Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Polusi


Pencemaran Lingkungan atau Polusi adalah proses masuknya polutan ke
dalam suatu lingkungan sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan tersebut.
Menurut undang-undang pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 tahun 1982,
pencemaran lingkungan atau polusi adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat energi atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat
berfungsi secara normal.
Dikatakan sebagai polusi adalah suatu zat atau bahan yang keadaannya
melebihi ambang batas serta berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat, sehingga
merupakan bahan pencemar lingkungan, misalnya: bahan kimia, debu, dan panas.
Polusi tersebut dapat menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dan akhirnya malah merugikan manusia dan makhluk hidup
lainnya.
Pencemaran lingkungan dibagi menjadi 3 yaitu;
1. Pencemaran air
2. Pencemaran tanah
3. Pencemaran udara
2.2 Pencemaran Udara
Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat,
energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara
ambien tidak dapat memenuhi fungsinya
Selain itu, pencemaran udara dapat pula diartikan adanya bahan-bahan atau zat
asing di dalam udara yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi udara dari
susunan atau keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing tersebut didalam
udara dalam jumlah dan jangka waktu tertentu akan dapat menimbulkan gangguan
pada kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan (Wardhana, 2004).
Pencemaraan udara adalah peristiwa masuknya atau tercampurnya polutan
(unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan

menurunya kualitas udara (lingkungan). Umumnya polutan yang mencemari udara


berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut barasal dari hasil proses pembakaran
bahan bakar yang tidak sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik,
pembangkit listrik, dan kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan asap tersebut
merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO2
(karbon dioksida), CO (karbon monoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx (nitrogen
oksida).
2.3 Faktor Penyebab Pencemaran Udara
Menurut Harssema dalam Mulia (2005), pencemaran udara diawali oleh
adanya emisi. Emisi merupakan jumlah polutan atau pencemar yang dikeluarkan ke
udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan
manusia. Emisi akibat proses alam disebut biogenic emissions, contohnya yaitu
dekomposisi bahan organic oleh bakteri pengurai yang menghasilkan gas metan
(CH4). Emisi yang disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions.
Contoh anthropogenic emissions yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil, pemakaian
zat kimia yang disemprotkan ke udara, dan sebagainya. Pencemaran udara disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor alam (internal), yang bersumber dari aktivitas alam
Contoh : - abu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi
- gas-gas vulkanik
- debu yang beterbangan di udara akibat tiupan angin
- bau yang tidak enak akibat proses pembusukan sampah organik
2. Faktor manusia (eksternal), yang bersumber dari hasil aktivitas manusia
Contoh : - hasil pembakaran bahan-bahan fosil dari kendaraan bermotor
- bahan-bahan buangan dari kegiatan pabrik industri yang memakai zat
kimia organik dan anorganik
- pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
- pembakaran sampah rumah tangga
- pembakaran hutan
2.4 Dampak Pencemaran Udara
Ada beberapa dampak pencemaran udara yaitu:
1. Hujan asam
2. Penipisan lapisan ozon
3. Pemanasan global (Global Warming)
4. Penyakit pernapasan, misalnya jantung, paru-paru dan tenggorokan
2.5 Kondisi Masalah Polusi di Jawa Timur
Guna mengendalikan pencemaran dari sektor transportasi diperlukan kerja
sama dan kesepakatan berbagai pihak untuk dapat dituangkan dalam suatu regulasi
atau kebijakan pengendalian pencemaran udara sumber bergerak di Jawa Timur.
Pemerintah Pusat telah menerapkan regulasi dengan menetapkan standar mesin

