Kelogisan
Bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
5. Kesatuan atau Kepaduan
Maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi
yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan
rasa kemanusiaan. (efektif)
6.
Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
sumber; http://dayintapinasthika.wordpress.com/2013/01/02/contoh-kalimat-efektifdan-kalimat-tidak-efektif/
Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi,
tidak hanya berdimensi ekonomi tapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan
dimensi budaya
3. Pengontrasan kata kunci
Informasi ini tidak bersifat sementara, tetapi bersifat tetap.
Peserta kegiatan ini adalah laki-laki, bukan perempuan.
4. Partikel Penegas
Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu
Meskipun hujan turun, Ia tetap bersemangat berangkat ke sekolah
4. KEHEMATAN KATA
o Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu jadi kata
menjadi padat berisi.
Dapat dilakukan dengan cara:
o Menghilangkan pengulangan subyek o Menghindarkan pemakaian superordinat
pada hiponimi kata
o Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
o Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak
6.KELOGISAN
o Kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal dan
penulisannya sesuai EYD.
Contoh:
o Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki
o Kepada ibu Intha, waktu dan tempat kami persilakan.
o Jalur ini terhambat oleh iring- iringan jenazah.
Kalimat baku merupakan sekelompok kata yang sesuai dengan tata aturan kaidah
bahasa, sedangkan pengertian kalimat tidak baku adalah sebaliknya. Ada sejumlah
situasi yang harus menggunakan kalimat baku, seperti wawancara teknis,
komunikasi resmi, berbicara dengan orang yang terhormat, dan berbicara di depan
umum.
Contoh kalimat baku
1. Dia sudah tahu segala risiko dalam pekerjaannya.
2. Ayah mempersilakan masuk seorang tamu.
3. Gembreng membeli obat di apotek.
4. Pemandangan alam di sana sangat memesona.
* Kemantapan dinamis yaitu berupa kaidah atau aturan 2 yang tetap baik menurut
situasi pemakai dan pemakainnya serta bahasa menurut strukturnny
* Kecerdasan : proses pencendekiaan dapat menampung aspirasi melalui ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kehidupan modern dg menggunakan bahasa indonesia
yang baik dan benar.
Ciri khusus Bhs Indonesia
* Gramatikal : Penggunaan fungsi gramatikal ditandai ( subyek, predikat, obyek )
Contoh kepala
Sebuah kalimat dapat dikategorikan sebagai kalimat baku jika memenuhi syaratsyarat: (1) struktur kalimat, (2) bentukan kata, (3) makna kalimat, dan (4) kaidah
ejaan. Keempat syarat tersebut harus dipenuhi. Jika ada yang tidak terpenuhi,
kalimat tersebut tidak dapat disebut kalimat baku.
Struktur Kalimat
Syarat struktur kalimat adalah syarat yang berhubungan dengan kaidah-kaidah
kalimat. Berikut ini beberapa kaidah kalimat yang sering diabaikan sehingga kalimat
yang kita buat bukanlah sebuah kalimat baku.
Memiliki S dan P
Kalimat baku harus memiliki S dan P. Ketidakhadiran S atau P menyebabkan
kalimat tidak baku.
(1) Dalam rapat itu membahas masalah kenaikan gaji pegawai.
Mengubah kata kerja membahas dalam kalimat itu menjadi dibahas sehingga
kalimat itu menjadi
(1b) Dalam rapat itu dibahas masalah kenaikan gaji pegawai.
KPS
Menambahkan kata lain, misalnya kata terjadi, yang akan berfungsi sebagai P
(2b) Kecelakaan lalu lintas itu terjadi sebab kecerobohan sopir.
SPK
Pada kalimat tersebut terdapat konjungsi subordinatif jika dan maka. Konjungsi jika
dan maka menandai bahwa klausa yang mengikuti konjungsi tersebut merupakan
klausa terikat yang merupakan perluasan unsur K. Jadi, kalimat tersebut tidak
memiliki S dan P sebab unsur yang ada pada kalimat tersebut semuanya K. Jika
dipolakan akan terlihat polanya seperti di bawah ini
Agar menjadi kalimat baku, yang dapat dilakukan terhadap kalimat tersebut adalah
menghilangkan salah satu konjungsinya tergantung pada hubungan antarklausa
yang dikehendaki.
