Anda di halaman 1dari 15

F2.

UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN


Kunjungan Rumah Pasien Demam Berdarah Dengue

LATAR BELAKANG MASALAH

Penyakit Demam berdarah merupakan salah satu penyakit yang sudah ada lama di
dunia. Seiiring dengan perkembangan global di bidang pelayaran dan industri pengiriman
barang melalui laut di abad ke 18 dan 19, kota-kota pelabuhan bertambah dengan pesat dan
menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan nyamuk vektor bagi penyakit
demam berdarah. Nyamuk dan virus yang berperan dalam penyakit ini terus menyebar ke
berbagai daerah baru dan telah menyebabkan banyak epidemi di seluruh dunia. Salah satu
epidemi demam berdarah yang paling pertama terjadi di daerah Asia Tenggara.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) juga merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat penting di Indonesia karena sering menimbulkan suatu letusan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang besar. Wabah ini bisa menyerang siapa
pun yang disebabkan faktor utamanya oleh virus dengue, dimana masuk ke peredaran darah
manusia melalui gigitan nyamuk dari Aedes aegypti .Di Indonesia nyamuk penular (vektor)
penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris,
tetapi sampai saat ini yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti.
Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58
orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu
penyakit DBD menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah kasus dan luas daerah
terjangkit penyakit DBD, kecuali daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di
atas permukaan laut. Wabah ditemukan di daerah tropis dan subtropis penjuru dunia,
terutama saat musim hujan dan lembab, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi
setiap tahunnya terdapat 75.000.000 lebih kasus infeksi virus dengue di belahan dunia ini.
Faktor yang mempengaruhi kejadian dan penularan penyakit DBD antara lain faktor
pejamu (host), faktor virus (agent), dan faktor lingkungan (environment). Faktor host antara
lain kerentanan terhadap infeksi yang dipengaruhi oleh imunitas tiap individu. Faktor agent
yaitu sifat dari virus dengue (Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4). Faktor environment antara

lain kondisi geografis, kondisi demografis, dan kondisi lingkungan biologis yaitu kepadatan
nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama virus dengue. Vaksin maupun obat untuk
penyakit DBD sampai saat ini belum ditemukan, sehingga satu-satunya cara untuk mencegah
penyakit ini adalah dengan memutuskan rantai penularan. Cara memutus rantai penularan
adalah dengan pemberantasan vektor dewasa dengan pengasapan

(fogging) dan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Peran serta masyarakat dalam hal ini terutama dalam
program PSN yaitu dengan melakukan 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air/bak
mandi, menutup rapat-rapat tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang
dapat menampung air hujan secara teratur seminggu sekali, plus memburu dan membunuh
jentik nyamuk dengan abatisasi, mengenakan kelambu, menggunakan obat nyamuk,
memasang kawat kasa, dan menutup lubang potongan bambu (Depkes, 2009). Keberhasilan
PSN ini dapat diukur dengan indikator Angka Bebas Jentik (ABJ), yaitu persentase jumlah
rumah bebas jentik dibandingkan dengan jumlah rumah yang diperiksa. Perilaku kesehatan
masyarakat untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya faktor pengetahuan masyarakat sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Lawrence Green (Kresno, 2007).
Target program pencegahan DBD di Indonesia adalah untuk menurunkan angka
kesakitan DBD sampai kurang dari 10/100.000 penduduk untuk daerah non-endemis dan
kurang dari 30/100.000 untuk daerah endemis, menurunkan angka kematian DBD sampai
kurang dari dua persen, serta meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) sampai 95%. Program
Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) DBD merupakan upaya kongkret dari Puskesmas
dalam upayanya mereduksi angka kejadian DBD. Semakin baik pelaksanaan program
tersebut, akan memberikan dampak yang positif terhadap status kesehatan masyarakat
khususnya terkait penyakit DBD.
Oleh karena itu pemerintah membuat suatu program pengasapan (fogging) melalui
puskesmas sebagai salah satu upaya untuk memberantas DBD. Program pengasapan
(fogging) P2M puskesmas terlaksana bila terdapat laporan kasus DBD dari UGD Puskesmas
atau terdapat pasien DBD yang masuk rumah sakit daerah ataupun luar daerah. Kemudian
dilakukan pelacakan kasus, penyelidikan epidemiologi yaitu bila terdapat pasien DBD
disertai ada penderita DBD lain di lokasi penderita (20 rumah sekitar penderita) atau ada
penderita panas tanpa sebab jelas sebanyak 3 orang dan ada jentik atau trombosit <
100.000. Jika salah 1 syarat itu terpenuhi, maka Surat Keputusan Pelayanan DBD di P2M
Puskesmas dikeluarkan. Kemudian para tenaga medis puskesmas melakukan penyuluhan,
abatisasi dan fogging pada daerah yang terkait tersebut.