kendaraan baru yang dapat diimport dan beroperasi di Indonesia. Adapun kontrol
terhadap kualitas udara emisi kendaraan bermotor di Jawa Timur belum diberlakukan
dan masih memerlukan konsep implementasi yang sesuai.
Minimalisasi terhadap emisi dari proses pembakaran sampah telah dilakukan
dengan menetapkan Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Sampah Regional Jawa Timur yang didalamnya memuat larangan
tentang pembakaran sampah secara terbuka (open burning). Hal ini telah diberlakukan
pada sektor TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah. Namun demikian penyuluhan
dan propaganda tentang larangan pembakaran sampah masih harus digalakkan agar
masyarakat mengetahui dan dapat melaksanakannya.
Menurunnya kualitas lingkungan hidup semakin hari semakin
memprihatinkan. Hal ini ditunjukkan antara lain dengan adanya perubahan kualitas
udara dan atmosfer yang terjadi secara berkelanjutan yang membahayakan bagi
kelangsungan kehidupan ekosistem. Selain itu, degradasi hutan yang disebabkan
berbagai kegiatan ilegal terus meningkat, peralihan fungsi kawasan hutan menjadi
permukiman, perkebunan, perindustrian, dan pertambangan; terjadinya kebakaran
hutan; serta makin meningkatnya illegal logging. Degradasi hutan dan lahan kritis
yang terus berlanjut menyebabkan daya dukung ekosistem terhadap pertanian dan
pengairan makin menurun, dan mengakibatkan kekeringan dan banjir.
Data parameter dan polutan dari berbagai kota di Indonesia ditampilkan
dibawah ini :

Selain udara BLH juga menganalisis kualitas air di beberapa sungai besar di
jawa timur. Penentuan status mutu air pada beberapa sungai ini mengacu pada

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air
yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam
waktu tertentu dengan membandingkan baku mutu air yang ditetapkan. Penentuan
status mutu air menggunakan metoda STORET, dengan metoda ini dapat diketahui
parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Prinsip
metoda STORET adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu
air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air
sedangkan untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan system
nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan
mutu air dalam empat kelas.

2.6 Kondisi Masalah Polusi di kota Malang


Mendengar kota Malang, menggiring ingatan pada kota sejuk nan asri. Tapi itu
dulu, karena kini Kota Malang tidaklah sedingin dan sesejuk dulu. Iklim yang mulai
memanas ini bukannya tanpa sebab, banyak sudut di Kota Malang yang terpapar
polusi. Dari polusi kendaraan bermotor yang terus bertambah tanpa kendali,
pepohonan yang semakin berkurang dan kurang mampu meredam polusi, pendatang
yang terus bertambah.
Transportasi publik seperti angkutan kota (angkot) yang diharap bisa
mengurangi jumlah kendaraan pribadi dirasa belum memadai walaupun telah
menjangkau berbagai sudut Kota Malang, utamanya jalur kampus. Warga kampus
tentu membutuhkan keterjangkauan lokasi lebih jauh lagi. Tak sekadar rumah dan
kampus, namun beberapa lokasi yang harus dijangkau tentu membutuhkan waktu
lebih cepat. Angkot memang tersedia, kendati memakan waktu dan ongkos lebih
dibanding kendaraan pribadi. Hal ini menjadi salah satu sebab pendatang baru di Kota
Malang terasa lebih nyaman membawa kendaraan pribadi daripada memanfaatkan
transportasi umum yang ada. Pada gilirannya, menyumbang polusi yang menjadikan
Malang semakin panas.

Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan Badan Lingkungan


Hidup (BLH) Kota Malang, Wasana Putri mengatakan, hasil penilaian uji emisi di
Kota Malang yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup, pada 2013,
menyebutkan kota Malang menempati peringkat ketujuh dari 15 kota besar di
Indonesia. Padahal, dalam penilaian uji emisi 2011, Kota Malang, menempati
peringkat pertama kategori kota besar dengan tingkat emisi rendah. "Untuk penilaian
uji emisi pada 2014 hasilnya belum keluar. Kemungkinan peringkatnya akan menurun
lagi," kata Wasana Putri. Dikatakanya, banyak pemicu yang membuat tingkat emisi di
Kota Malang semakin tinggi. Terutama meningkatnya jumlah kendaraan yang keluar
masuk di Kota Malang. Kondisi musim juga mempengaruhi tingkat emisi di Kota
Malang, termasuk pembangunan. "Hasil penelitian yang kami lakukan, wilayah yang
rawan kemacetan tingkat emisinya paling tinggi," ujarnya. Dijelaskannya,
meningkatnya jumlah kendaraan menurutnya tidak diimbangi dengan pertambahan
ruang terbuka hijau dan pepohonan yang berfungsi sebagai penyerap gas
karbondioksida. Selain itu, banyak pembangunan yang tidak dilengkapi dengan sumur
resapan untuk menjaga air bawah tanah tetap ada. "Kalau air bawah tanah kering
maka suhu akan panas. Ditambah kendaraan yang semakin banyak serta berkurangnya
pohon maka kualitas udara akan semakin buruk," jelasnya.
Salah satu faktor yang menyebabkan bertambahnya polusi di kota Malang
adalah bertambahnya volume kendaraan bermotor di kota Malang. Laju pertumbuhan
kendaraan bermotor di Kota Malang semakin tidak terkendali. Namun sayang laju
pertumbuhan kendaraan bermotor tersebut tidak seimbang dengan kondisi jalan di
Kota Malang. Dampaknya, terjadi kepadatan kendaraan di beberapa titik ruas jalan di
Kota Malang.
Data dari Satlantas Polres Malang Kota mencatat, dalam lima tahun terkahir
ini, pertumbuhan kendaraan di Kota Malang mencapai 175.000 unit untuk roda dua
dan 25.000 unit untuk roda empat. Dalam satu bulan ada sekitar 3.000 unit sepeda
motor baru dan 500 unit mobil baru masuk ke Kota Malang. Sepanjang 2013 lalu
jumlah sepeda motor baru yang masuk Kota Malang mencapai 37.000 unit.
Sedangkan jumlah mobil baru yang masuk Kota Malang dalam satu tahun itu sekitar
5.500 unit. Laju pertumbuhan kendaraan di Kota Malang ini terlihat dari seri nomor
sepeda motor di Kota Malang. Seri nomor sepeda motor di Kota Malang sudah
memakai tiga huruf dibelakang pada pada nomor registrasinya.
(http://surabaya.tribunnews.com)
2.7 Polusi dan Konservasi Udara di Kota Malang

Tingkat polusi yang terjadi di Kota Malang sudah diambang membahayakan


kesehatan. Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan Badan
Lingkungan Hidup Kota Malang, Wasana Putri menilai bahwa kualitas udara di
Malang semakin buruk. Selain itu Uji emisi tahun 2011 menempatkan Kota Malang
sebagai peringkat pertama Kota besar dengan emisi gas buang terendah. Pada tahun
2012 Kota Malng menempati urutan ketujuh dari 15 Kota besar di Indonesia yang
kualitas udaranya menurun.
Kemacetan dan pertambahan kendaraan bermotor menjadi penyebab kualitas
udara memburuk. Bahkan uji emisi menunjukkan kualitas udara mendekati ambang
batas. Namun, tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup. Selain itu
tingkat pencemaran udara di Kota Malang juga disebabkan karena semakin
menyempitnya ruang terbuka hijau (RTH). Dampaknya polusi udara membahayakan
untuk kesehatan.
Namun pada tahun 2014 Kota Malang masuk 5 terbaik kualitas udara kategori
kota besar dan metropolitan. Pelaksanaan evaluasi kualitas udara perkotaan dilakukan
berupa pengisian formulir data kota disamping kegiatan fisik yang meliputi uji emisi
spotcheck kendaraan bermotor selama 3 (tiga) hari yang dilakukan terhadap 500
(lima ratus) kendaraan pribadi perhari. Kegiatan lain adalah Pemantauan Kualitas
Udara Udara Jalan Raya (roadside monitoring) dan penghitungan kinerja lalu lintas
(kecepatan lalu lintas dan kerapatan kendaraan di jalan raya) yang dilakukan secara
serentak di tiap kota di 3 ruas jalan arteri yang dipilih bersama dan dianggap mewakili
kota tersebut. Disamping itu sebagai salah satu upaya untuk menurunkan pencemaran
udara di kota dilakukan Pemantauan Kualitas Bahan Bakar di SPBU. Kualitas bahan
bakar sangat berpengaruh terhadap emisi yang dihasilkan, semakin baik kualitas
bahan bakar tersebut maka semakin sedikit pula emisi berbahaya yang dikeluarkan
dari proses pembakarannya.
Konservasi menurut bahasa berasal dari 2 kata yaitu: kon yang artinya
bersama, dan server yang artinya menjaga, jadi konservasi adalah bersama menjaga.
Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang
dikandungnya terpelihara dengan baik (Piagam Burra, 1981). Konservasi adalah
pemeliharaan dan perlindungan terhadap sesuatu yang dilakukan secara teratur untuk
mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan cara pengawetan (Peter Salim dan
Yenny Salim, 1991).
Kegiatan konservasi selalu berhubungan dengan suatu kawasan, kawasan
itusendiri mempunyai pengertian yakni wilayah dengan fungsi utama lindung atau