Kalimat (3b) juga merupakan hasil perbaikan kalimat (3), hanya yang dihilangkan
adalah konjungsi jika dan hubungan antarklausa yang terjadi adalah hubungan
akibat.
Berdasarkan polanya terlihat bahwa kalimat (4) adalah kalimat aktif transitif, tetapi
kalimat itu menjadi tidak baku sebab antara P dan O-nya terdapat preposisi
tentang. Agar menjadi kalimat baku, semestinya preposisi tentang pada kalimat itu
dihilangkan sehingga kalimat menjadi
Bila kita ingin mempertahankan preposisi tentang, P kalimat (4) harus diubah
menjadi kata kerja berpartikel. Agar menjadi kata kerja berpartikel, kata
mendiskusikan diubah menjadi berdiskusi sehingga kalimat menjadi
Jadi, perlu diingat bahwa dalam kalimat aktif transitif antara P dan O tidak boleh
terdapat preposisi.
Kalimat (5) berdasarkan polanya termasuk ke dalam kalimat aktif transitif sehingga
kalimat tersebut dapat dijadikan kalimat pasif. Sebelum dilakukan pemasifan, kita
harus perhatikan dulu kata yang menempati unsur S. S kalimat (5) diisi oleh kata
kita yang ternyata termasuk ke dalam pronomina persona (kata ganti orang)
pertama. Dalam kaidah bahasa Indonesia, jika S kalimat aktif ditempati oleh
pronomina persona pertama dan kedua, pemasifan tidak boleh dengan cara
mengubah me- menjadi di- pada predikatnya. Langkah pemasifan dengan S berupa
pronomina persona pertama dan kedua sebagai berikut
Hilangkan awalan me- pada kata yang menempati P.
Bila ada adverbia (akan, sedang telah, tidak, ) ke depan pronomina.
Bagian O pada kalimat aktifnya dapat diletakkan di awal atau akhir kalimat.
Hasil pemasifan dengan cara di atas terlihat pada kalimat di bawah ini.
(5a) Sedang kita bicarakan kenaikan tarif listrik.
(5b) Kenaikan tarif listrik sedang kita bicarakan.
(6) Sebab tidak belajar semalam, Andika tidak bisa menjawab soal itu.
PKSPO
Kalimat (6a) terdiri atas dua klausa: klausa pertama sebab Andika tidak belajar dan
klausa kedua Andika tidak bisa menjawab soal itu. Kedua klausa itu ternyata
memiliki S yang sama yaitu Andika. Sebab itu, kata Andika yang mengisi S pada
klausa pertama harus dihilangkan agar kalimat lebih hemat. Hasil menghilangkan
unsur pada salah satu klausa sebab adanya kesamaan kata/frase yang mengisi
unsur yang sama pada dua klausa yang berbeda dalam satu kalimat itu disebut
kalimat majemuk pelesapan.
Kalimat (7) terdiri atas dua klausa: klausa pertama setelah dijemur seharian dan
klausa kedua
Ibu Tuti menggoreng kerupuk itu. Klausa pertama tidak memiliki S, sedangkan
klausa kedua memiliki S, yaitu Ibu Tuti. Jika kita menduga bahwa kalimat (7)
merupakan kalimat pelesapan S, kita akan keliru sebab S pada klausa pertama tidak
mungkin Ibu Tuti.
(7a) Setelah Ibu Tuti dijemur seharian, Ibu Tuti menggoreng kerupuk itu.
SPKSPO
Rasanya sulit untuk menerima kalimat (7a) di atas sebab tidak mungkin yang
dijemur dalam kalimat tersebut adalah Ibu Tuti. Jadi, kalimat (7) bukan pelesapan S.
Kalaupun kita mengatakan bahwa yang dilesapkan adalah kerupuk itu, itu pun keliru
sebab kerupuk itu pada klausa kedua menempati O, sedangkan klausa pertama
kehilangan S. Jadi, sebenarnya kalimat (7) bukanlah kalimat baku sebab pelesapan
yang terjadi pada kalimat itu tidak tepat. Jika diperbaiki, kalimat (7) semestinya
berbunyi
(7b) Setelah dijemur seharian, kerupuk itu digoreng oleh Ibu Tuti.