TUJUAN DAN TARGET KEGIATAN


Tujuan Umum:
Setelah dilakukan kunjungan rumah diharapkan mampu mengetahui tentang cara-cara
pencegahan penyakit DBD dan dapat melakukan penanganan awal penyakit DBD serta dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan Khusus:
1.
2.
3.
4.
5.

Menjelaskan pengertian DBD


Menjelaskan tentang penyebab DBD
Menjelaskan tentang gejala DBD
Menjelaskan cara menangani DBD
Menjelaskan cara melakukan penanganan awal DBD serta mencegah komplikasi yang

dapat terjadi.
6. Menjelaskan tentang peran serta masyarakat program Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) yaitu dengan melakukan 3M Plus
Target Kegiatan:
Melakukan kunjungan rumah untuk menurunkan angka kejadian DBD.

Sasaran Kegiatan
Pasien yang menderita DBD
Intervensi Kegiatan
Melakukan home visite (kunjungan rumah) untuk menurunkan angka kejadian DBD

LAPORAN KEGIATAN HOME VISITE


1. Identitas Pasien
a.

Pribadi
Nama

: An. S

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 5 tahun

Alamat

: Blega

Berat Badan

: 15 kg

Tanggal Pemeriksaan

: 11 Juli 2013

b. Keluarga
Anggota Keluarga

: 4 orang, terdiri dari :

Ayah

: Tn. A, 28 tahun, swasta

Ibu

: Ny. S, 26 tahun, Ibu Rumah Tangga

Pasien

: An. S, 5 tahun

Nenek

: Ny. B, 56 tahun, Ibu Rumah Tangga

c. Budaya
Etnis / suku

: Madura

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Islam

1. Anamnesa
Keluhan Utama : Demam sejak 5 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien demam sejak 5 hari yang lalu, dirasakan demam tinggi dan hilang timbul.
Pasien juga juga mengeluh sakit kepala sejak 2 hari yang lalu. Nyeri juga dirasakan pasien di
sekitar bola mata sejak 2 hari yang lalu dan disertai rasa panas. Nyeri pada sendi dan otot
sejak 2 hari yang lalu dan semua badan dirasakan pegal pegal. Perut terasa mual sejak 2
hari yang lalu tapi tidak disertai muntah. Gusi tidak berdarah, hidung tidak berdarah. Tidak
batuk pilek. Tidak nyeri telan. Nafsu makan menurun sejak sakit. BAK berwarna kuning
jernih dan BAB lancar berwarna coklat.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit serupa.
Riwayat gizi :
Berat badan awal sebelum sakit

: (tidak ditimbang)

Berat badan selama sakit

: 15 kg

Pola makan

: Makan sehari 3x, nasi, lauk, sayur. Buah sangat


jarang, susu (+). Nafsu makan menurun sejak
sakit demam.

Riwayat Sosial :
Pasien tinggal serumah dengan ayah, ibu, dan nenek. Di keluarga tidak ada yang sakit
seperti pasien. Keluarga pasien tinggal di perkampungan padat penduduk. Tetangga
sekitar rumah tidak ada yang menderita sakit serupa.
Kondisi Rumah :

Rumah dihuni oleh orang tua pasien, paasien, dan nenek pasien

Rumah permanen, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi di dalam rumah, 1 tempat mencuci
pakaian.

Lantai rumah dari keramik, ventilasi dan sirkulasi udara kurang baik, pencahayaan
kurang

Kamar pasien dan nenek pasien tidak ada penangkal nyamuk. Kamar pasien banyak
berserakan pakaian dan kain kain, serta barang barang menumpuk dimana mana
dan tidak ada ventilasi udara dan sirkulasi udara

WC di dalam rumah

Listrik ada

Sumber air PDAM

Terdapat tumpukkan barang-barang tidak terpakai seperti mainan yang sudah rusak,
bangku plastik, papan kayu di ruangan depan kamar mandi

Bak air di dalam kamar mandi dan di tempat mencuci pakaian terlihat kurang bersih
dan kamar mandi hanya di kuras 1 x / bulan

Sampah di letakkan di halaman depan rumah sebelum diangkut petugas sampah


Kesan : Higiene dan sanitasi buruk

2. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum

: sedang

Kesadaran

: compos mentis

Vital sign

: Nadi

: 88x/menit, reguler, kuat angkat

Frekuensi nafas

: 24x / menit

Suhu

: 38 C

Berat badan

: 15 kg

Kepala dan leher


Kulit kepala

: normal, tidak ada kelainan

Rambut

: pendek, tebal, hitam

Kulit wajah

: normal.

