Anda di halaman 1dari 22

Makalah PKn Sistem Pemerintahan RI

Makalah
Sistem Pemerintahan Negara
Republik Indonesia

Oleh
Kelompok 2
Afifah Mahyuri
Ika Ratna Sari

Nanda Pratama
Nurfazrina
Riska Yulia Dewi

SMA YAYASAN PERGURUAN


LETJEN. S. PARMAN
T.A 2013/2014

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam

makalah ini kami akan membahas mengenai Sistem Pemerintahan Negara


Republik Indonesia.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai pengumpulan data dan beberapa
bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan

hambatan

selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Medan, 05 Oktober 2013
Peyusun

Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

A. Latar Belakang ......................................................................................

B. Rumusan Masalah .................................................................................

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................

BAB II SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA RI................................

A. Pengertian Sistem Pemerintahan ...........................................................

B. Sistem Pemerintahan Negara RI............................................................

I.

Pembagian Kekuasaan Negara menurut UUD 1945.....................

1.1. Sebelum Perubahan......................................................................

1.2. Setelah Perubahan........................................................................

II.

12

Sistem Checks dan Balances menurut UUD 1945......................

BAB III PENUTUP .................................................................................. 14


3.1.Kesimpulan .................................................................................................
3.2.Saran ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16

14

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah

Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan
negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem
pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis.
Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu
akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk
memprotes hal tersebut.

Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga
tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga
kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan
yang kontiniu dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam

pembangunan sistem pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit negara yang
bisa mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh. Secara sempit,Sistem
pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda pemerintahan
guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya perilaku
reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri. .
Pembagian kekuasaan pemerintahan seperti didapat garis-garis besarnya dalam
susunan ketatanegaraan menurut Undang-Undang Dasar 1945 adalah bersumber
kepada susunan ketatanegaraan Indonesia asli, yang dipengaruhi besar oleh pikiranpikiran falsafah negara Inggris, Perancis, Arab, Amerika Serikat dan Soviet Rusia.
Aliran pikiran itu oleh Indonesia dan yang datang dari luar, diperhatikan sungguhsungguh dalam pengupasan ketatanegaraan ini, semata-mata untuk menjelaskan
pembagian kekuasaan pemerintahan menurut konstitusi proklamasi.
Pembagian kekuasaan pemerintah Republik Indonesia 1945 berdasarkan ajaran
pembagian kekuasaan yang dikenal garis-garis besarnya dalam sejarah ketatanegaraan
Indonesia; tetapi pengaruh dari luar; diambil tindakan atas tiga kekuasaan, yang
dinamai Trias Politica, seperti dikenal dalam sejarah kontitusi di Eropa Barat dan
amerika Serikat.

B.
1.

Rumusan Masalah

Apa Pengertian Sistem Pemerintahan ?

2.

Bagaimana Sistem Pemerintahan di Indonesia ?

3.

Bagaimana Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Indonesia ?

4.

Bagaimana Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 ?

5.

Bagaimana Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Menurut UUD 1945 ?

6. Bagaimana Sistem Check and Balances Menurut UUD 1945 ?

C.

Tujuan Penulisan

Maksud penyusunan makalah ini adalah sebagai penambah wawasan dan pengetahuan
tentang Sistem Pemerintahan Indonesia dari sebelum amandemen hingga sesudah
amandemen.
Dan bertujuan agar kita semua lebih mengenal sistem Pemerintahan Indonesia
serta dapat ikut berpartisipasi didalamnya.Serta juga untuk menyelesaikan tugas makalah
PKN.

BAB II

Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia


A.

Pengertian Sistem Pemerintahan

Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata system dan pemerintahan.
Kata system merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris) yang berarti
susunan, tatanan, jaringan, atau cara. Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata
pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah. Dan dalam Kamus Bahasa Indonesia,
kata-kata itu berarti:

a. Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatau


b. Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, Negara.
c. Pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah

Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan
oleh badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam rangka
mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit, pemerintahan adalah
perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam
rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Sistem pemerintaha diartikan sebagai
suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling
bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan.

Kekuasaan dalam suatu Negara menurut Montesquieu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
:

Kekuasaan Eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan undang-undang atau

kekuasaan menjalankan pemerintahan.

Kekuasaan Legislatif yang berarti kekuasaan membentuk undang-undang

Kekuasaan Yudikatif yang berarti kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas

undang-undang.
Komponen-komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislatif
dan yudikatif. Jadi, system pemerintaha negara menggambarkan adanya lembagalembaga negara, hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam
mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan.
Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara.
Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan social. Lembaga-lembaga yang berada dalam satu system
pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling menunjang untuk terwujudnya
tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia.

B.

Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia


Tidak satupun pasal dalam UUD 1945 yang menyebutkan dengan tegas bahwa

sistem pemerintahan Negara RI adalah sistem presidensial.

Namun prinsip sistem

presidensial dapat kita pahami dari adanya ketentuan-ketentuan UUD 1945, sebagai
berikut :

1.

Pasal 4 ayat 1 UUD 45 : Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan


pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar

2.

Pasal 17 ayat 1 : Presiden dibantu oleh menteri Negara

3.

Pasal 17 ayat 2 : Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden

4.

Pasal 17 ayat 3 : Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan

5.

Pasal 17 ayat 4 : Pembentukan, pengubahan dan pembubaran kementerian Negara


diatur dalam undang-undang
Dari ketentuan UUD 45 di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia
menganut system pemerintahan presidensial :

1.

Presiden sebagai kepala negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan.

2.

Presiden adalah pihak yang menyusun kabinet atau dewan menteri.

3.

Para menteri bertanggung jawab kepada presiden bukan kepada DPR atau parlemen.

4.

Masa jabatan menteri tergantung kepercayaan dari presiden. Presiden dapat mengganti
menteri yang dipandang tidak mampu melaksanakan tugas, karena presiden memiliki

hak prerogative.
Apabila kita bicara sistem pemerintahan Indonesia pada awal
kemerdekaan, menurut ketentuan UUD 1945, maka sistem pemerintahan Indonesia
bersifat Presidensial dalam arti bahwa para menteri tidak bertanggung jawab pada badan
legislative atau parlemen/DPR, tetapi hanya bertindak sebagai pembantu presiden. Akan
tetapi pada waktu itu MPR, DPR, dan DPA belum ada atau terbentuk sehingga presiden
juga memegang kekuasaan legislative yang dibantu oleh

KNIP (Komite Nasional

Indonesia Pusat).
Sistem pemerintahan Indonesia pernah mengalami perubahan menjadi sistem
Parlementer, sejak bulan November 1945, berdasarkan Maklumat Pemerintah tanggal 14
November 1945, yaitu tanggung jawab politik terletak di tangan para menteri. Inilah
dasar dianutnya sistem Pemerintahan Parlementer di Indonesia sampai dengan
dikeluarkannya dekrit presiden tangal 5 Juli 1959. Pada masa ini sistem politik dalam
negeri tidak stabil karena menganut sistem banyak partai, sehingga mengakibatkan
pergantian kabinet berkali-kali.
Sejak tanggal 27 Desember 1949 Negara Kesatuan RI berubah menjadi
( Republik Indonesia Serikat-RIS), menurut konstitusi RIS presiden adalah sebagai
kepala negara dan Kepala pemerintahan di tangan Perdana Menteri. Lembaga Negara di
masa RIS adalah presiden, dewan menteri, senat, DPR, MA, dan BPK. Presiden tidak
dapat salah atau dipersalahkan atau (The King can do no wrong). Kabinet bertanggung
jawab pada parlemen.
Begitu juga dengan sistem pemerintahan pada masa

UUD Sementara 1950

adalah menganut sistem parlementer dengan lembaga negaranya adalah Presiden,

Menteri-menteri, DPR, MA, dan DPA. Menurut UUDS 1950, Presiden sebagai kepala
Negara dan tanggung jawab pemerintahan ditangan perdana Menteri bersama para
menterinya. Presiden tidak bisa diganggu gugat.

I.

Pembagian Kekuasaan Negara menurut UUD 1945


Susunan organisasi negara adalah alat-alat perlengkapan negara atau lembaga-

lembaga negara yang diatur dalam UUD 1945 baik baik sebelum maupun sesudah
perubahan. Susunan organisasi negara yang diatur dalam UUD 1945 sebelum
perubahan yaitu :
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
(2) Presiden
(3) Dewan Pertimbagan Agung (DPA)
(4) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
(5) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
(6) Mahkmah Agung (MA)
Badan-badan kenegaraan itu disebut lembaga-lembaga Negara. Sebelum
perubahan UUD 1945 lembaga-lembaga Negara tersebut diklasifikasikan, yaitu MPR
adalah lembaga tertinggi Negara, sedangkan lembaga-lembaga kenegaraan lainnya
seperti presiden, DPR, BPK, DPA dan MA disebut sebagai lembaga tinggi Negara.

Sementara itu menurut hasil perubahan lembaga-lembaga negara yang terdapat


dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut:
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
(2) Presiden
(3) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
(4) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
(5) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
(6) Mahkmah Agung (MA)
(7) Mahkamah Konstitusi (MK)
Secara institusional, lembaga-lembaga negara merupakan lembaga kenegaraan
yang berdiri sendiri yang satu tidak merupakan bagian dari yang lain. Akan tetapi,
dalam menjalankan kekuasaan atau wewenangnya, lembaga Negara tidak terlepas atau
terpisah secara mutlak dengan lembaga negara lain, hal itu menunjukan bahwa UUD
1945 tidak menganut doktrin pemisahan kekuasaan.
Dengan perkataan lain, UUD 1945 menganut asas pembagian kekuasaan dengan
menunjuk pada jumlah badan-badan kenegaraan yang diatur didalamnya serta
hubungan kekuasaan diantara badan-badan kenegaraan yang ada, yaitu;

1.1.

Sebelum Perubahan

MPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, mempunyai kekuasaan untuk

menetapkan UUD, GBHN, memilih Presiden dan Wakil Presiden serta mengubah
UUD

Presiden, yang berkedudukan dibawah MPR, mempunyai kekuasaan yang luas

yang dapat digolongkan kedalam beberapa jenis:

Kekuasaan penyelenggaran pemerintahan;

Kekuasaan didalam bidang perundang undangan, menetapakn PP, Perpu;

Kekuasaan dalam bidang yustisial, berkaitan dengan pemberian grasi,

amnesti, abolisi dan rehabilitasi;

Kekuasaan dalam bidang hubungan luar negeri, yaitu menyatakan perang,

membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain, mengangkat duta


dan konsul.

DPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat mempunyai kekuasaan utama, yaitu

kekuasaan membentuk undang-undang (bersama-sama Presiden dan mengawasi


tindakan presiden.

DPA, yang berkedudukan sebagai badan penasehat Presiden, berkewajiban

memberikan jawaban atas pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul kepada
pemerintah

BPK, sebagai counterpart terkuat DPR, mempunyai kekuasaan untuk

memeriksa

tanggung

jawab

keuangan

Negara

dan

hasil

pemeriksaannya

diberitahukan kepada DPR.

MA, sebagai badan kehakiman yang tertinggi yang didalam menjalankan

tugasnya tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah.

1.2.

Setelah Perubahan

MPR, Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi

negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK, menghilangkan
kewenangannya menetapkan GBHN, menghilangkan kewenangannya mengangkat
Presiden (karena presiden dipilih secara langsung melalui pemilu), tetap berwenang
menetapkan dan mengubah UUD, susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari
anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang
dipilih secara langsung melalui pemilu.

DPR, Posisi dan kewenangannya diperkuat, mempunyai kekuasan membentuk

UU (sebelumnya ada di tangan presiden, sedangkan DPR hanya memberikan


persetujuan saja) sementara pemerintah berhak mengajukan RUU, Proses dan
mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah, Mempertegas fungsi DPR,
yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai mekanisme
kontrol antar lembaga negara.

DPD, Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan

kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya


utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR,
keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan negara Republik Indonesia,

dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu, mempunyai


kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan kepentingan
daerah.
BPK, Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD,
berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan
daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum, berkedudukan di ibukota negara dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi, mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi
pengawas internal departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.
Presiden, Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara
pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat
sistem pemerintahan presidensial, Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan
kepada DPR, Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja,
Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan
pertimbangan DPR, kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus
memperhatikan

pertimbangan

DPR,

memperbaiki

syarat

dan

mekanisme

pengangkatan calon presiden dan wakil presiden menjadi dipilih secara langsung oleh
rakyat melui pemilu, juga mengenai pemberhentian jabatan presiden dalam masa
jabatannya.
Mahkmah Agung,Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kekuasaan
kehakiman, yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan
hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat (1)], berwenang mengadili pada tingkat kasasi,

menguji peaturan perundang-undangan di bawah Undang-undang dan wewenang lain


yang diberikan Undang-undang.di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam
lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan
militer dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), badan-badan lain yang
yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam Undang-undang
seperti : Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara dan lain-lain.
Mahkamah Konstitusi, Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian
konstitusi (the guardian of the constitution), Mempunyai kewenangan: Menguji UU
terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus
pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan putusan
atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil
presiden menurut UUD, Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masingmasing oleh Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden,
sehingga mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif,
legislatif, dan eksekutif.
Atas dasar itu, UUD 1945 meletakan asas dan ketentuan-ketentuan yang
mengatur hubungan-hubungan (kekuasaan) diantara lembaga-lembaga
negara tersebut. Hubungan hubungan itu adakalanya bersifat timbal
balik dan ada kalanya tidak bersifat timbal balik hanya sepihak atau
searah saja.

