1. Efek Tyndall
Sifat pengahamburan cahaya oleh koloid di temukan oleh John Tyndall, oleh karena itu sifat ini
dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall digunakan untuk membedakan system koloid dari larutan
sejati, contoh dalam kehidupan sehari hari dapat diamati dari langit yang tampak berwarna biru
atau terkandang merah/oranye.
Selain itu contoh lainnya adalah pada koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka sinar
dihamburkan oleh system koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati hal ini dapat dilihat
terdapat berkas sinar pada larutan. Larutan koloid kanji memiliki partikel-partikel koloid relatif
besar untuk dapat menhamburkan sinar dan sebaliknya Na2Cr2O7 memiliki partikel-partikel
yang relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi sedikit kecil dan sulit diamati.
2. Gerak Brown
Dibawah mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya. Jika pergerakan titik
cahaya atau partikel tersebut diikuti, partikel itu bergerak terus-menerus dengan gerakan zigzag.
Hal ini pertama kali diamati oleh Robert Brown (1773-1858), seorang ahli botani inggris pada
tahun 1827. Ia sedang mengamati butiran sari tumbuhan pada permukaan air dengan mikroskop.
Partikel koloid dalam medium pendispersinya disebut gerak brown.
Bagaimana gerak brown dijelaskan?
Partikel partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut bersifat acak seperti pada zat
cair dan gas. Sistem koloid dengan medium pendipersi zat cair atau gas, partikel-partikel
menghasilkan tumbukan. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Partikel koloid cukup
kecil, tumbukan cenderung tidak seimbang. Dan menyebabkan perubahan arah partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown. Semakin besar ukuran
partikel, semakin lambat gerak brown.
Gerak Brown dipengerahui oleh suhu. Semakin tinggi suhu system, koloid, semakin besar energi
kinektik yang dimiliki partikel medium. Akibatnya, gerak Brown dari partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3. Adsorpsi koloid
Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas akan
terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi adsorpsi terkait dengan penyerapan partikel pada
permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel
pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar Karenna
partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini telah digunakan dalam berbagai
proses seperti penjernihan air.
Koloid protein
Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-COOH) dan
biasa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan pada molekul protein.
Pada ph rendah , gugus basa NH2 akan menerima proton dan membentuk gugus NH3. Ph
tinggi, gugus COOH akan mendonorkan proton dan membentuk gugus COO-. Pada pH
intermediet partikel protein bermuatan netral karena muatan NH3+ dan COO- saling
meniadakan.
Koloid sabun dan deterjen
Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung membentuk partikel berukuran
koloid yang disebut misel. Zat yang molejulnya bergabung secara spontan dalam suatu fase
pendispersi dan membentuk partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi.
Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-Na+.
Anion R-COO- terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor non-polar tidak
larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat.
b. Kestabilan koloid
Muatan partikel koloid adalah sejenis cenderung karena sering tolak-monolak.
c. Lapisan bermutar ganda
Permukaan partikel Koloid mendapat muatan bahwa partikel-partikel. lapisan bermuatan listrik
ini selanjutnya akan menarik ion-ion dengan
Bagaimana sebenarnya struktur dari lapisan bermuatan ganda ini?
Permukaan lapisan ganda ini mengikuti model Helmoslzt. Sekarang model yang lebih akurat
adalah :
Lapisan padat : koloid menarik ion-ion dengan muatan yang berlawanan.
Lapisandifusi : merupakan lapisan dimana muatan berlawanan dari medium pendispersi difusi
d. Elektroforesis
Partikel koloid sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalm medan listrik.
Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektrofesis.
Femonema elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan partikel koloid.
5. Koagulasi
Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila
muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan.
Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya disebut Koagulasi.
Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat dilakukan empat cara yaitu :
a. Menggunakan prinsip elektroforesis
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke electrode dengan
muatan berlawanan. Ketika partikel mencapai electrode, maka partikel akan kehilangan
muatannya.
b. Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Sistem koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan negatif,
kedua koloid tersebut akan saling mengadsorpsi menjadi netral maka terbentuk kogulasi.
c. Penambahan elektrolit
Elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan
menarik ion positif dari elektrolit. Partikel koloid yang bermuatan positif akan menarik ion
negatif dari elektrolit. Menyebabkan partikel koloid tersebut dikelilingi lapisan kedua yang
memiliki muatan berlawanan.
d. Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan
molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan lepasnya elekrolit yang teradsorpsi pada
permukaan koloid.
6. Koloid pelindung
Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara
pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel
suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan iystem koloid sol, yaitu:
- Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati
yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi
partikel-partikel berukuran koloid.
halaman utama
Sifat-Sifat Koloid
Kata Kunci: adsorbsi, efek tyndall, gerak brown, koagulasi, koloid
Ditulis oleh Redaksi chem-is-try.org pada 11-04-2009
c. Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion atau
senyawa yang lain.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi yang artinya
penyerapan sampai ke bawah permukaan).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2.
d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara
kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
e. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium pendispersinya cairan.