Mata:

: Conjunctiva : anemis (-)


Sclera

: icterus (-)

Pupil

: dalam batas normal

Mata cowong: (-) / (-)


Hidung & cavum nasi : pernafasan cuping hidung (-)
Mulut

: mukosa mulut dan lidah basah. Sianosis (-)

Telinga: dalam batas normal


KGB

: tidak ada pembesaran

Thorax
Cor

: Inspeksi

: ictus tidak tampak.

Palpasi

: ictus ICS V MCL Sinistra.

Perkusi

: batas jantung normal.

Auskultasi

: irama teratur, bising tidak ada.

Pulmo : Inspeksi

: retraksi (-), gerak dada simetris.

Palpasi

: simetris, fremitus raba +/+

Perkusi

: sonor / redup

Auskultasi

: vesikuler normal/ normal, wheezing -/-, rhonchi -/-

Abdomen
Inspeksi

: perut tidak membuncit, tidak ada distensi

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Palpasi

: hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kuit normal,


didapatkan nyeri tekan

Perkusi

: timpani

Ekstremitas
Akral

: teraba hangat, refilling kapiler baik

Edema

: tidak ada

3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (10 juli 2013)
Hb : 15,3 gr% (12 -16 gr / dl)
Hct : 47,9 % (38 47 %)
LED : 50 mm / jam (0 20 mm / jam)
Leukosit : 6000 / l (4500 10.700 / l)
Trombosit : 90.000 / l ( 150.000 400.000 / l)
4. Pemeriksaan Keluarga
Rumah pasien ditinggali 4 orang yaitu pasien, orang tua pasien dan nenek pasien.
Biologis keluarga
Keadaan kesehatan keluarga : kurang
Kebersihan perorangan

: mandi dua kali, ganti pakaian 1x sehari

tidak

Penyakit kronis/ menular

:-

Pola makan

: 3 kali sehari; nasi; sayur; lauk: tempe, tahu, Ikan,


daging ( jarang ), buah (jarang).

Pola istirahat

: cukup

Psikologis keluarga
Keadaan emosi

: ramah

Kebiasaan buruk

: tidak ditemukan

Pengambil keputusan

: orang tua pasien

Ketergantungan obat

: tidak ditemukan

Rekreasi

: tidak pernah

Spiritual keluarga
Ketaatan beribadah

: taat beribadah

Keyakinan dalam kesehatan : bila sakit, pasien akan berobat ke puskesmas Blega
Sosiokultural
Adat yang mempengaruhi keluarga : tidak ditemukan
Percaya hal tabu

: tidak ditemukan

5. Pemeriksaan Lingkungan
Deskripsi keadaan rumah dan lingkungan
Rumah
Jenis rumah

: Rumah pribadi

Dinding

: tembok

Atap

: genteng

Lantai

: keramik

Cahaya

: kurang

Jalan angin

: kurang, hanya pada bagian depan rumah.

Jendela

: kurang

Air minum
Asal

: PDAM

Nilai air

: Bersih dan jernih

Air minum

: Dimasak

Pembuangan sampah

: Ada, setiap hari ada petugas yang mengambil


sampah

Jamban dan kamar mandi


Jamban

: Ada

Kamar mandi

: Ada

Kebersihan

: Kurang

Pekarangan dan selokan

: pekarangan ada, selokan tidak ada

6. Analisis
Predisposing factor

Keadaan rumah pasien yang kurang sehat ( lembab, padat, ventilasi dan cahaya

kurang).
Hygiene sanitasi yang kurang baik
Menumpuknya barang barang tidak terpakai di dalam rumah
Kamar pasien berserakan pakaian dan barang barang, tidak ada ventilasi dan

sirkulasi udara
Bak air kamar mandi hanya dikuras 1x / bulan

Enabling factor

Jarak antara rumah pasien dan puskesmas Blega 300 meter.


