Anda di halaman 1dari 5

Nama : Bayu Rizqi

NIM : 21040113120050
Kelas : B
Kajian Pola Keruangan Permukiman Kumuh di Kota Semarang
Perumusan Masalah
Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah. Sebagai poros aktivitas, pusat
ekonomi ataupun pusat kehidupan lainnya, kota ini menjadi destinasi bagi para pendatang dari
penjuru seluruh Indonesia, baik sebagai tempat untuk mencari nafkah, bermukim, mengenyam
pendidikan, atau hanya sekedar jalan-jalan. Faktor-faktor tersebut membuat laju pertumbuhan
penduduk di Kota Semarang meningkat pesat tiap dekadenya. Masalah yang muncul adalah tuntutan
akan ketersediaan lahan.
Pemenuhan kebutuhan permukiman yang layak bagi penduduknya menjadi satu hal yang
cukup sulit, terutama disebabkan oleh banyaknya pendatang yang datang dengan bekal pendidikan
dan keterampilan rendah sehingga kebanyakan dari mereka tidak dapat tertampung di sektor-sektor
formal yang diyakini mampu memberikan penghasilan tinggi dan terpaksa hidup dari kegiatankegiatan di sektor informal dengan penghasilan rendah. Sebagai konsekuensinya, para penduduk
pendatang tersebut tidak memiliki kemampuan untuk memiliki lahan yang memadai dan tempat
tinggal yang layak sebagai tempat tinggal sehingga pada akhirnya kebanyakan dari mereka memilih
menyewa rumah di bagian pusat kota yang berjarak relatif dekat dengan tempat mereka bekerja
sebagai tempat tinggal yang mengakibatkan terjadinya pemadatan bangunan yang tidak terkendali dan
menciptakan lingkungan permukiman yang kumuh (slum) atau membuat bangunan sendiri di bagianbagian kota yang belum dimanfaatkan dan memunculkan permukiman liar (squatter). Untuk itu, perlu
dilakukan kajian mengenai bagaimana pola keruangan permukiman kumuh di Kota Semarang
berdasarkan tingkat kekumuhannya.
Perumusan Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola keruangan permukiman kumuh yang
ada di Kota Semarang. Selanjutnya akan dikaji pula bagaimana karakteristik permukiman kumuh
berdasarkan lokasi, kondisi fisik permukiman, administrasi bangunan serta kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Dalam laporan penelitian ini juga akan dibahas beberapa alternatif yang harus dilakukan
untuk mengatasi permasalahan yang telah dirumuskan.
Penetapan Sasaran
Berikut adalah beberapa langkah yang digunakan untuk mengkaji pola keruangan permukiman kumuh
yang ada di Kota Semarang :
1. Mengidentifikasi permukiman kumuh berdasarkan karakteristik lokasi
2. Mengidentifikasi permukiman kumuh berdasarkan kondisi fisik permukiman
3. Mengidentifikasi permukiman kumuh berdasarkan karakteristik penghuni
4. Mengidentifikasi permukiman kumuh berdasarkan aspek legal pertanahan
5. Analisis tingkat kekumuhan berdasarkan kondisi fisik permukiman