budidaya (UU No.24 Tahun 1992). Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan budidaya adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Konservasi di Kota malang sudah di kembangkan dengan sangat baik. Hal
tersebut rebukti dengan tatanan ruang terbuka hijau yang ada di Kota Malang seperti
hutan kota, taman bermain bagi keluarga, taman kota, serta area jalan raya yang di
penuhi tanaman.

2.8 Cara ( solusi ) Mengatasi atau mengurangi Polusi udara :


Menurut Badan Lingkungan Hidup Jawa Timur, solusi untuk mengatasi polusi
udara kota terutama ditujukan pada pembenahan sektor transportasi, tanpa
mengabaikan sektor-sektor lain.
1. Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara
kendaraan angkutan massal, seperti bus dan kereta api, diperbanyak.
2. Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan
sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan, terutama yang kurang
terawat, semakin besar potensi untuk memberi kontribusi polutan udara.
3. Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan
tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas
terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas
dan mengurangi polusi udara.
4. Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi
meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya
kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping
memeriksa surat-surat dan kelengkapan kendaraan yang lain.
5. Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang
lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.
6. Solusi untuk pabrik ialah harus lebih diatasi terutama pada cerobong asap.
7. Memperbanyak Ruang Terbuka Hijau ( RTH ) di kota kota besar.

Solusi nyata dari kelompok :


1. Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor
2. Seharusnya pemerintah membatasi jumlah kendaraan bermotor pada tiap
Kepala Keluarga.
3. Melakukan aksi nyata dalam upaya mengurangi dampak polusi diantaranya
adalah : mengikuti sebuah komunitas yang bergerak di bidang lingkungan
misalnya earth hour malang, mengajak warga untuk melakukan hal hal positif
yang beguna untuk melestarikan lingkungan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. PENCEMARAN LINGKUNGAN atau polusi adalah proses masuknya polutan
ke dalam suatu lingkungan sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan
tersebut.
2. PENCEMARAN UDARA adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya,
polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan).
3. Zat-zat Pencemaran Udara Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO 2),
Sulfur dioksida (SO2), Partikulat (asap atau jelaga), Chlorofluorocarbon (CFC),
Timbal (Pb), karbon dioksida (CO2).
4. Keadaan Polusi di Kota Malang Selain itu Uji emisi tahun 2011 menempatkan

Kota Malang sebagai peringkat pertama Kota besar dengan emisi gas buang
terendah. Pada tahun 2012 Kota Malng menempati urutan ketujuh dari 15 Kota
besar di Indonesia yang kualitas udaranya menurun. Sedangkan pada tahun
2014 Kota Malang masuk 5 terbaik kualitas udara kategori kota besar dan
metropolitan.
3.2 Saran
Sebaiknya data yang data yang dipaparkan di beri penjelasan agar pembaya
lebih bisa memahami isi dari data tersebut. penulis mengharapkan agar para

pembaca, membaca buku-buku lainnya atau membuka situs Internet yang berkaitan
dengan makalah pencemaran udara.

Daftar Pustaka
BLH. 2011. Hasil Penerapan dan Pencapaian Standart Pelayanan Minimal Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Jawa Timur. Surabaya
Fawzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
http://surabaya.tribunnews.com/2014/09/01/tiap-bulan-4000-unit-motor-baru-masuk-kotamalang?page=3 (Online), diakses tanggal 14 September 2015
http://www.e-dukasi.net/mapok/show_mp.php?kls=2&mp=3=index.html (Online),13
september 2015
Irwan, Zoeraini Djamal. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta:
Bumi Aksara
Widagdo, Setyo. 2005. Tanaman Elemen Lanskap Sebagai Biofilter Untuk Mereduksi Polusi
Timbal (Pb) di Udara. Sekolah Pasca Sarjana/S3 IPB Bogor.

Anda mungkin juga menyukai