Pasien berasal dari keluarga menengah ke bawah

Reinforcing factor

Petugas kesehatan yang ramah


Kondisi puskesmas yang nyaman
Pelayanan puskesmas yang memuaskan dan bersahabat

Holistic analysis
Environment
Lingkungan fisik

: Tampak keadaan tempat tinggal pasien yang sempit,


lembab, dan kurang bersih. Pencahayaan dalam rumah
kurang, ventilasi dan sirkulasi juga kurang.

Host

Lingkungan sosial

: Pasien sering bermain bersama tetangganya

Lingkungan ekonomi

: Keluarga pasien dengan ekonomi menengah kebawah

Status gizi pasien cukup, imunitas tubuh kurang


Agent
Agent biologis berupa virus dengue.

7. Diagnosis
Diagnosa keluhan utama : Demam Berdarah Dengue derajat I
Diagnosa Banding

: Demam Chikungunya

8. Intervensi / Terapi
Planning Diagnosis
-

Pemeriksaan serologis Dengue (Ig G dan Ig M)

Planning Terapi
-

Tirah Baring
Diet TKTP
Infus Rl 7 tpm
Inj. Cefotaxime 2 x 250 mg iv
Inj. Ranitidine 2 x ampul iv
Inj. Norages 3 x ampul iv

Planning Monitoring dan Edukasi


1. Health promotion
Health education
Pasien dan keluarganya diberi edukasi mengenai bahaya penyakit Demam
Berdarah Dengue, penyebab terjadinya, cara mengatasi, dan pencegahan penyakit,
juga dilakukan edukasi mengenai pentingnya hygiene dan sanitasi.
Gizi
Pemberian makanan yang bergizi mencakup syarat 4 sehat 5 sempurna, sesuai
dengan kemampuan ekonomi pasien untuk meningkatkan kesehatan maupun daya
tahan tubuh pasien.
Rumah sehat
Memberikan penjelasan tentang hubungan antara kondisi rumah dengan
kesehatan tubuh. Memberikan penjelasan tentang kriteria rumah sehat. Yang perlu
dilakukan adalah :

Ventilasi : perlu diupayakan untuk membuat tambahan berupa jendela yang

dapat dibuka dan ditutup terutama di kamar-kamar.


Pencahayaan : dengan membuat jendela, maka pencahayaan akan lebih baik.

Membuat genteng kaca meningkatkan jumlah sinar yang masuk


Kelembapan : membuat jendela akan mengurangi kelembapan di rumah.
Kebersihan kamar mandi : menguras bak air kamar mandi dan membersihkan

kamar mandi minimal 1x dalam seminggu


Kebersihan ruangan dan kamar tidur : membereskan barang barang yang
sudah tidak terpakai, membereskan barang barang di kamar tidur pada
tempatnya

2. Specific protection
Personal hygiene dan sanitasi lingkungan
Memasang alat penangkal nyamuk untuk di kamar tidur seperti kelambu, obat
nyamuk dan memakai lotion anti nyamuk. Kebersihan perorangan dan
lingkungan perlu ditingkatkan lagi. Untuk sanitasi lingkungan perlu adanya
penambahan ventilasi untuk jalan keluar masuknya udara dan cahaya di
rumah.
3. Early diagnosis dan prompt treatment
Menjelaskan tentang gejala-gejala yang timbul pada penyakit Demam Berdarah
Dengue. Selain itu, menjelaskan pada pasien tentang cara mencegah terjadinya
komplikasi dan rencana pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.
Segera periksa ke puskesmas bila didapatkan demam tinggi yang idak turun selama
berhari - harit. Jika ada keluarga yang mengalami gejala sakit seperti pasien segera
bawa ke puskesmas.
4. Disability limitation
Pengobatan yang memadai untuk menghentikan proses penyakit dan mencegah
komplikasi. Selain itu juga diperlukan kesadaran terhadap kebersihan diri dan
lingkungan tempat tinggal.

Lampiran 1
Denah Rumah

10

3
1

Keterangan :
1. Teras rumah
2. Toko
3. Garasi
4. Ruang tamu
5. Ruang keluarga
6. Kamar pasien dan keluarga
7. Gudang
8. Kamar mandi
9. Tempat mencuci pakaian
10. Dapur
11. Kamar nenek pasien
Lampiran 2

11

Foto Rumah Pasien

Anda mungkin juga menyukai