Nama : Bayu Rizqi


NIM : 21040113120050
Kelas : B
Pustaka
Ruang dapat diartikan sebagai bagian tertentu dari permukaan bumi yang bisa
mengakomodasikan berbagai aktivitas manusia dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhannya.
Pendekatan keruangan menurut Yunus dapat didefinisikan sebagai suatu metode yang menggunakan
variabel ruang dalam setiap analisisnya untuk memahami gejala tertentu agar mempunyai
pengetahuan yang lebih mendalam melalui media ruang. Selanjutnya, pola keruangan ini berkaitan
dengan gejala peletakan/lokasinya dalam ruang. Analisis pola ruang dapat dilakukan dalam tiga
tahapan utama, yaitu: mengabstraksi kenampakan yang akan dianalisis menjadi bentuk-bentuk elemen
titik, garis, atau area; mengidentifikasi kekhasan dan sebaran dari elemen pembentuk ruang yang akan
dianalisis; dan menjawab pertanyaan geografis berupa what, where, when, why, who, dan how
(Yunus, 2010).
Migrasi dapat didefinisikan sebagai perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain
melampaui batas politik/negara ataupun batas administratif/batas bagian dalam suatu negara. Munir
juga menambahkan bahwa migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari
suatu daerah ke daerah lain.
Menurut Munir (2004), pada dasarnya faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan
migrasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor pendorong dan penarik. Lebih lanjut Munir
menyebutkan faktor-faktor pendorong terjadinya migrasi seperti:
a. Menyempitnya lapangan pekerjaan di daerah tempat asal
b. Adanya tekanan atau diskriminasi politik, agama, atau suku di daerah asal
c. Tidak cocok lagi dengan adat atau budaya di tempat asal
d. Alasan pekerjaan
e. Bencana alam atau adanya wabah penyakit di tempat asal
Sementara itu faktor-faktor penarik menurut Munir antara lain:
a. Adanya kesempatan untuk memperoleh lapangan pekerjaan di tempat yang baru
b. Kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik
c. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi
d. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya perumahan, sekolah, atau
fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lain
e. Pengaruh dari orang yang diharapkan dapat menjadi tempat berlindung
f. Adanya pusat-pusat kegiatan, seperti pusat hiburan atau pusat kebudayaan di daerah tujuan.
Kebanyakan kota besar di negara-negara berkembang mengalami permasalahan yang sama
dalam memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi penghuninya yang salah satunya disebabkan
oleh banyaknya pendatang ke kota dengan bekal pendidikan dan keterampilan yang rendah sehingga
kebanyakan dari mereka tidak dapat tertampung di sektor-sektor formal yang diyakini mempunyai
tingkat penghasilan lebih tinggi dan mereka terpaksa hidup dari kegiatan di sektor informal dengan
penghasilan rendah (Yunus, 2006). Untuk dapat memenuhi kebutuhan akan rumah mereka menyewa

Nama : Bayu Rizqi


NIM : 21040113120050
Kelas : B
di bagian pusat kota yang dekat dengan tempat dimana mereka bekerja sehingga mengakibatkan
terjadinya proses pemadatan bangunan yang tidak terkendali dan menciptakan permukiman kumuh
(slums). sementara itu sebagian lainnya membuat bangunan sendiri dengan bahanbahan seadanya
pada bagian-bagian kota tertentu yang dianggap tidak bertuan dan memunculkan permukiman liar
(squatter settlement).
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni katena ketidakteraturan bangunan,
tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak
memenuhi syarat. Pada dasarnya terdapat lima tipologi atau watak utama terbentuknya permukiman
kumuh, yaitu: desa atau kampung tradisional yang berkembang secara alami dan mengalami
pemadatan; kawasan yang belum dibangun oleh pemerintah dan dalam waktu yang lama mengalami
pemadatan; permukiman yang dibangun sendiri di tempat-tempat yang pernah dikuasai oleh kaum
kolonialis pada awal kemerdekaan; menempati lahan-lahan marginal yang tidak bertuan; serta
menduduki dengan motif ekonomi (Silas, 1993).
Sementara itu menurut UN-HABITAT rumah tangga kumuh didefinisikan sebagai
sekelompok orang yang hidup satu atap di kota dan tidak memiliki satu atau lebih dari lima kondisi,
yaitu: (a) rumah dari bahan permanen di lokasi yang tidak rawan bencana (b) area huni yang layak,
dimana tidak lebih dari tiga orang berbagi satu kamar (c) akses ke air bersih yang mencukupi
kebutuhan sehari-hari dalam harga yang terjangkau (d) akses ke sanitasi yang layak dan (e)
kepemilikan lahan yang aman dan legal sehingga tidak rawan penggusuran.
Selanjutnya menurut UU No. 4 pasal 22 Tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman,
permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni yang disebabkan karena antara lain
berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya atau tata ruang, kepadatan bangunan yang
sangat tinggi dalam luasan wilayah yang terbatas, rawan penyakit sosial dan lingkungan, kualitas
umum bangunan rendah, tidak mendapat pelayanan yang memadai, serta membahayakan
kelangsungan hidup penghuninya.