P K S P Pel.
Perubahan yang terjadi pada kalimat (7b) menghasilkan kalimat baku. Kalimat (7b)
mengalami pelesapan S sebab berasal dari kalimat
(7c) Setelah kerupuk itu dijemur seharian, kerupuk itu digoreng oleh Ibu Tuti.
S P K S P Pel.
Kelompok kata (8) tidak menerapkan asas kesejajaran. Kata pendidikan dibentuk
dari kata dasar yang diberi konfiks pe-an, sedangkan kata latihan dibentuk dari kata
dasar yang diberi akhiran an. Agar sejajar, semestinya kata latihan diganti menjadi
pelatihan.
(9) Pak Ali mengepel lantai, menyapu halaman, dan perbaikan pintu yang rusak.
Bentukan Kata
Yang dimaksud bentukan kata adalah proses pengimbuhan dan makna gramatikal
imbuhan. Penerapan imbuhan mempunyai kaidah atau aturan. Melekatkankan
imbuhan pada kata dasar dapat menyebabkan perubahan bentuk imbuhan
bergantung pada kata dasar yang dilekatinyanya agar pengucapannya menjadi
lancar. Setelah dilekatkan pada kata dasar, imbuhan akan memunculkan makna
yang biasanya disebut makna gramtikal. Sering kita keliru memahami makna
imbuhan tersebut sehingga pemakaian kata tersebut dalam kalimat menjadi salah.
Ketepatan Pengimbuhan
Salah satu kaidah yang perlu diingat agar pengimbuhan menjadi tepat adalah
proses nasalisasi. Proses nasalisasi diambil dari istilah konsonan nasal yaitu
konsonan yang dihasilkan sebab udara yang keluar dari paru-paru melalui hidung.
Konsonan nasal ada empat buat, yaitu /m/, /n/, /ng/, dan /ny/. Proses nasalisasi
terjadi jika awalan me- dan pe- dilekatkan kepada kata yang berfonem awal /k/,
/p/, /t/, dan /s/, lalu fonem awal tersebut berubah menjadi konsonan nasal.
Contoh
Namun, me- atau pe- tidak mengalami nasalisasi jika kata yang dilekati itu
berfonem awal berupa konsonan rangkap, seperti /pr/, /kr/, /tr/, dan /sk/.
Contoh
me- + protes = memprotes
me- + kritik = mengkritik
me- + traktir = mentraktir
me- + skor = menskor
Jadi, kalimat yang memiliki S-P atau kalimat sempurna tidak bisa disebut kalimat
baku apabila dalam kalimat tersebut terdapat kata berimbuhan yang tidak tepat.
Misalnya kalimat (10) di bawah ini
Kalimat (10) adalah kalimat sempurna, tetapi kalimat tersebut tidak disebut kalimat
baku sebab terdapat kata yang salah, yaitu kata mempercayai, yang semestinya
memercayai.
Imbuhan me-i dan me-kan memiliki perbedaan makna meskipun dengan jumlah
sedikit ada juga persamaannya. Apakah kata yang berimbuhan me-i ataukah mekan yang harus dipergunakan dalam sebuah kalimat bergantung kepada makna
keseluruhan kalimat yang ingin disampaikan.
Perhatikan pasangan kata di bawah ini.
Kalimat (11) bukanlah kalimat baku sebab terdapat kata berimbuhan yang tidak
tepat, yaitu menugaskan. Seharusnya, sesuai dengan kalimat (11), kata yang tepat
adalah menugasi bukan menugaskan. Perbaikan yang tepat untuk kalimat (11)
sebagaimana terlihat pada kalimat di bawah ini
Kehematan
Kalimat baku pun harus memperhatikan kehematan, yaitu menghindari pemakaian
kata yang mubazir. Pemakaian kata mubazir biasanya terjadi akibat adanya
pleonasme atau tautologi dalam kalimat tersebut. Yang dimaksud dengan
pleonasme adalah sebuah usaha menjelaskan sebuah gagasan/ide yang sudah
jelas, sedangkan tautologi adalah usaha menjelaskan sebuah gagasan/ide dengan
gagasan/ide lain yang memiliki makna yang sama.