DDDDDDDDDDDDDDDDDD;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;llllllllllllllllllllllllllllllllllllPpp[[[[[[[[[[[
[[[[[[[[[[[[ppppppppppppppp;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;llll
lllllllllllmmmmmmmmmmmmmmllllllllllllllllllllllmmmmmmmmmmmmmmmmmnbbssssss
ssssmmmmmmmmmmmmmmpppppppppppp;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;nnnnnnnnnnnnnnnnnnnlllll
llllllllllllmmmmmmmmmmmmm..mmmmmmmmmmeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeqqqqqqqqqqq
qqqV;vvmeveveverververddddddddddddddefefefefeppppppppppppppppjjjjjjjjjjjjjjjjjpkk
kkkkkkkkkkkkkpkooooooooooooooooooooooo]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]]];;;;;;;;;;oooooo
oooo;;;;;;;;;;;;;;;;;;cccccccccccc;lllllllllllllllMmmmmmmmmm,,,,,,,,,,nnnnnnnnnnnnnnnnnn
nnBAB Ikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi
Diazepam muncul dalam bentuk padat putih atau Kristal kuning dan suhu leleh pada
131,5 sampai 134,5 celcius. pH dari diazepam adalah netral. Diazepam dapat bertahan selama 5
tahun untuk tablet oral, dan 3 tahun untuk solution IV/IM. Diazepam harus disimpan pada suhu
kamar (15-30 celcius). Solusio untuk parenteral harus terlindung dari cahaya dan tetap dingin.
Diazepam dapat terabsorpsi kedalam plastic, maka diazepam tidak dikemas dalam botol plastic
atau syringes. Obat ini dapat terabsorpsi dalam plastik dan selang untuk infuse intravena.
Penyerapan tersebut dipengaruhi beberapa hal, antar lain suhu, konsentrasi, flow rate, dan
panjang selang.
sedative-hipnotika diberikan pada masa-masa sebelum kehamilan, obat ini bisa menyebabkan
depresi pada fungsi-fungsi vital neonates. Sedatif-hipnotika dapat dideteksi di dalam air susu dan
dapat mengakibatkan efek-efek depresan terhadap fungsi sitem saraf pusat pada bayi yang
mengonsumsi air susu ibu tersebut.
Diazepam dan sebagian besar sedative-hipnotika lainnya berikatan kuat dengan protein
plasma. Kekuatan ikatannya berhubungan erat dengan sifat lipofiliknya, pada diazepam adalah
99%. Kadarnya pada cairan serebrospinal kira-kira sama dengan kadar obat bebas di dalam
plasma. Diazepam akan mengalami akumulasi pada penggunaan dosis berulang.
Metabolisme
Obat golongan benzodiazepine dimetabolisme secara ekstensif oleh kelompok enzim
sitokrom P450di hati, terutama CYP3A4 dan CYP2C19. Beberapa benzodiazepine seperti
oksazepam, dikonjugasi langsung dan tidak dimetabolisme oleh enzim tersebut.
Transformasi metabolis menjadi metabolit yang lebih mudah larut di dalam air sanagta
diperlukan bagi klirens seluruh obat dari tubuh. Sistem enzim pemetabolisme obat mikrosomal
dari hati adalah sangat penting dalam hal ini. Karena beberapa sedative-hipnotika dieksresikan
dari tubuh dalam bentuk tidak berubah, waktu-paruh eliminasinya terutama bergantung pada
transformasi metabolismenya.
Metabolisme hepatis menentukan klirens atau eliminasi dari diazepam dan seluruh
benzodiazepine. Diazepam mengalami oksidasi mikrosomal (reaksi fase I), metabolit selanjutnya
dikonjugasi (reaksi fase II) oleh glucuronosyltransferase membentuk glucuronide yang dieksresi
urine. Banyak metabolit benzodiazepine fase I adalah aktif dengan waktu paruh yang lebih
panjang daripada obat induknya. Desmethyldiazepam yang memiliki waktu paruh eliminasi lebih
dari 40 jam, merupakan metabolit aktif dari diazepam. Desmethyldiazepam selanjutnya
mengalami biotransformasi menjadi senyawa aktif oxazepam, selain itu juga diubah menjadi
temazepam. Temazepam selanjutnya mengalami metabolism sebagian menjadi oxazepam.
Ekskresi
Diazepam diekskresi melalui urine, baik dalam bentuk bebas maupun terkonjugasi.
Diazepam di eksresi dalam urine sebagai glucuronides atau oxidized metabolites. Waktu
eliminasi plasma akan memanjang pada neonates, geriatric, dang pasien dengan gangguan liver.
Pada sebagian besar kasus, perubahan fungsi ginjal tidak memiliki efek yang kuat terhadap
eliminasi obat induk. Sangat sedikit yang dikeluarkan melalui hemodialisa.
2.2.2
Farmakodinamik
Hampir semua efek benzodiazepine merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan
efek utama: sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ ansietas, relaksasi otot,
dan anti konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perifer:
vasodilatasi koroner setelah pemberian dosis terapi secara IV dan blockade neuromuscular yang
hanya terjadi pada pemberian dosis tinggi.