Nama : Bayu Rizqi


NIM : 21040113120050
Kelas : B
Kerangka Pikir
Penentuan Wilayah Studi

INPUT

Kota Semarang

Penentuan Tema Kasus dan Judul


Kajian Pola Keruangan Permukiman Kumuh di Kota Semarang

Perumusan Masalah dan Tujuan Laporan

Variabel Lapangan : karakteristik penghuni


berdasarkan pendidikan, pekerjaan, jumlah
penduduk, luas wilayah, status tanah, jenis
dan kondisi bangunan, kondisi jaringan
infrastruktur

Penentuan Variabel dan Data yang


Dibutuhkan

Data Primer:
Pendapatan masyarakat, status tanah,
luas persil tanah, jenis dan kondisi
bangunan, kondisi sanitasi,
persampahan, air bersih dan drainase

Variabel Karakteristik Fisik : lokasi,


kepadatan bangunan, ukuran rumah, pola
jalan, ketersediaan RTH.

Data Sekunder:

Pengumpulan Data

Citra QuickBird 2006, data kependudukan,


pendidikan, pekerjaan, luas wilayah

Penentuan Metode Penyelesaian Masalah

PROSES

Analisis Variabel dan Data

Identifikasi
permukiman kumuh
berdasarkan
karakteristik lokasi

Identifikasi
permukiman
kumuh berdasarkan
kondisi fisik
permukiman

Identifikasi
permukiman kumuh
berdasarkan
karakteristik penghuni

Identifikasi
permukiman kumuh
berdasarkan aspek
legal pertanahan

Pola Keruangan Permukiman Kumuh di Kota Semarang

Analisis, Output Peta dan Kesimpulan

Analisis tingkat
kekumuhan berdasarkan
kondisi fisik dan non
fisikpermukiman

OUTPUT

Nama : Bayu Rizqi


NIM : 21040113120050
Kelas : B
Kerangka Analisis
Berikut adalah kerangka analisis pada penelitian ini :
Input
Jarak permukiman terhadap badan
air, pusat aktivitas perekonomian, rel
kereta api, garis pantai
Jarak antar bangunan, kerapatan
bangunan, pola permukiman, pola
jalan, ketersediaan RTH
Jenis pendidikan, pekerjaan, status
kependudukan, pendapatan
masyarakat
Status tanah, luas persil lahan
Variabel fisik dan non fisik

Proses
Identifikasi permukiman kumuh
berdasarkan karakteristik lokasi

Output
Klasifikasi permukiman kumuh

Identifikasi permukiman kumuh


berdasarkan kondisi fisik
permukiman

Klasifikasi permukiman kumuh

Identifikasi permukiman kumuh


berdasarkan karakteristik penghuni
Identifikasi permukiman kumuh
berdasarkan aspek legal pertanahan
Analisis tingkat kekumuhan
berdasarkan kondisi fisik
permukiman

berdasarkan karakteristik lokasi

berdasarkan kondisi fisik


permukiman
Klasifikasi permukiman kumuh
berdasarkan karakteristik penghuni
Klasifikasi permukiman kumuh
berdasarkan aspek legal pertanahan
Klasifikasi kekumuhan berdasarkan
kondisi fisik dan non permukiman

Daftar Pustaka
Pigawati. 2014. Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Identifikasi Permukiman Kumuh Daerah
Penyangga Perkotaan (Studi Kasus : Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak). www.
ejournal.undip.ac.id/index.php/geoplanning. Diakses pada tanggal 12 November 2015
Munir. Rozy. 2004. Migrasi. Dalam Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Dasar-dasar demografi. Depok : Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai