Anda di halaman 1dari 3

.

1 Pengertian Ancylostoma duodenale


Ancylostoma duodenale

disebut

juga dengancacing tambang. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, se
dangkantelurnya akan dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur akan
menetas menjadi larva di luar tubuh manusia, yang kemudian masuk kembali
ke tubuh korban menembus kulit telapak kaki yang berjalan tanpa alas
kaki.Larva
akan berjalan jalan di dalam tubuh melaluim peredaran darah yangakhirnya tiba
di paru paru lalu dibatukkan dan ditelan kembali.Gejala meliputi reaksi alergi l
okal atauseluruh tubuh, anemia dan nyeri abdomen.

Ancylostoma duodenale dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


Kerajaan
: Animalia
Filum
: Nematoda
Kelas
: Secernentea
Ordo
: Strongiloidae
Famili
: Ancylostomatidae
Species
: Ancylostoma duodenale

2.2 Morfologi Ancylostoma duodenale

Cacing dewasa hidup di rongga usus halus manusia, dengan mulut yang melekat
pada mukosa dinding usus. Ancylostoma duodenale ukurannya lebih besar dari Necator
americanus. Yang betina ukurannya 10-13 mm x 0,6 mm, yang jantan 8-11 x 0,5 mm,
bentuknya menyerupai huruf C, Necator americanus berbentuk huruf S, yang betina 9

11 x 0,4 mm dan yang jantan 7 9 x 0,3 mm. Rongga mulut A.duodenale mempunyai dua
pasang gigi, N.americanus mempunyai sepasang benda kitin. Alat kelamin jantan adalah
tunggal yang disebut bursa copalatrix. A.duodenale betina dalam satu hari dapat bertelur
10.000 butir, sedang N.americanus 9.000 butir. Telur dari kedua spesies ini tidak dapat
dibedakan, ukurannya 40 60 mikron, bentuk lonjong dengan dinding tipis dan jernih.
Ovum dari telur yang baru dikeluarkan tidak bersegmen. Di tanah dengan suhu
optimum23oC - 33oC, ovum akan berkembang menjadi 2, 4, dan 8 lobus.(parasitologi
kedokteran, 2010).

2.3 Daur Hidup Ancylostoma duodenale

Seekor cacing tambang dapat menyebabkan kehilangan darah


sebanyak 0,2 ml setiap harinya. Cacing dewasa dapat hidup di
usus selama satu hingga lima tahun di mana cacing betina
memproduksi telur. Pada infeksi ringan hanya sedikit sekali
kehilangan darahnya tetapi pada infeksi berat dapat
menimbulkan pendarahan hebat, kekurangan zat besi dan berat
badan turun drastis.
Seekor cacing tambang dewasa dapat bertelur antara
10.000-30.000 telur per 24 jam. Telur ini akan bertahan lama
di tanah yang lembab, sejuk dan di sekitar pohon yang rindang
yang biasanya terdapat di daerah perkebunan. Untuk telur
cacing tambang akan dikeluarkan bersama feses. Ketika berada
di dalam tanah akan menetas dalam waktu 1-2 hari dan
kemudian akan menjadi larva Rabditiiti Form. Pada hari ke-3
Rabeniti Forem akan menjadi Filari Form. Dalam bentuk
ini dapat hidup di tanah selama 8 minggu. Dalam waktu kisaran
tersebut akan terinjak kaki dan akan menembus kulit dan
menuju ke kapiler darah.

Telur keluar bersama tinja, dalam waktu 1 2 hari telur akan berubah menjadi
larva rabditiform (menetas ditanah yang basah dengan temperatur yang optimal untuk
tumbuhnya telur adalah 23 30 0 C. Larva rabditiform makan zat organisme dalam tanah
dalam waktu 5 8 hari membesar sampai dua kali lipat menjadi larva filariform, dapat
tahan diluar sampai dua minggu, bila dalam waktu tersebut tidak segera menemukan
host, maka larva akan mati. larva filariform masuk kedalam tubuh host melalui
pembuluh darah balik atau pembuluh darah limfa, maka larva akan sampai ke jantung
kanan. Dari jantung kanan menuju ke paru paru, kemudian alveoli ke broncus, ke
trakea dan apabila manusia tersedak maka larva akan masuk ke oesophagus lalu ke usus
halus (siklus ini berlangsung kurang lebih dalam waktu dua minggu).

2.4 Epidemiologi
Kejadian penyakit ini di Indonesiasering ditemukan terutama di daerah
pedesaan, khususnya di perkebunan atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah
hanya sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah
gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang air
besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat berperan dalam
penyebaran infeksi penyakit ini (Gandahusada, 1998). Tanah yang baik untuk
pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum 32 oC
38oC. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal atau sepatu
bila keluar rumah .

Anda mungkin juga menyukai