Koloid Liofil:
sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya besar terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat
Koloid Liofob:
sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya kecil terhadap medium pendispersinya.
Sistem koloid, yang terdiri dari koloid sol, emulsi, dan buih masingmasing mempunyai sifat-sifat tertentu. Untuk lebih jelasnya, mari
kita simak penjelasan berikut ini:
1.
Koloid Sol
A.
1.
Sol Padat
Sol 2.
Sol3.
B.
1.
Efek Tyndall
(1820-1893),
seorang
ahli
fisika
larutan
sejati, partikel-partikelnya
2.
Gerak Brown
3.
Adsorpsi koloid
4.
bermuatan
ini
akan
menarik
ion-ion
dengan
muatan
a.
i.
Proses Adsorpsi
ii.
a.
H+
-NH3+
H+
COO
COO-
-NH3+
b.
b.
Kestabilan Koloid
tolak-menolak
yang
mencegah
partikel-partikel
koloid
c.
Pada
mempunyai
didapatkannya
awalnya,
partikel-partikel
muatan
yang
dari
ion
yang
sejenis
diadsorpsi
koloid
yang
dari
d.
Elektroforesis
listrik.
Pergerakan
ini
disebut
gambar,
terlihat
bahwa
partikel-partikel
koloid
e.
Koagulasi
maka
akan
terjadi
penggumpalan
dan
dan
pengendapan
ini
disebut
koagulasi.
Penetralan partikel koloid dapat dilakukan dengan 4 cara,
yaitu
1.
2.
3.
Penambahan elektrolit
4.
Pendidihan
Kenaikan
suhu
sistem
koloid
menyebabkan
jumlah
f.
Koloid pelindung
Sifat-Sifat
Sol Liofil
Sol Liofob
Pembuatan
Dapat dibuat
langsung dengan
mencampurkan fase
terdispersi dengan
medium
terdispersinya
Muatan partikel
Adsorpsi medium
pendispersi
Partikel-partikel sol
liofil mengadsorpsi
medium
pendispersinya.
Terdapat proses
solvasi/ hidrasi, yaitu
terbentuknya lapisan
medium pendispersi
yang teradsorpsi di
sekeliling partikel
Partikel-partikel sol
liofob tidak
mengadsorpsi
medium
pendispersinya.
Muatan partikel
diperoleh dari
adsorpsi partikelpartikel ion yang
bermuatan listrik
sehingga
menyebabkan
partikel sol liofil tidak
saling bergabung
Viskositas
(kekentalan)
Penggumpalan
Tidak mudah
Mudah menggumpal
menggumpal dengan dengan penambahan
penambahan
elektrolit karena
elektrolit
mempunyai muatan.
Sifat reversibel
Reversibel, artinya
Irreversibel artinya
fase terdispersi sol
sol liofob yang telah
liofil dapat
menggumpal tidak
dipisahkan dengan dapat diubah menjadi
koagulasi, kemudian sol
dapat diubah kembali
menjadi sol dengan
penambahan
medium
pendispersinya.
Efek Tyndall
Memberikan efek
Tyndall yang lemah
Memberikan efek
Tyndall yang jelas
Migrasi dalam
medan listrik
Dapat bermigrasi ke
anode, katode, atau
tidak bermigrasi
sama sekali
Akan bergerak ke
anode atau katode,
tergantung jenis
muatan partikel
C.
1.
Metode Kondensasi
beberapa
reaksi
kimia,
yaitu
dekomposisi
rangkap,
a. a.
Metode kondensasi
i.
ksi dekompi.
As2O3
3 H2S
AgNO3
ii. ii.
HCl
Reaksi Hidrolisis
AlCl3
3H2O
FeCl3
3H2O
iii. iii.
Reaksi redoks
2AuCl3 + 3HCHO
3HCOOH
iv. iv.
Penggantian pelarut
2.
Metode Dispersi
i.Car
i.
Mekanik
ii. ii.
Cara peptisasi
menjadi
system
koloid
dengan
adalah
elektrolit,
terutama
yang
NiS
-
AgCl
-
endapan Al(OH)3
D.
1.
Dialisis
partikel
Percobaannya
koloid)
dengan
disebut
menaruh
sistem
diasis.
koloid
pada
selaput
2.
Elektrodialisis
3.
Penyaring Ultra
2.
Koloid Emulsi
1.
2.
Emulsi Cair
1.
Demulsifikasi
Kestabilan
pendinginan,
emulsi
proses
cair
dapat
sentrifugasi,
rusak
akibat
penambahan
pemanasan,
elektrolit,
dan
Pengenceran
Emulsi
dapat
diencerkan
dengan
penambahan
sejumlah
medium pendispersinya.
3.
cair
terperangkap
dalam
lubung-lubang
struktur
tersebut.
Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi:
1.
Gel elastis
Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah
2.
Gel non-elastis
Gel yang bersifat tidak elastis, artinya tidak berubah jika diberi
gaya. Contoh adalah gel silika.
3.
Koloid Buih
1.
mengikat
gelembung-gelembung
gas
sehingga
diperoleh
Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar.
2.
Buih Padat