S v + S
Keterangan :
v = densitas uap, kg/m3
Sv = saturasi uap
l = densitas air, kg/m3
S = saturasi air
2.4.2.2.
Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan air formasi panasbumi sangat dipengaruhi oleh keadaan
reservoir seperti tekanan dan temperatur, dimana pengaruh dari tekanan sangatlah kecil.
Pengaruh unsur-unsur terlarut dalam air formasi panasbumi akan mempengaruhi tegangan
permukaan
Semakin besar konsentrasi unsur-unsur terlarut maka semakin besar tegangan permukaan
larutan encer pada temperatur 30oC.
w 0,0757 Tc T
2.4.2.3.
0,776
Viskositas
Viskositas merupakan ukuran keengganan fluida untuk mengalir yang berhubungan
langsung dengan tipe, ukuran dan struktur molekul yang menyusun fluida. Fluida panasbumi
merupakan fluida Newtonian yang mempunyai harga viskositas konstan yang tidak
terpengaruh oleh besarnya geseran ( Shear Rate) yang terjadi dan tidak mempunyai harga
yield stress tertentu dari tahanan dalam yang harus diberikan agar fluida dapat mengalir
seluruhnya.
Persamaan-persamaan penentuan viskositas fasa cair dengan pendekatan yang
berdasarkan pada viskositas air murni yang dikoreksi terhadap air formasi panasbumi.
2.4.2.4.
Spesifik Volume
Volume spesifik didefinisikan sebagai perbandingan antara volume dengan massa
2.5.
Internal energy atau energi dalam (U) adalah ukuran jumlah total panas yang
disimpan dalam material per unit massa (U v, Ul). Sedangkan enthalpi adalah penjumlahan
dari internal energi dengan kerja yang tersimpan dalam material akibat adanya tekanan (h v,
hl).
hv = Uv + (P/v)
hl = Ul + (P/l)
Keduanya mempunyai
satuan yang sama, yaitu energi per massa (J/kg, kJ/kg). Harga
enthalpi untuk uap adalah enthalpi air dijumlahkan dengan panas latent penguapan (hlv).
2.5.2. Enthalpy
Apabila ditinjau lebih lanjut mengenai entalpi, untuk kondisi reservoir panasbumi
sebenarnya sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia fluidanya. Sebagai contoh dalam fasa
cair akan dipengaruhi oleh kandungan garam yang terlarut di dalamnya.
Entalpi air formasi dapat dihitung dengan mengintegrasi kapasitas panas air formasi
panasbumi untuk selang temperatur 0oC yaitu To sampai temperatur yang dimaksud T.
T
h c B dT
T0
keterangan :
h
dQ
rev
T
dS
dQ
rev 0
T
dS
2.6.
parameter ini menciptakan suatu kondisi fluida di dalam reservoir yang akan menentukan
apakah fasa fluida reservoir tersebut liquid (cair), uap (steam) atau mungkin dalam kondisi
saturasi yaitu dua fasa (uap dan air). Kedua parameter tersebut juga mempengaruhi semua
kegiatan eksploitasi, seperti teknik pemboran dan teknik produksi.
2.6.1. Tekanan Reservoir Panasbumi
Tekanan reservoir adalah tekanan yang diberikan oleh fluida yang mengisi rongga
reservoir, baik uap, air ataupun gas. Tekanan Reservoir pada lapangan panasbumi pada
umumnya abnormal sampai subnormal, yaitu berkisar antara 0.433 Psi/ft (Ksc/10 m), atau
mengikuti gradient kolom air. Tekanan reservoir dapat diakibatkan oleh beberapa hal seperti
tekanan overburden, tekanan hidrostatik, dan tekanan formasi.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan di reservoir panasbumi adalah KPG (Kuster
Pressure Gauge), yang dimasukkan ke dalam lubang bor setelah pemboran selesai. Alat ini
dapat juga mengukur tekanan pada tiap interval kedalaman.
2.6.1.1.