II.

Sistem Checks and Balances menurut UUD 1945

Didalam konstitusi negara republik Indonesia (UUD 1945) telah mengatur tentang sistem
checks and balances antara lembaga-lembaga negara baik itu lembaga eksekutif,
legislatif, maupun yudikatif. Secara umum sistem check and balances menurut UUD
1945 dapat digambarkan sebagai berikut :

TABEL: SISTEM CHECKS AND BALANCES MENURUT UUD 1945

Dalam melaksanakan uji materi atau judicial review, yakni menentukan apakah isi
suatu peraturan baik itu Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan
Presiden (Perpres), Peraturan Daerah (Perda) dan aturan lainnya yang diatur dalam
undang-undang, sudah sesuai atau tidak dengan peraturan perundang-undangan yang ada
diatasnya. Oleh sebab itu yang diuji ialah isi/substansi/materi suatu peraturan perundangundangan, hak inilah yang disebut dengan hak judicial review (uji materi).
Institusi/ lembaga yang mengawal dan menjaga konstitusi secara yuridis formal,
biasanya mempunyai hak menguji secara material undang-undang, yakni menguji suatu
undang-undang apakah bertantangan dengan peraturan yang lebih tinggi yaitu UUD atau
tidak. Fungsi dasar institusi tersebut, adalah untuk menjaga dan mengawasi agar suatu
peraturan yaitu undang-undang tidak sampai melebihi atau bahkan mengurangi ketentuan
yang ada pada UUD, selain itu juga agar tidak sampai terjadi penyimpangan terhadap
UUD oleh si pembuat undang-undang atau peraturan lainnya. Dalam sistematika
ketatanegaraan RI hak tersebut diatas hanya dimiliki oleh mahkamah konstitusi, dan
bukan oleh mahkamah agung RI.
Beda halnya dengan mahkamah agung, mahkamah ini hanya diberikan wewenang
yang boleh dikatakan terbatas karena hanya menguji peraturan yang ada dibawah undangundang. Dengan kata lain, mahkamah agung hanya mempunyai kewenangan untuk
menetapkan sah atau tidaknya suatu peraturan dibawah undang-undang, dengan suatu
asumsi bahwa bertentangan dengan peraturan perundang-undang yang lebih tinggi

derajadnya.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan

Sistem pembagian kekuasaan di negara Republik Indonesia jelas dipengaruhi oleh ajaran
Trias Politica yang bertujuan untuk memberantas tindakan sewenang-wenang penguasa
dan untuk menjamin kebebasan rakyat. Undang-undang Dasar 1945 menganut ajaran
Trias Politica karena memang dalam UUD 1945 kekuasaan negara dipisah-pisahkan, dan
masing-masing kekuasaan negara terdiri dari Badan legislatif, yaitu badan yang bertugas
membentuk Undang-undang, Badan eksekutif yaitu badan yang bertugas melaksanakan
undang-undang, Badan judikatif, yaitu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan
Undang-undang, memeriksa dan megadilinya
Menurut UUD 1945 penyelenggaran negara pelaksanaannya diserahkan kepada suatu alat
perlengkapan negara seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK), Mahkmah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK).


Lembaga-lembaga negara merupakan lembaga kenegaraan yang berdiri sendiri yang satu
tidak merupakan bagian dari yang lain. Akan tetapi, dalam menjalankan kekuasaan atau
wewenangnya, lembaga Negara tidak terlepas atau terpisah secara mutlak dengan
lembaga negara lain, hal itu menunjukan bahwa UUD 1945 tidak menganut doktrin
pemisahan kekuasaan, dengan perkataan lain, UUD 1945 menganut asas pembagian
kekuasaan dengan menunjuk pada jumlah badan-badan kenegaraan yang diatur
didalamnya serta hubungan kekuasaan diantara badan-badan kenegaraan yang ada.
Sistem pembagian kekuasan yang di anut oleh Republik Indonesia saat ini tidak tertutup
kemungkinan akan berubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia, dengan di
amandemen UUD 1945 tahun 1999-2004 menunjukan terjadinya perubahan dalam
penyelenggaraan negara, namun semua itu tetap dalam kerangka kedaulatan rakyat
diatas segalanya.

B.

Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun

penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih
banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, dan kami juga butuh saran/ kritikan
agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa
sebelumnya.

http://lavenderpurplee.blogspot.com/2013/12/makalah-pkn-sistem-pemerintahan-ri.html

Anda mungkin juga menyukai