Target dari kerja benzodiazepine adalah reseptor GABA. Reseptor ini terdiri dari subunit
, , dan dimana berkombinasi dengan lima atau lebih dari membrane postsinaptik.
Benzodiazepine meningkatkan efek GABA dengan berikatan ke tempat yang spesifik dan
afinitas tinggi. Reseptor ionotropik ini, suatu protein heteroligometrik transmembran yang
berfungsi sebagai kanal ion klorida, yang diaktivasi oleh neurotransmitter GABA inhibiotrik.
Benzodiazepin meningkatkan frekuensi pembukaan kanal oleh GABA. Pemasukan ion klorida
tersebut menyebabkan hyperpolarisasi kecil yang menggerakkan potensial postsinaps menjauh
dari threshold sehingga menghambat kejadian potensial aksi.
Diazepam digunakan dalam jangka pengobatan jangka pendek untuk ansietas berat,
hypnosis untuk manajemen sementara insomnia, sebagai sedative dan premedikasi, sebagai anti
konvulsan, dalam pengontrolan spasme otot, dan pada manajemen gejala putus obat.
2.3 Indikasi
Secara umum penggunaan terapi benzodiazepine bergantung kepada waktu paruhnya,
dan tidak selalu sesuai dengan indikasi yang dipasarkan. Efek terapeutik diazepam digunkan
untuk menghasilkan efek anxiolytic, meningkatkan ambang kejang, menghasilkan relaksasi
musculoskeletal. Diazepam digunakan untuk pengobatan jangka panjang pada anxietas.
Diazepam juga digunakan untuk terapi spasme musculoskeletal seperti strain, dan spastisitas dari
gangguan degenerative. Diazepam merupakan obat pilihan dalam mengatasi kejang epilepsi tipe
grand mal dan status epileptikus. Diazepam dan oxazepam bermanfaat untuk digunakan dalam
penanganan akut dari gejala putus obat alcohol.
2.4 Kontraindikasi dan Perhatian Khusus
Tidak boleh digunakan pada pasien dengan angleclosure glaucoma, koma, depresi SSP,
dpresi nafas, sakit berat, nyeri yang tidak terkontrol., akut pulmonary insufisiensi, myasthenia
gravis atau sleep apnoe. Perlu diperhatikan pada penggunaan terhadap geriatri, atau pasien yang
dalam keadaan lemah karena cenderung lebih mudah terkena efek samping. Penggunaan obat ini
juga perlu perhatian khusus pada pasien dengan kelemahan otot, gangguan ginjal, dan gangguan
hepar, yang biasanya membutuhkan adanya penurunan dosis. Efek sedasi yang muncul pada awal
penggunaan perlu diperhatikan, sehingga pasien tidak berkendara sendiri atau mengoprasikan
mesin. Pada penggunaan sedasi dalam perlu perhatian pada fungsi kardiorespirasi.
Obat diazepam juga perlu diperhatikan pada penggunaannya pada pasien gangguan
daerah otak slah satunya arteriosklerosis. Pasien dengan riwayat kecanduan alcohol dan obatobatan harus di perhatikan. Obat ini tidak bissa diberikan pada ibu hamil dan menyusui,
berhubungan dengan obat ini dapat menembus barrier plasenta. Pada ibu menyusui dapat
diberikan dengan dosis rendah apabila terpaksa dan tidak dapat dihindari penggunaannya.
tunggal. Ikatan plasma diazepam dan desmethyldiazepam menurun dan konsentrasi bebas
meningkat dan segera mengikuti heparin ke di dalam aliran darah. Antidepresan dapat
mengganggu metabolism obat-obat golongan benzodiazepine. Obat golongan benzodiazepine
tidak boleh di berikan bersama obat anti viral terutama HIV-protease inhibitors. Propanolol dan
metoprolol menghambat metabolism diazepam. Digoxin mengganggu efek farmaokinetik
diazepam. Obat lain yang berinteraksi dengan diazepam, disulfiram, gastrointestinal drugs,
general anstesi, Oral kontrasepsi, Muscle relaksan, tembakau, dan xantin.
Efek Samping
Efek samping yang sering dapat muncul pada penggunaan diazepam adalah sedasi,
kelemahan otot, dan ataxia. Efek samping yang jarang timbul vertigo, sakit kepala, bingung,
depresi, disartria, perubahan libido, tremor, gangguan visual, retnsi urin atau inkontinensia urin,
gangguan GIT, perubahan salvias dan amnesia. Efek samping yang sangat jarang, jaundice
(ikterik), gangguan darah, reaksi hipersensitivitas. Pada dosis tinggi dan penggunaan parenteral
dapat terjadi depresi nafas dan hipotensi. Pda penggunaan secara IV efek samping yang mungkin
timbul nyeri dan tromboflebitis. Overdosis dapat menyebabkan depresi SSP, koma atau
paradoxical eksitasi, tetapi jarang menyebabkan kematian. Penggunaan pada kehamilan trimester
ke 3 dapat menyebabkan malformasi pada janin.
DAFTAR PUSTAKA
2010.