Tekanan Overburden
Tekanan overburden merupakan tekanan yang diakibatkan oleh berbagai jenis batuan
dan fluida yang berada didalam ruang pori-pori batuan tersebut. Beban tersebut
mengakibatkan tekanan pada batuan yang berada di bawahnya. Tekanan overburden akan
bertanbah besar dengan bertambahnya kedalaman dimana gradien pertambahan tekanan yang
terbesar atau maksimum adalah 1.35 psi/ft atau 0.312 kg cm-2 m-1.
2.6.1.2.
Tekanan Hidrostatik
Gradien tekanan hidostatik diakibatkan oleh fluida yang berada dalam pori-pori dan
berat kolom fluida secara vertikal, besar dan bentuk kolom fluida tersebut tidak
mempengaruhi besarnya tekanan. Tekanan ini dapat dihitung dengan rumus :
Ph = 0,0052 h
2.6.1.3.
Tekanan Formasi
Tekanan formasi juga disebabkan oleh tekanan fluida pada formasi tertentu. Selain
tekanan tinggi, seringkali ditemukan pula tekanan formasi yang sangat rendah di bawah
tekanan hidrostatik. Tekanan ini disebut sebagai tekanan sub-normal. Pada lapangan
panasbumi, fenomena ini terjadi pada daerah yang mengalami subsidence, dimana jumlah air
isian (recharge) yang masuk lebih kecil dibanding fluida yang terproduksi di sumur-sumur
produksi lainnya.
Temperatur Rendah
geothermal dengan enthalpy yang rendah diketahui berasal dari aquifer cekungan Paris,
Perancis (La geothermie en France, 1978) dan di cekungan Pannonian,
2.6.2.2.
Temperatur Tinggi
Sistem ini terjadi pada berbagai situasi. Sistem ini lebih sering dihubungkan dengan
lingkungan batuan andesitic, dacitic, dan rhyolitic daripada jika dibandingkan dengan erupsi
(letusan) basaltic (McNitt, 1970). Banyak lapangan geothermal mempunyai struktur yang
diproduksikan oleh aktivitas tektonik, seperti halnya rekahan, formasi graben, atau lembahlembah, tetapi tidak mempunyai hubungan yang nyata terhadap pusat vulkanik yang khusus.
2.7.
geopressured
system, hydrothermal system, magmatic system dan hot dry rock system.
2.7.1.1.
Sistem Hidrothermal
Sistem ini terdiri dari air dan atau uap bertemperatur tinggi yang tersimpan dalam
batuan permeabel dan porous. Akibat sirkulasi secara konveksi, air dan atau uap akan
mengalir melalui patahan-patahan atau rekahan dan tertrans-portasikan ke dekat permukaan,
dimana gaya yang menyebabkan aliran ini adalah gaya apungan (buoyancy) gravitasi karena
perbedaan densitas.
A.J. Ellis dan W.A.J. Mahon (1977) mengklasifikasikan hydrothermal system
menjadi :
1. Cyclic system
Aquifer ini berasal dari air meteorik selama periode yang panjang pada kedalaman formasi
mengalami pemanasan dan keluar kepermukaan. Cyclic system harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
Adanya formasi batuan yang menjamin sirkulasi air pada kedalaman tertentu.
Waktu yang cukup serta adanya daerah sirkulasi panas yang memungkinkan air terpanasi.
kualitas yang baik. Pada sistem ini panas diambil dari batuan kristalin yang permeabilitasnya
rendah yang disebut dengan hot dry rock. Gambar 2.28 menerangkan skema dari sistem Hot
Dry Rock. Panas ini menyebabkan terjadinya gradien geothermal sebesar 2 oC/100 m.
Temperatur bumi atau gradien geothermal ini akan naik terhadap kedalaman. Namun
teknologi yang ada sekarang belum mampu untuk mengeksploitasi sistem ini.
Gambar 2.28
Skema Sistem Hot Dry Rock 5)
2.7.1.3.
Sistem Magmatik
Sistem ini didapatkan pada kedalaman minimal 3 kilometer di daerah vulkanik. Jika
Sistem Geopressure
Geopressure reservoir biasanya ditemukan pada sedimentary basin yang cukup dalam,
dimana sedimennya sangat kompak terjadi dalam waktu geologi yang panjang dan terdapat
cap rock yang efektif seperti shale. Kompaksi yang melebihi keadaan normal akan
menyebabkan keluarnya air dari pori-pori lempung.
Pada beberapa sistem geopressured, tekanan fluida mendekati berat keseluruhan
batuan penutup (lithostatic pressured). Sistem air dengan tekanan tinggi dapat disetarakan
dengan gradien temperatur di atas batas normal karena bertambahnya kapasitas panas jenis
batuan yang menekan air. Fluida geopressure biasanya mempunyai konsentrasi gas terlarut
yang tinggi. Hampir seluruh sinclinal basin yang besar di dunia merupakan zona
geopressure.
2.7.2. Berdasarkan Fasa Fluida
Berdasarkan jumlah fasanya, reservoir panasbumi dapat dikelompokkan menjadi
reservoir satu fasa dan dua fasa. Klasifikasi reservoir panasbumi berdasarkan fasa fluida yang
dihasilkan dapat dibagi menjadi : liquid dominated system, vapor dominated system dan
superheated system.
2.7.2.1.
tinggi karena reservoir ini sebagian tidak mempunyai cap rock yang dapat menahan
temperatur dan tekanan serta air dari luar, sebagian lagi mempunyai cap rock namun air panas
menjadi turun temperaturnya. Sehingga reservoir satu fasa (liquid system) dapat dibagi
menjadi dua yaitu : sistem air hangat (warm water system) dan sistem air panas (hot water
system).
1. Sistem air hangat (warm water system).
oC, pendidihan
oC.
Gambar 2.29
Kondisi Air pada Tekanan dan Temperatur Reservoir (Whiting dan Ramey) 5)
2.7.2.2.
Reservoir sistem dua fasa berisi campuran air dan uap. Apabila produksi air lebih
banyak daripada uap disebut liquid dominated system, apabila sebaliknya disebut vapour
dominated system. Reservoir sistem ini mempunyai temperatur berkisar antara 200-300C.
1. Liquid Dominated System
Pada sistem ini uap yang keluar adalah uap basah. Uap ini dihasilkan oleh proses flashing
pada saat tekanan turun dalam sumur ataupun dalam reservoir. Dalam reservoir dua fasa
bagian terdalam terdapat lapisan cairan panas pada keadaan netral.
Temperatur bervariasi antara 220 300 oC. Pada kondisi ini gradien temperatur akan relatif
tetap setelah mencapai titik didihnya, sehingga fluida yang terdapat pada reservoir sudah
berwujud uap. Seperti pada Gambar 2.30.
Gambar 2.30
Kondisi Tekanan dan Temperatur Reservoir Liquid Dominated 10)
2. Vapour Dominated System
Pada sistem ini tekanan tidak terlalu tinggi namun masih di atas tekanan atmosfer jadi
memungkinkan fluida ini seluruhnya menjadi uap. Terdapat pada bagian atas lapisan dua
fasa.ada bagian ini fasa cair sangat jarang, menyebar luas dan immobile (Gambar 2.32).
Contoh sistem ini adalah Larderello dan Amiata (Italia), Kamojang. Temperatur fluida
berkisar antara 250-320 oC. Oleh karena itu untuk sistem ini fluida reservoir masih
berwujud air panas. Seperti pada Gambar 2.31.
Gambar 2.31
Kondisi Tekanan dan Temperatur Vapour Dominat 10)
Gambar 2.32
Skema Sistem Reservoir Vapour Dominated
2.7.2.3.
10)
Pada reservoir jenis ini, fluida berada pada temperatur yang sangat tinggi tetapi
dengan tekanan yang tidak terlalu tinggi. Tekanan yang tidak terlalu tinggi disebabkan oleh
telah turunnya tekanan reservoir karena diproduksikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada diagram fasa.
Fluida superheated ini dapat diamati dengan mengamati sejarah produksi suatu sumur
yang memuat data tekanan dan temperatur. Keadaan superheated dimulai pada saat terjadi
dry-out tekanan dan temperatur.
