PENDAHULUAN
kematian ibu masih lebih besar jika dibandingkan dengan angka kematian ibu di tingkat nasional
(Menkes, 2007).
Hasil pengumpulan data Tingkat Pusat, Subdirektorat kebidanan dan kandungan Subdirektorat
Kesehatan Keluarga dari 325 Kabupaten/Kota menunjukan bahwa pada tahun 2003 presentase
ibu hamil resiko tinggi dengan hiperemesis gravidarum berat yang dirujuk dan mendapatkan
pelayanan kesehatan lebih lanjut sebesar 20,44%. Provinsi dengan presentase tertinggi adalah
provinsi Sulawesi Tengah (96,53%) dan di Yogyakarta (76,60%) sedangkan yang terendah
adalah provinsi Maluku Utara (3,66%) dan Sumatera Selatan (3,81%) (Profil Kesehatan
Indonesia, 2003).
Mual (nause) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan
pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap
saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi setelah 6 minggu setelah hari pertama
haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 6080% primigravida dan 40-60% terjadi pada multigravida. Satu diantara seribu kehamilan gejalagejala lain menjadi berat (Sarwono, 2005).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Kehamilan
Kehamilan adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam rahim wanita
sampai bayinya dilahirkan.
Kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan hubungan seksual pada masa
ovulasi. Telur yang telah dibuahi sperma kemudian akan menempel pada dinding rahim, lalu
tumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280 hari) dalam rahim pada kehamilan
normal (Suririnah, 2008).
Kehamilan adalah hasil dari kencan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya perjalanan
sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2009).
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering terjadi pada kehamilan
trimester I, kurang lebih pada 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu (Mansjoer,
2001).
2.3 Etiologi
Sebab pasti belum diketahui frekuensi kejadian 2 per 1000 kehamilan.
Faktor predisposisi antara lain :
2.3.1
sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, kehamilan ganda akibat peningkatan
kadar HCG dan wanita yang sebelum hamil sudah menderita gangguan lambung spesifik
(Sarwono, 2005).
2.3.2
Faktor organik karena masuknya villi khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik.
2.3.3
Faktor psikologik keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan
dan pesalinan.
2.3.4
Tingkat I : Ringan
Mual muntah
f.
Lidah kering
2.4.2
a.
Tingkat II : Sedang
Mual dan muntah
b. Lemah
c.
Apatis
f.
g. Ikterus ringan
h. Mata cekung
i.
Tensi turun
j.
Hemokonsentrasi
Dehidrasi hebat
f.
2.5 Diagnosis
Umumnya tidak sukar untuk menegakkan diagnosa hiperemesis gravidarum. Harus
ditentukan adanya kehamilan muda dengan mual dan muntah yang terus-menerus, sehingga
berpengaruh terhadap keadaan umum dan menyebabkan kekurangan makanan yang dapat
mempengaruhi perkembangan janin sehingga pengobatan perlu segera diberikan. Namun harus
pikirkan kemungkinan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli
dan tumor serebri yang bisa memberikan gejala muntah (Rukiyah, 2010).
2.6 Prognosis
Dengan penanganan yang baik, prognosis sangat memuaskan, namun pada tingkat yang
berat dapat menyebabkan kematian ibu dan janin (Mansjoer, 2001).
2.7 Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati mual dan muntah agar tidak terjadi hiperemesis
gravidarum dengan cara yaitu :
2.7.1
Terapi nutrisi makan sedikit tapi sering agar perut tidak terlalu penuh dengan hanya sekali
makan tapi banyak, seperti roti beras, roti gandum.
2.7.2
Hindari makanan yang dapat membuat anda merasa sakit, seperti makanan gorengan, berlemak
atau berbumbu.
2.7.3
2.7.4
2.7.5
2.7.6
Suplemen B6 dan zinc juga khrom dapat sangat efektif, khususnya bagi wanita yang baru
menggunakan pil kontrasepsi Karena pil ini merusak kemampuan tubuh dalam menyerap nutrisinutrisi tersebut dari makanan yang anda santap.
2.7.7
Pengobatan herbal, coba the kamomil atau spearmint, atau teh jahe parut yang direbus dalam air
mendidih, atau kapsul jahe yang tersedia di gerai-gerai makanan sehat.
2.7.8
Pengobatan bach flower gunakan rescue remedy jika anda merasa cemas, khususnya jika
kecemasan tersebut membuat mual dan muntah semakin parah.
2.7.9
Aromaterapi minyak esensial seperti minyak sitrus (jeruk, jeruk mandarin, limau) aman dan
lembut digunakan pada saat ini.
2.7.10 Aksepresur coba kenakan gelang tangan sea sickness yang tersedia di toko farmasi atau gerai
makanan sehat di daerah anda (Tiran, 2007).
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan yang baik pada mual dan muntah sehingga dapat mencegah hiperemesis
gravidarum. Dalam keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi ringan, penderita emesis
gravidarum sebaiknya dirawat sehingga dapat mencegah hiperemesis gravidarum.
2.8.1
Melakukan isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik
tidak diberikan makan/minum selama 24-28 jam. kadang-kadang dengan isolasi saja gejalagejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
2.8.2
Therapy psikologik
Perlu diyakini pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh
karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang berat serta menghilangkan masalah dan konflik, yang
kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
2.8.3
2.8.4
2.8.5
Penghentian kehamilan
Pada sebagian kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan
pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk delirium, kebutaan tachikardi, ikterus,
anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik, dalam keadaan demikian
perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat,
tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel ada organ vital
(Windy, 2009).
2.8.6
a.
Diet
Diet hiperemesis I diberikan ada hiperemesis tingkat III makanan hanya berupa roti kering dan
buah-buhan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini
kurang dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan Selama beberapa
hari.
b.
Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai
diberikan makanan yang bergizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan
ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
c.
Diet hieremesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita. Minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam
semua zat gizi kecuali kalsium (Rukiyah, 2010).
b. Multigravida adalah seorang wanita yang pernah dua kali atau lebih hamil sampai usia viabilitas
(Cunningham, 2006).
DAFTAR PUSTAKA