Hal ini ditandai dengan, jika dilakukan plot sejarah produksi (tekanan dan temperatur
terhadap tahun) maka setelah sekian lama akan terdapat kenaikan temperatur yang drastis
sedangkan tekanannya mengalami penurunan.
Keadaan pada saat tekanan turun dan temperatur naik secara drastis inilah yang
disebut sebagai dry-out. Setelah keadaan ini terjadi, fluida telah sepenuhnya berada dalam
keadaan uap kering superheated.
2.7.3. Berdasarkan Temperatur
2.7.3.1.
Semi-Thermal Field
Reservoir semi thermal mempunyai temperatur sampai 100 oC dengan kedalaman
antara 1 - 2 km. Panas reservoir ini tidak cukup tinggi karena sebagian besar tidak
mempunyai cap rock sehingga fluida mudah menerobos ke permukaan.
Thermal gradient dan kedalaman aquifer yang permeabel pada semithermal field
seharusnya cukup untuk menimbulkan arus sirkulasi konvektif, tetapi suhu bagian atas
reservoir tidak mungkin lebih dari 100 oC karena tidak adanya cap rock untuk menekan
hingga terjadi pressure build-up di atas tekanan atmosfer dan mungkin karena tercampur
dengan air tanah yang dingin dari aquifer yang dangkal.
2.7.3.2. Hyper-Thermal Field
Hyperthermal field membutuhkan lima unsur dasar yaitu : sumber panas, bed rock,
aquifer atau zona permeabel, sumber air dan cap rock. Hyper thermal reservoir dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu : Dry Hyperthermal dan Wet Hyperthermal Field
berdasarkan fasa fluidanya, model hyperthermal field dapat dilihat dalam Gambar 2.33.
Gambar 2.33
Model Hyerthermal Field
3)
Gambar 2.34
Hubungan Antara Enthalpi, Temperatur dan Kualitas
Campuran Uap/Air Yang Jenuh
3)
Fluida yang terproduksi (uap dan air) pada suatu sumur dipengaruhi oleh tekanan kepala
sumurnya (WHP) dan juga tergantung pada suhu dan tekanan reservoir serta
permeabilitasnya, maka setiap sumur akan memiliki suatu sifat aliran tersendiri.
Kharakteristik dari setiap sumur tidak tetap dan produksinya selalu cenderung menurun
sebagai fungsi dari waktu. Kurva-kurva pada Gambar 2.35. tersebut, semuanya
menggambarkan keadaan awal pengembangan lapangan.
Gambar 2.35
Hubungan antara Tekanan dan Suhu untuk Uap Jenuh 3)
2. Dry Hyper-thermal Field
Reservoir ini mempunyai temperatur sangat tinggi, namun tekanannya tidak setinggi
tekanan pada wet hyperthermal yang memungkinkan air dalam reservoir jenis ini berubah
menjadi uap seluruhnya. Jika terjadi hubungan antara permukaan dengan reservoir melalui
lubang bor, maka sebagian uap jenuh akan berubah menjadi uap superheated.
Uap dari lapangan ini agak superheated maka tidak ada hubungan antara WHP dan
WHT, serta enthalpi merupakan fungsi dari WHP dan WHT ini.
2.7.4. Berdasarkan Jenis Fluida Reservoir
Berdasarkan jenis fluidanya, reservoir panasbumi terdiri dari Air Klorida, Air Asam
Sulfat, Air Asam Sulfat-Klorida, Air Bikarbonat. Pembagian jenis fluida lebih jelas terlihat
seperti pada Gambar 2.36.
Gambar 2.36
Diagram Cl, SO4, dan HCO3 Yang Terdapat Pada
Fluida Geothermal 4)
2.7.4.1.
Air Klorida
Garam terlarut dalam air ini umumnya berupa sodium dan potassium chloride
walaupun kadang-kadang ditemukan calcium dalam konsentrasi yang kecil. Air ini juga
mengandung silika dalam konsentrasi yang tinggi, dan terdapat pula dalam konsentrasi yang
cukup berarti seperti sulfat, bicarbonate, fluoride, ammonia, arsenic, lithium, rubidium,
calcium dan asam borate.
Perbandingan chloride dan sulfat biasanya cukup tinggi dan pH berkisar dari daerah
yang asam sampai ke daerah yang cukup basa (pH 5 9 ). Gas yang terlarut dalam air ini
terutama karbondioksida dan hydrogen sulfide. Air ini seringkali didapatkan di daerah-daerah
yang terdapat spring (mata air) atau daerah yang ada aktivitas geyser dan daerah yang banyak
terdiri dari batuan volkanik dan sedimen
2.7.4.2.
pada daerah vulkanik, dimana uap dibawah 400oC mengembun ke permukaan air. Hidrogen
sulfide dari uap kemudian teroksidasi menjadi sulphate. Air Asam Sulfat didapat di daerahdaerah dimana uap akan naik dari air bawah tanah dengan temperature tinggi dan di daerah
vulkanik, pada fasa pendinginan hanya karbondioksida dan gas sulfur tetap akan naik
bersama uap melalui batuan. Unsur-unsur yang terdapat dalam air ini biasanya lepas dari
dinding-dinding batuan disekelilingnya.
2.7.4.3.
Air Bikarbonat
Air panas yang mengandung chloride dengan kadar yang rendah dapat terjadi dekat
permukaan di daerah vulkanik dimana uap yang mengandung karbondioksida dan hydrogen
sulfide mengembun ke dalam aquifer. Pada kondisi yang diam air bereaksi dengan batuan
mengahasilkan larutan bicarbonate atau bicarbonate sulphate dengan pH netral.
2.7.5. Berdasarkan Entalphi
Jenis reservoir berdasarkan entalphi dapat dikelompokan menjadi entalphi rendah,
entalphi menengah, dan entalphi tinggi. Pengelompokan ini sesuai dengan temperature fluida
produksi dan fasa fluidanya.
2.7.5.1.
Entalphi Rendah
Apabila suhu reservoir tidak mencapai titik didih fluida pada tekanan tertentu,
umunya pada sumur reservoir panasbumi adakalanya dapat terjadi fluida yang terproduksi
hanya satu fasa, yaitu air panas.
pembangkit karena hanya menghasilkan air panas, sedangkan untuk menggerakkan turbin
membutuhkan fluida satu fasa yaitu uap (steam), jadi biasanya dimanfaatkan sebagai sarana
pengeringan hasil pertanian, kolam mandi air panas, pemanas ruangan, dan lain sebagainya.
2.7.5.2.
Entalphi Menengah
Reservoir panasbumi jenis ini memiliki suhu melebihi titik didih fluida pada kondisi
reservoir tetapi mengalami penurunan tekanan dan temperature dalam perjalanannya menuju
permukaan. Karena itu fluida yang keluar dari sumur produksi menghasilkan fluida dua fasa
(uap dan air), akan tetapi fasa uapnya lebih kecil prosentasenya dibandingkan dengan fasa
cairnya, hal ini dapat juga disebut sebagai Liquid Dominated. Contoh dari lapangan
panasbumi enthalpi menengah seperti Dieng (Liquid Diminated System).
2.7.5.3.
Entalphi Tinggi
Yang disebut sebagai fluida reservoir panasbumi yang memiliki entalphi tinggi adalah
Lapangan panasbumi yang menghasilkan uap panas kering (superheated steam) dan reservoir
sistem vapour dominated. Pada reserevoir jenis ini memiliki temperature reservoir yang
melebihi titik didih dari air pada tekanan tertentu sehingga air yang ada di reservoir berubah
fasa menjadi uap. Fluida tersebut diproduksikan lewat sumur produksi dalam kondisi satu
fasa uap, tetapi apabila fluida mengalami penurunan tekanan yang cukup besar maka fluida
tersebut dapat berubah menjadi fluida dua fasa. Dengan prosentase fasa cair lebih kecil
dibandingkan dengan fasa uapnya.